Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

ANALISIS KASUS
Kasus ini membahas tentang seorang wanita berusia 64 tahun beralamat di DI
Panjaitan, RT02 RW04, Kelurahan Sukaraya, Kecamatan Batu Raja Timur, Kabupaten
Ogan Komering Ulu, beragama Islam, status sudah menikah, MRS pada tanggal 7 April
2016 dengan keluhan benjolan di payudara kiri yang membesar sejak 1 tahun yang lalu.
Faktor risiko untuk kanker payudara meliputi jenis kelamin, umur, terapi hormon,
tumor jinak payudara, riwayat keluarga, paparan radiasi, kelahiran pertama, usia menarke,
dan usia menopause.11 Pada kasus ini terdapat beberapa point penting yang berkaitan
dengan faktor risiko keganasan, yaitu jenis kelamin, umur, riwayat pemakaian obat
hormonal, dan riwayat menarche < 12 tahun. Pada kasus ini, pasien berumur 64 tahun.
Umur ini merupakan umur terjadinya peningkatan tajam risiko terkena Ca mamma. Pada
tahun 2012 Price mengatakan bahwa Carcinoma mamma memiliki peningkatan risiko saat
umur lebih dari 30 tahun dan pada usia lebih dari 50 tahun akan meningkat tajam. 7 Angka
kejadian Carcinoma meningkat seiring dengan peningkatan umur pada manusia dan
hewan percobaan. Proses penuaan bisa meningkatkan kerentanan jaringan untuk
menginisiasi proses karsinogenesis dan menfasilitasi terjadinya promosi dan progresi dari
sel kanker. Jadi bisa disimpulkan bahwa semakin meningkat usia makan semakin besar
risiko untuk menderita Carcinoma. 12
Pemakaian obat hormonal termasuk salah satu faktor risiko dari Carcinoma mamma.11
Pasien mengatakan bahwa pasien menggunakan pil KB selama 2 tahun. Hal ini merupakan
salah satu faktor penyebab pasien ini terkena Carcinoma mamma.
Pada pasien ini, didapatkan bahwa pasien mengalami menstruasi pertama di umur di
bawah 12 tahun. Menarche di bawah umur 12 tahun termasuk dalam kategori menarche
dini. Menarche dini merupakan salah satu faktor resiko dari Carcinoma mamma. 11
Hampir seluruh faktor risiko Carcinoma mamma berhubungan dengan estrogen.
Terekspos dengan estrogen dalam jangka waktu yang lama berhubungan dengan
peningkatan risiko Ca mamma. Mekanisme pasti mengenai karsinogenesis yang
disebabkan oleh estrogen belum diketahui secara pasti. Namun, teori yang paling diterima
adalah estradiol melalui reseptor estrogen (Er) menstimulasi sel proliferasi dan
menginisiasi mutasi yang terjadi dari kesalahan replikasi selama sintesis DNA pra-mitosis.
Efek promosi dari estradiol tersebut kemudian mendukung mutasi sel. Setelah beberapa
30

waktu, mutasi dalam jumlah yang banyak berakumulasi untuk menginduksi pembentukan
neoplastik.9
Pada anamnesis tidak didapatkan tanda-tanda metastasis jauh seperti nyeri tulang,
pusing, mual, muntah, penurunan kesadaran, sesak nafas, rasa begah di perut, batuk yang
tida pernah sembuh, mata kuning, kejang, lengan bengkak, serta penurunan kesadaran
tanpa sebab yang jelas.
Pada pemeriksaan fisik status lokalis daerah aksila sinistra, didapatkan adanya
benjolan sebesar kelereng. Hal ini dapat menunjukkan bahwa telah terjadinya metastasis
ke kelenjar getah bening aksila. Terdapat dua kelompok aliran limfe pada payudara yaitu
kelompok aksila dan kelompok mamaria interna, 97% aliran limfatik menuju ke kelenjar
getah bening aksila, sedangkan 3% menuju ke kelenjar getah bening mamaria interna
(PERABOI, 2014). Teori ini mendukung bahwa kebanyakan metastasis pada kanker
payudara adalah ke kelenjar getah bening aksilla. Massa tumor pada mamae sinistra
berukuran 10 cm x 15 cm, dengan dasar infiltrasi ke dinding dada. Berdasarkan penemuan
pada pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan staging tumor pada grade T4N1M0.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah penatalaksanaan paliatif.
Penatalaksanaan paliatif digunakan untuk meningkatkan kualitass hidup pasien.
Penatalaksanaan paliatif digunakan karena pasien ini sudah termasuk Carcinoma mamma
stadium IIIb. Stadium IIIb merupakan stadium Carcinoma mamma yang non-operable
sehingga hanya bisa ditatalaksana dengan meningkatkan kualitas hidupnya saja. Pada
pasien ini, rencana tindakan yang akan dilakukan adalah biopsi insisi, kemoterapi dan
MRM.
Biopsi insisi dilakukan karena dengan biopsi insisi dapat mengambil keseluruhan
jaringan bukan hanya sel sehingga dapat menentukan tipe dari tumor (benigna/maligna),
grading serta dapat digunakan untuk pemeriksaan imunohistokimianya. Pada pasien ini
biopsi insisi baru dilakukan pada tangal 12 April 2016.
Penatalaksanaan selanjutnya yang direncanakan dilakukan adalah kemoterapi.
Kemoterapi adalah pengobatan kanker payudara dengan obat sitotoksik antineoplasma. 4
Kemoterapi

juga dapat dilakukan untuk memperkecil ukuran dan menghambat

perkembangan sel tumor. Dengan menggunakan kemoterapi, diharapkan stadium pasien


ini bisa menurun menjadi stadium yang operable. Kemoterapi dibagi menjadi 2 yaitu
kemoterapi adjuvant dan kemoterapi neoadjuvant. 4 Pada pasien ini kemoterapi yang
dilakukan adalah kemoterapi adjuvant karena kemoterapi neoadjuvant biasanya dilakukan
pada pasien dengan stadium IIIa, sedangkan pada pasien ini adalah stadium IIIb.
31

Selama dilakukan kemoterapi, pasien terus difollow up. Apabila pasien sudah
masuk ke dalam kategori operable dan resectable, maka bisa dilakukan simple
mastectomy. Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta tumor,
kulit di atas tumor dan kompleks puting-aerola, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.4

DAFTAR PUSTAKA

32

1. Karsono, B. 2006. Teknik-teknik Biologi Molekuler Dan Selular Pada Kanker. Dalam
Sudoyo, A.W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (3rd Ed). Jakarta: Pusat
Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI.
2. Wijaya, Didit R. Ilmu Dasar Onkologi Ed. 3. 2012. FKUI. Jakarta. Hal 14-15.
3. Tao, Z. dkk. 2014. Breast Cancer: Epidemiology and Etiology. Cell Biochem
Biophys.
4. Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. PERABOI. Jakarta, hal 17-71.
5. American Cancer Society. 2015. Cancer Facts & Figures 2015. American Cancer
Society,Inc. Atlanta, hal 4.
6. Belina, Eka Satyani. 2015. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Carcinoma
Mamma pada pasien rawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Palembang.
7. Price, Sylvia A. Dan Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi:Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6, Vol 2. EGC. Jakarta, hal 1303-1304.
8. De Vita, dkk. 2008. Devita, Hellman & Rosenberg's Cancer: Principles & Practice of
Oncology, 8th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Texas, hal 1606-1644.
9. Yue, W. dkk. 2013. Estrogen receptor-dependent and independent mechanisms of
breast cancer carcinogenesis. Steroids (78), 161-70.
10. Kresno, Siti Boedina. 2001. Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta, hal 5-6.
11. Feig, Barry.W. dkk. 2006. MD Anderson Surgical Oncology Handbook, The, 4th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Texas, hal 24-26.
12. Anisimov, V.N. 2007. Biology of aging and cancer. Cancer Control (14), 23-31.

33

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus LSK
    Kasus LSK
    Dokumen12 halaman
    Kasus LSK
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas DR Emma
    Tugas DR Emma
    Dokumen5 halaman
    Tugas DR Emma
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • CASE Gizi Buruk
    CASE Gizi Buruk
    Dokumen44 halaman
    CASE Gizi Buruk
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Jaga Koas
    Jaga Koas
    Dokumen12 halaman
    Jaga Koas
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Struktur Gugus Fungsi Keton
    Struktur Gugus Fungsi Keton
    Dokumen3 halaman
    Struktur Gugus Fungsi Keton
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Alkena
    Pengertian Alkena
    Dokumen4 halaman
    Pengertian Alkena
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat