Anda di halaman 1dari 7

STRATEGIC THINGKING

Implementasi Strategic Thinking pada Organisasi Nirlaba


Dosen Pengampu : Drs. D. Agus Hardjito, M.Si, Ph.D, CFP

Disusun Oleh
Nama

Adhi Puspa Nugroho

NIM

15911087

Jurusan

Magister Manajemen

Angkatan

46 A

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

A. PENDAHULUAN
Dari berbagai faktor yang dihadapi oleh organisasi nirlaba, faktor pembiyaan adalah faktor utama
yang menjadikan organisasi nirlaba sulit dalam melayani stakeholder dari organisasi mereka bahkan
juga menyulitkan bagi pengelola organisasi nirlaba untuk melaksanakan Organization Development.
Dari beberapa riset yang dilakukan oleh Nonprofit Finance Fund (NFF), terdapat banyak organisasi
nirlaba yang berjuang untuk tetap memberikan pelayanan standar sebagaimana mereka telah berikan
kepada para stakeholder mereka sebelumnya.
Kesulitan keuangan merupakan masalah utama yang disajikan dalam hasil riset oleh NFF pada tahun
2009 sebagai berikut: 12% mengharapkan biaya operasional dapat berada sedikit diatas break even, 16%
mempunyai kecukupan dana untuk menutup biaya operasionalnya, 31% tidak memiliki dana lancar
yang cukup untuk menutupi biaya operasional selama 1 sampai 3 bulan kedepan, 52% mengharapkan
agar resesi ekonomi tidak berdampak signifikan bagi kesehatan finansial organisasi, dan 93%
menghadapi permasalahan yang cukup esensial adalah kenaikan jumlah yang harus dilayani dengan
keterbatasan dari sumber daya yang ada.
Sehingga dari hal tersebut diatas sangatlah penting bagi organisasi nirlaba untuk selalu mengevaluasi
kinerja finansial mereka untuk dapat memastikan bahwa stakeholder dapat selalu dilayani dan
mendapatkan hak mereka seharusnya. Tujuan dari organisasi nirlaba berbeda dengan tujuan dari
organisasi profit oriented dimana tujuan utama organisasi nirlaba adalah melayani para stakeholder
dalam mendapatkan hak mereka dan dalam waktu yang sama memastikan bahwa tujuan organisasi juga
tercapai walaupun terdapat limitasi dari segi sumber daya. Dengan demikian haruslah sumberdaya yang
ada dalam organisasi nirlaba tersebut dikelola dengan efisien dan effektif mungkin karena apabila tidak
maka keberlangsungan pelayanan akan terhenti.
Tidak jarang dari nirlaba organization harus berbagi maupun saling berkompetisi antar sesama
mereka untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai pihak. Bagi organisasi yang berstatus
sebagai lembaga pemerintah mereka akan mengajukan perencanaan dengan perhitungan yang
sedemikian matang sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut sebelum mendapatkan pendanaan
melalui mekanisme APBN. Adakalanya juga pendanaan dari pemerintah juga disesuaikan dengan
prioritas pembangunan dari pemerintah meski dengan dana yang terbatas.
Namun bagi organisasi nirlaba yang tidak menyandang status sebagai lembaga pemerintah
mendapatkan sumber pendanaan adalah hal yang menjadi satu persoalan. Mengingat untuk menjalan
fungsi organisasi maupun melayani stakeholder tersebut membutuhkan biaya operasional, adakala sang
founder organisasi menginginkan agar pola organisasi nirlaba dipersamakan dengan for profit
organisation dalam mencari pendanaan akan tetapi hal ini sangatlah menjadi sulit karena kegiatan utama
organisai nirlaba bukan menjual barang dan jasa akan tetapi lebih banyak bergerak dalam bidang
pelayanan publik.
Oleh karena hal tersebut organisasi nirlaba baik yang berstatus lembaga pemerintah maupun lembaga
publik non pemerintah harus memiliki visi misi yang kuat yang menjadi arah bagi organisasi tersebut.
Sehingga peran pengembangan kepemimpinan yang dapat mengimplementasikan strategic thinking
dalam pengelolaan strategi organisasi akan mampu menghasilkan lompatan kinerja nyata menuju
tercapainya visi yang ditetapkan.
1

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam mengimplementasikan strategi, Organisasi nirlaba memiliki beberapa kendala utama menurut
penulis antara lain adalah sumber pendanaan, kepemimpinan, peningkatan kualitas layanan bagi para
stakeholder sehingga sedikit sekali dari sekian organisasi nirlaba yang mempunyai kinerja baik. Faktor
faktor apa sajakah yang membuat organisasi nirlaba tersebut dapat berkembang dengan baik? Apakah
urgensi bagi para pemimpin organisasi nirlaba untuk dapat berpikir secara strategis dalam
pengembangan organisasi nirlaba?
Sehingga rumusan permasalah dalam paper ini adalah jarang terdapatnya organisasi non profit
menggunakan strategic thingking maupun strategic planing dalam mengejawantahkan strategi dalam
mencapai visi organisasi tersebut.
C. PEMBAHASAN
Terdapat asumsi yang berpendapat bahwa Organisasi Nirlaba bukanlah sebuah organisasi bisnis
dikarenakan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan oleh karena itu organisasi nirlaba tidak harus
memiliki visi organisasi bahkan tidak diperlukannya pemimpin yang berpikir strategis maupun tidak
diperlukannya strategic planing. Asumsi semacam ini akan membuat organisasi nirlaba kehilangan arah
maupun tidak akan dapat berkembang dalam menghadai tuntutan perkembangan jaman maupun
tuntutan perbaikan layanan dari para stakeholdernya.
Karena organisasi nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam
menjalankan usaha atau kegiatannya. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan visi maupun implementasi
strategi thingking bagi pemimpin organisasi karena pada umumnya sumber daya atau dana yang
digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari
orang-orang yang ingin membantu sesamanya dengan kemampuan yang sangat terbatas baik segi
jumlah maupun nilai.
Selain dari itu terdapat pula hal yang membatasi organisasi nirlaba sehingga tidak berkembang yakni
para anggota organisasi yang sulit untuk berubah dan resisten terhadap strategic planning process.
Padahal tanpa kemauan untuk berubah akan mustahil bagi suatu organisasi nirlaba untuk dapat dinilai
berhasil dalam mencapai tujuannya. Terdapat juga tolok ukur keberhasilan dari organisasi nirlaba,
dikarenakan pendanaan yang terdapat pada organisasi nirlaba dapat dikatakan sebagai investasi sosial
sehingga penilaian kinerja tersebut adalah dengan membandingkan antara kesesuaian strategi organisasi
dan penerapan program itu sendiri di lapangan hal ini ditinjau dari segi pemberi dana baik itu
pemerintah maupun donatur dari berbagai pihak. Bagi pemimpin organisasi nirlaba yang tidak berpikir
strategis akan kesulitan baik dalam pengelolaan sumber arus kas masuk yang ada, pengelolaan dana itu
sendiri pelayanan terhadap para stakeholede, peningkatan mutu layanan bahkan pengembangan
organisasi itu sendiri.
Dalam hal ini peran kepemimpinan dari organisasi sangat penting dimulai dengan pernyataan visi
yang jelas dan diikuti dengan iterasi untuk membangun/menyesuaikan langkah-langkah strategis yang
harus diambil untuk meraih visi organisasi. Apabila pekerjaan strategic thinking didelegasikan kepada
middle management dan bawahan maka haruslah mereka sudah didevelop menjadi strategic thinker juga
karena apabila tidak maka manajemen strategis akan cenerung membangun program strategic planning
2

semata. Sehingga akan terjadi gap antara kinera di masa datang dengan visi yang hendak dicapai
(gambar 1)

Beberapa
besar

tantangan

bagi

kebanyakan

organisasi

nirlaba

baik

yang berstatus

lembaga

pemerintah

maupun

pemerintah

adalah masih

kurangnya

peran

non

kepemimpinan
dalam

strategic

thinking

karena belum

tersedianya leadership capability framework yang memungkinkan pembangunan para middle


management dan bawahan dalam mengimplementasikan strategic thinking. Kepemimpinan dengan
mengimplementasikan strategic thinking akan mampu menganalisa berbagai hal yang dirasa penting
dan krusial bagi organisasi dan strategic planning yang dibuat akan lebih dapat menjadikan kinerja
organisasi meningkat sebagaimana gambar 2

Walaupun
strategic

thinking

hanya sebatas pikiran yang belum tertuang dalam perencanaan akan tetapi haruslah dimiliki oleh pimpinan
organisasi karena dengan kepemimpinannya akan membawa organisasi menjadi berhasil atau tidak. Berpikir
3

secara mega kemudian makro dan mikro, collecting data menginterprestasikan, mengevaluasi informasi dan
ide yang ada dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi nirlaba agar dapat kompetitif maka strategic thinker haruslah diajarkan kepada

para

pemimpin dalam organisasi nirlaba, hal ini akan dapat terjadi apabila leadership capability framework sudah
menjadi bagian utama yang dibangun dalam organisasi. Terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diajarkan
bagaimana pembelajaran pada pekerja di organisasi nirlaba agar dapat menjadi strategic thingker (Bonn,
2001) yakni :
-

Memastikan bahwa terdapat penugasan ataupun penempatan kerja yang sesuai dengan kemampuan

dan keahlian para pekerja


Memberikan kebebasan para pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan
Memastikan terdapat sumberdaya yang dibutuhkan bagi para pekerja untuk menyelesaikan

pekerjaan
Membangun tim yang saling menunjang kinerja antar pekerja
Adanya sistem penilaian kinerja yang sesuai.

Selain dihadapkan dengan kepemimpinan yang harus mampu berpikir strategis, organisasi nirlaba juga
dihadapkan dalam mengelola anggaran yang terbatas. Penurunan dalam ketersediaan dana mengharuskan
organisasi bijak dalam pengelolaan anggaran itu sendiri. Dengan pemikiran semacam itu maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap proses bisnis, meningkatkan effisiensi dan apabila memungkinkan
meningkatkan sumber pendanaan. Peningkatan sumber pendanaan bagi organisasi nirlaba dapat dilakukan
bagi mereka yang berstatus lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
Salah satu alternatif pendaan tersebut dapat dengan mendapatkan Corporate Social Responsibility dari
organisasi for profit (Koljatic dan Silvan 2010). akan tetapi tetaplah harus bijak bagi organiasi nirlaba untuk
dapat mencari sumber pendanaan tersebut dikarenakan memang tujuan utama bagi mayoritas organisasi
nirlaba adalah untuk melayani kepentingan masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh William Forster dan
Jeffrey Bradach (2005) bahwa organisasi nirlaba haruslah bijak dalam mencari alternatif pendanaan karena
jika tidak maka akan terjadi :
-

Konflik kepentingan dan prioritas bagi organisasi nirlaba, sebagaimana diketahui bahwa sang
pemilik dana pasti memiliki kepentingan dalam setiap aliran dana yang dia keluarkan sehingga
sebisa mungkin organisasi nirlaba mencari alternatif pendanaan yang bebas dari berbagai

kepentingan.
Karena organisasi nirlaba tidak memiliki kemampuan maupun perspektif bisnis seperti pada
perusahaan for profit maka akan terjadi kehilangan dana dalam usaha mencari keuntungan dalam
kegiatan bisnis untuk pendanaan organisasi nirlaba. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan

dalam pengelolaan organisasi seperti pada organisasi for profit.


Antipati dari stakeholder apabila mengharapkan mereka untuk membayar atas pelayanan yang
biasanya diberikan dengan cuma-cuma. Bagi organisasi nirlaba yang berstatus sebagai lembaga
pemerintah hal ini perlu kajian dan ditetapkan dalam regulasi karena menyangkut kemampuan dari
para pengguna layanan itu sendiri yang datang dari berbagai segmen ekonomi yang berbeda-beda.

Sehingga organisasi nirlaba pun harulah selektif dan realistis dalam mencari aliran dana tambahan untuk
membiayai kegiatan operasionalnya. Dan apabila kegiatan mencari aliran dana tambahan memang harus
4

dilakukan maka kegiatan bisnis yang dilakukan haruslah masih mempunyai korelasi dengan kegiatan utama
dalam bidang pelayanan yang dilakukan oleh organisasi nirlaba tersebut.
Sebagai contoh rumah sakit pemerintah yang memiliki tujuan utama menyehatkan masyarakat dapat
mencari aliran tambahan untuk pasien dengan segmen menengah keatas dengan tujuan keuntungan yang
didapatpun sebagai subsidi kepada masyarakat level dibawahnya. Contoh lainnya yakni Lembaga pendidikan
dapat memungut biaya lebih pada segmen mahasiswa dari keluarga menegah keatas untuk dapat digunakan
sebagai subsidi bagi mahasiswa dari segmen keluarga kurang mampu sekaligus peningkatan pelayanan
pendidikan bagi seluruh pengguna layanan pendidikan dari Lembaga Pendidikan tersebut.
Sehingga paparan yang memungkinkan bagi pengelolaan organisasi nirlaba adalah menjadi hybrid
organization, yakni pengelolaan manajemen sesuai dengan for profit organization baik dalam mencari
sumber pendanaan akan tetapi tujuan organisasi mencari keuntungan untuk dapat meningkatkan pelayanan
terhadap para stakeholder yang notabene adalah masyakarakat yang menginginkan pelayanan cuma-cuma.
D. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Beberapa hal strategis yang menjadi pemikiran dalam organisasi nirlaba salah satunya dalah faktor
kepemimpinan yang haruslah memiliki kepemimpinan dengan menerapkan strategic thinker dalam
mengimplementasikan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Isu selanjutnya yang merupakan hal
strategis bagi organisai nirlaba adalah adanya leadership capability framework yang akan mengajarkan bagi
seluruh pemimpin dalam organisasi nirlaba untuk dapat berpikir strategis dalam organisasi. Sehingga hal
yang krusial akan menjadi perhatian utama dan menjadi prioritas penyelesaian.
Selanjutnya bahwa organisasi nirlaba memiliki keterbatasan sumberdaya yang ada maka hal strategis
berikutnya yang harus menjadi pemikiran adalah pengelolaan aliran kas baik masuk maupun keluar dalam
melaksanakan pelayanan kepada stakeholder. Mengingat pengguna layanan dari kebanyakan organisasi
nirlaba adalah masyarakat yang menginginkan pelayanan dengan Cuma-Cuma maka strategi dalam mencari
tambaha arus kas masuk harus diperhatikan dengan bijak. Pembebanan biaya yang ada haruslah didlakukan
dengan tidak membebankan pada segmen pengguna dengan tingkat kemampuan dibawah rata-rata
melainkan dapat dipungut lebih dari pengguna layanan dari segmen menengah keatas. Dan penggunaaan
aliran dana yang lebih tersebut digunakan semata-mata untuk mensubsidi pelayanan terhadap pengguna
tingkat bawah dan meningkatkan pelayanan secara keseluruhan kepada para pengguna layanan.
Hal strategis selanjutnya dalam pengelolaan organisasi nirlaba dan memungkinkan utnuk dilaksanakan
adalah dengan menggabungkan aspek-aspek baik organisasi nirlaba dan for profit organization, dapat
dikatakan sebagai hybrid organization yakni pengelolaan arus kas manajemen sebagaimana layaknya for
profit organisation sebagai contoh penempatan pekerja pada kemampuan yang sesuai dengan kapabilitas,
penilaian kinerja yang baik, supporting tim yang baik dalam bekerja, pencarian tambahan aliran dana yang
baik akan tetapi bertujuan dalam meningkatkan pelayanan dengan tujuan tanpa mencari keuntungan bagi
para pengguna layanan organisasi nirlaba.

E. REFERENSI

Clark, Wiliam, Introducing Strategic Thinking Into a non provit organisation to develop alternative
income stream.2012. Journal of Practical Conslting Vol 4 Iss. I, Fall/Winter 2012, pp.32-42. Regent
Uniersity of Business & Leadership. ISSN 1930-806X. Virginia beach. Va. USA
Budiarso, Adhi. 2014 . Peran Kepemimpinan dan strategic thingking dalam transformasi kelembagaan.
Buletin Kinerja Edisi XIX/2014. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Sekretariat Jenderal
Kemenkeu. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai