Oleh:
Lisa Yuniarti, S.Ked
04084821517055
Pembimbing:
dr. H. Ibrahim, Sp.M(K)
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. Z
Umur
: 71 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Pensiunan Guru
Alamat
: Jl. Pertahanan
Pemeriksaan Fisik
a.
Status Generalis
b.
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Frekuensi napas
: 18 kali/menit
Suhu
: 36,9o C
Status Oftalmologis
Okuli Dekstra
Okuli Sinistra
Visus
2/60
1/300
Tekanan
intraokular
P=N+0
P=N+0
KBM
Ortoforia
GBM
Palpebra
Tenang
Tenang
Konjungtiva
Tenang
Tenang
Kornea
Jernih
Jernih
BMD
Dangkal
Dangkal
Iris
Gambaran baik
Gambaran baik
Pupil
Lensa
Keruh, ST (+)
Keruh, ST (+)
Fundus
Papil
Makula
Retina
Segmen
Posterior
Refleks
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan slitlamp
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan keratometri
5. Diagnosis banding
6. Diagnosis Kerja
Katarak senilis imatur OD + katarak senilis imatur OS
7. Tatalaksana
o
o
Informed consent
KIE
Menjelaskan secara sederhana bagaimana katarak bisa terbentuk dan
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Okuli Dextra
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
LAMPIRAN
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan riwayat penglihatan kabur sejak 2 tahun yang lalu, namun
karena hanya merasakan gejala kabur tanpa disertai gejala yang lain, pasien berobat ke dokter
dan di beri obat tetes mata yang dijual di pasaran. Pasien merasakan penglihatan makin lama
makin kabur terutama sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengaku tidak dapat lagi
melakukan aktifitas sehari-hari seperti berjalan sendiri menuju tempat tertentu karena tidak
dapat melihat dengan jelas. Gejala tersebut disertai pula dengan gejala silau yang terjadi
karena ketidakseimbangan pembiasan cahaya yang mengakibatkan cahaya dibiaskan tak tentu
dan membuat efek silau akibat hamburan cahaya yang dirasakan oleh pasien, gejala dirasakan
pasien lebih berat di mata sebelah kiri, dari pemeriksaan didapatkan katarak imatur pada OD
dengan ST (+), sedangkan pada mata sebelah kanan, dari pemeriksaan didapatkan katarak
imatur pada OS dengan ST (+).
Pasien mengaku merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup dibandingkan
tempat yang terang, hal ini dikarenakan efek miosis dari pupil akibat cahaya dapat
menyebabkan menyempitnya aksis visual dari pasien. Akibat dari kekeruhan yang terjadi
pada sumbu penglihatan seperti pada katarak nuklearis atau katarak subkapsularis, maka efek
miosis akan menyebabkan pasien tidak dapat melihat dengan jelas. Pada tempat yang redup,
akan terjadi efek midriasis dari pupil, sehingga akan terjadi pelebaran dari aksis visual
sehingga pasien masih dapat melihat dari lensa yang belum terlalu keruh walaupun dirasa
kabur.
Terapi yang dapat diberikan terhadap pasien sebelum dirujuk ke dokter spesialis mata
adalah pemberian cendo catarlent dengan aturan pemakain 3 x sehari sebanyak 1-2 tetes
setiap kali pakai, namun, kita harus menjelaskan kepada pasien bahwa obat yang diberikan
tidak akan menghentikan progresifitas katarak yang terjadi melainkan hanya memperlambat
saja. Sehingga, meskipun telah diberikan obat tersebut, mata pasien tetap akan bertambah
keruh jika terus dibiarkan tanpa terapi definitif yaitu pembedahan. Pasien telah memenuhi
indikasi untuk dilakukan terapi pembedahan, yaitu katarak yang telah mengganggu aktifitas
sehari-hari dengan katarak imatur. Pembedahan yang dapat dipertimbangkan yaitu dengan
teknik ECCE dengan pemasangan IOL OS.
ANALISIS KASUS
Seorang perempuan 74 tahun, datang ke poli mata RSMH Palembang dengan keluhan
utama pandangan kabur sejak 2 tahun yang lalu pada mata kanan. Kabur dirasakan semakin
lama semakin bertambah. Sejak 2 bulan yang lalu, pasien merasa mata kanan semakin kabur.
Keluhan juga mulai dirasakan pada mata kiri, namun tidak sekabur mata kanan. Pandangan
kabur seperti melihat asap. Pasien mengaku sering merasa silau (+) ketika melihat, terutama
melihat lampu sehingga lebih nyaman jika melihat pada sore hari atau di tempat yang gelap.
Riwayat mata merah(-). Keluhan melihat seperti di dalam terowongan (-), pandangan ganda
(-), pandangan seperti melihat pelangi (-), mual (-), muntah (-), nyeri (-), sakit kepala (-).
Riwayat kencing manis, alergi obat, memakai kacamata, minum obat-obatan dalam jangka
panjang, trauma bola mata, operasi dan keluhan sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga disangkal. Riwayat hipertensi (+).
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum tampak baik, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Respiratory rate 20x/menit,
suhu 36,50c, status gizi baik.
Pada pemeriksaan oftalmologi mata kanan, ditemukan visus 1/~ PSB, lensa tampak
keruh dan shadow test (-), reflek fundus okuli desktra (-), papil, makula, dan retina sulit
dinilai. Pemeriksaan oftalmologi mata kiri ditemukan visus 6/60 pinhole 6/15, lensa tampak
keruh dan Shadow Test (+), reflek fundus okuli sinistra (+), papil, makula, dan retina dalam
batas normal.
Untuk membantu penegakan diagnosis dan penatalaksanaan, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan USG orbita, pemeriksaan biometri,
pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap, BSS, pro rontgen thoraks dan konsul ke
bagian penyakit dalam.
Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan penglihatan kabur dan visus
mata kanan 1/~ PSB serta visus mata kiri 6/60 pinhole 6/15. Hal ini menunjukkan bahwa
tajam penglihatan pasien berkurang. Untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam
penglihatan disebabkan oleh kelainan refraksi atau media refraksi, maka harus dilakukan
pemeriksaan pinhole. Setelah pemeriksaan pinhole tajam penglihatan tidak maju pada mata
kanan dan maju pada mata kiri. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada media refraksi.
Pada pasien ini kemungkinan glaukoma kronik dapat disingkirkan dari tidak adanya
keluhan mata seperti melihat pelangi bila melihat lampu (halo) dan pandangan seperti melihat
10
Pada penderita direncanakan terapi pro ekstraksi lensa + pemasangan Intra Ocular
Lens (IOL) OD. Pada pasien ini sudah diindikasikan untuk dilakukan terapi pembedahan
karena katarak sudah masuk dalam stadium
mengganggu pasien dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya. Tindakan ini selain untuk
tujuan terapeutik, yaitu memperbaiki visus, juga untuk tujuan diagnostik, yaitu melihat
segmen posterior. Setelah menjalani operasi katarak pada kedua matanya, pasien ini
direncanakan untuk diberikan kacamata koreksi untuk meningkatkan visus.
Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk
memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan
dengan diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus
digantikan oleh kacamata afakia yang tebal, lensa katarak yang tipis atau implantasi lensa
plastik (IOL) di dalam bola mata.
Prognosis keadaan vital pasien ini umumnya baik karena katarak senilis merupakan
penyakit mata yang tidak mengancam kehidupan, yaitu merupakan penyakit degeneratif
akibat suatu proses penuaan. Prognosis fungsi penglihatan pada pasien ini juga baik karena
jika pasien dioperasi katarak dengan pemasangan IOL atau tidak (menggunakan kacamata),
maka hasilnya dapat meningkatkan visus. Hal ini disebabkan karena pada pasien
inikemungkinan belum terjadi kerusakan di retina (namun perlu dipastikan dengan
pemeriksaan segmen posterior).
Namun, penderita katarak memiliki risiko terjadi komplikasi antara lain: glaukoma
sekunder, uveitis, subluksasi lensa dan dislokasi lensa. Untuk menghindari komplikasi
tersebut, penderita diharapkan dapat kontrol secara teratur.