Chancroid
Chancroid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan tujuan utama dibentuknya genitalia pada manusia. Memiliki
keturunan yang baik dan sehat merupakan idaman tiap pasangan. Namun, berbagai hal telah
berkembang pada masyarakat termasuk masalah kesehatan kelamin dan seks yang
dikomersialkan.
Beberapa orang mengatasnamakan kebutuhan biologis ataupun nafsu semata untuk
memuaskan diri sendiri tanpa tahu apa akibat dari perbuatannya tersebut. Banyak penyakit
yang bias terjadi dan dapat menular melalui kegiatan hubungan seksual antara lain sifilis,
herpes, HIV, chancroid dan lain-lain. Tiap infeksi memiliki tanda dan gejala khas masingmasing namun memiliki dampak yang sama yaitu mengganggu kerja dari organ reproduksi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan sedikit mengenai salah satu penyakit menular seksual
yaitu chancroid serta berbagai macam gejala klinis sampai dengan prognosisnya.
B. Manfaat
1. Agar mengetahui tentang apa itu penyakit chancroid
2. Agar mengetahui tentang etiologi, pathogenesis, diagnosis, manifestasi klinis,
penatalaksanaan serta prognosis dari chancroid
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang apa itu penyakit chancroid
2. Untuk mengetahui tentang etiologi, pathogenesis, diagnosis, manifestasi klinis,
penatalaksanaan serta prognosis dari chancroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Anatomi dan Fisiologi Organ Kelamin Pria
Testis (Internal)
Testis adalah struktur mirip telur dengan ukuran kira-kira panjangnya 5 cm dan memiliki
diameter sebesar 3 cm. Kedua testis berada dalam disebuah rongga yang disebut skrotum.
3
Sebuah kapsul yang kuat, berwarna putih dan terdiri dari jaringan ikat membungkus tiap
testis. Jaringan ikat di sepanjang batas kapsul bagian posterior menebal dan memanjang masuk
ke dalam testis, membentuk septa tipis yang membagi testis ke dalam sekitar 250 lobulus. Pada
setiap lobulus berisi satu hingga empat gulungan tubulus seminiferus yang berbelit satu sama
lain.(3)
Testis terdiri atas 900 lilitan tubulus seminiferus, yang masing-masing mempunyai
panjang rata-rata lebih dari meter, dan merupakan tempat pembentukan sperma. Sperma
kemudian dialirkan ke dalam epididimis, suatu tubulus lain yang juga berbentuk lilitan dengan
panjang sekitar 6 meter. Epididimis bermuara ke dalam vas deferens, yang membesar ke dalam
ampula vas deferens tepat sebelum vas deferens memasuki korpus kelenjar prostat.
Dua vesika seminalis, yang masing-masing terletak di sebelah prostat, bermuara ke dalam
ujung ampula prostat, dan isi dari ampula dan vesika seminalis masuk ke dalam duktus
ejakulatorius terus melalui korpus kelenjar prostat dan kemudian masuk ke uretra pars interna.
Duktus prostatikus juga bermuara dari kelenjar prostat ke dalam duktus ejakulatorius dan dari
tempat ini, bermuara ke dalam uretra pars prostatika.
Akhirnya, uretra merupakan rantai penghubung terakhir dari testis ke dunia luar. Uretra
disuplai dengan mukus yang berasal dari sejumlah besar kelenjar uretra kecil yang terletak di
sepanjang dan bahkan lebih jauh lagi dari kelenjar bulbouretralis(kelenjar Cowper) bilateral
yang terletak di dekat asal uretra.(1)
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum.
Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis terletak menggantung pada uraturat spermatic di dalam skrotum. Sepasang kelenjar yang masing-masing sebesar telur ayam
tersimpan di dalam skrotum masing-masing di tunika albugenia testis. Di belakang testis, selaput
ini agak menebal sehingga membentuk suatu bagian yang disebut mediastinum testis.
Testis memiliki 2 fungsi yaitu :
1. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di tubulus seminifeus
2. Menghasilkan hormone testosterone, dilakukan oleh sel interstial(5)
Epididimis (Internal)
4
Epididimis adalah sebuah struktur berbentuk seperti pipa dengan panjang sekitar 6 meter.
Masing-masing epididimis terhubung dengan duktus yang ada di dalam testis. Dimulai dari
bagian atas testis, lalu turun di sepanjang permukaan belakang testis dan kemudian berlanjut ke
atas yang selanjutnya disebut sebagai duktus deferens.
Sperma yang belum matang ketika mencapai epididimis berada dalam keadaan nonmotil.
Kontraksi peristaltik yang teratur selanjutnya menggerakan sel ini melewati epididimis, dan
akhirnya sel menjadi matang. Mengikuti dari proses pematangan ini, sel sperma dapat bergerak
secara independen dan sudah bisah melakukan fertilisasi. Walau begitu, mereka biasanya tidak
akan berenang sampai dengan waktu ejakulasi.(3)
Saluran ini dikelilingi oleh jariran ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan
bagia dari kaput epididimis. Duktus eferentis panjangnya 20 cm, berbelok-belok dan
membentuk kerucut kecil dan bermuara ke duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan,
masuk ke dalam vas deferens. Fungsinya sebagai saluran penghantar testis, mengatur sperma
sebelum diejakulasi, dan memproduksi semen.
Semen terdiri dari secret epididimis, vesika seminalis dan prostat serta mengandung
spermatozoa yang dikeluarkan setiap ejakulasi. Spermatozoa bergerak dalam semen, lingkungan
cairan alkalis melindungi dari keasaman.(5)
Gambar 2, Bagian-bagian traktus genitalis pria dari bagian anterior, (Sumber: Snell, 2006)
6
Prostata merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatica.
Prostata mempunyai panjang kurang lebih 1 inci (3 cm ) dan terletak di antara collum vesicae
di atas dan diaphragma urogenitale di bawah.
Prostata dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa, yang
merupakan bagian lapisan viscera fascia pelvis. Prostata yang berbentuk kerucut mempunyai
basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae; dan apex
prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragma urogenitale. Kedua
ductus ejaculatorius menembus bagian atas fecies posterior prostatae untuk bermuara ke urethra
pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.(5)
Urethra (Internal)
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi
sperma atau menghasilkan cairan alkalis pada cairab seminalis berguna untuk melindungi
spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra dan vagma. Cairan ini merupakan
bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan
dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas
empat lobus yaitu :
1. Lobus posterior
2. Lobus lateral
3. Lobus anterior
4. Lobus medial
d. Bulbouretralis
Kelenjar bulbo uretralis terletak di sebelah bawah dari kelenjar prostat panjangnya 2-5 cm.
Fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat.
Urethra merentang dari kandung kemih sampai ke ujung penis dan terdiri dari tiga bagian,
yaitu:
1. Urethra prostatica merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih, menembus
prostata dan menerima sekresi dari kelenjar prostata.
2. Urethra membranosa panjangnya memcapai 1 cm sampai 2 cm. Bagian ini dikelilingi
sfingter urethra external.
3. Urethra penis (kavernous, berspons) dikelilingi oleh jaringanerektil berspons (korpus
spongiosum). Bagian ini membesar ke dalam fosa navicularis sebelum berakhir pada
mulut urethra external dalam glans penis.(4)
Skrotum (Eksternal)
Skrotum adalah kantong kulit dan jaringan subkutan yang menggantung pada regio
bawah abdomen ke penis. Sebuah septum medial membagi skrotum menjadi 2 ruangan. Masingmasing bagian memiliki membran serosa yang membungkus testis dan memudahkannya untuk
bergerak semudah mungkin di dalam skrotum. Skrotum melindungi dan sekaligus membantu
regulasi suhu testis. Faktor ini sangat penting dalam pembentukan sel reproduksi.
8
Terpapar dengan suhu yang rendah akan merangsang serat otot polos pada dinding
skrotum untuk berkontraksi, mengerutkan kulit skrotum yang menyebabkan testis bergerak
dengan mudah ke dalam rongga pelvis dimana ia dapat menyerap panas. Apabila terpapar suhu
hangat maka akan merangsang serat otot polos untuk berelaksasi dan skrotum akan menggantung
secara lebih longgar, hal ini akan menyediakan keadaan 3 0 C lebih rendah dari temperatur tubuh
di mana hal ini merupakan keadaan yang kondusif untuk produksi sperma.(3)
Skrotum menonjol keluar dari bagian bawah dinding anterior abdomen. Skrotum berisi
testis, apididymis, dan ujung bawah funiculus spermatikus.
Dinding scrotum mempunyai lapisan yaitu:
1. Cutis
Cutis scrotum tipis, berkerut, berpigmen, dan membentuk suatu kantong tunggal. Sedikit
peninggian di garis tengah menunjukkan garis persatuan kedua pembengkakan
labioscrotalis.
2. Fascia superfisialis
Fascia superfisialis melanjukan diri sebagai panniculus adiposus dan stratum
membranosa dinding anterior abdomen; akan tetapi panniculus adiposus diganti oleh otot
polos yang dinamakan muskulus dartos.
3. Fasciae spermaticae
Fasciae spermaticae terletak di bawah fascia superfisialis dan berasal dari tiga lapisan
dinding anterior abdomen pada masing-masing sisi. Fascia spermatica eksterna berasal dari
aponeurosis muskulus obliquus eksternus abdominis; fascia cremasterica berasal dari
musculus obliquus internus abdominis; dan fascia spermatica interna berasal dari fascia
transversalis.
4. Tunica vaginalis
Tunica vaginalis terletak di dalam fasciae spermaticae dan meliputi permukaan anterior,
media, dan lateralis masing-masing testis. Tunica vaginalis merupakan
bagian bawah
processus vaginalis, dan biasanya sesaat sebelum lahir menutup dan memisahkan diri dari
9
bagian atas processus vaginalis dan cavitas peritonealis. Dengan demikian tunica vaginalis
merupakan kantong tertutup, diinvaginasi dari belakang oleh testis.(5)
Penis (Eksternal)
Penis adalah organ berbentuk silindris yang membawa urine dan semen melalui uretra ke
dunia luar. Pada saat ereksi, ia akan membesar dan mengeras memungkinkan ia untuk
dimasukkan ke dalam vagina ketika melakukan hubungan seksual. Korpus atau batangnya terdiri
dari tiga kolom jaringan erektil-satu pasang terletak di bagian corpora cavernosa, dan yang
satunya lagi berada di depan, tepatnya pada corpus spongiosum. Sebuah kapsul jaringan ikat
padat membungkus tiap kolom. Kulit, sebuah lapisan tipis dari jaringan subkutan dan sebuah
lapisan jaringan ikat membungkus penis.
Corpus spongiosum, bagian yang menjadi tempat lewatnya uretra, membesar di bagian
distalnya dan membentuk glans penis yang sensitif dan mirip kerucut. Glans menutupi ujung dari
corpora cavernosa dan tempat dari orifisium uretra eksterna. Kulit dari glans sangatlah tipis dan
tidak berambut dan berisi reseptor sensorik untuk rangsangan seksual. Lipatan kulit longgar yang
disebut kulup dimulai dari bagian posterior glans dan melebar ke depan untuk menutupi glans
sebagai pembungkusnya. Sebuah prosedur bedah untuk melepaskan kulup ini disebut dengan
sirkumsisi.(3)
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Chancroid atau syankroid atau chancre halus adalah sebuah infeksi menular seksual
karena bakteri dengan gejala nyeri pada alat kelamin. Penyakit ini hanya bisa tertular dari
satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.(6)
B. Etiologi
Chancroid adalah infeksi bakteri yang
disebabkan
oleh
bakteri
Gram-negatif
khususnya
kalangan
dengan
C. Patogenesis
H. ducreyi masuk ke dalam kulit melalui
abrasi mikro yang terjadi ketika hubungan
seksual berlangsung. Reaksi jaringan lokal
Gambar 4, Chancroid yang terjadi di glans
penis
11
Sekitar setengah dari laki-laki yang terinfeksi hanya memiliki satu ulkus. Perempuan
biasanya sering mengalami 4 buah ulkus atau lebih. Ulkus mula-mula biasa disalahartikan
sebagai chancre keras, luka yang biasanya ada pada sifilis primer. Sekitar sepertiga dari
penderita akan mengalami limfadenopati di bagian inguinal. Sebagian dari itu jika berlanjut
maka kelenjar getah bening akan rupture dan mengeluarkan abses yang disebut buboes.(7)
12
E. Tempat Ulkus
1. Laki-laki :
permukaan preputium, sulkus korona, frenulum, permukaan penis, meatus uretra, dan
glans penis.
2. Perempuan :
labia mayor, vestibulum, klitoris, area perineum atau paha bagian dalam.(8)
F. Diagnosis
Ada beberapa macam bentuk dari penyakit ini yaitu :
Table 1, Macam-macam jenis chancroid
Jenis
Ciri-ciri
Dwarf chancroid
Giant chancroid
nyeri.
Besar, biasanya terdapat pada buboes yang
Follicular chancroid
Transient chancroid
13
Serpiginous chancroid
Mixed chancroid
Phagedenic chancroid
Chancroidal ulcer
bakteri lain.
Ulkus yang disebabkan oleh organisme lain;
absennya limfadenopati
Dari pemeriksaan pus bubo atau sekresi ulkus ditemukan H.ducreyi. Bisa juga dilakukan
identifikasi menggunakan PCR(Polymerase Chain Reaction). Pemeriksaan serologi dengan
deteksi antigen H.ducreyi juga dapat digunakan. Namun, cara-cara tersebut belum tersebar
secara merata, jadi kultur tetap menjadi tes gold standard.(1)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang mungkin adalah sifilis primer dan herpes genitalia. Perbandingan
dengan herpes lebih mudah diketahui daripada dengan sifilis primer karena manifestasi
klinis herpes adalah terbentuknya papula dan vesikel seperti kutil di bagian genitalia.
Sedangkan perbandingan dengan sifilis akan disajikan pada table di bawah ini:
Table 2, Persamaan dan perbedaan antara chancre dan chancroid
Persamaan
Perbedaan
Sedangkan
penyebab
disebabkan
chancre
penyakit
oleh
H.ducreyi.
disebabkan
sifilis,
oleh
Treponema
pallidum.
Chancre biasanya
tidak
terlalu
nyeri.
kekuning-kuningan.
Chancre memilki pinggiran yang keras.
Sedangkan Chancroid memiliki pinggiran
14
Keduanya dapat muncul di berbagai tempat
yang lunak.
Chancre dapat sembuh secara spontan dalam
waktu tiga sampai 6 minggu
Chancre dapat terjadi di faring
G. Penatalaksanaan
Rekomendasi CDC (Center of Disease Control) untuk chancroid adalah 1 gram
azitromisin dosis tunggal atau ceftriaxone IM dosis tunggal, atau eritromisin oral untuk tujuh
hari. Abses nya harus didrainase.
H. Ducreyi resisten terhadap sulfonamide, tetrasiklin, penisilin, klorompenikol,
siproflaksin, ofloflaksin, trimertoprim, dan aminoglikosida. Kegagalan terapi dapat terjadi
bila ada ko-infeksi HIV.(8)
H. Komplikasi
Dapat terjadi adenitis yang semakin luas. Abses inguinal yang besar juga dapat
berkembang dan rupture membentuk ulkus raksasa. Infeksi super oleh Fusarium dan
Bacteroides. Hal ini membutuhkan debridemen yang dapat menghasilkan luka membekas.
Fimosis juga dapat terjadi pada lesi yang lama terjadi oleh karena perlukaan dan penebalan
preputium yang memerlukan sirkumsisi.(7)
I. Prognosis
Prognosisnya baik bila diterapi dengan tepat. Menghindari kondisi penularan penyakit
akan memutus lingkaran setan PMS.(8)
15
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, chancroid merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh infeksi bakteri H. ducreyi yang menyebabkan pustule yang kemudian akan berkembang
menjadi ulkus yang sangat nyeri dan mengganggu penderita. Infeksi juga bias menyebar ke
kelenjar getah bening di daerah inguinal dan menyebabkan adanya buboes yang sewaktu-waktu
bias rupture dan mengeluarkan abses.
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotic azitromisin ataupun
ceftriaxone untuk membunuh bakteri dan drainase abses. Penyakit ini sering disalahartikat
sebagai penyakit sifilis primer karena perawakan ulkus yang mirip. Karena chancroid merupakan
penyakit menular seksual maka hal yang perlu dilakukan untuk mencegahnya adalah tidak
melakukan seks bebas dan lakukan seks aman dengan menggunakan kondom agar risiko terkena
infeksi menjadi semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC (hlm. 1048)
2. Hull, David dan Derek I. Johnston. 2008. Dasar-dasar pediatri, Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC (hlm : 185-186)
3. Shier, David, dkk. 2012. Holes Essentials Human Anatomy and Physiology, 11th Ed.
New York:McGraw-Hill. (hlm : 506-512)
4. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC (hlm : 347,
350)
5. Snell, Richard S..2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC (hlm : 167-169, 349-352)
6. James, William D, et al. 2006. Andrews Diseases of the Skin: Clinical Dermatology.
Saunders Elsevier. (hlm : 274)
7. Maxine A. Papadakis and Stephen J. Mcphee. 2007. CURRENT Diagnosis and
Treatment of Sexually Transmitted Diseases. McGraw-Hill Companies. (hlm : 69-74)
8. King K, Holmes, et al. 2007. Sexually Transmitted Diseases, 4th Ed. McGraw-Hill
Companies. (hlm : 689-698)