Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

Pisang (Musa paradisiaca)


Pisang (Musa paradisiaca) berasal dari Asia dan tersebar di Spanyol, Itali,
Indonesia serta Amerika. Pisang merupakan salah satu buah tropik yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, ketersediaannya tidak mengenal musim dan
harganya terjangkau. Tanaman pisang bersifat monokarfik artinya hanya berbuah
sekali dan kemudian mati. Tanaman pisang akan berproduksi dengan baik apabila
pertumbuhannya juga subur (Nurjanah, 2007).
Pisang umumnya dapat tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1.000
m diatas permukaan laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab
dan panas. Meskipun demikian pisang dapat tumbuh di dataran tinggi sampai
ketinggian 1.300 m diatas permukaan laut. Di dataran tinggi umur tanaman
sampai berbuah lebih lama dan kulitnya lebih tebal. Taksonomi tanaman pisang
adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Devisi

: Spermatophyta

Sub. Divisi : Angiospermae


Kelas

: Monocotylae

Bangsa

: Musales

Suku

: Musaceae

Marga

: Musa

Jenis

: Musa paradisiaca

(Rismunandar, 1990).

4
Universitas Sumatera Utara

Batang pisang mempunyai manfaat cukup banyak dapat dipergunakan


sebagai bahan makanan tambahan ternak dimusim kering, dan dapat pula
dipergunakan sebagai bahan baku pupuk kompos, yang nantinya akan mempunyai
nilai-nilai ekonomi yang baik. Batang pohon pisang dapat digunakan sebagai
bahan dasar kertas daur ulang (Satuhu dan Ahmad, 1999).
Kandungan yang terdapat pada batang pisang sebagian besar berisi air dan
serat (selulosa), disamping bahan mineral kalium, kalsium, fosfor, besi
(Satuhu dan Ahmad, 1999). Komposisi kimia batang pisang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang. Batang
pisang ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menelangkup dan
menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang
tanaman

dengan

tinggi

berkisar

3,5-7,5

meter

tergantung

jenisnya.

(Satuhu dan Ahmad, 1999).


Tabel 1. Komposisi kimia batang pisang setiap (100 kg)
Unsur
Air (gr)
Protein (gr)
Lemak
Fosfor (mg)
Kalium (mg)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Hidrat arang (gr)

Jumlah
92,50
0,35
135
213
122
0,70
4,60

Sumber : Munadjim, 1983

Kertas dan Serat


Bahan baku utama untuk produksi kertas dan kertas board ialah pulp.
Dalam proses pembutannya serat yang berasal dari pulp dan kertas bekas dibantu
dengan bahan pengisi dan zat warna dengan perbandingan tertentu tergantung
pada jenis

kertas yang akan diproduksi. Di Negara-negara maju ada

Universitas Sumatera Utara

kecenderungan untuk meningkatkan pemakaian kertas bekas (waste paper), hal ini
tercermin dalam hal-hal sebagai berikut:
-

menurunnya persentase pemakaian/konsumsi kertas koran.


(dimana pembuatan kertas koran sedikit memakai kertas bekas).

Pemakaian pulp cenderung menurun per unit produksi kertas.

(Departemen Perindustrian, 1982).


Kertas adalah suatu bahan yang disusun terutama oleh serat-serat sellulose
yaitu tanaman, mineral, bulu binatang, serat sintetis. Umumnya proses pembuatan
kertas terdiri dari 2 bagian kelompok besar yaitu proses pembuatan pulp dari
proses pembuatan kertas dan board. Proses pembuatan pulp yang melalui 2 tahap
proses yaitu proses mekanis dan kimia (Soekartawi, 1989).
Selulosa merupakan komponen penting dari kayu yang bermanfaat sebagai
bahan baku pembuatan kertas. Menurut Zulferiyenni, dkk (2009) menyatakan
bahwa perbedaan rasio antara ampas tebu dan batang pisang tidak berbeda nyata
sedangkan konsentrasi asam asetat berpengaruh nyata terhadap kadar selulosa
pulp yang dihasilkan. Kadar selulosa yang dihasilkan pada semua perlakuan
berkisar 4256%.
Pada dasarnya tanaman Abaca (tanaman pisang) merupakan bahan mentah
untuk pembuatan pulp dan kertas yang dengan mudah ditanam dalam waktu yang
cepat dibanding tanaman kayu yang ada dihutan. Abaca memiliki serat yang
begitu kuat sehingga memungkinkan untuk menghasilkan pulp yang berkualitas
karena bahan mentah yang menghasilkan lignin selulosa bersumber dari tanaman
pisang yang tumbuh (Muladi dan Arifin, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Jenis

cetakan

tidak

menggunakan

mesin

handpress

melainkan

menggunakan screen. Meskipun ciri-ciri alat pencetaknya berbeda, hasil kedua


cetakan mesin sama. Ada beberapa jenis kertas yang dipakai untuk usaha
percetakan tangan. Yaitu buffalo (ada yang tebal dan tipis atau disebut dengan
kertas litax), orien (tebal dan tipis), HVS, BC, BC buffalo, hammer, undangan
merah, kertas jeruk dan sebagainya. Harga-harga tiap jenis kertas berbeda-beda
(Karyadi, 2000).
Pertanaman serat lunak (soft fibre) terdiri dari jenis rosella, kenaf dan jute.
Saat ini pengembangannya yang terbanyak ialah kenaf, lebih kurang 85%,
kemudian rosella, lebih kurang 15% dan sedikit jute. Menurut Soekartawi (1989)
menyatakan serat maupun batang berkulit rosella, kenaf dan jute dapat dijadikan
pulp kertas. Kertas yang dihasilkan merupakan kertas yang dipakai untuk suratsurat berharga seperti cek, perangko, ijazah dan lain-lain.
Serat yang berdinding tipis akan menghasilkan lembaran pulp dan kertas
yang lebih padat dan kekuatan retak yang lebih baik dibandingkan dengan serat
yang berdinding tebal (Soekartawi, 1989). Serat yang berdinding tebal
menghasikan lembaran yang mempunyai kekuatan sobek yang tinggi, tetapi
kekuatan retak yang rendah. Untuk memperoleh kekuatan retak dan sobek yang
tinggi, serat yang berdinding tebal perlu dicampur dengan serat panjang dan
berdinding tipis misalnya dengan serat kayu daun jarum.
Dalam pembuatan pulp kenaf pun dapat dimasak menggunakan proses
yang sama seperti pada jenis non kayu yang lain, yaitu proses soda, sulfat dan
NSSC (Neutral Sulfite Semi Chemical). Rata-rata konsumsi serat dunia berkisar

Universitas Sumatera Utara

antara 3,44 juta dan 5,53 juta ton per tahun. Negara konsumen serat sebagian
besar adalah negara sedang berkembang (Soekartawi, 1989).
Pembuatan Kertas dan Penggunaan NaOH
NaOH (Natriun Hidroksida) yang termasuk senyawa alkali ini banyak
dikenal sebagai soda (caustic soda) telah banyak dikenal dalam industry
pembuatan kertas. Fungsi umum penggunaan dalam proses pembuatan kertas
NaOH ada pada proses pendegradasian lignin. Selain untuk degradasi lignin,
penggunaan NaOH digunakan untuk memperbaiki sifat serat dalam prosesnya
untuk dibuat menjadi kertas (Sjostrom, 1995). Perbaikan serat yang dimaksud
adalah perbaikan sifat dalam usahanya untuk lebih mempermudah dan
memperkuat jalinan serat kertas yang terbentuk. Dalam proses pemasakan serat
dengan larutan NaOH, serat akan mengalami efek ribbon. Efek ribbon adalah efek
fisik dimana serat tunggal menjadi kasar dan berserabut.
Ketebalan kertas dinyatakan dalam satuan mikron (m) berdasarkan hasil
penelitian Sucipto, dkk (2009) ketebalan kertas seni pelepah pisang dari hasil
penelitian sebesar 235 m lebih rendah dari kertas seni yang ada di pasaran, yaitu
sebesar 246 m. perbedaan ketebalan kertas ini disebabkan adanya pengaruh
perlakuan komposisi yaitu konsentrasi NaOH.
Pada umumnya pulp yang dihasikan pada dewasa ini dalah pulp kimia,
membagi pulp kimia berdasarkan bahan kimia yang digunakan dalam proses
pemasakan, yang terdiri dari soda, sulfat dan silfit. Pulp soda adalah pulp kimia
hasil pemasakan dengan menggunakan larutan soda kostik sebagai larutan
pemasak. Pulp sulfat adalah pulp kimia hasil pemasakan dengan menggunakan
soda kostik natrium sulfide sebagai larutan pemasaknya. Pulp sulfit adalah pulp

Universitas Sumatera Utara

kimia hasil pemasakan dalam larutan bisulfat. Pembuatan pulp kraft dilakukan
dengan larutan yang terdiri atas natrium hidroksida dan natrium sulfida, yang
dinamakan lindi putih. Dimana semua bahan kimia dihitung sebagai ekuivalen
natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH atau Na2O. Dalam kimia pembuatan
pulp modern unit-unit berat NaOH sering diganti dengan unit-unit molar,
misalnya efektif per liter larutan atau per kilogram kayu (Sjostrom, 1995).
Kadar alfa selulosa dari alang-alang memiliki nilai tertinggi dibandingkan
dengan jenis bahan baku yang lain. Menurut Wibisono, dkk (2011) diketahui
bahwa kadar alfa selulosa yang semakin tinggi mengakibatkan daya tarik kertas
semakin kuat dan daya hapus juga semakin baik sehingga kualitas dari kertas yang
dihasilkan oleh pulp berbahan baku alang-alang lebih baik jika dibandingkan
dengan pulp dari ampas tebu dan eceng gondok. Akan tetapi pulp dari alang-alang
memiliki intensitas kecerahan kertas yang lebih jelek jika dibandingkan dengan
pulp dari eceng gondok, karena banyak lignin yang terkandung dalam pulp
menyebabkan kertas yang dihasilkan menjadi lebih gelap.
Reaksi pemasakan bahan baku dengan asam asetat berlangsung pada
kondisi endotermis, dimana konversi reaksi pada reaksi endotermis akan
dipengaruhi oleh panas yang diterima pada saat proses pemasakan. Besar
pemasukan akan kebutuhan panas bergantung pada perubahan suhu. Semakin
besar perubahan suhu akan menyebabkan semakin besar pula panas yang akan
dihasilkan. Maka dengan penggunaan suhu pemasakan yang lebih tinggi akan
membuat konversi dan reaksi lebih baik. Dengan demikian baiknya konversi
reaksi akan menyebabkan lignin yang terdegradasi semakin besar sehingga kadar
alfa selulosa dalam pulp menjadi lebih besar (Wibisono, dkk., 2011).

Universitas Sumatera Utara

10

Perbedaan utama di antara berbagai proses pembuatan kertas ialah metode


yang digunakan untuk menyelesaikan langkah pertama pembuatan pulp. Cara
mekanis, cara kimia, atau energi panas atau kombinasi-kombinasinya digunakan
dalam memproduksi pulp. Dua proses kimia yang berbeda digunakan dan
keduanya berbeda pada tipe bahan kimia penyusun cairan pemasak, proses-proses
ini ialah proses sulfit dan proses sulfat (Bowyer, 1996).
Larutan natrium hidroksida digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi
bekas yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Proses
kraft telah hampir menggantikan secara lengkap proses soda yang tua karena
keunggulan selektifitas delignifikasi yang menghasilkan juga kualitas pulp yang
lebih tinggi. Disamping dimensi dan nilai turunan serat dipergunakan sebagai
pengukur kualitas bahan baku. Komponen kimia serat atau kayu umumnya terdiri
dari selulosa, hemi-selulosa, lignin dan zat okstraktif. Selulosa sangat dibutuhkan
dalam pembuatan kertas karena selulosa mempunyai daya gabung yang besar
sehingga hal ini memudahkan pengerjaan jalinan serat (Soekartawi, 1989).
Pengujian kertas
Gramatur adalah massa lembaran kertas dibagi luasnya dalam satuan
g/m2. Gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air pada kelembapan udara relatif
disekitar kertas. Semakin besar gramatur yang dihasilkan maka ketahanan sobek
dan ketahanan tarik pada kertas seni semakin kuat (Sucipto, dkk, 2009).
Untuk keperluan pengendalian proses dan mutu bagi produsen kertas dan
karton BSN menentukan batas nilai gramatur minimal dan maksimal yang masih
diperkenankan bagi kertas dan karton pada gramatur tertentu yang tertera pada
tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 2. Toleransi gramatur


Gramatur (g/m)
< 28,00
35,00
45,00 55,00
>60,00
(BSN, 2006).

Toleransi (%)
7
6
5
4

Ketahanan tarik adalah daya tahan lembaran kertas atau karton terhadap
gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas tersebut diukur pada kondisi
standar. Daya regangan adalah regangan maksimum yang dapat dicapai oleh jalur
kertas tersebut diukur pada kondisi standar. Panjang putus adalah jalur kertas atau
karton dengan lebar sama yang beratnya dapat memutuskan jalur tersebut apabila
digantung satu ujungnya.
Peralatan yang digunakan mengukur kekuatan tarik adalah:
1. Dua buah alat penjepit untuk kedua ujungnya
2. Bandulan kertas
3. Skala pembaca untuk ketahanan tarik
4. Motor untuk menggerakkan bandul dengan kecepatan tetap
Ketahanan tarik dapat dinyatakan sebagai panjang putus dengan perhitungan:

(BSN, 1998).

panjang putus (m)=kekuatan tarik

panjang jalur (m)


berat jalur

Ketahanan sobek adalah gaya dalam miliNewton (mN) yang dibutuhkan


untuk menyobek kertas pada kondisi standar. Prinsip uji ketahanan sobek kertas
metode Elmendorf adalah setumpuk lembaran contoh uji yang sudah mengalami
penyobekan awal kemudian disobek menggunakan pendulum pada jarak tertentu.
Gaya sobek yang ditimbulkan oleh pendulum bergerak dalam bidang yang tegak
lurus terhadap bidang contoh uji. Usaha untuk menyobek contoh uji diindikasikan

Universitas Sumatera Utara

12

dengan hilangnya energi potensial dari pendulum. Peralatan uji ketahanan sobek
metode Elmendorf adalah:
1. Alat penjepit yang terdiri dari sebuah penjepit statis dan sebuah penjepit yang
dapat bergerak bersama sektor pendulum
2. Sektor pendulum
3. Alat penahan sektor pendulum
4. Jarum penunjuk dan skala
5. pisau
(BSN, 2009).
Karakteristik kertas
Kualitas suatu produk kertas merupakan suatu hal yang terukur. Kualitas
ini dilihat dari karakteristiknya berdasarkan kegunaan kertas itu sendiri. Diantara
karakteristik-karakteristik itu adalah :
1. Bonding strength : Daya ikat serat dalam lembaran kertas. Kertas dengan daya
ikat yang baik tidak akan mudah rusak di saat proses pencetakan
2. Burst Strength : Ukuran tentang kekuatan selembar kertas untuk dapat
menahan suatu tekanan
3. Brightness : Sifat pemantulan cahaya yang dimiliki kertas atau pulp.
Pengukuran brightness dilakukan dengan kertas dan pulp dengan standard
referensi (dalam skala 1 sampai 100 yang mewakili pemantulan sinar
magnesium oksida)
4. Opacity : Suatu derajat nilai yang didasarkan seberapa besar seseorang tidak
bisa melihat menembus selembar kertas. Besarnya diukur dengan banyaknya
cahaya yang tertinggal saat melewati kertas

Universitas Sumatera Utara

13

5. Tear (Indeks sobek) : Indikator panjang serat dan keseragaman serat dalam
selembar kertas. Tear dihitung dengan satu tes yang mengukur besarnya
tenaga yang dibutuhkan untuk dapat merobek kertas itu saat pertama kali
6. Tensile Strength : didefinisikan sebagai besarnya gaya maksimum yang
dibutuhkan untuk memutuskan kertas dengan arah horizontal
(Firmansyah, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai