Anda di halaman 1dari 3

Kematian adalah Sebuah Misteri

Siapa pun manusia di dunia ini, baik ulama, cendikiawan, dokter, psikolog,
para normal atau apapun statusnya tidak akan tahu kapan hari, jam, dan
tanggal kematiannya. Karena kematian seseorang merupakan hak
prerogative Allah SWT yang tidak pernah diumumkan kepada manusia.
Untuk para hamba yang memiliki pemahaman seperti ini, ia akan selalu
siaga untuk menghadapi hari kematiannya dengan berbagai amal yang
diridhai Allah SWT. Siaga menghadapi kematian melebihi kesiagaan dalam
hal lain. Misalnya saat ini banyak orang melakukan siaga bencana, siaga
perang, siaga banjir dan siaga-siaga lainnya tapi luput programnya dari siaga
kematian. Padahal kematian adalah sebuah misteri, ia akan merenggut siapa
saja di dunia ini dengan tidak mengenal usia. Bukan hanya orang tua, tetapi
anak muda, remaja bahkan bayi sekalipun dapat meninggal tanpa diprediksi.
Kematian juga tidak mengenal apakah orang itu sakit atau sehat, karena
terbukti orang yang sehat, segar dan bugar juga bisa mengalami mati
mendadak.
Kematian juga tidak selalu dialami seseorang secara sendirian, karena bila
Allah SWT menghendaki kematian bisa dialami oleh sebuah komunitas, atau
suatu bangsa di suatu daerah , atau suatu wilayah atau suatu negara dalam
jumlah yang sangat menakjubkan. Contoh peristiwa gempa bumi di Padang
Sumatera Barat atau Tsunami di Aceh dan yang terakhir di Jepang.
Sebagai seorang muslim kematian yang didambakan adalah mati syahid
dalam membela agama Allah SWT, mempertahankan hak seperti yang
dilakukan oleh saudara kita yang ada di Palestina saat ini dalam
melawan Israel yang mengambil tanah mereka, menguasai masjid Al Aqsa
dan berbagai hak hidup mereka. Namun karena kematian sebuah misteri
tidak semua mereka yang berjuang mendapat karunia syahadah seperti
yang di harapkan.
Ada juga yang mengharapkan kematian setelah melakukan ibadah seperti
setelah selesai sholat, setelah berbuka puasa atau setelah selesai
melaksanakan ibadah haji, atau ibadah-ibadah lainnya. Banyak harapan
mereka yang dikabulkan Allah SWT. Rita seorang aktivis dakwah di kota
Tangerang teman saya menceritakan bahwa pada bulan Ramadhan tahun
2009 seorang bapak bernama Ahmad ikut shalat tarawih. Setelah selesai
shalat dan sedang berdzikir, ia terjatuh dan kemudian meninggal dunia.
1

Cerita lain tentang seorang ibu yang baru selesai berbuka kemudian terjatuh
dan segera dilarikan ke rumah sakit. Tak lama kemudian ia meninggal di
rumah sakit.
Ada lagi peristiwa yang sangat memilukan. Seorang ibu yang baru selesai
menunaikan ibadah haji meninggal di pesawat GA 981. Ketika ia menaiki
tangga, pas di anak tangga yang terakhir dekat pintu ia terjatuh dalam posisi
duduk. Kebetulan penulis duduk di dekat pintu sehingga terlihat jelas
bagaimana ia terjatuh dan dibantu suaminya untuk duduk. Ia terlihat sangat
lemah , sehingga dibaringkan dan di gotong oleh teman-temannya sesama
jamaah haji dari Solo. Saat digotong dan lewat di hadapan penulis, penulis
berdiri dan sempat memegang kakinya yang terasa sangat dingin. Kemudian
pramugari melalui pengeras suara menanyakan siapa penumpang yang
dokter. Ia mohon bantuannya untuk menolong pasien yang sedang sakit.
Ternyata ada dua dokter laki-laki dan perempuan yang siap menolong,
kemudian agak ramai mereka mondar mandir karena posisi duduk ibu
Hartati-nama ibu itu- di kelas ekonomi agak rumit untuk mendapat bantuan.
Akhirnya kebijakan crew pesawat ibu Hartati dipindahkan ke kelas bisnis
untuk memudahkan pengurusannya.
Senyum Mujahidah Dunia, Putri Surga
Setelah pesawat take-off beberapa menit dan suasana agak tenang, masingmasing petugas duduk kembali ke kursi masing-masing. Penulis mencoba
melihat ibu Hartati di tempatnya, ternyata beliau tidur mendengkur di
sebelah suaminya. Tidak lama kemudian terlihat suasana yang agak ribut.
Ternyata ibu Hartati sudah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk.
Terpikir oleh penulis tidak mungkin selama 9 jam mayat bisa bertahan duduk
di kursi. Akhirnya setelah musyawarah dengan crew pesawat jenazah ibu
Hartati diletakkan di belakang barisan kursi bisnis terakhir dengan
beralaskan plastik. Hal ini menjadi PR bagi penulis untuk memberi masukan
kepada pihak penerbangan. Ketika rapat kerja bulan Mei 2010 dengan
pengelola maskapai Garuda di komisi VIII yang membincang masalah biaya
penerbangan haji, penulis sampaikan kepada Dirut Garuda pak Emir Sattar
bahwa penerbangan harus selalu mempersiapkan KIT untuk jenazah berupa
kantong mayat, karena sangat mungkin dalam penerbangan jauh atau dekat
ada seseorang yang tiba ajalnya. Saat itu beliau mengaminkan, dan mudahmudahan sekarang sudah direalisasikan.

Itulah kematian yang merupakan hak penuh Allah SWT, yang tidak bisa di
duga oleh siapa pun. Ia adalah Tidak bisa ditunda
sedikit pun atau di percepat. Wallahu alam bish shawwab.
Madinah Al-Munawwarah, 23 April 2011
Yoyoh Yusroh

Anda mungkin juga menyukai