3. PRESIDEN
2. PRESIDEN
Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya amandemen
dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya amandemen UUD 1945 sekarang
menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon
Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu.
Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR melainkan bertanggung jawab
langsung kepada Rakyat Indonesia. Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan
Wapres dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat. Presiden
dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama hanya untuk
satu kali masa jabatannya.
Setelah amandemen UUD 1945 beberapa wewenang Presiden
sudah banyak dikurangi, antara lain sebagai berikut :
Hakim agung tidak lagi diangkat oleh Presiden melainkan diajukan oleh komisi
yudisial untuk diminta persetujuan DPR, selanjutkan ditetapkan oleh Presiden (Pasal
24A ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945).
Demikian juga anggota Badan Pemeriksa Keuangan tidak lagi diangkat oleh Presiden,
tetapi dipilih oleh DPR dengan memperhatikan DPD dan diresmikan oleh Presiden
(Pasal 23F ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945). Pengangkatan pejabat- pejabat
tersebut mencerminkan suatu mekanisme ketatanegaraan yang mengarah kepada
suatu keseimbangan dan demokratisasi.
Namun sangat disayangkan, pengangkatan seorang jaksa agung masih menjadi
kewenangan presiden, tanpa melibatkan DPR secara nyata.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut dan
angkatan udara.
3. DPR
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan dikukuhkan
keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang
merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan
sebelum perubahan yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama ketika
berhubungan dengan Presiden.
Tugas dan wewenang DPR;
1) Membentuk undang-undang yang dibahasa dengan presiden untuk mendapat
persetujuan bersama;
2) Membahas dan memerikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undangundang;
4. DPD
DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya
utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.DPD dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
DPD mempunyai fungsi :
Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang
berkaitan dengan bidang legislasi tertentu[8];
Tugas dan Wewenang DPD[9]
1) DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan Undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran,
dan penggabungan daerah, pengolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak.pendidikan dan agama
5. BPK
BPK adalah lembaga tinggi Negara yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga
yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.
BPK Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.
6. DPA (Dewan Pertimbangan Agung) telah dihapus pasca
amandemen keempat
7. MAHKAMAH AGUNG
Mahkamah Agung adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman,
yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan. di bawah MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Kewajiban dan wewenang[10]
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang undangan
di bawah Undang- undang , dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi dan Rehabilitasi
8. MAHKAMAH KONSTITUSI
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan Kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Agung Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi
(the guardian of the constitution).
MK Mempunyai kewenangan:
Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara,
memutus pembubaran partai politik,memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau
wakil presiden
menurut UUD.
Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah
Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
9. KOMISI YUDISIAL
berdasarkan UU no 22 tahun 2004 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang
bersifat mandiri dan berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama
calon Hakim Agung.
KEANGGOTAAN[11]
1. Komposisi keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas dua mantan hakim, dua orang
praktisi hukum, dua orang akademisi hukum, dan satu anggota masyarakat.
2. Anggota Komisi Yudisial adalah pejabat negara, terdiri dari 7 orang (termasuk
Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap Anggota).
3. Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
WEWENANG[12]
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung
kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH).
TUGAS MENGUSULKAN PENGANGKATAN HAKIM
AGUNG DAN HAKIM AD HOC DI MAHKAMAH AGUNG:
1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
3. Menetapkan calon hakim agung;
4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT TAP MPRS
XX TAHUN 1966
Tentang memorandum DPR gotong-royong mengenai sumber tertib hukum RepubliK
Indonesia dan tata urut RepubliK Indonesia :
1. UUD 1945
2. KETETAPAN MPR
3. UU / PERPU
4. PERATURAN PEMERINTAH
5. KEPUTUSAN PRESIDEN
6. PERATURAN MENTRI
7. INSTRUKSI MENTRI
Untuk menata kembali struktur dan hirarki peraturan perundang-undangan dengan
urutan sebagai berikut :
Berdasarkan TAP MPR RepubliK Indonesia no III tahun 2000
1. UUD 1945
2. KETETAPAN MPR
3. UU
4. PERPU
5. PERATURAN PEMERINTAH (PP)
6. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPRES)
7. PERATURAN DAERAH (PERDA)
Berdasarkan UU no 10 tahun 2004 tentang tata cara pembentukan peraturan
perundang-undangan :
1. UUD 1945
2. UU
3. PERPU : PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UU
4. PERATURAN PEMERINTAH
5. PERATURAN DAERAH
A. Peraturan daerah propinsi dibuat oleh DPRD propinsi bersama dengan gubernur
B. Peraturan daerak kabuten / kota dibuat oleh DPRD kabupaten / kota bersama
bupati / wali kota
C. Peraturan desa / peraturan yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa
atau nama lainnya bersama Sebelum dikeluarkan UU no 10 tahun 2004 tata urusan
dan
..bentuk-bentuk peraturan banyak mengalami kerancuhan.
Contoh : ketetapan MPR, apakah ketetapan MPR itu termaksuk peraturan / bukan
karena isinya saling sama dengan keputusan presiden yang hanya bersifat penetapan
Biasa Keluarnya UU no 10 tahun 2004
- Sebenarnya upaya penyempurnaan dalam rangka penetapan kembali sumber tertib
hukum dan bentuk serta tata urut perundang-undangan RepubliK Indonesia dimasa
yang akan datang
RANGKUMAN
SUMBER HUKUM
- Segala sesuatu yang menumbuhkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa
sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan SANKSI yang tegas
dan nyata bagi pelanggarannya
Sumber Hukum Dapat dibagi 2 yaitu :
1. SUMBER HUKUM MATERIIL
- Faktor-faktor yang membentuk yaitu faktor yang membentuk isi dari hukum itu
- Dapat dilihat dari segi sejarah, filsafat, agama, pendapat, dan lain-lain
2. SUMBER HUKUM FORMIL
- Sumber hukum yang dilihat dari cara terbentukya hukum
- Beberapa bentuk hukum yaitu UU, YURISPRUDENSI,KEBIASAAN, DOKTRIN,
TRAKTAT
UNDANG-UNDANG STATUTE
- Peraturan tertulis yang dibuat oleh alat-alat perlengkapan negara dan tercantum
dalam peraturan perundang-undangan
KEBIASAAN COSTUM
- Perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama
- Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu
selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa sehingga tindakan yang berlawanan
dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum
- Dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum yang oleh pergaulan hidup
dipandang sebagai hukum
YURISPRUDENSI
- Keputusan hakim yang selalu dijadikan pedoman hukum lain dalam memutuska
kasus-kasus yang sama
TRAKTAT / TREATY
- Perjanjian antar negara / perjanjian internasional /perjanjian yang dilakukan 2
negara atau lebih
DOKTRIN
- Pendapat para sarjana hukum yang terkemuk yang besar pengaruhnya terhadap
hakim dalam mengambil keputusan
Bardasarkan UU no 10 tahun 2004
Tentang tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan yang berisi
HIRARKHI perundang-undangan RepubliK Indonesia adalah sebagai berikut :
1. UU 1945
2. UU / PERATURAN PENGGANTI UU /PERPU
3. PERATURAN PEMERINTAH
4. PERATURAN PRESIDEN
5. PERATURAN DAERAH
a. Peraturan daerah propinsi bersama dengan gubernur
b. Peraturan daerah kabuten / kota dibuat oleh DPRD kabupaten / kota bersama
bupati / walikota
c. Peraturan desa / peraturan setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa /
bersama