Anda di halaman 1dari 1

v Kasus Perlukaan.

Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan
visum et repertum. Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter setelah melapor ke
penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et repertum. Sedangkan korban dengan
luka sedang/berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat
permintaan datang terlambat. Keterlambatan dapat diperkecil dengan komunikasi dan
kerjasama antara institusi kesehatan dengan penyidik.
Di dalam bagian pemberitaa biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu datang, lukaluka atau cedera atau penyakit yang diketemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian tentang
letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medis yang
dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat perawatan
selesai. Gejala yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan, sedangkan yang
subyektif dan tidak dapat dibuktikan tidak dimasukkan ke dalam visum et repertum.
isum et Repertum yakni berasal dari kata visual yang berarti melihat dan repertum yaitu
melaporkan.Sehingga jika digabungkan dari arti harafiah ini adalah apa yang dilihat dan
diketemukan sehingga Visum et Repertum merupakan suatu laporan tertulis dari dokter (ahli)
yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti hidup,
mayat atau fisik ataupun barang bukti lain,kemudian dilakukan pemeriksaan menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya. Dalam Stbl tahun 1937 No 350 dikatakan bahwa visa et
reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang diucapkan pada waktu
menyelesaikan pelajarannya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai