Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i


Daftar isi.................................................................................................. ii
BAB I DEFINISI ........................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP .......................................................................... 2
A. Patient centered care dan asuhan terintegrasi .......................................... 2
B. Asuhan medis ........................................................................................... 3
C. DPJP sebagai clinical leader...................................................................... 4
D. Kewenangan klinis dan evaluasi kinerja ................................................... 4
E. Penunjukan DPJP dan pengelompokan staf medis ................................... 5
BAB III TATALAKSANA ASUHAN DPJP ..................................................... 6
BAB I
DEFINISI

1. DPJP (Dokter Penanggung Jawap Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai


dengan kewenang klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis
lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal
sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat
jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya rencana serta tindakan
lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP
sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi,
maka harus ada DPJP Utama. Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus,
Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter Spesialis
penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan
medis tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketahui oleh
seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan (“Kedua Tim”),
dengan tugas menjaga Terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu –
efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan
membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta mendorong penyesuaian
pendapat (adjustmen) antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan
masing – masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi).
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian
/ data tentang hasil laboratorium atau hasil radiologi, tidak dipakai istilah
DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap
5. Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara
langsung memberikan asuhan kepada pasien, antara lain. Dokter, perawat,
bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb.
6. Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient
Centered Care – PPC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung
aspek pasien merupakan pusat pelayanan, PPA memberikan asuhan sebagai
tim interdisiplin / klinis dengan DPJP sebagi ketua tim klinis – Clinical Leader,
PPA dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain.
Terdiri dari dokter, perawat, bidan, nutrisionis / sietisien, apoteker, penata
anestesi, terapis fisik dsb.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PATIENT CENTERED CARE DAN ASUHAN TERINTEGRASI

Asuhan pasien dalam standar akreditasi harus dilaksanakan berdasarkan


pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), asuhan diberikan
berbasis kebutuhan pelayanan pasien. Pasien adalah pusat pelayanan, dan
Profesional Pemberia Asuhan (PPA) diposisikan mengelilingi pasien.
PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung memberikan asuhan kepada
pasien, a.I. dokter, perawat, bidan, nutrisionis / dietisien, apoteker, penata
anestesi,dsb. Dengan kompetensi yang memadai, sama pentingnya pada
konstribusi profesinya, masing – masing menjalankan tugas mandiri, kolaboratif
dan delegatif. PPA memberikan asuhan yang terintegrasi dalam satu kesatuan
sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional. DPJP dalam tim
adalah sebagai ketua tim klinis (Clinical Leader), melakukan koordinasi,
kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan mengintegrasikan asuhan pasien.
PPA melaksanakan asuhan pasien dalam 2 proses, Asesmen pasien dan
Implementasi rencana termasuk monitoring. Asesmen pasien terdiri dari 3
langkah (IAR) :
1. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lain / penunjang, dsb (I)
2. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain maslah, kondisi,
diagnosis, untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien (A)
3. Rencana pelayanan / Care Plan dirumuskan, untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien (R). Implementasi rencana serta monitoring adalah
pemberian pelayanannya.
Pencatatannya dilakukan dengan metode SOAP pada Catatan Perkembangan
Pasien Trintegrasi.
a. Masing – masing PPA memberikan asuhan melalui tugas mandiri delegatif
dan kolaboratif dengan pola IAR
b. Menggunakan Pola IAR dan penulisan SOAP / ADIME (untuk GIZI)
c. Berkolaborasi interprofesional
d. Meningkatkan kompetensi untuk praktik kolaborasi interprofesional
dalam 4 ranah :
1) Nilai dan etika praktik interprofesional
2) Peran dan tanggung jawab
3) Komunikasi interprefesional
4) Kerjasama dalam tim klinis / interdisplin
5) Edukasi untuk kolaborasi Interprofesional

B. ASUHAN MEDIS
Asuhan medis di rumah sakit dibberikan oleh dokter spesialis, disebut
sebagai DPJP. Di Instalasi Gawat Darurat dokter juga yang bersertifikat
kegawatdaruratan, antara lain ATLS, ACLS, PPGD, General Emergency Life
Support (GELS) menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat-darurat.
Saat pasien dikonsul /rujuk ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis,
maka dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb mengantikan DPJP
sebelumnya, yaitu dokter jaga IGD tersebut di atas.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil no
18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini selain menjaga mutu asuhan
dan keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin. Asas,
Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb :
1. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan,
serta perlindungan dan keselamatan pasien
2. Kaidah dasar moral :
a. Menghormati martabat manusia (respect for person)
b. Berbuar baik (benefincence)
c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
d. Keadilan (justice)
3. Tujuan :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan
dokter gigi.
4. Tumpuan dasar kompetensi dokter mengacu kepada Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) (Perkonsil No 11 Tahun 2012
tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia) yang adalah :
a. Profesionalitas yang Luhur
b. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
c. Komunikasi efektif
d. Pengelolaan Informasi
e. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
f. Keterampilan Klinis
g. Pengelolaan Masalah Kesehatan

C. DPJP SEBAGAI CLINICAL LEADER


a. Dalam asuhan/pelayanan berfokus pada pasien (patient centered care)
para PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin, masing-
masing PPA melakukan tugas mandiri, tugas delegatif dan tugas
kolaboratif dengan pola IAR.
b. Asuhan pasien terintegrasi “dimotori” oleh DPJP dlam fungsi sebagai
ketua tim klinis (Clinical leader) yang melakukan koordinasi,
kolaborasi, interpretasi, sintesis. DPJP melakukan review rencana PPA
lainya dan menverifikasinya, lihat standar PP 2.1. elemen penilaian 5.
c. Proses review dilakukan oleh DPJP dengan membaca rencana para
PPA dan memberikan catatan/notasi pada CPPT (Catatan Pelayanan
Pasien terintegrasi).

D. KEWENANGAN KLINIS DAN EVALUASI KINERJA


a. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan
medis, termasuk pelyanan interpretatif (antara lain Dr.Sp.PK,
Dr.Sp.PA, Dr.Sp.Rad., dsb.), harus memiliki SK dari Direktur Rumah
Sakit berupa Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical appointment),
dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Delineation of
Clinical Privilage). Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses
kredensial dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes
755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
b. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur
Rumah Sakit dengan mengacu ke Permenkes 755/2011 tentang
penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dan Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan
Pendidikan Staf, Standar KPS 11).

E. PENUNJUKKAN DPJP DAN PENGELOMPOKKAN STAF MEDIS


1. Regulasi tentang penunjukan seseorang DPJP untuk mengelola seorang
pasien, pengantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya
telah tuntas, ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Penunjukan
seorang DPJP dapat antara lain berdasarkan permintaan pasien, jadwal
praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian DPJP perlu
pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan
pergantian DPJP yang rutin, contoh : pasien A ditangani setiap minggu
dengan pola hari Senin oleh DrSp PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari
Sabtu DrSp PD Z; karena hal tersebut akan mengakibatkan tidak
adanya kontinuitas pelayanan.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP
dan penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan
Direktur Rumah Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat
digunakan butir-butir sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola
pasien pada awal perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan
penyakit dalam kondisi (relatif) menonjol atau terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para
DPJP terkait
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis
Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan / diorganisir oleh
Direktur Rumah Sakit sesuai kebutuhan, disebut KSM (Kelompok Staf
Medis). Pengelompokan dapat dilakukan antara lain dengan pola disiplin
ilmu / spesialisasi (Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam, Radiologi,
Mata dsb), kategori penyakit (KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori organ
(KSM Ginjal, KSM Gestro-entero Hepatologi) kategori usia (KSM Geriatri) dan
Kategori interes tertentu/lainya (KSM Sel Punca, dll).

BAB III
TATALAKSANA ASUHAN DPJP

1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP
2. Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter gawat darurat, dokter jaga (dengan
sertifikasi kegawat daruratan, antara lain PPGD, ATLS, ACLS, GELS) menjadi
DPJP pada pemberian asuhan medis awal / penanganan kegawat daruratan.
Kemudian selanjutnya saat dilakukan konsultasi / rujuk ditempat (on side)
atau konsultasi lisan kepada dokter spesialis, dan dokter spesialis tsb
memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter
spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien ysb, sehingga saat itulah DPJP telah
berganti dari dokter gawat darurat / dokter jaga IGD kepada dokter spesialis
tsb.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP maka harus
ditujuk DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP
tsb bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi
dan berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien ysb (sebagai “Ketua Tim”), dengan tugas menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, demi
keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif dan membangun
sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
Anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat
kontributif (bukan intervensi), dan juga mencegah duplikasi serta interaksi obat.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan DPJP
mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan melalui DPJP
Utama. Keputusan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ktepatan waktu
misalnya antar lain kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah
sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien serta untuk kepentingan
koordinasi sehari-hari.
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang-kurangnya ada rapat Tim yang
melibatkan semua DPJP ysb beserta profesi terkait lainya sesuai kebutuhan
pasien; rumah sakit diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat tim di
tempat-tempat pelayanan, misalnya di Rawat Inap, ICU, UGD, dll. DPJP Utama
juga bertugas untuk menghimpun komunikasi / data tentang pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan / keluarga, dan
pasien dan / keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit
berwenang mengubah DPJP bila terjadi pelangaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis
harus jelas tentang alih tanggung jawabnya. Harap digunakan formulir daftar
DPJP (Contoh Formulir Daftar DPJP terlampir).
9. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis. Koordinasi
dan tingkatan keikut sertaan para DPJP terkait, tergantung pada sistem yang
ditetapkan dalam kebijakan rumah sakit misalnya sistem terbuka / tertutup /
semi terbuka. Bila rumah sakit memakai sistem terbuka, gunakan kriteria tsb .
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat di kamar operasi tersebut.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi /
sedang dioperasi, dokter yang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikan
instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP di bantu oleh
dokter lain (antara lain dokter ruangan, residen) dimana ysb boleh menulis /
mencatat di rekam medis, maka tanggung jawab adalah tetap ada pada DPJP,
sehingga DPJP yang bersangkuatan harus memberi supervisi, dan melakukan
validasi berupa pemberian paraf / tanda tangan pada setiap catatan kegiatan
tsb di rekam medis setiap hari.
13. Asuhan pasien dilakukan oleh para profesional pemberi asuhan yang bekerja
secara tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien
(Patient Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Clinical / Team Leader) harus
proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat dilakukan pada awal
masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap.
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada
pasien dan keluarganya. Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang
berempati. Komunikasi merupakan elemen yang penting dalam konteks
Pelayanan fokus pada pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan
kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Dokter
Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di
Indonesia, KKI 2006).
15. Pendokumentasian yang di lakukan oleh DPJP di rekam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tanda tangan. Pendokumentasian tsb
dilakukan antara lain di form asesmen awal medis, catatan perkembangan
pasien terintegrasi / CPPT (integrated note), form asesmen pra anestesi / sedasi,
intruksi pasca bedah, form edukasi / informasi ke pasien dsb. Termasuk juga
pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde
bersama multi kelompok staf medis / departemen, dsb. (contoh Formulir
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dan contoh Formulir Perintah Lisan
terlampir).
16. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para profesional pemberi
asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case
Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien agar
terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana pemulangan,
tindak lanjut asuhan mandiri dirumah, kontrol dsb.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu)
tentang DPJP, dalam bentuk satu formulir yang di isi secara periodik sesuai
kebutuhan / penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar
setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama
dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan
berfungsi sebagai daftar hadir. (Formulir Daftar DPJP, terlampir).
18. Rumah Sakit terletak jauh dari kota besar, atau di daerah terpencil, penetapan
kebijakan tentang asuhan medis yang sifatnya khusus agar di konsultasikan
dengan pemangku kepentingan antara lain Komite Medis, Fakultas Kedokteran
ysb bagi residen, Organisasi Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas
Rumah Sakit Propinsi, Kolegium dsb.
19. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktik Klinis / Alur Perjalanan Klinis /
Clinical Pathway, setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan peroses
asuhan pasien (baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan
lainyan) yang diberikan kepada pasien patuh pada Panduan Praktek Kinis /
Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah di tetapkan oleh RS.
Tingkat kepatuhan pada Panduan Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis /
Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit Medis.
20. Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway /
Panduan Praktek Klinis maka harus memberikan penjelasan tertulis dan dicatat
di rekam medis.

Anda mungkin juga menyukai