Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Ruang Shofa
RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas membuat terbukanya persaingan antar rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan. Meningkatnya tuntutan kualitas pelayanan serta meningkatnya pesaing lokal maupun global menuntut rumah sakit untuk menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional pula. Sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien adalah dokter, perawat, bidan, serta tenaga penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, tenaga perawat dan bidan menempati urutan jumlah terbanyak ( 40 % ) ( Depkes,2005). Perawat merupakan kelompok terbesar dirumah sakit, sehingga baik buruknya pelayanan di rumah sakit adalah merupakan citra dari kelompok perawat sebagai
jasa
pemberian
pelayanan
keperawatan,
apabila
pelayanan
keperawatanya bermutu maka pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut juga
bermutu. Oleh karena itu perencanaan tenaga perawat terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat perlu dikelola dengan sebaikbaiknya agar diperoleh ketenagaan keperawatan yang efektif dan efisien. Banyaknya perawat yang mengeluhkan beban kerja yang terlalu tinggi serta seringnya perawat yang melakukan doble shift yang disebabkan oleh kurangnya tenaga perawat sehingga dapat mengurangi mutu pelayanan dan dapat merusak citra rumah sakit. Selain itu, faktanya jumlah tenaga medis yang tersedia belum sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan serta standar minimal ketenagaan yang telah ditetapkan untuk Rumah Sakit.
Penelitian Wimala (2009) di RS Bhakti Asih Brebes menunjukan bahwa
Kebutuhan tenaga perawat dengan formula Gillies sebanyak 51 orang, standar tenaga perawat di RS menurut Depkes sebanyak 73 orang, dan formula lokakrya PPNI sebanyak 162 orang. Saat ini di ruang rawat inap Pinus, Cemara dan palem masih kekurangan tenaga perawat. Hal serupa juga terjadi pada hasil penelitian Nasuha dan Gustaman (2009) di RSUD Kota Banjar, seharusnya di RS tersebut terdapat 20 perawat atau kurang 8 perawat dari perawat yang ada menurut Lokakarya Keperawatan (1989), menurut metode Gillies 16 perawat atau kurang 4 perawat dari tenaga perawat yang ada dan menurut metode Nina adalah 24 perawat atau kurang 12 perawat dari tenaga perawat yang ada. RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal merupakan ruah sakit tipe C yang memiliki berbagai jenis pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan rawat inap anak yang ada pada Ruang Shofa. Ruang Shofa memiliki 23 tempat tidur yang terbagi dalam tiga kelompok perawatan, 12 tempat tidur untuk perawatan pasien kelas II, 9 tempat tidur untuk perawatan pasien kelas III dan 2 tempat tidur untuk perawatan pasien isolasi dewasa. Jumlah perawat ruang shofa adalah 13 orang perawat dengan kapasitas 1 perawat S1 dan 12 perawat D3. metode yang digunakan oleh rumah sakit untuk menentukan jumlah kebutuhan yaitu dengan metode Depkes tahun 2002. Dengan rata-rata jumlah pasien yang dirawat di ruang shofa setiap hari melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia. Penghitungan kembali tenaga perawat sangat diperlukan untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi tenaga keperawatan yang telah berjalan, sehingga pelayaan di ruangan akan semakin baik. Karya ilmiah ini akan menganalisis secara ilmiah kebutuhan tenaga keperawatan di ruang Shofa RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal. diharapkan hasis analisis dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan tenaga
perawat, sehingga dalam pengelolaannya diperoleh tenaga keperawatan yang