TEKNIK PRODUKSI
q
(Ps - Pwf)
dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q
= laju produksi aliran total, bbl/hari
Ps
= Tekanan statis reservoir, psi
Pwf
= Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi
Secara teoritis persamaan (3.1) dapat didekati oleh persamaan radial dari
darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian
untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
PI
PI
7.082 x 10-3 x k x h
Bo x o x ln (re/rw)
7.082 x 10-3 h
ln (re/rw)
ko
o Bo
w Bw
dimana :
PI
= permeabilitas batuan, mD
kw
ko
= viscositas minyak, cp
= viscositas air, cp
Bo
Bw
re
rw
= jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan
Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan antara
Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan :
SPI Js
PI
7.082 x 10-3 x k
h
Bo x ln (re/rw)
Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk
laju aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih
besar productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut
disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju
produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap
minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada
lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka
viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau
berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum
akan
merugikan
reservoir
dikemudian
hari,
karena
akan
(per 3-5)
2.
(per 3-6)
...........................
(per 3-7)
Persamaan Vogel
Untuk memudahkan perhitungan kinerja aliran fluida dua fasa dari
formasi ke lubang sumur, Vogel mengembangkan persamaan sederhana.
Adapun anggapan pada persamaan Vogel yaitu :
1. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
2. Harga skin disekitar lubang sama dengan nol
3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi
Untuk memperoleh nilai laju produksi didapatkan persamaan sebagai
berikut :
dimana,
qb = laju alir oil pada tekanan saturasi
Pb = tekanan saturasi
Qb = J (Pb/1.8)
J = Index Productivity
b. Dengan pengaruh skin
Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan formasi sehingga
kondisi sekitar lubang sumur tidak sesuai dengan kondisi sumur sebenarnya.
Sehingga beberapa metode dikembangkan, yaitu :
Persamaan Standing
Metode Standing merupakan modifikasi persamaan Vogel berdasarkan
kenyataan bahwa untuk sumur yang mengalami kerusakan terjadi
tambahan kehilangan tekanan di sekitar lubang bor.
Standing juga mengajukan grafik yang memperhitungkan suatu kondisi
dimana flow efficiency tidak sama dengan 0 (Gambar 3.2). Flow efficiency
merupakan perbandingan antara productivity index actual dengan ideal.
Nilai FE < 1 apabila sumur mengalami kerusakan, nilai FE > 1 apabila
sumur mengalami perbaikan sebagai hasil stimulasi, dan FE = 1 apabila
sumur tidak mengalami kerusakan.
............................ (per 3-11)
Pada Gambar 3.1., pada sumur yang tidak mengalami kerusakan akan
mengalir pada laju alir (q) pada flowing pressure (pwf) ketika sumur
mengalami kerusakan seharusnya mengalir pada tekanan yang lebih kecil
(pwf) yang diproduksikan pada laju alir yang sama.
Pskin merupakan perbandingan antara Pwf dan Pwf. Van
Everdingen telah menemukan persamaan perhitungan Pskin, yaitu :
............................................................ (per 3-14)
atau
...... (Per 3-16)
fasa.
Berlawanan dengan definisi kinerja aliran fluida dari formasi ke
lubang sumur.
Persamaan Cauto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur, dengan cara mendefinisi indeks
produktivitas. Persamaan yang hasilkan adalah sebagai berikut :
An
A0
A1
A2
C0
0.980321
-0.414360
-0.564870
C1
-0.115661x10-1
0.392799x10-2
0.762080x10-2
C2
0.17905x10-4
0.237075x10-5
-0.202079x10-4
(minyak dan gas) atau tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan saturasi.
Faktor Skin sama dengan nol
Dalam kelompok ini ada metode Standing, dengan persamaan :
................................ (Per 3-23)
perhitungan inflow performance pada sumur gas. Metode ini dapat diterapkan
pada aliran turbulen dan laminer.
.................................................................... (Per 3-30)
dimana,
............................................................ (Per 3-31)
3.2.
dan liquid dalam pipa secara bersamaan. Pada kondisi ini gas dan liquid
diibaratakan sebagai campuran yang homogeneus, atau liquid mungkin berbentuk
slug dengan gas yang mendorongnya dari belakang. Masalah aliran multifasa
dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Vertikal Multiphase flow
2. Horizontal Multiphase flow
3. Inclined Multiphase flow
4. Directional Multiphase flow
Dalam sistem sumur produksi, keempat persoalan aliran diatas dapat
ditemui dimana fluida multifasa dari reservoir masuk kelubang sumur dimana
aliran fluida reservoir dalam tubing dapat berupa aliran vertikal ataupun aliran
directional maupun incline kemudian fluida mengalir ke kepala sumur dan
dilanjutkan mengalir ke tanki pengumpul melalui pipa salur horizontal atau miring
sesuai permukaan tanah. Dalam sistem aliran tersebut akan ada kehilangan
tekanan dari fluida yang mengalir, banyaknya metode yang telah dikembangkan
untuk memperkirakan besarnya kehilangan tekanan aliran tersebut.
Dalam perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa vertikal
dapat dihitung dengan korelasi Hagedorn dan Brown, Duns dan Ros, Orkiszewski,
Mukherjee dan Brill, Minami dan Brill.
Sedangkan perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa
horizontal dapat dihitung dengan korelasi Dukler I , Dukler II, Eaton dan Beggs
dan Brill.
3.3.
Hal dasar yang diperlukan untuk analisa optimasi sumur dengan analisa
sistem nodal adalah Inflow Performance Relationship (IPR) sumur pada kondisi
terkini. Kemudian model dari komponen-komponen sumur dapat digunakan untuk
memprediksi performa sumur.
Dalam sistem sumur produksi dapat ditemukan 4 titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen
formasi
3.
4.
separator.
Titik nodal di Upstream / Downstream jepitan.
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara
komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan dipasang di
tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara komponen
Permasalahan Produksi
Pada prinsipnya problem produksi yang mengakibatkan tidak optimumnya
Problem kepasiran
Problem coning
Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak hanya menurunkan
Pergerakan air atau posisi batas air minyak telah mencapai lubang
perforasi.
2.
Problem emulsi
Emulsi adalah campuran dua jenis cairan yang tidak dapat campur. Dalam
emulsi salah satu cairan dihamburkan dalam cairan lain berupa butiranbutiran yang sangat kecil.
Emulsi kental memiliki jumlah oksigen droplet yang dihamburkan dalam
cairan lebih banyak dan emulsi encer adalah sebaliknya. Emulsi semacam itu
ditinjau dari viskositasnya. Sedang berdasarkan fasanya maka emulsi dibagi
menjadi dua yaitu :
- Air dalam emulsi minyak (water in oil emulsion) jika minyak sebagai
fasa eksternal dan air menjadi fasa internal.
- Minyak dalam emulsi air (oil in water emulsion) jika sebaliknya
Problem scale
Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk pada bidang
- Penurunan tekanan
Selama produksi terjadi penurunan tekanan reservoir akibat fluida
diproduksikan ke permukaan. Penurunan tekanan ini terjadi pada formasi
ke dasar sumur, ke permukaan dan dari kepala sumur ke tangki penimbun.
Adanya penurunan tekanan ini, maka gas CO2 jadi terlepas dari ion-ion
bikarbonat. Pelepasan CO2 menyebabkan berubahnya kelarutan ion yang
terkandung dalam air formasi sehingga mempercepat terjadinya endapan
scale.
- Perubahan temperatur
Sejalan dengan berubahnya temperatur (ada kenaikkan temperatur )
terjadi penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan ion yang
menyebabkan terbentuknya endapan scale. Perubahan temperatur ini
disebabkan oleh penurunan tekanan .
- Faktor-faktor lainnya
Agitasi menyebabkan terjadinya turbulensi aliran, sehingga endapan
scale lebih cepat terbentuk. Semakin lama waktu kontak semakin besar
pula endapan scale yang terbentuk. Semakin besar pH larutan
mempercepat terbentuknya endapan scale.
Problem korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak
dan gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam,
atau keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya. Besi
umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan oksigen, sehingga korosi
yang dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu adanya anggapan bahwa korosi
merupakan reaksi antara besi dengan oksigen atau hidrogen sulfida sebagai
berikut :
4 Fe+++ + 3 O2
2 Fe2O3
Fe++ + H2S
FeS + H2 (karat)
(karat)
Besi tidak bisa bereaksi dengan oksigen kering atau hidrogen sulfida
kering pada temperatur biasa karena korosi hanya dapat terjadi jika ada air.
Problem parafin
Terbentuknya endapa n parafin dan aspal disebabkan oleh perubahan
Metode Produksi
Positive choke, jenis ini terbuat dari bahan besi baja pejal dimana
pada bagian dalam terdapat lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat
untuk mengalir minyak dan gas menuju separator. Besar perbedaan tekanan
aliran fluida sebelum dan sesudah melewati choke pada dasarnya tergantung
dari diameter choke yang digunakan.
2.
c. Nipple
Merupakan alat yang berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran
di dalam tubing. Terdapat dua jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
d. Sliding sleeve door
Digunakan untuk memproduksi hidrokarbon dari beberapa zona produktif
dengan menggunakan single tubing string. Dengan adanya alat ini
dimungkinkan ada hubungan antara annulus dengan tubing.
e. Bottom hole choke
Disamping choke yang dipasang di permukaan, kadang-kadang juga
dibutuhkan choke yang dipasang di dalam sumur. Pemasangan bottom hole
choke ini diantaranya dimaksudkan untuk :
f. Blast joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding tebal, dipasang
tepat di depan formasi produktif yang untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.
g. Flow coupling
Alat ini memiliki bentuk sama dengan blast joint, pemasangnnya terletak di
atas dan di bawah nipple dan berfungsi untuk menahan turbulensi fluida
Gas lift didefinisikan sebagai suatu proses atau metode untuk membantu
memproduksikan fluida dari lubang sumur dengan cara menginjeksikan gas yang
bertekanan tinggi ke dalam kolom fluidanya.
Pengangkatan fluida dengan cara gas lift didasarkan pada pengurangan
gradien tekanan fluida di dalam tubing, pengembangan dari gas yang diinjeksikan
serta pendorongan fluida oleh gas injeksi yang bertekanan tinggi. Ketiga faktor
dapat bekerja sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi dari ketiganya.
Fluida yang berada di dalam annulus antara tubing dan casing ditekan
dengan gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya akan turun di bawah valve,
selanjutnya valve ini (valve paling atas) akan membuka, sehingga gas injeksi akan
masuk ke dalam tubing. Dengan bercampurnya gas injeksi dengan fluida
reservoir, maka densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien tekanan
minyak berkurang sehingga akan mempermudah fluida reservoir mengalir ke
permukaan.
Ada dua cara pengangkatan buatan dengan metode gas lift, yaitu
penginjeksian secara kontinyu (continuous flow gas lift) dan penginjeksian
terputus-putus (intermittent flow gas lift).
a)
Continuous gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terus menerus ke dalam
annulus melalui valve yang dipasang pada tubing, maka gas akan masuk ke
dalam tubing. Metode ini digunakan pada sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) tinggi dan tekanan statis dasar sumur (Ps) tinggi,
relative terhadap kedalaman sumur, dimana PI tinggi besarnya adalah > 0.5
B/D/psi dan Ps tinggi artinya dapat mengangkat kolom cairan minimum
70% dari kedalaman sumur. Pada tipe sumur ini, laju produksi berkisar
b)
3.6.1.2.
Peralatan Gas Lift
Peralatan gas lift dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu peralatan di atas
permukaan dan peralatan di bawah permukaan, dimana peralatan-peralatan
tersebut saling berhubungan dalam kelancaran penggunaan gas lift.
3.6.1.2.1.
dalam
periode
masa
produksi,
alat
ini
berfungsi
untuk
2.
b.
System ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil, tetapi
adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas maka sumur lain sumur
lain bisa terpengaruh.
c.
5.
Peralatan Kontrol
Peralatan kontrol yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :
a.
b.
3.6.1.2.2.
Peralatan di bawah permukaan dari metode gas lift tidak berbeda jauh
dengan peralatan pada sumur sembur alam, hanya pada gas lift ditambah dengan
valve (katup) gas lift. Secara umum pemakaian katub gas lift berfungsi untuk :
1. Untuk mengosongkan sumur dari fluida workover atau kill fluid supaya
injeksi gas dapat mencapai titik optimum di dalam sumur.
Gerak rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh pumping unit
terutama oleh sistem pitman crank assembly. Kemudian gerak angguk (naik turun)
ini oleh horse head dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan plunger.
Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa yang ada dalam
sumur oleh sucker rod sehingga gerak lurus naik turun dari horse head
dipindahkan ke plunger pompa dan plunger bergerak naik turun dalam barrel
pompa.
Pada saat up-stroke, plunger bergerak ke atas, di bawah plunger terjadi
penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan dalam
pompa maka akibatnya standing valve terbuka dan minyak masuk ke dalam
pompa. Pada saat down-stroke, standing valve tertutup karena tekanan dari
minyak dalam barrel pompa, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu traveling valve
terbuka oleh tekanan minyak akibat dari turunnya plunger, selanjutnya minyak
akan masuk ke dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga
minyak akan sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.
3.6.2.2.
Lift. Pada peralatan Pompa Sucker Rod di bagi berdasrkan perlatan di atas
permukaan dan peralatan di bawah permukaan.
3.6.2.2.1. Peralatan di Atas Permukaan
Mesin penggerak (prime mover ) merupakan sumber tenaga penggerak
utama dari seluruh rangkaian unit peralatan pompa, baik peralatan di atas
permukaan maupun peralatan di dalam sumur. Fungsi utama peralatan pompa
sucker rod di atas permukaan adalah:
Memindahkan energi atau tenaga dari prime mover ke unit peralatan
pompa di dalam sumur.
Mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi suatu gerak bolakbalik naik turun.
Mengubah kecepatan putar prime mover menjadi suatu langkah
pemompaan (stroke/menit, SPM) yang sesuai atau yang diinginkan.
Komponen-komponen peralatan sucker rod di atas permukaan dan
fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Stuffing box
Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau
menahan minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya
polished rod. Dengan demikian seluruh minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flow line lewat cross tree. Disamping itu juga berfungsi sebagai
tempat kedudukan polished rod sehingga polished rod dapat bergerak naik
turun tegak lurus dengan leluasa.
b. Polished rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas.
Fungsinya adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod dengan
peralatan-peralatan di atas permukaan.
c. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp,
dan pada carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya
dihubungkan dengan horse head.
d. Polished rod clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk
mengeraskan kaitan polished rod dengan komponen-komponen di atasnya
agar tidak dapat lepas selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
e. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang
kabel baja yang dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier bar
bergantung pada briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan dengan horse
head.
f. Horse head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di
dalam sumur melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau
merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai bentuk kepala kuda.
g. Walking beam
Merupakan tangkai horisontal di belakang horse head.
Walking beam berfungsi untuk :
turun
langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari sini dengan
mengubah-ubah letak ujung bawah pitman, bila mendekatkan atau ke arah
counter balance maupun menjauhi counter balance. Apabila kedudukan ujung
bawah pitman digeser ke posisi lubang mendekati counter balance, maka
langkah pemompaan menjadi bertambah besar, demikian pula sebaliknya
apabila menjauhi counter balance yaitu ke arah crank shaft maka langkah
pemompaan menjadi kecil.
c. Gear reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari
prime mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
d. Crank shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat
oleh gear reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
e. Counter balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk :
Mengubah gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolakbalik naik turun.
Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat
counter balance menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil
atau minimum.
Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter
balance bergerak ke bawah, sebesar tenaga potensialnya, karena kerja
prime mover terbesar yang dibutuhkan adalah pada saat up-stroke,
dimana minyak ikut terangkat ke atas atau ke permukaan.
h. Sampson post
Merupakan kaki-kaki penyangga atau penompang walking beam.
i. Saddle bearing
Adalah tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian
atas.
j. Equalizer
Adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa
menurut kebutuhan pada saat operasi pemompaan minyak berlangsung.
k. Brake
Berfungsi untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan, misalnya
pada saat dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.
3.6.2.2.2. Peralatan di Bawah Permukaan
Seperti telah dijelaskan bahwa, fungsi pompa adalah untuk menaikkan
fluida dari formasi ke dalam tubing dan mengangkatnya ke permukaan. Untuk
maksud tersebut suatu pompa harus terdiri empat komponen utama, yaitu:
a. Working barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai
dengan langkah pemompaan dan menampung minyak yang terhisap oleh
plunger pada saat bergerak ke atas.
b. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel yang dapat
bergerak naik turun. Plunger ini berfungsi sebagai penghisap minyak dari
formasi masuk ke dalam barrel dan mengangkat minyak yang telah
terakumulasi dalam barrel ke permukaan melalui tubing.
c. Standing valve
Merupakan suatu komponen katup yang terdapat di bagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi masuk
ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas,
kemudian standing valve membuka. Disamping itu untuk menahan minyak
agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
bawah. Standing valve terdiri dari sebuah bola besi dan tempat dudukannya.
Standing valve memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pemompaan,
karena efisiensi volumetris pompa sangat tergantung pada cara kerja dan
bentuk dari ball dan seat-nya.
d. Travelling valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah
dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan
dari gerak plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk mengalirkan
minyak dari working barrel masuk menuju plunger, hal seperti ini terjadi pada
saat plunger bergerak ke bawah. Selain itu akan menahan keluarnya minyak
dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas (up-stroke) sehingga minyak
tersebut dapat diangkat ke tubing yang seterusnya ke permukaan.
e. Gas anchor
Komponen ini dipasang pada bagian bawah pompa, fungsinya adalah
memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
pompa bersama-sama dengan minyak, karena dengan adanya gas akan
mengurangi efisiensi pompa.
f. Tangki pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
Sucker rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena
merupakan penghubung antara plunger dengan peralatan-peralatan
penggerak yang ada di permukaan. Sedangkan fungsinya adalah
melanjutkan gerak lurus naik turun dari horse head ke plunger pompa.
Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang sering digunakan
berkisar antara 25 sampai 30 ft, dan untuk menghubungkan antara dua
buah sucker rod digunakan sucker rod coupling.
Pony rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek
dari pada sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi panjang
dari sucker rod apabila sucker rod tidak mencapai target yang dituju.
Umumnya memiliki ukuran panjang 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
Polished rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier
(wire line hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing box.
Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani plunger
yang menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan mendorong dari
kerja pompa sentrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa sentrifugal
adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller pompa,
cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh
diffuser kemudian akan dilempar ke luar. Oleh impeller tenaga mekanis motor
dirubah menjadi tenaga hidrolik. Impeller terdiri dari dua piringan yang
didalamnya terdapat sudu-sudu, pada saat impeller diputar dengan kecepatan
sudut , cairan dalam impeller dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan
kinetik tertentu. Cairan yang ditampung dalam rumah pompa kemudian
dievaluasikan melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi tenaga
potensial berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar maka terjadi proses
penghisapan.
3.6.3.2. Peralatan Electric Submersible Pump
Peralatan pompa sentrifugal dikelompokkan menjadi dua bagian yakni,
yakni peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah permukaan.
3.6.3.2.1. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan terdiri dari :
a. Tubing head
Tubing head untuk pompa reda agak berbeda dengan tubing head biasa.
Perbedaannya terletak pada adanya kabel yang melalui tubing head tersebut.
Adapun fungsi dari tubing head ini adalah sebagai penyokong dari rangkaian
tubing dan untuk menutup ruang antara casing dengan tubing.
b. Drum
Merupakan alat yang digunakan sebagai tempat untuk menggulung kabel
apabila pompa dicabut.
c. Junction box
Diperlukan sebagai tempat menghubungkan kabel dari dalam sumur
dengan kabel dari switch board.
d. Switch board
Berfungsi untuk mengontrol kerja pompa. Peralatan yang ada pada switch
board adalah :
mematikan motor.
pompa.
digunakan motor.
e. Transformer
Berfungsi sebagai perubah tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan
sekunder (yang rendah) yang dibutuhkan motor.
3.6.3.2.2. Peralatan di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan merupak peralatn yang berda di dalam
lubang sumur yang akan di jelaskan di bawah ini :
a. Motor listrik
Motor listrik pada jenis pompa reda adalah motor induksi sinkron dua
katub, tiga fasa, berbentuk sangkar (two pole, three-phase, squirrel cage,
induction type electric motor) mempunyai kecepatan 3500 rpm pada 60 Hz
dan 2915 rpm pada 50 Hz. Karena diameter motor terbatas untuk ukuran
casing tertentu, maka untuk mendapatkan daya kuda yang cukup, motor dibuat
panjang dan kadang-kadang dibuat double (tandem).
b. Protektor
Protektor ini dipasang di atas motor dan dibawah pompa. Fungsinya antara
lain :
pelumas.
e. Kabel listrik
Berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari permukaan ke motor. Kabel
ini di-clamp pada tubing dengan interval yang sama, mulai dari bawah sampai
tubing head. Diameter kabel disesuaikan dengan besarnya arus listrik yang
mengalir, penurunan tegangannya dan clearence antara tubing dan casing.
Kabel listrik ini terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain
dengan pembalut dari karet. Ketiganya terbungkus oleh suatu pelindung yang
terbuat dari baja. Ada dua buah jenis kabel yang biasa digunakan, yaitu round
dan flat. Biasanya kabel jenis round mempunyai usia pakai lebih lama dari
pada jenis flat, tetapi memerlukan ruang penempatan yang lebih besar. Bila
digunakan flat cable seluruhnya maka kehilangan tenaga listrik akan
bertambah 8%. Juga flat cable mudah rusak dalam pemasangannya. Tenaga
listrik yang melalui kabel akan mengalami kehilangan tekanan (voltage drop).
Peratan Produksi
2.1.
Welhead
Wellhead merupakan salah satu komponen penting dengan proses
pengeboran. Wellhead dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing string
dipermukaan sumur.
Komponen dari wellhead yaitu casing head, casing head spool, tubing
head spool dan christmast tree.
Fungsi wellhead adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat terpasangnya alat pengontrol aliran. Wellhead dirancang
untuk dapat dihubungkan dengan alat pengontrol aliran dari dan ke dalam
sumur.
2. Sebagai penyangga casing string. Setiap casing dan tubing yang
dimasukkan ke dalam sumur tergantung pada wellhead.
2.2.
Christmas Tree
Christmas Tree merupakan peralatan yang dipasang terdiri dari berbagai
Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang bertujuan untuk
Separator
Fungsi dari separator yaitu memisahkan gas dari cairan (minyak dan air)
Heater
Scrubber
Scrubber merupakan alat yang digunakan untuk menjadikan gas yang
terpisah di separator yang berawal berupa gas condensat menjadi gas kering.
2.7.
Pompa
Pompa digunakan untuk memompa minyak dari tiap tiap BS ke SPU
Manunggul. Tipe pompa yang digunakan di tiap BS yaitu tipe pompa Duplex.
2.9.
Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengambil gas lock dan
mensuplai gas ke Power Plant, yang dimana gas dari Power Plant tersebut di
konversi sebagai sumber tenaga listrik. Compressor juga berfungsi untuk
mengaktifkan valve control yang terdapat pada BS.
2.10.
Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk memanaskan tangki agar
temperatur suhu dalam tangki stabil. Suhu ini dijaga 42 o C, agar minyak dalam
tangki tidak membeku.
2.11.
fluida yang diinjeksikan tersebut tidak sama dengan fluida reservoir, seperti
chemicals, steam atau solvent.
Secara garis besar ketiga recovery yang ada diatas dapat dikelompokkan dalam
bagian.
diharapkan dapat memproduksi sekitar 20% - 30% dari cadangan minyak sisa
tersebut.
Dalam prakteknya, sekarang makin banyak digunakan metode EOR pada
awal kehidupan suatu reservoir, atau sebelum produksi secara alamiah yang
ekonomis berakhir. Karena itu harus dipastikan terlebih dahulu apakah penerapan
suatu metode EOR (Enhanced Oil Recovery), dapat dibayar oleh kelebihan
perolehan minyak.
3.2. Faktor Utama Yang Mempengaruhi Efektivitas EOR
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi efektivitas EOR, yaitu :
a. Kedalaman
Kedalaman reservoir merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan EOR dari segi teknik dan ekonomi. Dari segi ekonomi adalah
jika kedalaman reservoir kecil maka biaya pemboran juga akan kecil,
demikian pula jika dilakukan injeksi gas maka biaya kompresor juga akan
kecil.
b. Kemiringan
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat massa
antara fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar. Pengaruh
kemiringan tidak terlalu besar, jika kecepatan pendesakan besar.
c. Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas atau Ketidakseragaman reservoir adalah variasi sifat fisik
dan kimia penyusun batuan dan fluida reservoar. Struktur reservoar
sesungguhnya
sangat
komplek,
proses-proses
geologi
menyebabkan
pendesakan
yang
dapat
adalah
didesak
perbandingan
dari
pori-pori
antara
volume
dengan
volume
F lu
Zo n
a M
n
in y
da
a
Tr a
In j
ek
s
Zo
ak
ns
is i
A ra h P e n d e s a k a n
Gambar 3.6. (a) Areal Sweep effisiensi, (b) Vertical Sweep effisiensi9)
3.3.2.1. Efisiensi Penyapuan Areal
Efisiensi penyapuan areal didefinisikan sebagai perbandingan antara luasan
reservoir yang kontak dengan fluida pendesak terhadap luas areal total atau
fraksional dari reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi.
EA
(3-10)
3.3.2.2. Efisiensi Penyapuan Vertical
Efisiensi penyapuan vertikal adalah fraksi dari bagian vertikal pada reservoir
yang tersapu oleh fluida injeksi. Efisiensi penyapuan vertikal dipengaruhi oleh
gravitasi dan heterogenitas lapisan reservoir. Pengaruh gravitasi disebabkan oleh
perbedaan densitas antara fluida pendesak dengan fluida terdesak. Jadi pengaruh
gravitasi dapat terjadi di semua reservoir (homogen dan heterogen). Gas akan
mendahului minyak lewat bagian atas (overrides) dan air akan mendahului
minyak pada bagian bawah (underruns), karena itu terjadi breakthrough lebih
awal di bagian atas dan bawah reservoir.
EV
(3-11)
3.3.3. Efisiensi Invasi
Efisiensi invasi adalah perbandingan antara volume hidrokarbon dalam poripori yang telah didesak oleh fluida atau front terhadap volume hidrokarbon yang
masih tertinggal di belakang front. Pada efisiensi penyapuan, seolah-olah
dianggap bahwa yang sedang mengalami proses pendesakan mempunyai sifat
merata (uniform) ke arah vertikal. Pada keadaan yang sebenarnya, dalam reservoir
jarang terjadi hal seperti itu. Oleh karena itu, supaya pengaruh aliran ke arah
vertikal turut diperhitungkan, maka harus diketahui efisiensi invasi.
Ei
..............(3-12)
Dua faktor utama yang mempengaruhi efisiensi invasi adalah sebagai berikut:
1. Perlapisan
Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan adanya
perlapisan
dalam
reservoir
yang
sifat
batuannya
berbeda
terutama
Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih besar akan cenderung
menuju
bagian
bawah
fluida
yang
didesaknya
sehingga
akan
Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih kecil akan cenderung
menuju bagian atas fluida yang didesaknya sehingga bentuk front yang
terjadi semakin tidak beraturan dan menyebabkan efisiensi invasi
mengecil.
Topografi.
Ekonomi.
Pola ini terdiri dari tiga sumur injeksi yang membentuk segitiga dengan sumur
produksi terletak di tengah-tengahnya.
4. Five Spot
Pola ini terdiri dari empat sumur injeksi yang membentuk segiempat dengan
sumur produksi terletak di tengah-tengahnya. Pola ini merupakan pola sumur
injeksi-produksi yang paling umum digunakan.
5. Seven Spot
Pola ini terdiri dari sumur-sumur injeksi yang ditempatkan pada sudut-sudut
dari bentuk heksagonal dengan sumur produksi yang terletak di tengahtengahnya. Pola-pola sumur dengan sumur injeksi mengelilingi sumur
produksi disebut pola normal, sedangkan pola-pola sumur dengan sumur
produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted.
d ire c t lin e
d riv e
s ta g g e re d
sk e w e d
f o u r s p o t p a tte rn
re g u la r
f o u r s p o t p a tte rn
fi v e
s p o t p a tte rn
s e v e n s p o t p a tte rn
n in e
li n e d r iv e
s p o t p a tte rn
in j e c t io n w e ll
in v e r te d
s e v e n s p o t p a tte rn
n in e
in v e r te d
s p o t p a tte rn
p r o d u c t io n
w e ll
5. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak
mengurangi besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan, jika
dibandingkan dengan injeksi gas, dari segi berat air sangat menolong.
6. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor sesudah injeksi
air = 30% cukup mudah didapat.
Injeksi tercampur ini dapat dilakukan dengan dua cara dalam pemakaian
fluida injeksinya, yaitu:
1. Menginjeksikan fluida (pelarut) yang langsung bercampur dengan minyak
(absolutely miscible). Fluida ini mahal sehingga biasanya hanya diinjeksikan
dalam jumlah secukupnya untuk membuat tembok yang diikuti oleh fluida
pendesak lain yang tidak begitu mahal. Jenis pelarut yang dapat bercampur ini
antara lain: alkohol, liquid petroleum gas (LPG) dan propana.
2. Menginjeksikan fluida yang dapat bercampur dengan minyak pada tekanan,
temperatur dan komposisi kimia tertentu (thermodinamically miscible). Jenis
fluida tersebut antara lain: gas CO2, gas inert, gas yang diperkaya dan gas
kering pada tekanan tinggi.
3.5.2.1. CO2 Flooding
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2 tercampur
yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir dengan
melalui sumur injeksi sehingga dapat diperoleh minyak yang tertinggal.
Pelaksanaan screening untuk penginjeksian CO2 flooding sebaiknya tidak
dilakukan pada beberapa karakteristik reservoir seperti di bawah ini:
1. Jika viskositas minyak diatas 10 cp, maka injeksi CO2 tidak disarankan untuk
dilakukan.
2. Hitung tekanan yang diperlukan untuk melarutkan CO2 kedalam fluida
minyak (hasil dari percobaan di lab).
3. Tentukan tekanan maksimum yang dapat diterapkan pada reservoir
bersangkutan (Pmax = 0.6 x Kedalaman 300 psi).
4. Reservoir yang teridiri dari banyak fracture.
5. Pada batuan yang memiliki permebility terlalu besar.
6. Pada reservoir yang terlalu heterogen.
7. Reservoir yang memiliki ukuran gas cap terlalu besar.
8. Reservoir dengan strong bottom water drive.
Jika dibandingkan dengan injeksi gas lainnya, proses ini lebih unggul
karena dapat menurunkan residual minyak (Sor).
gas inert sebanyak 5 sampai 10 kali volume gas alam yang dibakar.
Jika tudung gas ada, injeksi gas ini akan mencegah terjadinya perembesan
minyak ke dalam zona tudung gas. Gas inert akan lebih suka tinggal
Peraturan seperti ini mungkin membatasi atau melarang injeksi dengan gas
alam.
2. Kekurangan dari gas inert adalah :
Korosi mungkin merupakan kerugian yang sangat penting dalam operasi
yang memakai boiler dan atau gas sisa pembakaran untuk pendesakan
Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang
diinjeksikan. Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur, temperaturnya berkurang
secara kontinyu disebabkan oleh penurunan tekanan. Pada jarak tertentu dari
sumur (tergantung dari temperatur uap mula-mula dan laju penurunan tekanan),
uap akan mencair dan membentuk hot water bank.
Kelebihan dan Kerugian Injeksi Uap
1. Kelebihan dari Injeksi Uap adalah :
Uap mempunyai kandungan panas yang lebih besar dari pada air, sehingga
biaya pemanasan
dengan
dengan
menggunakan
combustion
lebih
menguntungkan.
Jika
ketebalan
pasir
berkurang
dan
tekanan
bertambah,
Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi relatif lebih
menguntungkan dibandingkan dengan udara.
ratio water drive dalam reservoir dan karena itu akan menambah efisiensi
recovery.
flood.
Design dan operasinya sebagian besar dapat menggunakan fasilitas water
flood.
Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood conventional.
Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah dan formasi sand
yang tipis.
umumnya
pengaruhnya.
ataupun bakteri.
Diperlukan penanganan secara khusus untuk material polyacrylamides.
Jika menggunakan material polysaccharides diperlukan material tambahan
seperti filtration dan bactericides.