Anda di halaman 1dari 67

BAB

TEKNIK PRODUKSI

3.1. Inflow Performance Relationship


3.1.1. Productivity Index
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai perbandingan
laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran
dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur pada keadaan statis
(Ps) dan tekanan dasa sumur pada saat terjadi aliran (P wf) yang secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
PI J

q
(Ps - Pwf)

........................................ (per 3-1)

dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q
= laju produksi aliran total, bbl/hari
Ps
= Tekanan statis reservoir, psi
Pwf
= Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi
Secara teoritis persamaan (3.1) dapat didekati oleh persamaan radial dari
darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian
untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
PI

PI

7.082 x 10-3 x k x h
Bo x o x ln (re/rw)

7.082 x 10-3 h
ln (re/rw)

ko

o Bo

.......................................... (per 3-2)


kw

w Bw

.......................... (per 3-3)

dimana :

PI

= productivity index, bbl/hari/psi

= permeabilitas batuan, mD

kw

= permeabilitas efektif terhadap sumur, mD

ko

= permeabilitas efektif terhadap minyak, mD

= viscositas minyak, cp

= viscositas air, cp

Bo

= faktor volume formasi minyak, bbl/STB

Bw

= foktar volume formasi air, bbl/STB

re

= jari-jari pengurasan sumur, ft

rw

= jari-jari sumur, ft

Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan
Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan antara
Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan :
SPI Js

PI
7.082 x 10-3 x k

h
Bo x ln (re/rw)

............................ (Per 3-4)

Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk
laju aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih
besar productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut
disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju
produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap
minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada
lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka
viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau
berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum

akan

merugikan

reservoir

dikemudian

hari,

karena

akan

mengakibatkan terjadinya water atau gas coning dan kerusakan formasi


(formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai
berikut:

PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5

PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5

PI tinggi jika lebih dar 1,5

3.1.2. Inflow Performance Relationship


Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang
performance aliran fluida dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana
performance ini akan tergantung kepada PI secara grafis.
Kurva IPR dapat berupa linier atau tidak tergantung pada jumlah fluida yang
mengalir. Untuk fulida satu fasa akan membentuk kurva yang linier dan untuk
fluida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga PI
tidak lagi merupakan harga yang konstan karena kemiringan garis IPR akan
berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf.
Perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur dapat
dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Aliran satu fasa
a. Dengan atau tanpa pengaruh skin
Persamaan Darcy
Dalam perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
.............................................

(per 3-5)

b. Pengaruh lubang perforasi dan gravel pack


Persamaan Jonas, Blount dan Glase
Jonas mengembangkan persamaan dengan mengikut sertakan pengaruh
perforasi dengan memperhitungkan faktor skin adalah sebagai berikut :
....

2.

(per 3-6)

Aliran dua fasa


a. Tanpa pengaruh skin
Persamaan Darcy dalam bentuk Pseudo-Steady State
Untuk aliram semi-mantap, dimana tidak ada aliran di batas reservoir,
maka persamaan darcy adalah sebagai berikut :

...........................

(per 3-7)

Persamaan Vogel
Untuk memudahkan perhitungan kinerja aliran fluida dua fasa dari
formasi ke lubang sumur, Vogel mengembangkan persamaan sederhana.
Adapun anggapan pada persamaan Vogel yaitu :
1. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
2. Harga skin disekitar lubang sama dengan nol
3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi
Untuk memperoleh nilai laju produksi didapatkan persamaan sebagai
berikut :

................. (per 3-8)

Persamaan Vogel dikembangkan dalam memperhitungkan kondisi


dimana tekanan reservoir berada diatas tekanan saturasi. Pada kondisi ini
kurva IPR terdiri dari dua bagian yaitu Pwf > Pb yang membentuk kurva
linier dan Pwf < Pb yang membentuk kurva tidak linier.
Pada bagian kurva yang linier, maka persamaan yang digunakan yaitu :
................................................ (per 3-9)
Pada bagian kurva yang tidak linier (Pwf < Pb), maka persamaan yang
digunakan yaitu, :

.............. (per 3-10)

dimana,
qb = laju alir oil pada tekanan saturasi

Pb = tekanan saturasi
Qb = J (Pb/1.8)
J = Index Productivity
b. Dengan pengaruh skin
Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan formasi sehingga
kondisi sekitar lubang sumur tidak sesuai dengan kondisi sumur sebenarnya.
Sehingga beberapa metode dikembangkan, yaitu :
Persamaan Standing
Metode Standing merupakan modifikasi persamaan Vogel berdasarkan
kenyataan bahwa untuk sumur yang mengalami kerusakan terjadi
tambahan kehilangan tekanan di sekitar lubang bor.
Standing juga mengajukan grafik yang memperhitungkan suatu kondisi
dimana flow efficiency tidak sama dengan 0 (Gambar 3.2). Flow efficiency
merupakan perbandingan antara productivity index actual dengan ideal.
Nilai FE < 1 apabila sumur mengalami kerusakan, nilai FE > 1 apabila
sumur mengalami perbaikan sebagai hasil stimulasi, dan FE = 1 apabila
sumur tidak mengalami kerusakan.
............................ (per 3-11)

............................................... (per 3-12)


dimana,
Pwf = Pwf + Pskin

................................................ (per 3-13)

Gambar 3.1. Pressure Profile of damage wells production ( Kermit Brown)

Pada Gambar 3.1., pada sumur yang tidak mengalami kerusakan akan
mengalir pada laju alir (q) pada flowing pressure (pwf) ketika sumur
mengalami kerusakan seharusnya mengalir pada tekanan yang lebih kecil
(pwf) yang diproduksikan pada laju alir yang sama.
Pskin merupakan perbandingan antara Pwf dan Pwf. Van
Everdingen telah menemukan persamaan perhitungan Pskin, yaitu :
............................................................ (per 3-14)

Dari hubungan persamaan Vogel dan persamaan 3-12 maka dapat


dihitung laju produksi pada keadaan dua fasa dengan memperhatikan nilai
skin (per 3-15). Untuk laju alir maksimum yang dihasilkan adalah laju
produksi maksimum pada harga skin sama dengan 0, dan untuk
menghitung laju produksi maksimum pada harga FE yang dimaksud, maka
pada tekanan alir dasar sumur sebenarnya yang sama dengan 0 di ubah
menjadi tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal.

............................... (Per 3-15)

atau
...... (Per 3-16)

Standing memodifikasi persamaan Vogel untuk digunakan ketika FE tidak


sama dengan 1 dan juga diterapkan pada undersaturated reservoir. Dan
didapatkan persamaan :
.... (Per 3-17)

Kelemahan dari metode Standing terhadap grafik IPR yang dihasilkan,


yaitu :

Hampir lurus untuk FE < 1 meskipun kondisi aliran adalah dua

fasa.
Berlawanan dengan definisi kinerja aliran fluida dari formasi ke
lubang sumur.

Gambar 3.2. IPR for Damage or Stimulated Well (H.Dale)

Persamaan Cauto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur, dengan cara mendefinisi indeks
produktivitas. Persamaan yang hasilkan adalah sebagai berikut :

.... (per 3-18)


dimana,
R = Pwf/Pr
Persamaan Harrison
Persamaan Pudjo Sukarno

c. Pengaruh faktor turbulensi dan skin


Persamaan Fetkovich

Fetkovich menganalisa hasil uji back-pressure yang dilakukan di


sumur-sumur minyak yang berproduksi dari berbagai kondisi reservoir.
Dari analisa ini disimpulkan bahwa kurva back pressure di sumur
minyak mengikuti kurva back pressure di sumur gas, yaitu plot antara
qo terhadap (Pr2 Pwf2).
Grafik IPR sumur minyak dari uji back pressure dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan :
....................................... (Per 3-19)
dimana,
C = flow coefficient,
n = 1/kemiringan
n merupakan faktor turbulensi, dimana nilai n mendekati 1
menandakan tidak terjadi turbulensi, dan nilai n lebih kecil dari 1 atau
minimum 0.5 terjadi turbulensi. Nilai n dapat dicari dari grafik log qo vs
log (Pr2-Pwf2) dengan menentukan dua titik dan dimasukan kedalam
persamaan berikut :
........................................... (Per 3-20)
3. Aliran tiga fasa
a. Tanpa pengaruh skin
Persamaan Petrobras
Persamaan Pudjo Sukarno
Metode ini digunakan untuk mengembangkan kurva IPR gas-minyak.
Adapun anggapan yang digunakan adalah :
Faktor Skin sama dengan 0
Gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir
bersama-sama secara radial.
Pada metode ini parameter water cut merupakan parameter tambahan
dalam persamaan kurva IPR yang dikembangkan. Dan didapatkan
persamaan metode Pudjo Sukarno yaitu :
........................... (Per 3-21)
Dimana,

A0, A1, A2 adalah konstanta persamaan yang harganya berbeda


untuk water cut berbeda. Hubungan konstatnta tersebut dengan water cut
didapatkan persamaan sebagai berikut :
........... (Per 3-22)
Tabel 3.1. Konstanta Cn untuk masing-masing An

An
A0
A1
A2

C0
0.980321
-0.414360
-0.564870

C1
-0.115661x10-1
0.392799x10-2
0.762080x10-2

C2
0.17905x10-4
0.237075x10-5
-0.202079x10-4

3.1.3. Peramalan Inflow Performance Relationship


Metode peramalan IPR ini hanya berlaku pada kondisi aliran dua fasa
1.

(minyak dan gas) atau tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan saturasi.
Faktor Skin sama dengan nol
Dalam kelompok ini ada metode Standing, dengan persamaan :
................................ (Per 3-23)

....................................................... (Per 3-24)


....................................................... (Per 3-25)

............. (Per 3-26)


Atau
.................. (Per 3-27)
2.

Faktor Skin tidak sama dengan nol


Dalam kelompok ini terdapat metode couto berdasarkan pengembangan dari
persamaan vogel dengan meramalkan tekanan reservoir yang akan datang,
metode Fetkovich berdasarkan pengembangan empiris.
Metode Fetkovich
.................................................... (Per 3-28)

3.1.4. Inflow Performance Gas


Rawlins dan Schhellhardt mengembangkan persamaan empiris pada tahun
1935 yang sering disebut persamaan back pressure. Pada tes uji back pressure
diperoleh nilai Absolute Open Flow sumur. AOF adalah besarnya produksi sumur
pada tekanan atmosfir.
...................................................... (Per 3-29)
Selain persamaan diatas,

Metode Jones dapat juga diterapkan pada

perhitungan inflow performance pada sumur gas. Metode ini dapat diterapkan
pada aliran turbulen dan laminer.
.................................................................... (Per 3-30)

dimana,
............................................................ (Per 3-31)

3.2.

Aliran Multifasa pada Pipa


Aliran multifasa pada pipa didefinisikan sebagai pergerakan dari gas bebas

dan liquid dalam pipa secara bersamaan. Pada kondisi ini gas dan liquid
diibaratakan sebagai campuran yang homogeneus, atau liquid mungkin berbentuk
slug dengan gas yang mendorongnya dari belakang. Masalah aliran multifasa
dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Vertikal Multiphase flow
2. Horizontal Multiphase flow
3. Inclined Multiphase flow
4. Directional Multiphase flow
Dalam sistem sumur produksi, keempat persoalan aliran diatas dapat
ditemui dimana fluida multifasa dari reservoir masuk kelubang sumur dimana
aliran fluida reservoir dalam tubing dapat berupa aliran vertikal ataupun aliran
directional maupun incline kemudian fluida mengalir ke kepala sumur dan
dilanjutkan mengalir ke tanki pengumpul melalui pipa salur horizontal atau miring

sesuai permukaan tanah. Dalam sistem aliran tersebut akan ada kehilangan
tekanan dari fluida yang mengalir, banyaknya metode yang telah dikembangkan
untuk memperkirakan besarnya kehilangan tekanan aliran tersebut.
Dalam perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa vertikal
dapat dihitung dengan korelasi Hagedorn dan Brown, Duns dan Ros, Orkiszewski,
Mukherjee dan Brill, Minami dan Brill.
Sedangkan perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa
horizontal dapat dihitung dengan korelasi Dukler I , Dukler II, Eaton dan Beggs
dan Brill.
3.3.

Sistem Analisa Nodal


Analisa nodal merupakan salah satu pendekatan sistem analisis untuk

menganalisa performa suatu sumur hidrokarbon berdasarkan kondisi sistem yang


ada pada sumur tersebut. Sistem produksi sumur terdiri atas sejumlah komponenkomponen yang saling berinteraksi dimana performa masing-masing komponen
tersebut akan memberikan pengaruh terhadap performa sumur secara keseluruhan.
Tujuan utama analisa nodal adalah untuk mendapatkan laju produksi optimum
dari sumur minyak dengan melakukan evaluasi secara lengkap pada sistem sumur.
Pemilihan kombinasi komponen yang tepat pada sistem sumur tersebut akan
memberikan hasil optimal terhadap produksinya.
Nodal merupakan titik pertemuan antara 2 komponen, dimana titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan, dalam bentuk
keseimbangan massa ataupun keseimbangan tekanan. Hal ini berarti bahwa massa
fluida yang keluar dari suatu komponen akan sama dengan masa fluida yang
masuk ke dalam komponen berikutnya yang akan saling berhubungan atau teanan
di ujung suatu komponen akan sama dengan tekanan di ujung komponen lain yang
berhubungan.

Gambar Sistem kehilangan tekanan di dalam sumur secara lengkap


(Brown, Kermit E., 1977)

Hal dasar yang diperlukan untuk analisa optimasi sumur dengan analisa
sistem nodal adalah Inflow Performance Relationship (IPR) sumur pada kondisi
terkini. Kemudian model dari komponen-komponen sumur dapat digunakan untuk
memprediksi performa sumur.
Dalam sistem sumur produksi dapat ditemukan 4 titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen

formasi

produktif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah


open hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan komplesi
2.

apabila sumur diperforasi / dipasangi gravel pack.


Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan jepitan
atau merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dengan komponen

3.

jepitan apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.


Titik nodal di separator
Pada titik nodal ini mempertemukan komponen pipa salur dengan komponen

4.

separator.
Titik nodal di Upstream / Downstream jepitan.
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara
komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan dipasang di
tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara komponen

tubing dipermukaan dengan komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di


kepala sumur.
3.4.

Permasalahan Produksi
Pada prinsipnya problem produksi yang mengakibatkan tidak optimumnya

produksi minyak di suatu sumur dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok :


1.

Menurunnya produktivitas formasi

Problem kepasiran

Sebab sebab dari terproduksinya pasir berhubungan dengan :


- Tenaga pengerukan (drag force), yaitu tenaga yang terjadi oleh aliran
fluida dimana laju aliran dan visositasnya meningkat menjadi lebih
tinggi.
- Pengurangan kekuatan formasinya, hal ini sering dihubungkan dengan
produksi air, karena melarutkan material penyemen atau pengurangan
gaya kapiler dengan meningkatnya saturasi air.
- Penurunan tekanan reservoir, dengan penurunan ini akan mengganggu
sifat penyemenan antar batuan.
Ikut terproduksinya pasir pada operasi produksi menimbulkan problem
produksi. Problem produksi ini biasanya berhubungan dengan formasi
dangkal berumur tersier yang umumnya batupasir berjenis lepas-lepas
(unconsolidated sand) dengan sementasi antar butiran kurang kuat. Hal ini
berarti pekerjaan komplesi sumur menjadi perhatian kritis dalam zona-zona
kepasiran.

Problem coning
Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak hanya menurunkan

produksi minyak, tetapi juga dapat mengakibatkan sumur ditutup atau


ditinggalkan sebelum waktunya. Selain itu terproduksinya air atau gas yang
berlebihan akan menyebabkan proses pengolahan selanjutnya menjadi lebih
sulit.
Terproduksinya air atau gas berlebihan dapat disebabkan karena:

Pergerakan air atau posisi batas air minyak telah mencapai lubang
perforasi.

Pergerakan gas atau batas gas minyak telah mencapai lubang


perforasi.

2.

Terjadinya water fingering atau gas fingering


Menurunnya laju produksi

Problem emulsi
Emulsi adalah campuran dua jenis cairan yang tidak dapat campur. Dalam

emulsi salah satu cairan dihamburkan dalam cairan lain berupa butiranbutiran yang sangat kecil.
Emulsi kental memiliki jumlah oksigen droplet yang dihamburkan dalam
cairan lebih banyak dan emulsi encer adalah sebaliknya. Emulsi semacam itu
ditinjau dari viskositasnya. Sedang berdasarkan fasanya maka emulsi dibagi
menjadi dua yaitu :
- Air dalam emulsi minyak (water in oil emulsion) jika minyak sebagai
fasa eksternal dan air menjadi fasa internal.
- Minyak dalam emulsi air (oil in water emulsion) jika sebaliknya

Problem scale
Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk pada bidang

permukaan yang bersentuhan dengan air formasi sewaktu minyak


diproduksikan ke permukaan. Timbulnya endapan scale tergantung dari
komposisi air yang diproduksikan. Jika kelarutan ion terlampaui maka
komponen menjadiu terpisah dari larutan sebagai padatan, dan membentuk
endapan scale. Sebab-sebab terjadinya endapan scale antara lain :
- Air tak kompatibel
Air tak kompatibel adalah bercampurnya dua jenis air yang tak dapat
campur akibat adanya kandungan dan sifat kimia ion-ion air formasi yang
berbeda. Jika dua macam air ini bercampur maka terjadi ion-ion yang
berlainan sifat tersebut sehingga menyebabkan terbentuknya zat baru
tersusun atas kristal-kristal atau endapan scale.

- Penurunan tekanan
Selama produksi terjadi penurunan tekanan reservoir akibat fluida
diproduksikan ke permukaan. Penurunan tekanan ini terjadi pada formasi
ke dasar sumur, ke permukaan dan dari kepala sumur ke tangki penimbun.
Adanya penurunan tekanan ini, maka gas CO2 jadi terlepas dari ion-ion
bikarbonat. Pelepasan CO2 menyebabkan berubahnya kelarutan ion yang
terkandung dalam air formasi sehingga mempercepat terjadinya endapan
scale.
- Perubahan temperatur
Sejalan dengan berubahnya temperatur (ada kenaikkan temperatur )
terjadi penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan ion yang
menyebabkan terbentuknya endapan scale. Perubahan temperatur ini
disebabkan oleh penurunan tekanan .
- Faktor-faktor lainnya
Agitasi menyebabkan terjadinya turbulensi aliran, sehingga endapan
scale lebih cepat terbentuk. Semakin lama waktu kontak semakin besar
pula endapan scale yang terbentuk. Semakin besar pH larutan
mempercepat terbentuknya endapan scale.

Problem korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak

dan gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam,
atau keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya. Besi
umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan oksigen, sehingga korosi
yang dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu adanya anggapan bahwa korosi
merupakan reaksi antara besi dengan oksigen atau hidrogen sulfida sebagai
berikut :
4 Fe+++ + 3 O2

2 Fe2O3

Fe++ + H2S

FeS + H2 (karat)

(karat)

Besi tidak bisa bereaksi dengan oksigen kering atau hidrogen sulfida
kering pada temperatur biasa karena korosi hanya dapat terjadi jika ada air.

Korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yaitu proses listrik


yang terjadi setelah reaksi kimia dan disebabkan oleh kandungan garam dan
asam dalam air. Jika ada dua permukaan logam berbeda muatan listrik maka
terjadi aliran listrik melalui air.
Korosi pada logam dapat dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang berbeda
mempunyai kecenderungan yang berbeda terhadap korosi.
2. Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air akan meningkat
dengan naiknya konduktivitas. Disamping itu pengkaratan oleh air juga
akan meningkat dengan menurunnya pH air.
3. Kelarutan gas, dimana oksigen, karbon dioksida atau hidrogen sulfida
yang terlarut didalam air akan menaikkan korosivitas secara drastis. Gas
yang terlarut adalah sebab utama problem korosi.

Problem parafin
Terbentuknya endapa n parafin dan aspal disebabkan oleh perubahan

kesetimbangan fluida reservoir akibat menurunnya kelarutan lilin dalam


minyak mentah. Pengendapan yang terjadi pada sumur produksi dipengaruhi
oleh kelarutan minyak mentah dan kandungan lilin dalam minyak. Kristalkristal lilin yang menjarum berhamburan dalam minyak mentah saat
berbentuk kristal-kristal tunggal. Bahan penginti (nucleating agent) yang
terdapat bersama-sama dengan kristal lilin dapat memisahkan diri dari larutan
minyak mentah dan membentuk endapan dalam sumur produksi.
Penyebab utama terbentuknya endapan parafin dan aspal adalah penurunan
tekanan karena kelarutan lilin dalam minyak mentah menurun saat
menurunnya temperatur. Adanya gerakan ekspansi gas pada lubang perforasi
dan di dasar sumur dapat menyebabkan terjadinya pendinginan atau
penurunan temperatur sampai di bawah titik cair parafin, sehingga timbul
parafin dan aspal. Terlepasnya gas dan hidrokarbon ringan dari minyak
mentah bisa menyebabkan penurunnan kelarutan lilin, sehingga terbentuk
endapan parafin dan aspal. GOR yang tinggi dapat mempercepat
terbentuknya endapan parafin dan aspal.
3.5.

Metode Produksi

3.5.1. Sembur Alam (Natural Flow)


Sembur alam adalah memproduksikan sumur produksi secara alamia dengan
kemanpuan pressure reservoir untuk mendorong fluidanya hingga ke permukaan
tanpa menggunakan alat bantuan. Hal ini karenakan pressure reservoir yang masih
manpu mendoron fluida ke permukaan dengan pressure pada reservoir yang cukup
tinggi. Sumur produksi akan terus di produksikan secara alamia selama tekananya
masih mampu dan masih ekonomis dalam segi ke ekonomiannya.
Produksi ini memamfaatkan mekanisme pendorong pada reservoir, seperti
halnya dari gas-gas bebas maupun dari minyak itu sendiri, keduanya memiliki
tekanan, dimana pada kondisi tertentu tekanan tersebut dapat menaikkan fluida

dari dasar sumur ke permukaan melalui tubing tanpa memerlukan tenaga


(tekanan) bantuan yang berasal dari luar.
Untuk menjaga sumur-sumur produksi tetap berproduksi dalam jangka
waktu semburan yang agak lama, maka pada alat christmas tree dipasang choke
yang mempunyai diameter jauh lebih kecil dari pada diameter tubing.
3.5.2. Peralatan Sembur Alam
Pada dasarnya Peralatan dari sembur alam dapat dibagi menjadi dua
komponen besar, yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.
3.5.2.1.

Peralatan di atas permukaan

Peralatan yang digunakan untuk produksi sembur alam untuk bagian


permukaan terdiri dari terdiri dari :
a. Wellhead
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengontrol sumur dipermukaan.
Wellhead tersusun dari dua rangkaian didalamnya, yaitu casing head dan tubing
head. Casing head berfungsi sebagai tempat menggantungkan rangakaian casing
dan mencegah terjadinya kebocoran. Pada casing head terdapat gas outlet untuk
meredusir gas yang mungkin terkumpul diantara rangkaian casing. Tubing head
adalah bagian dari wellhead untuk menyokong rangkaian tubing yang berada di
bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat diantara casing dan tubing,
sehingga aliran fluida dapat keluar melalui tubing.
b. Christmas tree
Adalah kumpulan dari valve, fitting, choke dan manometer pengukur
tekanan sumur yang dipasang di atas tubing head. Peralatan ini terbuat dari bahan
besi baja yang berkualitas tinggi, sehingga selain dapat menahan tekanan tinggi
dari sumur juga dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang
mengalir bersama-sama dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang
terbawa ke permukaan. Pada dasarnya, christmas tree terdiri dari komponenkomponen peralatan utama, yaitu :
Manometer pengukur tekanan
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur besarnya tekanan pada
casing (Pc) dan tekanan pada tubing (Pt).

Master gate (master valve)


Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika
diperlukan. Untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi, disamping master
gate dipasang pula valve lain yang terletak di bawah master gate.
Choke
Choke atau bean ini berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur,
sehingga produksi minyak dan gas pada sumur dapat diatur sesuai yang
diinginkan atau diharapkan.
Dalam prakteknya dikenal dua jenis choke, yaitu :
1.

Positive choke, jenis ini terbuat dari bahan besi baja pejal dimana

pada bagian dalam terdapat lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat
untuk mengalir minyak dan gas menuju separator. Besar perbedaan tekanan
aliran fluida sebelum dan sesudah melewati choke pada dasarnya tergantung
dari diameter choke yang digunakan.
2.

Adjustable choke, diameternya dapat disetel sesuai dengan

kebutuhan, dengan jalan memutar handwheel yang terdapat di atasnya, tanpa


harus melepas untuk menggantinya. Pemasangan jenis choke ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penggantian choke yang terlalu
sering, terutama pada sumur-sumur yang menggunakan christmas tree
singgle wings.
3.5.2.2.

Peralatan di bawah permukaan

Peralatan di bawah permukaan sumur sembur alam meliputi sekumpulan


peralatan di dalam sumur yang terdiri dari tubing, packer, nipple, sliding sleeve
door, bottom hole choke, blast joint dan flow coupling.
a. Tubing
Merupakan pipa vertikal di dalam sumur yang berfungsi untuk mengalirkan
fluida reservoir dari dasar sumur ke permukaan.
b. Packer
Berfungsi untuk menyekat annulus antara casing dan tubing serta
memberikan draw-down yang lebih besar.

c. Nipple
Merupakan alat yang berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran
di dalam tubing. Terdapat dua jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
d. Sliding sleeve door
Digunakan untuk memproduksi hidrokarbon dari beberapa zona produktif
dengan menggunakan single tubing string. Dengan adanya alat ini
dimungkinkan ada hubungan antara annulus dengan tubing.
e. Bottom hole choke
Disamping choke yang dipasang di permukaan, kadang-kadang juga
dibutuhkan choke yang dipasang di dalam sumur. Pemasangan bottom hole
choke ini diantaranya dimaksudkan untuk :

Mendapatkan koefisien pemakaian tenaga ekspansi gas yang lebih


tinggi.

Memperpanjang umur sumur sembur alam dengan jalan membebaskan


gas yang berasal dari larutan minyak untuk memperingan kolom
minyak dan menambah besar kecepatan alir di dalam tubing.

Mengurangi atau mencegah pembekuan (freezing) pada alat-alat


kontrol di atas permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung
bawah tubing.

Mencegah atau mengurangi air yang masuk ke dalam sumur dengan


jalan menjaga tekanan dasar sumur tetap konstan.

Mencegah terjadinya endapan hydrate, karbonat dan parafin yang


mengalir bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.

f. Blast joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding tebal, dipasang
tepat di depan formasi produktif yang untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.
g. Flow coupling
Alat ini memiliki bentuk sama dengan blast joint, pemasangnnya terletak di
atas dan di bawah nipple dan berfungsi untuk menahan turbulensi fluida

akibat adanya kontrol aliran yang dipasang pada nipple.


3.6.

Metoda Sembur Buatan


Pengangkatan buatan adalah merupakan suatu usaha untuk membantu

mengangkat fluida dari sumur produksi ke permukaan dengan jalan memberikan


energi mekanis dari luar. Metoda pengangkatan buatan yang umum digunakan
selama ini dalam metoda artificial lift adalah dengan menggunakan jenis peralatan
gas lift, pompa sucker rod, dan pompa sentrifugal (pompa reda) yang masingmasing peralatan tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
3.6.1. Gas Lift
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media
pengangkat ke dalam kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang pada tubing
dengan kedalaman dan spasi tertentu. Syarat-syarat suatu sumur yang harus
dipenuhi agar dapat diterapkan metoda gas lift antara lain :
1. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu sendiri
maupun dari tempat lain.
2. Fluid level masih tinggi.
3.6.1.1.

Prinsif Kerja Gas Lift

Gas lift didefinisikan sebagai suatu proses atau metode untuk membantu
memproduksikan fluida dari lubang sumur dengan cara menginjeksikan gas yang
bertekanan tinggi ke dalam kolom fluidanya.
Pengangkatan fluida dengan cara gas lift didasarkan pada pengurangan
gradien tekanan fluida di dalam tubing, pengembangan dari gas yang diinjeksikan
serta pendorongan fluida oleh gas injeksi yang bertekanan tinggi. Ketiga faktor
dapat bekerja sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi dari ketiganya.
Fluida yang berada di dalam annulus antara tubing dan casing ditekan
dengan gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya akan turun di bawah valve,

selanjutnya valve ini (valve paling atas) akan membuka, sehingga gas injeksi akan
masuk ke dalam tubing. Dengan bercampurnya gas injeksi dengan fluida
reservoir, maka densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien tekanan
minyak berkurang sehingga akan mempermudah fluida reservoir mengalir ke
permukaan.
Ada dua cara pengangkatan buatan dengan metode gas lift, yaitu
penginjeksian secara kontinyu (continuous flow gas lift) dan penginjeksian
terputus-putus (intermittent flow gas lift).
a)

Continuous gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terus menerus ke dalam
annulus melalui valve yang dipasang pada tubing, maka gas akan masuk ke
dalam tubing. Metode ini digunakan pada sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) tinggi dan tekanan statis dasar sumur (Ps) tinggi,
relative terhadap kedalaman sumur, dimana PI tinggi besarnya adalah > 0.5
B/D/psi dan Ps tinggi artinya dapat mengangkat kolom cairan minimum
70% dari kedalaman sumur. Pada tipe sumur ini, laju produksi berkisar

b)

antara 200 20000 B/D, melalui ukuran tubing yang normal.


Intermittent gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terputus-putus pada selang
waktu tertentu, sehingga dengan demikian injeksi gas merupakan suatu
siklus dan diatur sesuai dengan laju fluida yang mengalir dari formasi ke
lubang sumur. Intermittent flow gas lift digunakan pada sumur-sumur
dengan volume fluida rendah atau sumur-sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) rendah dan Ps rendah, dimana PI rendah mampunyai
besar < 0.5 B/D/psi dan Ps rendah artinya kolom cairan yang terangkat
kurang dari 70%.

3.6.1.2.
Peralatan Gas Lift
Peralatan gas lift dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu peralatan di atas
permukaan dan peralatan di bawah permukaan, dimana peralatan-peralatan
tersebut saling berhubungan dalam kelancaran penggunaan gas lift.
3.6.1.2.1.

Peratan di Atas Permukaan

Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang diperlukan untuk


proses injeksi gas ke dalam sumur yang terletak di permukaan. Peralatan-peralatan
tersebut meliputi :
1. Well Head
Well head sebenarnya bukan alat khusus bagi gas lift saja tetapi juga
merupakan salah satu alat yang digunakan pada metode sumur sembur alam,
dimana

dalam

periode

masa

produksi,

alat

ini

berfungsi

untuk

menggantungkan tubing atau casing disamping itu well head merupakan


tempat dudukan x-mass tree.
2. X-mass Tree
Gas diinjeksikan ke dalam annulus sesudah melalui motor yang berfungsi
mengatur jumlah gas yang masuk ke dalam sumur dan tekanan gas injeksi
dijaga agar konstan.
3. Stasiun Kompressor
Alat ini berfungsi untuk menaikan tekanan gas injeksi sesuai dengan
keperluan. Di dalam stasiun kompressor ini terdapat beberapa buah
kompressor yang dihubungkan dengan manifold. Dari stasiun kompressor
ini, gas bertekanan tinggi dikirim ke sumur-sumur gas lift melalui stasiun
distribusi.
4. Stasiun Distribusi
Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompressor ke sumur terdapat beberapa
cara, antara lain :
a.

Sistem Distribusi Langsung


Di dalam stasiun ini terdapat system manifold yang menuju ke sumursumur secara langsung, system ini kurang effisien karena mampunyai
beberapa kelemahan, antara lain :
1.

Penggunaan stasiun pusat compressor yang tidak rasionil


karena kebutuhan gas yang tidak sama untuk setiap sumur.

2.

Pemakaian pipa transport gas yang panjang sehingga tidak


ekonomis.

b.

Sistem Distribusi dengan Pipa Induk

System ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil, tetapi
adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas maka sumur lain sumur
lain bisa terpengaruh.
c.

Sistem Distribusi dengan Stasiun Distribusi


System ini sangat rasional dan banyak dipakai, gas dibawa dari pusat
compressor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke sumur-sumur
dengan menggunakan pipa.

5.

Peralatan Kontrol
Peralatan kontrol yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :
a.

Choke control dan regulator


Choke control adalah alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah gas
yang diinjeksikan, sehingga dalam waktu tertentu (saat valve
terbuka) gas tersebut dapat mancapai suatu harga tekanan yang
dibutuhkan. Choke control ini dilengkapi pula dengan regulator yang
berfungsi untuk membatasi gas injeksi yang dibutuhkan. Bila gas
injeksi cukup maka regulator akan menutup. Choke control dan
regulator tersebut hanya khusus dipergunakan untuk intermittent gas
lift.

b.

Time cycle control


Alat ini berfungsi untuk mengontrol aliran gas injeksi dalam
intermittent gas lift untuk interval waktu tertentu. Time cycle control
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

3.6.1.2.2.

Peralatn di Bawah Permukaan

Peralatan di bawah permukaan dari metode gas lift tidak berbeda jauh
dengan peralatan pada sumur sembur alam, hanya pada gas lift ditambah dengan
valve (katup) gas lift. Secara umum pemakaian katub gas lift berfungsi untuk :
1. Untuk mengosongkan sumur dari fluida workover atau kill fluid supaya
injeksi gas dapat mencapai titik optimum di dalam sumur.

2. Mengatur aliran injeksi gas ke dalam tubing baik proses unloading


maupun proses pengangkatan fluida.
Industri gas lift telah mengkategorikan katup gas lift tergantung pada mana
yang paling sensitif berpengaruh terhadap proses membuka katup (valve), apakah
tekanan casing (Ps) yang disebabkan oleh kolom gas injeksi dalam casing atau
tekanan tubing (Pt) yang ditentukan oleh kolom fluida dalam tubing. Sensitivitas
ini ditentukan oleh konstruksi mekanik dari katup gas lift. Tekanan yang bekerja
pada bagian yang paling luas dari katup (valves) merupakan tekanan yang paling
dominan berpengaruh pada valve tersebut.
Ada 4 (empat) macam katup gas lift, yaitu :
1. Casing pressure operated valve ( pressure valve)
Valve jenis ini 50-100% sensitive terhadap tekanan casing pada posisi
tertutup dan 100% sensitive terhadap tekanan casing pada posisi terbuka.
Membutuhkan penambahan tekanan casing untuk membuka valve dan
pengurangan tekanan casing untuk menutup valve.
2. Throttling pressure valve
Valve ini disebut juga proportional valve atau continuous flow valve. Valve
ini sama dengan pressure valve pada posisi tertutup, akan tetapi pada posisi
terbuka valve ini sensitive terhadap tekanan tubing. Valve ini membutuhkan
penambahan tekanan casing untuk membuka dan pengurangan tekanan tubing
atau tekanan casing untuk menutup.
3. Fluid operated valve
Katup ini konstruksinya hampir sama dengan casing pressure operated
valve, tetapi tekanan tubing bekerja pada permukaan bagian valve yang lebih
luas, sedangkan tekanan casing bekerja pada permukaan yang lebih kecil.
Gambar 4.5 memperlihatkan sketsa untuk jenis valve ini.
4. Combination valve
Valve ini juga disebut fluid open-pressure closed valve. Valve ini
membutuhkan penambahan tekanan fluid untuk membuka dan pengurangan
tekanan casing atau tekanan tubing untuk menutup.
3.6.1.3.

Perencanaan Gas Lift

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan gas lift.


Umumnya perencanaan intermittent flow akan lebih rumit dari pada continuous
flow, karena peralatannya lebih komplek dan adanya pengaturan siklus injeksi.
Dalam perencanaan gas lift, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kondisi sumur, yang terdiri dari :
Kedalaman sumur dan perforasi
Diameter tubing dan casing.
b. Kondisi reservoir, yang terdiri dari :
Tekanan statik dasar sumur dan tekanan aliran dasar sumur
Gradien statik cairan dan gradien temperatur
Indek produktivitas.
c. Data-data produksi sumur, yang terdiri dari :
Laju aliran/laju produksi
Gas liquid ratio (GLR)
Tekanan di kepala sumur (THP)
Tekanan balik separator dan kadar air.
d. Keadaan lingkungan, yang terdiri dari :
Tekanan gas injeksi yang tersedia di permukaan
Cadangan gas yang tersedia
Gradien fluida untuk mematikan sumur.
Adapun prosedur untuk perencanaannya adalah sebagai berikut :
1. Kumpulkan data yang diperlukan, seperti kedalaman sumur, ukuran tubing
dan casing, panjang flow line, water cut, SG gas, BHT, IPR dan PI, oAPI
minyak, Pwf dan Pws, Bo pada berbagai tekanan, viskositas minyak, tekanan
aliran di dalam tubing dan permukaan serta tekanan separator.
2. Tentukan tipe instalasi yang diperlukan.
3. Pilih tipe valve berdasarkan gradien unloading, berat fluida dalam tubing,
back pressure dari formasi, kedalaman permukaan fluida dalam casing dan
tekanan injeksi.

4. Tentukan spasi valve, titik injeksi dan penempatan valve.


5. Perkirakan gas yang dibutuhkan, tekanan injeksi gas, pemilihan kompresor
yang sesuai, dan laju produksi minyak yang diharapkan.
6. Perkirakan frekuensi siklus dan tekanan waktu stabilisasi untuk
intermittent flow.
7. Kontrol injeksi gas ke dalam sumur melalui choke control, regulator
control dan pengamatan time cycle.
3.6.2. Pompa Sucker Rod
Sucker rod pump merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan,
dimana untuk mengangkat minyak ke permukaan digunakan pompa dengan
tangkai pompa (rod). Pompa ini digunakan pada sumur-sumur dengan viskositas
rendah medium, tidak ada problem kepasiran, GOR tinggi, sumur-sumur lurus
dan fluid level tinggi.
3.6.2.1.

Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod


Prinsip kerja dari pompa sucker rod dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gerak rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh pumping unit
terutama oleh sistem pitman crank assembly. Kemudian gerak angguk (naik turun)
ini oleh horse head dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan plunger.
Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa yang ada dalam
sumur oleh sucker rod sehingga gerak lurus naik turun dari horse head
dipindahkan ke plunger pompa dan plunger bergerak naik turun dalam barrel
pompa.
Pada saat up-stroke, plunger bergerak ke atas, di bawah plunger terjadi
penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan dalam
pompa maka akibatnya standing valve terbuka dan minyak masuk ke dalam
pompa. Pada saat down-stroke, standing valve tertutup karena tekanan dari
minyak dalam barrel pompa, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu traveling valve
terbuka oleh tekanan minyak akibat dari turunnya plunger, selanjutnya minyak
akan masuk ke dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga
minyak akan sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.

3.6.2.2.

Peralatan Pompa Sucker Rod


Sama hal dengan peralatan produksi pada metode Natural Flow dan Gas

Lift. Pada peralatan Pompa Sucker Rod di bagi berdasrkan perlatan di atas
permukaan dan peralatan di bawah permukaan.
3.6.2.2.1. Peralatan di Atas Permukaan
Mesin penggerak (prime mover ) merupakan sumber tenaga penggerak
utama dari seluruh rangkaian unit peralatan pompa, baik peralatan di atas
permukaan maupun peralatan di dalam sumur. Fungsi utama peralatan pompa
sucker rod di atas permukaan adalah:
Memindahkan energi atau tenaga dari prime mover ke unit peralatan
pompa di dalam sumur.
Mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi suatu gerak bolakbalik naik turun.
Mengubah kecepatan putar prime mover menjadi suatu langkah
pemompaan (stroke/menit, SPM) yang sesuai atau yang diinginkan.
Komponen-komponen peralatan sucker rod di atas permukaan dan
fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Stuffing box
Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau
menahan minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya
polished rod. Dengan demikian seluruh minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flow line lewat cross tree. Disamping itu juga berfungsi sebagai
tempat kedudukan polished rod sehingga polished rod dapat bergerak naik
turun tegak lurus dengan leluasa.
b. Polished rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas.
Fungsinya adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod dengan
peralatan-peralatan di atas permukaan.
c. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp,

dan pada carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya
dihubungkan dengan horse head.
d. Polished rod clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk
mengeraskan kaitan polished rod dengan komponen-komponen di atasnya
agar tidak dapat lepas selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
e. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang
kabel baja yang dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier bar
bergantung pada briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan dengan horse
head.
f. Horse head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di
dalam sumur melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau
merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai bentuk kepala kuda.
g. Walking beam
Merupakan tangkai horisontal di belakang horse head.
Walking beam berfungsi untuk :

mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik

turun

meneruskan energi prime mover ke rangkaian pompa di dalam

sumur melalui polished rod dan sucker rod string.


a. Pitman
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada
pitman bearing dengan ujung belakang dari walking beam pada tail bearing.
Fungsinya mengubah dan meneruskan gerak berputar menjadi gerak bolakbalik naik turun dan pitman ini akan menggerakkan walking beam.
b. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear
reducer dengan counter balance. Pada crank ini terdapat lubang-lubang tempat
kedudukan pada pitman bearing dan ujung bawah dari pitman. Besar kecilnya

langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari sini dengan
mengubah-ubah letak ujung bawah pitman, bila mendekatkan atau ke arah
counter balance maupun menjauhi counter balance. Apabila kedudukan ujung
bawah pitman digeser ke posisi lubang mendekati counter balance, maka
langkah pemompaan menjadi bertambah besar, demikian pula sebaliknya
apabila menjauhi counter balance yaitu ke arah crank shaft maka langkah
pemompaan menjadi kecil.
c. Gear reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari
prime mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
d. Crank shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat
oleh gear reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
e. Counter balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk :
Mengubah gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolakbalik naik turun.
Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat
counter balance menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil
atau minimum.
Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter
balance bergerak ke bawah, sebesar tenaga potensialnya, karena kerja
prime mover terbesar yang dibutuhkan adalah pada saat up-stroke,
dimana minyak ikut terangkat ke atas atau ke permukaan.
h. Sampson post
Merupakan kaki-kaki penyangga atau penompang walking beam.
i. Saddle bearing
Adalah tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian
atas.
j. Equalizer

Adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa
menurut kebutuhan pada saat operasi pemompaan minyak berlangsung.
k. Brake
Berfungsi untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan, misalnya
pada saat dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.
3.6.2.2.2. Peralatan di Bawah Permukaan
Seperti telah dijelaskan bahwa, fungsi pompa adalah untuk menaikkan
fluida dari formasi ke dalam tubing dan mengangkatnya ke permukaan. Untuk
maksud tersebut suatu pompa harus terdiri empat komponen utama, yaitu:
a. Working barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai
dengan langkah pemompaan dan menampung minyak yang terhisap oleh
plunger pada saat bergerak ke atas.
b. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel yang dapat
bergerak naik turun. Plunger ini berfungsi sebagai penghisap minyak dari
formasi masuk ke dalam barrel dan mengangkat minyak yang telah
terakumulasi dalam barrel ke permukaan melalui tubing.
c. Standing valve
Merupakan suatu komponen katup yang terdapat di bagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi masuk
ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas,
kemudian standing valve membuka. Disamping itu untuk menahan minyak
agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
bawah. Standing valve terdiri dari sebuah bola besi dan tempat dudukannya.
Standing valve memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pemompaan,
karena efisiensi volumetris pompa sangat tergantung pada cara kerja dan
bentuk dari ball dan seat-nya.
d. Travelling valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah

dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan
dari gerak plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk mengalirkan
minyak dari working barrel masuk menuju plunger, hal seperti ini terjadi pada
saat plunger bergerak ke bawah. Selain itu akan menahan keluarnya minyak
dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas (up-stroke) sehingga minyak
tersebut dapat diangkat ke tubing yang seterusnya ke permukaan.
e. Gas anchor
Komponen ini dipasang pada bagian bawah pompa, fungsinya adalah
memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
pompa bersama-sama dengan minyak, karena dengan adanya gas akan
mengurangi efisiensi pompa.
f. Tangki pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
Sucker rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena
merupakan penghubung antara plunger dengan peralatan-peralatan
penggerak yang ada di permukaan. Sedangkan fungsinya adalah
melanjutkan gerak lurus naik turun dari horse head ke plunger pompa.
Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang sering digunakan
berkisar antara 25 sampai 30 ft, dan untuk menghubungkan antara dua
buah sucker rod digunakan sucker rod coupling.
Pony rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek
dari pada sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi panjang
dari sucker rod apabila sucker rod tidak mencapai target yang dituju.
Umumnya memiliki ukuran panjang 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
Polished rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier
(wire line hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing box.
Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani plunger
yang menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan mendorong dari

tubing ke permukaan. Gerakan plunger ini menyebabkan penurunan tekanan di


atas standing valve, maka standing valve terbuka dan fluida dari formasi masuk ke
dalam pompa.
Pada saat down-stroke (langkah pompa ke bawah), plunger akan turun dan
pada saat ini travelling valve akan terbuka dan standing valve akan tertutup
sehingga fluida akan bergerak dari plunger ke dalam tubing.
3.6.3. Electric Submersible Pump (ESP)
Electric submersible pump digunakan pada sumur-sumur yang dalam dan
dapat memberikan laju produksi yang besar. Selain untuk sumur produksi, ESP
juga dapat untuk proyek-proyek water flooding dan pressure maintenance, dimana
ESP dipasang pada sumur-sumur injeksi. Selain dari itu dapat juga digunakan
pada sumur-sumur yang tidak menggunakan tubing (tubingless completion) dan
produksi dilakukan melalui casing. Pada umumnya pompa jenis ini digunakan
pada sumur-sumur artificial lift dengan produksi besar dan GOR rendah.
Pada dasarnya electric submersible pump ini adalah merupakan pompa
sentrifugal bertingkat banyak, dimana poros dari pompa sentrifugal dihubungkan
langsung dengan penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik,
sedangkan sumber listriknya diambil dari power plant, dimana tenaga listrik untuk
pompa disuplai dari switch board dan transformator di permukaan dengan
perantara kabel listrik yang di-clamp pada tubing dengan jarak 15 hingga 20 ft.
Setiap tingkat dari pompa sentrifugal terdiri dari impeller (bagian yang
berputar) dan diffuser (bagaian yang diam). Tenaga dalam bentuk tekanan didapat
dari cairan yang dipompakan disekitar impeller. Gerakan berputar impeller
mengakibatkan cairan ikut berputar, yaitu arah radial (akibat dari gaya sentrifugal)
dan arah tangensial.
3.6.3.1.

Prinsip Kerja Electric Submersible Pump


Prinsip kerja Electric submersible pump adalah berdasarkan pada prinsip

kerja pompa sentrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa sentrifugal
adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller pompa,
cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh

diffuser kemudian akan dilempar ke luar. Oleh impeller tenaga mekanis motor
dirubah menjadi tenaga hidrolik. Impeller terdiri dari dua piringan yang
didalamnya terdapat sudu-sudu, pada saat impeller diputar dengan kecepatan
sudut , cairan dalam impeller dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan
kinetik tertentu. Cairan yang ditampung dalam rumah pompa kemudian
dievaluasikan melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi tenaga
potensial berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar maka terjadi proses
penghisapan.
3.6.3.2. Peralatan Electric Submersible Pump
Peralatan pompa sentrifugal dikelompokkan menjadi dua bagian yakni,
yakni peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah permukaan.
3.6.3.2.1. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan terdiri dari :
a. Tubing head
Tubing head untuk pompa reda agak berbeda dengan tubing head biasa.
Perbedaannya terletak pada adanya kabel yang melalui tubing head tersebut.
Adapun fungsi dari tubing head ini adalah sebagai penyokong dari rangkaian
tubing dan untuk menutup ruang antara casing dengan tubing.
b. Drum
Merupakan alat yang digunakan sebagai tempat untuk menggulung kabel
apabila pompa dicabut.
c. Junction box
Diperlukan sebagai tempat menghubungkan kabel dari dalam sumur
dengan kabel dari switch board.
d. Switch board
Berfungsi untuk mengontrol kerja pompa. Peralatan yang ada pada switch
board adalah :

Start stop panel, yang berfungsi untuk menghidupkan atau

mematikan motor.

Breaker, sebagai pemutus aliran listrik saat dilakukan reparasi

pompa.

Sekering, merupakan pengaman jika terjadi hubungan singkat pada

arus listrik atau bila terjadi over voltage.

Recording ammeter, sebagai pencatat besarnya arus yang

digunakan motor.
e. Transformer
Berfungsi sebagai perubah tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan
sekunder (yang rendah) yang dibutuhkan motor.
3.6.3.2.2. Peralatan di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan merupak peralatn yang berda di dalam
lubang sumur yang akan di jelaskan di bawah ini :
a. Motor listrik
Motor listrik pada jenis pompa reda adalah motor induksi sinkron dua
katub, tiga fasa, berbentuk sangkar (two pole, three-phase, squirrel cage,
induction type electric motor) mempunyai kecepatan 3500 rpm pada 60 Hz
dan 2915 rpm pada 50 Hz. Karena diameter motor terbatas untuk ukuran
casing tertentu, maka untuk mendapatkan daya kuda yang cukup, motor dibuat
panjang dan kadang-kadang dibuat double (tandem).
b. Protektor
Protektor ini dipasang di atas motor dan dibawah pompa. Fungsinya antara
lain :

Memberikan ruangan untuk pengembangan/penyusutan minyak

pelumas.

Mencegah fluida masuk ke rumah motor.

Menyimpan minyak motor dan minyak pelumas.

Memberikan keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan

luar, yaitu tekanan fluida sumur pada kedalaman tertentu.


c. Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masingmasing terdiri dari impeller dan diffuser. Jumlah tingkat tergantung dari head
pengangkatannya.
d. Gas separator (pump intake)

Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas, cukup


menggunakan pump intake saja. Tetapi pada sumur-sumur dengan GOR
tinggi, gas separator dapat disambungkan pada pompa guna memberikan
effisiensi pompa. Dalam hal ini gas separator berfungsi antara lain :

Mencegah menurunnya head capacity yang dihasilkan pompa.

Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor.

Mengurangi adanya surging pressure.

e. Kabel listrik
Berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari permukaan ke motor. Kabel
ini di-clamp pada tubing dengan interval yang sama, mulai dari bawah sampai
tubing head. Diameter kabel disesuaikan dengan besarnya arus listrik yang
mengalir, penurunan tegangannya dan clearence antara tubing dan casing.
Kabel listrik ini terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain
dengan pembalut dari karet. Ketiganya terbungkus oleh suatu pelindung yang
terbuat dari baja. Ada dua buah jenis kabel yang biasa digunakan, yaitu round
dan flat. Biasanya kabel jenis round mempunyai usia pakai lebih lama dari
pada jenis flat, tetapi memerlukan ruang penempatan yang lebih besar. Bila
digunakan flat cable seluruhnya maka kehilangan tenaga listrik akan
bertambah 8%. Juga flat cable mudah rusak dalam pemasangannya. Tenaga
listrik yang melalui kabel akan mengalami kehilangan tekanan (voltage drop).
Peratan Produksi
2.1.

Welhead
Wellhead merupakan salah satu komponen penting dengan proses
pengeboran. Wellhead dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing string
dipermukaan sumur.
Komponen dari wellhead yaitu casing head, casing head spool, tubing
head spool dan christmast tree.
Fungsi wellhead adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat terpasangnya alat pengontrol aliran. Wellhead dirancang
untuk dapat dihubungkan dengan alat pengontrol aliran dari dan ke dalam
sumur.
2. Sebagai penyangga casing string. Setiap casing dan tubing yang
dimasukkan ke dalam sumur tergantung pada wellhead.

2.2.

Christmas Tree
Christmas Tree merupakan peralatan yang dipasang terdiri dari berbagai

valve, flange dan pipa-pipa.


Valve-valve yang ada pada Christmas tree terdiri dari :
a.Tubing Master Valve merupakan jenis manual valve (valve induk) berfungsi
untuk.
b. Tubing Valve manual gate valve dioperasikan saat operasi wireline,
penutupan waktu lama atau perbaikan di wellhead.
c.Wing Valve merupakan manual gate valve dipergunakan untuk operasi tutup
dan buka sumur secara normal.
d. Check Valve merupakan fungsi mencegah aliran balik dari flowline ke
sumur.
e.Swab Valve merupakan Manual gate valve yang dibuka untuk membiarkan
tekanan fluida mencapai top adaptor untuk membaca tekanan atau
mengambil sampel.
f. Top Adaptor merupakan Peralatan yang terletak di puncak swab valve dgn
threaded connection untuk memperkecil ukuran pemasangan needle valve.
g. Needle valve berfungsi untuk tempat pengambilan sampel atau pembacaan
tekanan wellhead.
h. Safaty Valve Bekerja secara otomatis menutup bila tekanan flowline > atau
< tekanan yang telah diset. Safety valve melindungi flowline bila tekanan
wellhead terlalu besar dan melindungi sumur jika tekanan flowline terlalu
kecil.
2.3.

Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang bertujuan untuk

mengatur jalannya laju produksi ke stasiun pengumpul dan pengetesan dari


masing-masing sumur.
2.4.

Separator
Fungsi dari separator yaitu memisahkan gas dari cairan (minyak dan air)

yang terproduksi dari sumur.


2.5.

Heater

Heater merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan fluida yang


mengalir yang berasal dari sumur agar tidak membeku lalu masuk ke tangki
pengumpul sementara melalui flowline.
2.6.

Scrubber
Scrubber merupakan alat yang digunakan untuk menjadikan gas yang

terpisah di separator yang berawal berupa gas condensat menjadi gas kering.
2.7.

Tangki Pengumpul Minyak


Tangki merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan hasil
produksi dari sumur-sumur produksi.
2.8.

Pompa
Pompa digunakan untuk memompa minyak dari tiap tiap BS ke SPU

Manunggul. Tipe pompa yang digunakan di tiap BS yaitu tipe pompa Duplex.

2.9.

Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengambil gas lock dan

mensuplai gas ke Power Plant, yang dimana gas dari Power Plant tersebut di
konversi sebagai sumber tenaga listrik. Compressor juga berfungsi untuk
mengaktifkan valve control yang terdapat pada BS.
2.10.

Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk memanaskan tangki agar
temperatur suhu dalam tangki stabil. Suhu ini dijaga 42 o C, agar minyak dalam
tangki tidak membeku.
2.11.

WTP (Water Treatment Plant)


WTP (Water Treatment Plant) merupakan tempat dimana air sungai yang
berasal dari sungai Tabalong diubah menjadi air bersih untuk kebutuhan air bersih
di wilayah Sekitar Pertamina EP Tanjung.
Pada proses Treatment air, pertama air sungai di ambil dari sungai
Tabalong menggunakan Water Intake Pump dan kemudian air tersebut masuk ke
dalam Strainer untuk disaring material-material padatannya.

3.1. Definisi dan Konsep Dasar EOR


Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah suatu mekanisme yang digunakan
pada tahapan tertiary recovery untuk meningkatkan produksi minyak setelah
tahapan primary dan secondary recovery. Perolehan Minyak Tahap Lanjut (EOR)
merupakan perolehan minyak dengan cara menginjeksikan suatu zat yang berasal
dari salah satu atau beberapa metode pengurasan yang menggunakan energi luar
reservoir. Jenis energi yang digunakan adalah salah satu atau gabungan dari energi
mekanik, energi kimia dan energi termik.
Perolehan minyak yang berasal dari injeksi tak tercampur, injeksi tercampur,
injeksi kimiawi dan injeksi thermal merupakan perolehan minyak tahap lanjut,
karena reservoir minyak memperoleh bantuan energi dari luar pada semua metode
tersebut. Jenis energi luar yang dipakai merupakan salah satu atau gabungan dari
energi mekanik, energi kimiawi dan energi thermal. Metode Enhanced Oil
Recovery (EOR) dapat digunakan pada awal produksi suatu reservoir atau
sebelum produksi secara alamiah yang ekonomis berakhir.
Konsep dasar dari metode EOR ini sendiri ada tiga macam, yaitu:
1. Primary Recovery
Primary recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh ekspansi dari gas atau liquid di dalam reservoir itu sendiri
atau oleh karena influx air dari aquifer.
2. Secondary Recovery
Secondary recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh injeksi fluida kedalam reservoir dengan menggunakan fluida
yang sama dengan fluida reservoir, apakah itu bagian produksi dari reservoir
bersangkutan atau reservoir lainnya, seperti water atau gas injection.
3. Tertiary Recovery
Tertiary Recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh injeksi fluida atau hal lainnya ke dalam reservoir dimana

fluida yang diinjeksikan tersebut tidak sama dengan fluida reservoir, seperti
chemicals, steam atau solvent.
Secara garis besar ketiga recovery yang ada diatas dapat dikelompokkan dalam
bagian.

Gambar 3.1. Diagram Alir Metode-metode EOR untuk Peningkatan Recovery9)

Besarnya cadangan di seluruh dunia yang dapat digolongkan sebagai


cadangan yang tidak dapat diproduksikan dengan metode primer adalah sebesar
2.0 triliun barrel. Tahap produksi primer hanya dapat memproduksi 1/3 dari OOIP,
dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat diproduksi dengan teknologi konvensional.
Karena besarnya cadangan yang tersisa tersebut sehingga mendorong
dilakukan berbagai cara untuk meningkatkan perolehan minyak di reservoir
setelah tenaga pendorong alamiahnya berkurang. Penerapan teknologi EOR

diharapkan dapat memproduksi sekitar 20% - 30% dari cadangan minyak sisa
tersebut.
Dalam prakteknya, sekarang makin banyak digunakan metode EOR pada
awal kehidupan suatu reservoir, atau sebelum produksi secara alamiah yang
ekonomis berakhir. Karena itu harus dipastikan terlebih dahulu apakah penerapan
suatu metode EOR (Enhanced Oil Recovery), dapat dibayar oleh kelebihan
perolehan minyak.
3.2. Faktor Utama Yang Mempengaruhi Efektivitas EOR
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi efektivitas EOR, yaitu :
a. Kedalaman
Kedalaman reservoir merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan EOR dari segi teknik dan ekonomi. Dari segi ekonomi adalah
jika kedalaman reservoir kecil maka biaya pemboran juga akan kecil,
demikian pula jika dilakukan injeksi gas maka biaya kompresor juga akan
kecil.
b. Kemiringan
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat massa
antara fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar. Pengaruh
kemiringan tidak terlalu besar, jika kecepatan pendesakan besar.
c. Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas atau Ketidakseragaman reservoir adalah variasi sifat fisik
dan kimia penyusun batuan dan fluida reservoar. Struktur reservoar
sesungguhnya

sangat

komplek,

proses-proses

geologi

menyebabkan

ketidakseragaman batuan reservoar.

3.3. Efisiensi Injeksi


3.3.1. Efisiensi Pendesakan
Efisiensi
hidrokarbon

pendesakan
yang

dapat

adalah
didesak

perbandingan
dari

pori-pori

antara

volume

dengan

volume

hidrokarbon total dalam pori-pori tersebut. Dalam prakteknya efisiensi

pendesakan merupakan fraksi minyak atau gas yang dapat didesak


setelah dilalui oleh front dan zona transisinya.

F lu

Zo n
a M
n
in y
da
a
Tr a
In j
ek
s
Zo

ak

ns

is i

A ra h P e n d e s a k a n

Gambar 3.5. Keadaan Proses Pendesakan21)

3.3.2. Efisiensi Penyapuan


Efisiensi penyapuan didefinisikan sebagai perbandingan antara luas daerah
hidrokarbon yang telah didesak di depan front dengan luas daerah hidrokarbon
seluruh reservoir atau dengan luas daerah hidrokarbon yang terdapat pada suatu
pola.

Gambar 3.6. (a) Areal Sweep effisiensi, (b) Vertical Sweep effisiensi9)
3.3.2.1. Efisiensi Penyapuan Areal
Efisiensi penyapuan areal didefinisikan sebagai perbandingan antara luasan
reservoir yang kontak dengan fluida pendesak terhadap luas areal total atau
fraksional dari reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi.

EA

luas areal hydrocarbon yang telah tersapu di depan front


...............
luas areal hydrocarbon seluruh reservoir

(3-10)
3.3.2.2. Efisiensi Penyapuan Vertical
Efisiensi penyapuan vertikal adalah fraksi dari bagian vertikal pada reservoir
yang tersapu oleh fluida injeksi. Efisiensi penyapuan vertikal dipengaruhi oleh
gravitasi dan heterogenitas lapisan reservoir. Pengaruh gravitasi disebabkan oleh
perbedaan densitas antara fluida pendesak dengan fluida terdesak. Jadi pengaruh
gravitasi dapat terjadi di semua reservoir (homogen dan heterogen). Gas akan
mendahului minyak lewat bagian atas (overrides) dan air akan mendahului
minyak pada bagian bawah (underruns), karena itu terjadi breakthrough lebih
awal di bagian atas dan bawah reservoir.

EV

luas vertical hydrocarbon yang telah tersapu di depan front


............
luas vertical hydrocarbon seluruh reservoir

(3-11)
3.3.3. Efisiensi Invasi
Efisiensi invasi adalah perbandingan antara volume hidrokarbon dalam poripori yang telah didesak oleh fluida atau front terhadap volume hidrokarbon yang
masih tertinggal di belakang front. Pada efisiensi penyapuan, seolah-olah
dianggap bahwa yang sedang mengalami proses pendesakan mempunyai sifat
merata (uniform) ke arah vertikal. Pada keadaan yang sebenarnya, dalam reservoir
jarang terjadi hal seperti itu. Oleh karena itu, supaya pengaruh aliran ke arah
vertikal turut diperhitungkan, maka harus diketahui efisiensi invasi.
Ei

volume hydrocarbon yang telah didesak di depan front


volume hydrocarbon yang tertinggal di belakang front

..............(3-12)

Dua faktor utama yang mempengaruhi efisiensi invasi adalah sebagai berikut:
1. Perlapisan
Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan adanya
perlapisan

dalam

reservoir

yang

sifat

batuannya

berbeda

terutama

permeabilitasnya. Pengaruh perlapisan terhadap bidang front atau zona transisi


adalah bidang front akan bergerak lebih cepat pada daerah dengan
permeabilitas yang tinggi, sehingga breakthrough air akan lebih dahulu terjadi
pada lapisan yang lebih permeabel.
2. Gravitasi
Faktor gravitasi sangat berpengaruh apabila terdapat perbedaan massa jenis
antara fluida pendesak dengan fluida yang didesak. Pengaruh gravitasi ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih besar akan cenderung
menuju

bagian

bawah

fluida

yang

didesaknya

sehingga

akan

menguntungkan dan menyebabkan efisiensi invasi yang relatif lebih besar.

Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih kecil akan cenderung
menuju bagian atas fluida yang didesaknya sehingga bentuk front yang
terjadi semakin tidak beraturan dan menyebabkan efisiensi invasi
mengecil.

3.4. Pola Sumur Injeksi-Produksi


Untuk meningkatkan faktor perolehan minyak salah satu caranya adalah
dengan efisiensi yang sebaik-baiknya yaitu dengan membuat pola sumur injeksiproduksi. Pola sumur injeksi-produksi dibedakan sesuai dengan proyeksi di
permukaan dari titik sumur menembus reservoir.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi produksi
tergantung pada:

Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah lateral


maupun ke arah vertikal.

Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.

Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).

Topografi.

Ekonomi.

Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi oleh sumur-sumur injeksi


disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya yaitu sumur-sumur
produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted. Masing-masing
pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana memberikan jalur arus
berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan yang berbeda-beda.
Diantara pola-pola yang paling umum digunakan :
3.4.1. Central Flooding
Central flooding atau centre-to-edge flooding adalah pola sumur injeksiproduksi, dimana sumur-sumur injeksi terletak di tengah-tengah reservoir,
sedangkan sumur-sumur produksi mengelilinginya. Pola central flooding
digunakan pada kasus dimana permeabilitas pada zona di luar batas reservoir
adalah rendah, reservoir dengan tudung gas atau pada reservoir stratigrafi.
3.4.2. Peripheral Flooding
Peripheral flooding atau edge flooding adalah pola sumur injeksi-produksi
dimana sumur-sumur injeksi terletak di luar batas pengeringan (oil bearing
contour), sedangkan sumur-sumur produksi terletak di tengah-tengah reservoir.
Pola peripheral flooding digunakan pada reservoir dengan jebakan struktur
dimana mekanisme pendorong yang bekerja adalah water drive. Keunggulan
peripheral flooding adalah dapat memberikan recovery maksimum dengan
produksi air yang minimum.
3.4.3. Pattern Flooding
Pattern flooding adalah pola sumur injeksi-produksi dengan penempatan
sumur-sumur injeksi dan produksi yang mengikuti pola-pola tertentu.
1. Direct Line Drive
Sumur-sumur injeksi dan produksi membentuk garis dan saling berlawanan
pada pola ini.
2. Staggered Line Drive
Sumur-sumur membentuk garis tertentu dengan sumur injeksi dan produksi
yang saling berlawanan dengan jarak yang sama panjang, yang ditarik secara
lateral dengan ukuran tertentu.
3. Four Spot

Pola ini terdiri dari tiga sumur injeksi yang membentuk segitiga dengan sumur
produksi terletak di tengah-tengahnya.
4. Five Spot
Pola ini terdiri dari empat sumur injeksi yang membentuk segiempat dengan
sumur produksi terletak di tengah-tengahnya. Pola ini merupakan pola sumur
injeksi-produksi yang paling umum digunakan.
5. Seven Spot
Pola ini terdiri dari sumur-sumur injeksi yang ditempatkan pada sudut-sudut
dari bentuk heksagonal dengan sumur produksi yang terletak di tengahtengahnya. Pola-pola sumur dengan sumur injeksi mengelilingi sumur
produksi disebut pola normal, sedangkan pola-pola sumur dengan sumur
produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted.

d ire c t lin e

d riv e

s ta g g e re d

sk e w e d
f o u r s p o t p a tte rn

re g u la r
f o u r s p o t p a tte rn

fi v e

s p o t p a tte rn

s e v e n s p o t p a tte rn

n in e

li n e d r iv e

s p o t p a tte rn
in j e c t io n w e ll

in v e r te d
s e v e n s p o t p a tte rn

n in e

in v e r te d
s p o t p a tte rn

p r o d u c t io n

w e ll

Gambar 3.7. Pola-pola Sumur Injeksi-Produksi21)

3.5. Metode-metode Enhanced Oil Recovery (EOR)


3.5.1. Injeksi Tak Tercampur (Immiscible Flood)
Pendesakan tak tercampur adalah menginjeksikan fluida yang mempunyai
sifat tidak mencampur (immicible) ke dalam reservoir. Injeksi tak tercampur dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: injeksi air dan injeksi gas. Injeksi tak tercampur
merupakan proses pendesakan minyak oleh fluida yang tidak bercampur, fluida
pendesak dalam hal ini dapat berupa air atau gas. Proses pendesakan disebut
injeksi air (water flooding) apabila air sebagai fluida pendesaknya, sedangkan
proses pendesakan disebut injeksi gas (gas flooding) apabila gas sebagai fluida
pendesaknya.
3.5.1.1. Injeksi Air (Waterflooding)
Injeksi air atau Waterflooding merupakan metode perolehan tahap kedua
dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan
perolehan minyak yang bergerak dari reservoir menuju ke sumur produksi setelah
reservoir tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui perolehan tahap
pertama.
Proses penginjeksian air (water flooding) dari permukaan bumi ke dalam
reservoir minyak adalah didasarkan pada suatu kenyataan bahwa air aquifer
berperan sebagai pengisi atau pengganti minyak yang terproduksi, disamping
berperan sebagai media pendesak. Sedangkan pertimbangan dilakukan water
flooding adalah bahwa sebagian besar batuan reservoir bersifat water wet (sifat
kebasahan), sehingga fasa air lebih banyak ditangkap oleh batuan akibatnya
minyak akan terdesak dan bergerak ketempat lain (permukaan sumur).
Pertimbangan lain dilakukan injeksi air adalah :
1. Saturasi minyak sisa (Sor) cukup besar
2. Recoverynya 30% _ 40% dari original oil in place (OOIP)
3. Air murah dan mudah diperoleh
4. Mudah menyebar ke seluruh reservoir dan kolom air memberikan tekanan
yang cukup besar dan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi.

5. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak
mengurangi besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan, jika
dibandingkan dengan injeksi gas, dari segi berat air sangat menolong.
6. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor sesudah injeksi
air = 30% cukup mudah didapat.

Gambar 3.8. Skema dari Waterflooding9)


Pelaksanaan injeksi air membutuhkan persediaan air yang cukup besar.
Persediaan air dapat diperoleh dari air permukaan (danau, sungai, laut) ataupun
bawah permukaan. Syarat-syarat air untuk injeksi antara lain:
1. Tersedia dalam jumlah yang cukup selama masa injeksi
2. Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut
3. Stabil secara kimiawi dan tidak mudah bereaksi dengan elemen-elemen yang
terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.

3.5.1.2. Injeksi Gas


Prinsip proses injeksi gas tak tercampur dalam teknik produksi lanjut sama
dengan proses injeksi air (water flooding). Gas yang diinjeksikan biasanya
merupakan gas hidrokarbon. Injeksi gas dilakukan jika terdapat sumber gas dalam
jumlah yang besar dan cukup dekat letaknya termasuk gas yang berasal dari
ikutan produksi minyak. Injeksi gas juga dapat dilakukan untuk menguras minyak
yang tersembunyi pada bagian atas reservoir yang terhalang oleh patahan atau
kubah garam, minyak ini sering disebut attic oil.
Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan tidak efisiennya gas sebagai
fluida pendesak, antara lain:
1. Gas biasanya bersifat tidak membasahi batuan reservoir, sehingga gas akan
bergerak melalui pori-pori yang lebih besar dan bergerak lebih cepat dari
minyak. Gas yang diinjeksikan dapat mendesak gas lebih banyak daripada
minyak apabila terdapat saturasi gas awal yang menempati pori-pori yang
lebih besar.
2. Fluida gas mempunyai viskositas yang relatif jauh lebih kecil daripada
minyak, sehingga gas cenderung melewati minyak bukan mendesaknya.
3. Fluida gas merupakan fluida non-wetting dan menempati pori-pori yang lebih
besar dimana aliran paling mudah terjadi, sehingga permeabilitas relatif gas
akan naik secara drastis dan permeabilitas relatif minyak akan turun secara
drastis. Mobilitas gas akan bertambah seiring dengan bertambahnya
permeabilitas relatif gas, akibatnya masalah channeling semakin bertambah.
Harga saturasi minyak residual (Sor) akan cukup besar pada akhir proses
pendesakan gas.
3.5.2. Injeksi Tercampur (Miscible Flood)
Injeksi tercampur didefinisikan sebagai pendesakan suatu fluida terhadap
minyak yang menghasilkan pencampuran antara fluida pendesak terhadap minyak
sehingga hasil campuran ini dapat keluar dari pori-pori dengan mudah sebagai
satu fluida. Dalam hal efisiensi pendesakan dalam pori-pori sangat tinggi.

Injeksi tercampur ini dapat dilakukan dengan dua cara dalam pemakaian
fluida injeksinya, yaitu:
1. Menginjeksikan fluida (pelarut) yang langsung bercampur dengan minyak
(absolutely miscible). Fluida ini mahal sehingga biasanya hanya diinjeksikan
dalam jumlah secukupnya untuk membuat tembok yang diikuti oleh fluida
pendesak lain yang tidak begitu mahal. Jenis pelarut yang dapat bercampur ini
antara lain: alkohol, liquid petroleum gas (LPG) dan propana.
2. Menginjeksikan fluida yang dapat bercampur dengan minyak pada tekanan,
temperatur dan komposisi kimia tertentu (thermodinamically miscible). Jenis
fluida tersebut antara lain: gas CO2, gas inert, gas yang diperkaya dan gas
kering pada tekanan tinggi.
3.5.2.1. CO2 Flooding
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2 tercampur
yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir dengan
melalui sumur injeksi sehingga dapat diperoleh minyak yang tertinggal.
Pelaksanaan screening untuk penginjeksian CO2 flooding sebaiknya tidak
dilakukan pada beberapa karakteristik reservoir seperti di bawah ini:
1. Jika viskositas minyak diatas 10 cp, maka injeksi CO2 tidak disarankan untuk
dilakukan.
2. Hitung tekanan yang diperlukan untuk melarutkan CO2 kedalam fluida
minyak (hasil dari percobaan di lab).
3. Tentukan tekanan maksimum yang dapat diterapkan pada reservoir
bersangkutan (Pmax = 0.6 x Kedalaman 300 psi).
4. Reservoir yang teridiri dari banyak fracture.
5. Pada batuan yang memiliki permebility terlalu besar.
6. Pada reservoir yang terlalu heterogen.
7. Reservoir yang memiliki ukuran gas cap terlalu besar.
8. Reservoir dengan strong bottom water drive.

Mekanisme Injeksi CO2


Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak
dan membentuk fluida baru yang lebih mudah didesak dari pada minyak reservoir
awal. Ada empat jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan, dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :

Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.


Injeksi slug CO2 diikuti air.
Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
Injeksi CO2 dan air secara simultan.

Gambar 3.9. Skema dari CO2 Flood9)


Kelebihan dan Kerugian dari penginjeksian CO2 diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kelebihan Proses CO2

Kelarutan dapat terjadi pada pressure yang relatif rendah.

Pada kondisi gas terlarut akan menghasilkan efisiensi displacement yang


maksimal.

Proses ini akan membantu menngkatkan perolehan untuk reservoir dengan


depletion drive.

Jika dibandingkan dengan injeksi gas lainnya, proses ini lebih unggul
karena dapat menurunkan residual minyak (Sor).

2. Kerugian Proses CO2

Proses ini mahal dalam transportasi

Untuk kondisi tertentu, proses ini bisa memberikan efisiensi pengurasan


yang rendah sebagai efek gravity segregation.

Meningkatnya korosi pada fasilitas permukaan dan sumur.

Perlu penanganan khusus untuk proses recycling CO2 yang diproduksikan.

3.5.2.2. Nitrogen/Flue Gas Flooding


Gas alam telah lama diinjeksikan ke dalam reservoir dengan hasil yang
memuaskan di seluruh dunia. Pada kebanyakan reservoir injeksi gas alam dapat
mempertahankan tekanan. Akan tetapi keterbatasan survei dan biaya yang
semakin meningkat membuat perlunya membuat suatu gas alternatif. Gas yang
tidak reaktif (inert gas) seperti N2 murni atau campuran yang didominasi N2
dapat dijadikan alternatif pengganti gas alam.

Gambar 3.10. Skema dari Nitrogen Flood9)

Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Gas Inert (N2)


1. Kelebihan dari gas inert adalah :
Keuntungan utama dari gas inert dibandingkan dengan gas alam bahwa
dari hasil pembakaran gas alam akan diperoleh gas hasil pembakaran atau

gas inert sebanyak 5 sampai 10 kali volume gas alam yang dibakar.
Jika tudung gas ada, injeksi gas ini akan mencegah terjadinya perembesan
minyak ke dalam zona tudung gas. Gas inert akan lebih suka tinggal

sebagai residu pada saat abandonment dari pada gas alam.


Injeksi gas akan menghasilkan perolehan lebih banyak jika dibandingkan

dengan pendesakan air, pada reservoir dengan permeabilitas yang kecil.


Realisasi penyediaan gas alam kemungkinan tidak akan stabil karena harga
dan persediaan gas alam dimasa datang akan dikontrol oleh pemerintah.

Peraturan seperti ini mungkin membatasi atau melarang injeksi dengan gas
alam.
2. Kekurangan dari gas inert adalah :
Korosi mungkin merupakan kerugian yang sangat penting dalam operasi
yang memakai boiler dan atau gas sisa pembakaran untuk pendesakan

minyak secara tercampur.


Adanya breakthrough (tembus gas) dari gas nitrogen yang diinjeksikan
pada sumur-sumur produksi

3.5.3. Thermal Flood


Injeksi thermal adalah salah satu metode EOR dengan cara menginjeksikan
energi panas ke dalam reservoir untuk mengurangi viskositas minyak yang tinggi
yang akan menurunkan mobilitas minyak sehingga akan memperbaiki efisiensi
pendesakan dan efisiensi penyapuan. Thermal flood tipe Reservoirnya umumnya
mengandung minyak dengan API gravity 10 20, dengan viscositas pada
temperatur reservoir 200 1000 cp. Meskipun pada beberapa kasus
permeabilitasnya cukup besar, tetapi energi reservoirnya tidak cukup untuk
memproduksi minyak tersebut karena viscositasnya yang sangat tinggi. Injeksi
panas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu injeksi fluida panas (injeksi air
panas dan injeksi steam) dan in-situ combustion (pembakaran di tempat).

3.5.3.1. Steam Flood


Injeksi uap adalah menginjeksikan uap ke dalam reservoir minyak untuk
mengurangi viskositas yang tinggi supaya pendesakan minyak lebih efektif,
sehingga akan meningkatkan perolehan minyak. Uap diinjeksikan secara terusmenerus melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak akan diproduksikan
melalui sumur produksi yang berdekatan. Pengaruh panas di dalam zona air

panas pada produksi minyak adalah menurunnya viskositas minyak, ekspansi


thermal minyak dan saturasi minyak sisa serta berubahnya permeabilitas relatif
pada temperatur tinggi. Skema dari penginjeksian uap dapat dilihat pada Gambar
3.11. dibawah ini:

Gambar 3.11. Skema dari Steam Flood9)


Mekanisme Injeksi Uap
Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa dengan pendesakan
air. Suatu pola sumur yang baik dipilih dan uap diiinjeksikan secara terus menerus
melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak dan diproduksikan melalui sumur
lain yang berdekatan. Uap yang diinjeksikan akan membentuk suatu zona jenuh
uap (steam saturated zone) disekitar sumur injeksi.

Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang
diinjeksikan. Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur, temperaturnya berkurang
secara kontinyu disebabkan oleh penurunan tekanan. Pada jarak tertentu dari
sumur (tergantung dari temperatur uap mula-mula dan laju penurunan tekanan),
uap akan mencair dan membentuk hot water bank.
Kelebihan dan Kerugian Injeksi Uap
1. Kelebihan dari Injeksi Uap adalah :

Uap mempunyai kandungan panas yang lebih besar dari pada air, sehingga

efisiensi pendesakan lebih efektif.


Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air panas untuk jumlah

input energi yang sama.


Didalam formasi akan berbentuk zone steam dan zone air panas, dimana
masing-masing zone ini akan mempunyai peranan terhadap proses

pendesakan minyak ke sumur produksi.


Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP.

2. Kerugian dari Injeksi Uap adalah :

Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi, sehingga perlu

pemasangan isolasi pada pipa.


Spasi sumur harus rapat, karena adanya panas yang hilang dalam formasi.
Terjadinya problem korosi, scale maupun emulsi.
Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada bagian atas akan
tersaturasi steam, sehingga efisiensi pendesakan pada formasi bagian atas
sangat baik. Oleh karena itu secara keseluruhan, efisiensi pendesakan

vertikalnya kurang baik.


Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar, tergantung pada faktor
heterogenitas batuan.

3.5.3.2. In-Situ Combustion


In-situ combustion adalah proses pembakaran sebagian minyak dalam
reservoir untuk mendapatkan panas , dimana pembakaran dalam reservoir dapat
berlangsung bila terdapat cukup oksigen (O2) yang diinjeksikan dari permukaan.
Untuk memulai pembakaran dipakai minyak pembakar yang dinyalakan dengan

listrik, kemudian pembakaran berlangsung terus dengan minyak reservoir dan


injeksi O2 terus dilakukan, sehingga pembakaran bergerak menuju sumur
produksi. Temperatur pembakaran dapat mencapai 600 1200 0F. Panas yang
ditimbulkan memberi efek penurunan viskositas, pengembangan dan destilasi
minyak dengan efek gas drive dan solvent extraction, semua ini akan
menyebabkan minyak terdesak ke sumur produksi. Penyalaan yang terjadi di satu
tempat di reservoir akan merambat ke arah dimana terdapat bahan bakar yang
telah tercampur dengan udara injeksi. Berdasarkan perambatan pembakaran ini
In-Situ Combustion dibagi dalam forward combustion dan reverse combustion.
Pemakaian in-situ combustion memakan biaya relatif besar dibandingkan dengan
metode lainnya
Mekanisme InSitu Combustion

Suatu pembakaran diawali dengan penyalaan dan panas yang dihasilkan


akan merambat secara konduksi. Dengan tersedianya oksigen yang cukup, crude
oil sekitarnya akan ikut terbakar setelah temperatur nyalanya tercapai. Bahan
bakar untuk tahap lanjut bukan lagi crude oil (hidrokarbon ringan sampai berat).
Dengan naiknya temperatur, minyak akan lebih mudah bergerak sehingga
sebagian minyak terdesak akan menjauhi zone pembakaran.
Kelebihan dan Kekurangan InSitu Combustion
1. Kelebihan In-Situ Combustion :

Kecuali untuk minyak yang memberikan coke dalam jumlah


kurang dari 1 lb/cuft dan ketebalan reservoir 10 ft atau kurang,
pemanasan reservoir dengan menggunakan injeksi uap lebih
murah dibandingkan forward combustion.

Untuk ketebalan, tekanan dan laju injeksi panas yang tertentu,


salah satu proses mungkin dapat lebih murah tergantung pada
konsumsi bahan bakar dan kedalaman reserevoir. Namun jika
harga bahan bakar meningkat,

biaya pemanasan

dengan

menggunakan injeksi uap menjadi lebih besar.

Endapan coke yang semakin meningkat dapat membuat injeksi


uap lebih menguntungkan.

Kehilangan panas di lubang sumur yang bertambah karena


bertambahnya kedalaman akan membuat forward combustion
lebih menguntungkan.

Jika jarak yang harus dipanasi dalam reservoir bertambah,


pemanasan

dengan

menggunakan

combustion

lebih

menguntungkan.

Jika

ketebalan

pasir

berkurang

dan

tekanan

bertambah,

combustion lebih menguntungkan dibandingkan injeksi uap.

Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi relatif lebih
menguntungkan dibandingkan dengan udara.

2. Kekurangan In-Situ Combustion :

In-situ combustion memiliki kecenderungan hanya menyapu


minyak bagian atas daerah minyak sehingga penyapuan vertikal
pada formasi yang sangat tebal biasanya buruk.

Kebanyakan panas yang dihasilkan dari in-situ combustion tidak


digunakan dalam pemanasan minyak, sebaliknya digunakan
untuk memanaskan lapisan oil-bearing, interbedded shale dan
tudung serta dasar batuan.

Minyak yang kental dan berat cocok untuk in-situ combustion


sebab memberikan bahan bakar yang diperlukan.

Instalasi in-situ combustion memerlukan biaya investasi yang


besar. Akan tetapi instalasi permukaan mengkonsumsi bahan
bakar lebih sedikit dibandingkan peralatan air panas atau
generator uap.

3.5.3.3. Hot Water Injection


Injeksi air panas merupakan salah satu metode thermal recovery yang
digunakan untuk reservoir yang mempunyai viscositas tinggi. Metode ini juga
banyak digunakan untuk reservoir-reservoir dangkal yang mempunyai range
viscositas antara 100 1000 cp. Injeksi air panas akan mempengaruhi mobility

ratio water drive dalam reservoir dan karena itu akan menambah efisiensi
recovery.

Mekanisme Injeksi Air Panas


Pertama kali minyak akan di desak oleh air dingin sebelum front panas
sampai. Air panas akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small
fingers) sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk daripada cold water drive sebab
hot water kurang viscous dibandingkan dengan cold water tetapi hakekatnya
masih mendorong minyak dingin. Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas
dari hot water channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara
konduksi. Hal ini akan mengurangi viscositas minyak dan meningkatkan efek
water drive.
Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Air Panas
1. Kelebihan injeksi air panas :
Proses pendesakan panas sangat simpel dan dapat berfungsi sebagai water

flood.
Design dan operasinya sebagian besar dapat menggunakan fasilitas water

flood.
Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood conventional.

2. Kekurangan injeksi air panas :

Air mempunyai kapasitas panas yang rendah dibanding steam.


Perlu adanya treatment khusus untuk mengontrol korosi, problem scale,

swelling maupun problem emulsi.


Pada sand yang tipis, sejumlah panas akan hilang pada overburden dan
underburden, hal ini akan menjadi kritis apabila formasi underburden dan
overburden berupa shale.

Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah dan formasi sand
yang tipis.

3.5.4. Chemical Flood


Injeksi kimia pada prinsipnya adalah menambahkan zat kimia kedalam
reservoir dengan jalan injeksi dan bertujuan untuk mengubah sifat-sifat
fisik/kimia fluida reservoir dengan fluida pendesak. Sasaran utamanya adalah
untuk mengurangi tekanan kapiler atau menaikkan viscositas fluida pendesak agar
dapat memperbaiki efisiensi pendesakan (Ed) dan effisiensi penyapuan (Es).
Kondisi reservoir yang perlu diperhatikan pada proses kimia ini adalah
temperatur, jenis reservoir dan mekanisme pendorong reservoir. Jenis reservoir
disini menyangkut ada tidaknya tudung gas, sebab adanya tudung gas dapat
menyebabkan masuknya sebagian minyak yang terdesak kedaerah yang
mempunyai saturasi gas 100 % sehingga minyak terperangkap.
Pada prinsipnya metoda pendesakan fluida kimia dibedakan atas dua tujuan,
tergantung fluida yang digunakan yaitu :
1. Memperbaiki mobilitas ratio antara fluida pendesak dengan fluida reservoir
(minyak), sehingga effisiensi penyapuan (Es) menjadi besar.
2. Memperkecil dan mengurangi gaya-gaya antar permukaan dari sistem batuanfluida reservoir, sehingga effisiensi pendesakan (Ed) meningkat.
Umumnya pendesakan kimia tidak dilakukan secara terpisah tetapi
merupakan suatu kombinasi pendesakan tertentu untuk mendapatkan kondisi yang
optimum. Jenis-jenis injeksi kimiawi yang akan dibicarakan dalam sub bab ini
adalah injeksi surfactant, injeksi polimer dan injeksi alkaline.
3.5.4.1. Surfactant Flooding
Injeksi surfactant digunakan untuk menurunkan tegangan antarmuka
minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak meningkat.
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang
ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler,

sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan


surfactan. Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan
mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak yang
tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak perlu menginjeksikan surfactant
seterusnya, melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air yang
dicampur dengan polimer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya
diinjeksikan air.
Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan dalam penggunaan
surfactant untuk meningkatkan perolehan minyak. Konsep pertama adalah larutan
yang mengandung surfactant dengan konsentrasi rendah diinjeksikan. Surfactant
dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam jumlah yang setimbang
dengan gumpalan-gumpalan surfactant yang dikenal sebagai micelle. Sejumlah
besar fluida (sekitar 15 60% atau lebih) diinjeksikan ke dalam reservoir untuk
mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air, sehingga dapat
meningkatkan perolehan minyak.
Pada konsep kedua, larutan surfactant dengan konsentrasi yang lebih tinggi
diinjeksikan ke dalam reservoir dalam jumlah yang relatif kecil (3 20% PV).
Dalam hal ini, micelles yang terbentuk bisa berupa dispersi stabil air di dalam
hidrokarbon atau hidrokarbon di dalam air.

Gambar 3.12. Skema untuk Surfactant Flooding9)


Mekanisme Injeksi Surfactant
Larutan surfactant yang merupakan microemulsion yang diinjeksikan ke
dalam reservoir, mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembunggelembung minyak melalui film air yang tipis, yang merupakan pembatas antara
batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak. Surfactant memulai
perannya sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan
minyak-air.
Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian Surfactant diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Kelebihan Proses Injeksi Surfactant

Proses ini memberikan efisiensi displacement dan sweep yang cukup


besar.

Memiliki kemiripan dengan waterflooding.

Efek gravity segregation

umumnya

diabaikan atau kecil sekali

pengaruhnya.

Hampir dapat diterapkan pada semua kondisi reservoir.

2. Kekurangan Proses Injeksi Surfactant

Harga bahan dasar kimia yang relatif mahal.

Tidak mudah untuk melakukan prediksi oleh karena ketidakaturan fasa


yang tercampur dan ter-dispers, dan desain slug yang relatif rumit.

3.5.4.2. Polymer Flooding


Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang disempurnakan.
Penambahan polimer ke dalam air injeksi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat
fluida pendesak, dengan harapan perolehan minyaknya akan lebih besar. Injeksi
polimer dapat meningkatkan perolehan minyak yang cukup tinggi dibandingkan
dengan injeksi air konvensional. Akan tetapi mekanisme pendesakannya sangat
kompleks dan tidak dipahami seluruhnya.
Jika minyak reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan dengan air
pendesak, maka air cenderung menerobos minyak, hal ini akan menyebabkan air
cepat terproduksi, sehingga effisiensi pendesakan dan recovery minyak rendah.
Pada kondisi reservoir seperti diatas, injeksi polimer dapat digunakan. Polimer
yang terlarut dalam air injeksi akan mengentalkan air, mengurangi mobilitas air
dan mencegah air menerobos minyak.

Gambar 3.13. Skema untuk Polymer Flooding9)


Mekanisme Injeksi Polymer
Dengan adanya penambahan sejumlah polimer ke dalam air, akan
meningkatkan viskositas air sebagai fluida pendesak, sehingga mobilitas air
sendiri menjadi lebih kecil dari semula dengan demikian mekanisme pendesakan
menjadi lebih efektif.
Polimer ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan invasi,
sehingga Sor yang terakumulasi dalam media pori yang lebih kecil akan dapat
lebih tersapu dan terdesak.
Dari jumlah projek yang dilakukan, polymer flooding adalah yang terbanyak dan
paling umum dilakukan. Alasan metoda ini banyak diaplikasikan dikarenakan:
1. Identik dengan waterflooding
2. Teknik aplikasinya relatif sederhana
3. Biaya yang diperlukan relatif kecil
4. Recovery yang dapat diperoleh relatif besar.

Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian polymer diantaranya adalah


sebagai berikut:
1. Kelebihan Proses Injeksi polymer

Efisiensi areal and vertikal sangat baik.

Materialnya bersifat nontoxit dan tidak korosif.

Proses yang dilakukan sangat mirip dengan waterflooding.


Proses ini dapat menurunkan jumlah air terproduksi (meminimalkan water
handling).

2. Kekurangan Proses Injeksi Polymer


Sifat polymer yang sangat mudah berubah oleh pengaruh zat kimia lain

ataupun bakteri.
Diperlukan penanganan secara khusus untuk material polyacrylamides.
Jika menggunakan material polysaccharides diperlukan material tambahan
seperti filtration dan bactericides.

Anda mungkin juga menyukai