Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak disertai jantung yang
berdebar-debar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan berbagai
pemeriksaan penunjang, makapada pasien ini di diagnosismenderita kelainan jantung
kongenital yakni berupa defek septum atrium tipe sekundum yang telah terdapat hipertensi
pulmonal.Pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit jantung sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan bahwa pasien dengan defek septum atrium (DSA) sering tidak terdeteksi
sampai dewasa karena biasanya asimptomatik dan tidak memberikan gambaran diagnosis
fisik yang khas.5
Keluhan pada defek septum atrium biasanya timbul pada dekade ke-2 atau ke-3
kehidupan. Gejala yang timbul adalah sesak napas ketika beraktivitas dan atau berdebardebar. Munculnya gejala ini berhubungan dengan peningkatan shunt dari kiri ke kanan. Pada
pasien keluhan sesak yang timbul terjadi akibat adanya shunt dari atrium kiri ke atrium
kanan. Seseorang dengan DSA memiliki septum (dinding) yang terbuka di antara atrium.
Sebagai hasilnya, darah yang teroksidasi dari atrium kiri akanmengalir melalui lubang pada
septum ke dalam atrium kanan, sehingga terjadi percampuran dengan darah rendah oksigen
dan terjadi peningkatan jumlah total darah yang mengalir menuju paru-paru. Akibatnya
adalah terjadi kelebihan volume darah pada jantung kanan yang pada akhirnya menyebabkan
pembesaran atrium dan ventrikel kanan serta dilatasi arteri pulmonalis.Hal ini dapat dilihat
dari hasil pada foto thoraks yaitu ditemukan adanya kardiomegali, dari hasil EKG didapatkan
kesan adanya dilatasi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Sedangkan dari hasil
ekokardiografi didapatkan kesan berupa ASD dengan Left right shunt+ pulmonal
regurgitasi. Hasil pemeriksaan pada pasien ini sesuai dengan beberapa literatur yang ada.1,2
Defek septum atrium tipe sekundum adalah tipe yang paling banyak ditemukan,
terjadi pada 1 dalam 1500 kelahiran hidup, dengan 65-75% wanita. Pemeriksaan
ekokardiografi dapat membantu menentukan lokasi defek septum, arah pirau, ukuran atrium
dan ventrikel kanan, keterlibatan katup mitral, misalnya prolaps yang sering terjadi pada
DSA.Pada pasien ini didapatkan lokasi defek yaitu pada daerah sekundum dengan arah left
right shunt.
Pada pasien ini sudah terjadi komplikasi berupa peningkatan tekanan pada
vaskularisasi paru atau yang dikenal hipertensi pulmonal akibat kelebihan volume darah pada
arteri pulmonal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa hipertensi pulmonal seringkali

baru terjadi pada dekade ke-2 atau ke-3 oleh karena faktor compliance dari jantung kanan dan
arteri pulmonal yang besar.
Penatalaksanaan pada ASD dengan hipertensi pulmonal terdiri dari pengobatan secara
suportif dan definitif. Pengobatan definitif yaitu berupa tindakan pembedahan dan
pemasangan ASO (Amplatzer Septal Occluder). Sedangkan pengobatan suportif bertujuan
untuk mencegah progresiftas komplikasi dari penyakit. Pada pasien, terapi medikamentosa
yang telah dilakukan yaitu pemberian captopril, furosemid, spironolacton, dan bisoprolol.
Captopril merupakan obat golongan ACE inhibitor yang telah terbukti dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas pada semua pasien gagal jantung. ACE inhibitor bekerja dengan
mengurangi pembentukan Angiotensin II pada reseptor AT1 maupun AT2 sehingga efektif
dalam menurunkan preload jantung dan akan menghambat progresi remodelling jantung.
Pemberian furosemid yang merupakan obat utama untuk mengatasi kelebihan (overload)
cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atau edema perifer. Pada pasien, sesak yang
terjadi kemungkinan disebabkan oleh adanya kongesti paru akibat meningkatnya aliran darah
ke pulmonal yang melewati arteri pulmonal. Pemberian spironolakton bertujuan mengurangi
efek samping dari furosemid yang berupa hipokalemia, serta menurunkan preload dan
progresi remodelling jantung sehingga dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat
gagal jantung. Sedangkan pemberian bisoprolol yang merupakan golongan -blockerpada
gagal jantung bertujuan untuk mengurangi kejadian iskemia miokard, mengurangi stimulasi
sel-sel automatik jantung dan memiliki efek antiaritmia, sehingga mengurangi resiko
terjadinya aritmia jantung.-blockerjuga menghambat pelepasan renin sehingga menghambat
aktivasi sistem RAA, akibatnya terjadi penurunan hipertrofi miokard, apoptosis, fibrosis dan
remodelling miokard. Sehingga progresi gagal jantung pada pasien ini dapat dihambat,
dengan demikian memburuknya kondisi klinik dapat dicegah.11
Seorang dewasa dengan DSA akan berkurang kelangsungan hidupnya jika penutupan
DSA dilakukan pada masa dewasa karena semakin tua usia saat di operasi maka angka
ketahanan hidupnya akan semakin menurun, hal ini berkaitan dengan sudah terjadinya
komplikasi.Komplikasi berat dari DSA yang belum dioperasi adalah gagal jantung kanan,
pneumonia berulang, hipertensi pulmonal, atrial flutter, atrial fibrilasi, paradoxical embolus,
dan stroke. Pada kasus ini penatalaksanaan awal bersifat medikamentosa dan belum
dilakukan tindakan bedah karena telah mengalami komplikasi berat yaitu hipertensi
pulmonal. Hipertensi pulmonal dapat meningkatkan risiko operasi dan memiliki prognosis
yang buruk.8

Selain itu dari kepustakaan juga menyebutkan bahwa penutupan DSA dilakukan
sesegera mungkin dengan alasan bahwa beban jantung kanan akan meningkat seiring dengan
pertambahan usia, lebih disarankan jika memungkinkan untuk menunggu hingga anak
sedikitnya berusia 5 tahun dan memiliki berat badan lebih dari 20 kg. Pada pasien ini BB
masih 18 kg dengan IMT dibawah normal, oleh karena itu lebih baik dilakukan pengobatan
secara suportif sampai kondisi anak benar benar stabil dan memungkinkan untuk dilakukan
penutupan dengan tindakan pembedahan, namun sebelumnya dilakukan terlebih dahulu TEE
(Transesophageal Echocardiography).11

Anda mungkin juga menyukai