PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Analsia air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar
suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah
prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan
secara umum termasuk ke dalam analisa volumetrik.
Air yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam
keadaan murni. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar
tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila
kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air
tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan
hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran
air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air
semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh
karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat
kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut
membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar
atau belum. (anonim, 2009)
1.2RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada percobaan analisa air adalah bagaimana cara
menentukan alkalinitas air.
1.3TUJUAN
Tujuan percobaan analisa air, antara lain:
1.Mempelajari beberapa cara penganalisaan air.
2.Mengetahui standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Indonesia
3.Mengetahui cara-cara pengambilan sampel untuk penganalisaan air.
1.4MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh pada percobaan ini antara lain dapat mengetahui
cara menganalisa air, Dan dapat menentukan kadar alkalinity air, serta dapat
menganalisa kualitas sampel air yang diuji.
1.5RUANG LINGKUP
Percobaan analisa air dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan keadaan
ruangan bersuhu 30oC dan tekanan udara 760 mmHg.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain air sungai Kenanga Raya, Medan, air
minum kemasan “Aqua” indikator metil jingga, dan H2SO4 0,02 N. Peralatan-
peralatan yang digunakan antara lain buret, statif, erlenmeyer, gelas ukur,
beaker glass, corong, dan pipet tetes.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.2 ALKALINITAS
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion
carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada
perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam,
atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm
menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan
asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung
pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan
kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3.
Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi
atau kadar garam natrium yang tinggi (Anonim 2009).
Tabel 1. Kualitas air berdasarkan alkalinitas (Swingle, 1968)
Alkalinitas (mg/l)
Kondisi perairan
0 – 10
Tidak dapat dimanfaatkan
10 – 50
Alkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi, CO2 rendah, pH bervariasi, dan
perairan kurang produktif
50 – 200
Alkalinitas sedang, pH bervariasi, CO2 sedang, produktivitas sedang
>500
pH stabil, produktivitas rendah, ikan terancam
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum
Tetapi ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi,
terlebih lagi daerah-daerah resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman
penduduk, limbah-limbah industri yang mencemari sungai-sungai, semakin
mempersulit masyarakat untuk mendapatkan air yang layak untuk di minum.
Definisi air minum
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, disebutkan bahwa air Minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
Persyaratan air minum
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, tetapi terdapat
resiko kalau air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau
zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga
100 °C, tetapi banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan
dengan cara mendidihkan air.
Jadi, air yang akan digunakan untuk air minum tidak bisa sembarang air,
misalnya di rumah anda, sumber air berasal dari air tanah, yang diambil dengan
menggunakan jetpump, meskipun secara kasat mata tampak jernih, tetapi belum
tentu memenuhi syarat, karena kondisi lingkungan disekitarnya akan sangat
menentukan kualitas air tersebut. Untuk memastikan apakah air tanah yang ada
di rumah anda memenuhi syarat untuk di minum atau tidak, sebaiknya anda
membawa sampel air tersebut ke laboratorium pengujian seperti Sucofindo, atau
lab-lab swasta lain yang banyak menjual jasa untuk pemeriksaan air, tapi cek
juga, apakah lab yang akan anda gunakan sudah terakreditasi atau belum. Ini
untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Jika lab-nya sudah terakreditasi,
maka validitas hasil pengujian tentunya lebih terpercaya.
Syarat air minum tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002.. Persyaratan kualitas air minum meliputi persyaratan
bakteriologis, kimiawi, dan fisik. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat
air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
logam berat dan bakteri patogen seperti E. Coli.. Untuk lebih detil mengetahui
rincian syarat air minum, anda dapat melihatnya dalam Kepmenkes tersebut.
(anonim,2009)
Syarat tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Artinya jika air yang akan anda gunakan memiliki bau, rasa atau warna, berarti
air tersebut telah tercemar.
Syarat tidak mengandung logam berat
Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat
bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan
tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-
organ inilah yang terutama dirusak
Syarat tidak mengandung bakteri pathogen
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli,
Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk
toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberpa jam, dapat
menyebabkan muntaber. (anonim, 2009)
Keterangan :
mg = miligram
ml = milliliter
L = Liter
Bg = Beguerel
NTU = Nepnelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut
Salah satu aplikasi atau penerapan dari Analisa Air ini adalah pada proses
pengolahan air perkotaan. Pengolahan air perkotaan menggunakan proses soda
dingin. Dengan menggunakan proses ini, kesadahan air dapat diturunkan sampai
35 ppm jika cukup peluang diberikan untuk berlangsungnya pengendapan.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi keadaan lewat-jenuh
(supersaturasi) dalam proses gamping dingin soda ialah dengan mengkontakkan
lumpur yang diendapkan sebelumnya. Bila lumpur ini dikenakan pada air yang
belum diolah dan bahan kimia permukaannya, atau “benih” akan membantu
terjadinya pengendapan. Hasilnya berupa reaksi yang lebih cepat dan lebih
lengkap yang menghasilkan partikel yang lebih besar dan lebih mudah menguap.
Peralatan yang dikembangkan untuk kontak ini, dibuat oleh Infileo, Inc, yang
dinamakan Accelerator. Permutit Spaulding Precipitator mempunyai dua
kompartemen, satu untuk mencampur dan mengaduk air mentah dengan bahan-
bahan kimia pelunak dan lumpur yang sudah terbentuk sebelumnya, dan satu
lagi untuk mengendapkan dan menyaring air yang telah dilunakkan pada waktu
mengalir ke atas melalui liputan lumpur yang tersuspensi. Mesin seperti ini dapat
mempersingkat sedimentasi dari 4 jam menjadi kurang dari 1 jam dan biasanya
juga mengurangi pemakaian bahan kimia. (anonim,2009)
Kekuatan utama tehadap proses gamping dingin soda ialah besarnya volume
lumpur basah yang terbentuk. Pembuangan lumpur ini merupakan masalah dan
biayanya mahal. Permutit Spicator menggunakan presipitasi (pengendapan)
sebagai katalis. Hal ini dapat mengurangi volume dan kandungan sisa air
lumpur. Volumenya tinggi 12 persen dari proses yang konvensional dan limbah
padat yang dihasilkan hampir mempunyai pasir basah saja.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 BAHAN
3.2 ALAT
3.2.1 NAMA ALAT
1. Statif,
Fungsi : sebagai penjepit buret
2. Buret,
Fungsi : sebagai alat pentiter
3. Erlenmeyer,
Fungsi : sebagai wadah larutan yang akan dititrasi
4. Gelas ukur,
Fungsi : sebagai penakar volume yang akan digunakan
5. Beaker Gelas,
Fungsi : sebagai penakar larutan yang akan digunakansebagai wadah larutan
6. Corong kaca,
fungsi : untuk menuang larutan ke alat bermulut kecil
7. Pipet tetes,
Fungsi : untuk mengmbil larutan dalam jumlah sedikit
Buret
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
I. Air Sungai Kenanga Raya
II. Air Aqua
4.2 PEMBAHASAN
Berikut Grafik Perbedaan Volume H2SO4 terhadap sampel, Air Sungai Kenaga
Raya :
Gambar. 4.1 Grafik Volume H2SO4 terhadap titrasi Air Sungai Kenanga Raya
Berikut Grafik Perbedaan Volume H2SO4 terhadap sampel, Air Aqua :
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat praktikan ambil dari percobaan ini adalah :
1. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang
mampu menetralisir kemasamaan dalam air.
2. Alkalinitas Air Sungai Kenanga Raya Lebih besar dari pada air Aqua
3. Alkalinitas dari air aqua yang diperoleh dari percobaan ini adalah 362,88 mg/L
4. Alkalinitas dari iar sungai Kenaga Raya yang diperoleh dari percobaan ini
adalah 831,6 mg /L
5.2 SARAN
1.Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca alat dan menetapkan hasil
akhir agar galat yang ada tidak besar .
2.Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan
percobaan ini.
3.Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan –
kesulitan yang ada saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
LAMPIRAN C
PETA PENGAMBILAN SAMPEL
LAMPIRAN D
FOTO LOKASI SAMPEL