Anda di halaman 1dari 12

Tugas perpindahan massa

Mc Cabe 25.3

Oleh :
Anggia F. Ichiko T. D M. Yusuf Ramly

Kelompok 6

Program ekstensi teknik kimia Departemen teknik kimia Universitas indonesia 2010

Pengeringan adalah

proses perpindahan massa yang terdiri dari penghilangan

kelembaban air atau uap air dari pelarut lain, oleh penguapan dari yang solid, semi-padat atau cair (selanjutnya produk). Agar dapat dipertimbangkan "pengeringan", produk akhir harus solid, baik sebagai lembaran terus menerus (misalnya, kertas), sebagai potongan panjang

(misalnya, kayu), partikel (sereal biji-bijian, keripik jagung) atau dalam bentuk bubuk (pasir, bubuk garam, cuci, bubuk susu). Untuk mencapai hal ini, harus ada sumber panas, dan tempat dari uap sehingga dihasilkan. Dalam Bioproducts (makanan, biji-bijian, vaksin), dan obatobatan, pelarut untuk dihapus hampir selalu air. Dalam kasus yang paling umum, aliran gas, misalnya, udara, berlaku panas secara konveksi dan membawa pergi uap seperti kelembaban. Kemungkinan lain adalah pengeringan vakum, di mana panas dipasok oleh konduksi atau radiasi (atau microwave)

sementara uap sehingga dihasilkan akan dihapus oleh sistem vakum. Teknik lain tidak langsung adalah drum pengeringan (digunakan, misalnya, untuk pembuatan keripik kentang), di mana permukaan dipanaskan digunakan untuk menyediakan energi dan aspirators menarik uap di luar ruangan. Pada gilirannya, ekstraksi mekanik air, pelarut misalnya,, dengan sentrifugasi, tidak dianggap "pengeringan".

Mekanisme Pengeringan (pengeringan) Dalam beberapa produk memiliki kadar air relatif tinggi awal, pengurangan linear awal kadar air produk rata-rata sebagai fungsi waktu dapat diamati untuk waktu yang terbatas, sering dikenal sebagai "periode laju pengeringan konstan". Biasanya, pada periode ini, kelembaban permukaan luar partikel individu yang sedang dihapus. Jika pengeringan dilanjuntukan, kemiringan kurva, laju pengeringan, menjadi kurang curam (periode jatuh rate) dan akhirnya cenderung horizontal pada waktu yang sangat panjang. Kadar air produk ini kemudian konstan pada "keseimbangan kadar air", di mana ia berada dalam kesetimbangan dinamis dengan media dehidrasi. Pada periode laju jatuh, air migrasi dari produk interior ke permukaan kebanyakan oleh difusi molekuler, i, e. fluks air sebanding dengan gradien kadar air. Ini berarti bahwa air bergerak dari zona dengan kadar air lebih tinggi ke zona dengan nilai-nilai yang lebih rendah, suatu fenomena yang dijelaskan oleh hukum kedua termodinamika. Jika penghapusan air cukup besar, produk biasanya mengalami susut dan deformasi, kecuali di beku dirancang dengan baik proses pengeringan.

Equilibrium Moisture Content of materials Seperti halnya proses perpindahan lain, proses pengeringan material juga harus didekati melalui hubungan kesetimbangan dan laju. Pada sebagian besar peralatan pengering,

material dikeringkan melalui kontak dengan campuran uap air-udara. Variabel yang penting adalah kelembaban udara yang digunakan. Jika padatan basah dikontakkan dengan aliran udara dengan kelembaban H dan suhu tertentu. Aliran udara yang digunakan besar sehinggga kondisinya dapat diasumsikan tetap. Akhirnya setelah kesetimbangan tercapai, padatan masih mengandung sedikit uap air. Keadaan ini dikenal sebagai equilibrium moisture content of material pada kelembaban dan suhu udara tertentu. Kandungan air biasanya dinyatakan dalam basis kering sebagai kg air per kg padatan kering atau kg air/100 kg padatan kering.

Kurva Laju Pengeringan Variabel yang berpengaruh dalam proses pengeringan: Ukuran dryer yang diperlukan Berbagai kondisi operasi dari kelembaban dan suhu udara yang digunakan Waktu yang diperlukan untuk pengeringan.

Kandungan air kesetimbangan material diperoleh dari eksperimen diperlukan membuat pengukuran secara eksperimen kecepatan pengeringan.

Penentuan Laju pengeringan dengan eksperimen Sampel biasanya diletakkan di atas tray. Untuk padatan harus mengisi tray sehingga hanya bagian atas yang terekspose oleh aliran udara pengering. Dengan menempatkan tray

pada timbangan dlm kabinet atau duct dimana udara mengalir, hilangnya berat moisture selama pengeringan dapat ditentukan pada interval yang berbeda tanpa menginterupsi operasi. Pada batch experiment, hal-hal tertentu harus diperhatikan untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk skala besar: Sampel tidak boleh terlalu ringan dan harus disangga pada tray atau frame yang besar pula. Kecepatan, kelembaban, suhu dan arah udara harus sama dan konstant untuk merangsang pengeringan dalam kondisi yang tetap.

Laju Kurva Pengeringan untuk Kondisi Pengeringan Tetap Dalam desain alat pengering, sebuah kuantitas yang penting adalah waktu yang diperlukan untuk pengeringan bahan di bawah kondisi yang ada dalam mesin pengering, karena hal ini perbaikan ukuran peralatan yang dibutuhkan untuk kapasitas tertentu Data yang diperoleh dari eksperimen pengeringan secara batch biasanya diperoleh sebagai W yaitu berat total padatan basah (padatan kering + moisture) pada berbagai waktu t jam selama periode pengeringan. Data ini dapat dikonversikan ke data laju pengerinagn dengan beberapa cara: Jika Ws adalah berat padatan kering maka kandungan air/padatan pada waktu t adalah:

Xt

W Ws kg water Ws kg dry solid

Pada kondisi pengeringan tetap, kandungan moisture kesetimbangan X* (kg moisture kesetimbangan/kg padtan kering) telah ditentukan, maka kandungan air bebas X dalam kg air bebas/kg padatan kering untuk setiap nilai Xt:
X Xt X *

Hasil diatas diplot antara X Vs t

Untuk menentukan laju pengeringan dari plot tadi, slope dari kurva terdahulu dapat ditentukan, yang akan memerikan nilai dX/dt pada t tertentu. Laju R dihitung untuk setiap titik menggunakan

Ls dX A dt

Dimana R adalah laju pengeringan dalam kgH2O/h.m2, Ls adalah kg berat padatan kering yang digunakan, dan A adalah luas permukaan untuk pengeringan dalam m2. Cara lain dapat digunakan dengan menghitung dX/dt sebagai X/ t.

Pengeringan pada periode laju tetap (B-C) Pengeringan padatan yang berbeda pada kondisi pengeringan tetap yang berbeda sering memberikan bentuk kurva yang berbeda pada falling-rate period, tapi secara umum

terdapat kurva constant-rate period dan kurva falling-rate period. Pada periode pengeringan laju tetap, permukaan padatan awalnya sangat basah, dan film kontinyu dari air keluar pada permukaan pengeringan. Air ini merupakan unbound water dan beraksi seperti halnya jika tidak ada padatan. Laju penguapan pada kondisi udara tertentu tidak bergantung pada padatan dan secara esensial sama seperti laju penguapan dari permukaan cairan. Naiknya kekasaran permukaan padatan dapat memberikan laju yang tinggi berbanding permukaan yang halus. Jika padatannya berpori, sebagian besar air menguap dalam periode laju tetap disuplai dari bagn dalam padatan. Periode ini berlangsung hanya sepanjang air di suplai kepermukaan secepat ia menguap. Penguapan selama periode ini sama dengan pada penentuan suhu wet-bulb, tanpa adanya transfer panas dengan radiasi atau konduksi, suhu permukaan mendekati suhu wet bulb. Titik C adalah critical free moisture content Xc. Pada keadaan ini tidak cukup air pada permukaan untuk membentuk film kontinyu air. Seluruh permukaan tidak lagi basah, dan area yang basah semakin berkurang pada awal periode falling-rate hingga seluruh permukaan menjadi kering pada titik D. Periode falling-rate ke dua dimulai dari titik D ketika seluruh permukaan telah kering. Daerah penguapan perlahan-lahan naik dari permukaan. Panas penguapan ditransfer ke padatan pada zone penguapan. Air yang menguap bergerak melalui padatan ke aliran udara. Dalam beberapa hal tidak terjadi penurunan yang tajam pada titik D, dan perubahan dari kondisi basah sebagian ke kering total pada permukaan berlangsung secara bertahap shg perubahan yang tajam tidak terdeteksi.

Pengeringan pada periode falling-rate (C-D-E) Jumlah moisture yang dipindahakan dalam peride falling-rate mungkin relative kecil tapi diperlukan waktu yang lama

Periode BC (pengeringan laju tetap) berlangsung selama sekitar 3 jam untuk menurunkan X dari 0.4 ke 0.19, pengurangan sebanyak 0.21 kg H2O/kg padatan kering. Periode falling-rate CE berlangsung sekitar 9 jam untuk menurunkan X dari 0.19 ke 0.

Pergerakan moisture dalam padatan selama pengeringan pada periode falling-rate Mekanisme pergerakan mempengaruhi pengeringan selama periode constant-rate dan falling-rate. Ada beberapa teori yang menerangkan berbagai tipe kurva falling-rate : Liquid diffusion theory Difusi cairan moisture terjadi jika ada perbedaan konsentrasi antara bagian dalam solid dengan permukaan. Terjadi pada padatan nonporos dimana larutan fasa tunggal terbentuk dengan moisture seperti: pasta, sabun, gelatin dan lem. Ini juga terjadi pada pengeringan akhir dari tanah liat, tepung, kayu, kulit, kertas dan textil. Dalam pengeringan beberapa makanan, pergerakan air dalam periode falling-rate terjadi dengan diffusi. Pergerakan kapiler dalam padatan berpori Jika granular dan padatan berpori seperti tanah liat, pasir, tanah, pigmen cat, dan mineral dikeringkan, unbound atau free moisture bergerak melalui kapiler dan ruang kosong dari padatan secara kapiler bukan difusi. Mekanisme ini melibatkan tegangan permukaan. Padatan berpori mengandung pori yang saling berhubungan dan saluran dari berbagai ukuran pori. Jika air menguap, terbentuk meniskus cairan air sepanjang tiap-tiap pori pada padatan bagian dalam. Ini membentuk gaya kapiler yang memberikan gaya penggerak dg tegangan antar muka antara air dan padatan. Tegangan kapiler ini memberikan gaya penggerak bagi air untuk bergerak melalui pori ke permukaan. Pori yang kecil memberikan gaya yang lebih besar.

Pada awal periode falling-rate (titik C), air dibawa kepermukaan dg kapiler, tetapi lapisan permukaan air mulai mundur kebawah permukaan. Udara segera masuk untuk mengisi pori. Karena air secara kontinyu dipindahkan, suatu titik dicapai dimana tidak cukup air untuk mempertahankan film secara kontinyu di sepanjang pori dan laju pengeringan tiba-tiba turun pada awal falling-rate kedua (titik D) Setelah itu laju difusi uap air di pori-pori dan laju konduksi pnas di padatan mungkin merupakan faktor utama dlm pengeringan berikutnya. Dalam padatan berpori kecil, kurva laju pengeringan pada periode falling-rate kedua mungkin sesuai dg hukum difusi dan kurvanya konkav ke atas. Untuk padatan yang sangat berporos, seperti bed pasir, dimana porinya besar, kurva pengeringan pada periode falling-rate kedua sering berupa grs lurus, shg hk difusi tidak dapat digunakan. Efek pengerutan Faktor yang sering sangat mempengaruhi laju pengeringan adalah

mengkerutnya padatan setelah moisture dipindahkan. Padatan yang rigid tidak mengkerut, tapi material koloidal dan fiber seperti sayuran dan makanan lain mengalami pengerutan. Efek yang sangat serius adalah bahwa mungkin terbentuk permukaan yang keras yang disebabkan oleh pergerakan cairan atau uap moisture dan memperlambat proses pengeringan, misalnya tanah liat dan sabun. Dalam banyak bahan makanan, jika pemanasan berlangsung pada suhu yang terlalu tinggi, pada permukaan terbentuk lapisan sel yang bersatu dan menutup permukaan. Permukaan yang terbentuk ini merupakan halangan bagi migrasi moisture dan dikenal sebagai case hardening. Efek lain dari pengerutan adalah akan menyebabkan material tertekuk dan berubah strukturnya. Ini dapat terjadi pada pengeringan kayu. Kadang untuk

menurunkan efek pengerutan, sangat disukai untuk mengeringkan dengan udara basah. Ini akan mengurangi laju pengeringan sehingga efek pengerutan pada pembengkokan dan pengerasan permukaan dapat dikurangi.

Metode menggunakan kurva pengeringan secara eksperimental Metode menggunakan koefisien perpindahan perkiraan untuk periode constant-rate, efek variabel proses pada periode constant-rate. Faktor yang sangat penting dalam perhitungan pengeringan adalah waktu yang diperlukan untuk mengeringkan material dari kandungan moisture awal X1 ke akhir X2. Untuk pengeringan pada periode constant-rate, kita

dapat memperkirakannya menggunakan kurva pengeringan batch secara experiment atau menggunakan perkiraan koefisien perpindahan massa dan panas. Untuk memperkirakan waktu pengeringan untuk material secara batch, metode terbaik adalah berdasarkan data eksperimen aktual yang diperoleh pada kondisi dimana material umpan, luas permukaan ekspos relatif, kecepatan gas, suhu, dan kelembaban pada dasarnya sama seperti pada dryer. Jadi, waktu yang diperlukan untuk periode constant-rate dapat ditentukan langsung dari kurva pengeringan dari kandungan moisture bebas terhadap waktu. Untuk pengeringan pada kondisi pengeringan konstan, waktu pengeringan dapat ditentukan dari laju pengeringan kurva. Seringkali satu-satunya sumber kurva ini adalah eksperimen pada material yang akan dikeringkan, dan ini memberikan langsung waktu pengeringan. Kurva laju pengeringan untuk satu set kondisi mungkin sering dimodifikasi untuk kondisi lainnya, dan kemudian bekerja kembali dari kurva laju pengeringan ke waktu pengeringan. Sebagai contoh, perhatikan pengeringan dari lempengan padat ketebalan setengah s dan are permukaan kering S dari kedua belah pihak. Luas total untuk pengeringan 2S. R ordinat dari kurva laju pengeringan karena itu diberikan oleh persamaan (25.1):

Absis dari kurva adalah X, massa air bebas per satuan massa padatan kering. Jika s adalah densitas dari padat, massa per satuan volume bahan kering tulang, dan jika penyusutan diabaikan sehingga s konstan. persamaan 25.2 Kombinasi persamaan 25.1 dan 25.2 menghasilkan :

Karena kecepatan pengeringan kurva menghasilkan hubungan antara R dan X1. Persamaan 25.3 dapat diintegrasikan antara X1 dan X2, sehingga menjadi : ( )

dimana tT adalah waktu pengeringan. Persamaan ini dapat diintegrasikan secara numerik dari kurva laju pengeringan atau analitis jika persamaan tersedia memberikan R sebagai fungsi dari X.

Tinjauan terhadap soal Mc Cabe 25.3

A slab with a wet weight of 5 kg originally contains 50 percent moisture (wet basis). The slab is 600 by 900 by 75 mm thick. The equilibrium-moisture content is 5 percen of the total weight when in contact with air of 20C and 20 percent humidity. The drying rate is given in Table 25.1 for contact with air of the above quality at a define velocity. Table 25.1. Wet slab weight (kg) 9.1 7.3 5.3 4.2 3.3 2.8 2.5

Drying rate (kg/m3.h) 4.9 4.7 4.4 3.9 3.4 2.0 1.0

Drying is from one face. How long will it take to dry to the slab to 15 percent moisture content (wet basis) ? Dari soal ini diasumsikan bahwa proses pengeringan berlangsung secara konstan, tapi karena tidak diketahui waktu pengeringan secara tepat maka kita menggunakan metode secara eksperimental.

Diketahui : 5 kg slab with 50% moisture Slab 600 by 900 by 75 mm thick X* = 5% dari total

Ditanyakan : tT = ? Jawab : WS WS = % moisture of slab x weight of slab WS =

Volume of slab

X*

start, X1 = end, X2 = ( XT )

W(kg) 5.30 4.20 3.30 2.80 2.50

R (kg/m2h) 4.40 3.90 3.40 2.00 1.00

XT
1.120 0.680 0.320 0.120 0.000

X
1.067 0.627 0.267 0.107 0.027

1/R
0.227 0.256 0.294 0.500 1.000

ss

Grafik X vs 1/R
1.100 1.000 0.900 0.800 0.700 1/R 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100 1.200 X

tT Dari persamaan 25-4 buku Mc Cabe diperoleh persamaan : ( ( ) )

Dengan menghitung luas kurva dibawah grafik maka akan diperoleh integrasi sehingga menjadi : ( )

Diperoleh waktu 1,754 hour untuk mengeringkan slab menjadi 15% moisture.

Anda mungkin juga menyukai