STATUS UJIAN
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Periode 14 Desember 2015 27 Febuari 2016
Hari / Tanggal pengambilan data
Masalah kesehatan
: Rheumatoid Arthritis
Tempat ujian
Nama
: Khoirunnisa
NIM
: 1161050155
Tanda tangan
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rheumatoid Arthritis / Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang
ditandai dengan inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target
utama. Rheumatoid Arthritis kerap dikaitkan dengan kelainan hipersensitivitas tipe III. Hal ini
dikarenakan dalam pemeriksaanya kerap ditemukan adanya kompleks imunoglobulin G yang
berada pada cairan sendi yang menyebabkan terjadinya inflamasi. Pasien mengalami nyeri
kronis serta peningkatan disabilitas, yang bila tidak diobati, dapat menurunkan angka harapan
hidup. Manifestasi klinik klasik Artritis Reumatoid (AR) adalah poliartritis simetrik yang
terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan sinovial sendi,
artritis reumatoid juga bisa mengenai organ-organ di luar persendian seperti kulit, jantung,
paru-paru, dan mata. Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskuler,
infeksi, penyakit ginjal, keganasan dan adanya kormobiditas. Etiologi dari artritis reumatoid
tidak diketahui secara pasti, namun terdapat interaksi yang kompleks antara faktor genetik
dan lingkungan. 1,2,3
Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan rheumatoid arthritis
mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid Arthritis telah berkembang dan menyerang 2,5
juta warga Eropa, sekitar 75 % di antaranya adalah Wanita dan kemungkinan dapat
mengurangi harapan hidup mereka hampir 10 tahun. Di Amerika Serikat, penyakit ini
menempati urutan pertama, dimana penduduk AS dengan Rheumatoid Arthritis 12,1 % yang
berusia 27-75 tahun memiliki kecacatan pada lutut, panggul dan tangan, sedangkan di Inggris
sekitar 25 % populasi yang berusia 55 tahun keatas menderita Rheumatoid Arthritis pada
lutut. 4,5
Di Indonesia, Data Epidemiologi tentang penyakit RA masih sangat terbatas. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, penduduk dengan Rheumatoid
Arthritis sebanyak 2%. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Depkes dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama 2006
menunjukan angka kejadian gangguan nyeri muskuloskeletal yang mengganggu aktifitas,
merupakan gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar
responden. Perjalanan RA bervariasi, tergantung dari kepatuhan penderita berobat dalam
jangka waktu yang lama. 4
Menurut Data Riskesdas Tahun 2013, Prevalensi penyakit sendi di Indonesia
berjumlah 24,7%. Prevalensi tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa
Barat 32,1%, dan Bali 30%. Berdasarkan umur, Prevalensi tertinggi pada umur lebih dari 75
tahun dengan gejala (54,8% ). Prevalensi lebih tinggi pada perempuan (27,5%) dibanding
laki-laki (21,8%). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bersekolah (45,7%).
Prevalensi tertinggi juga ditemukan pada pekerjaan petani/nelayan/buruh (31,2%). Prevalensi
di daerah pedesaan (27,45) lebih tinggi dibanding di perkotaan (22,1%).9
Sekitar 50-70 % penderita dengan RA akan mengalami remisi dalam 3 sampai 5 tahun
dan selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk dan umumnya akan mengalami
kematian lebih cepat 10 15 tahun daripada penderita tanpa RA. Keadaan penderita akan
lebih buruk apabila lebih dari 30 buah sendi mengalami perandangan dan sebagian besar
penderita akan mengalami RA sepanjang hidupnya. Sekitar 80-85% penderita RA
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
mempunyai autoantibodi yang dikenal dengan nama Rheumatoid Faktor dalam serumnya dan
menunjukkan RF positif. Faktor ini merupakan suatu faktor anti-gammaglobulin. Kadar RF
yang sangat tinggi menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat. 4,5
Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik wanita maupun laki-laki.
Puncak kejadian umur 24-45 tahun dan penyakit Rheumatoid Arthritis ini sering dijumpai
pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun. Prevalensi lebih
tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki, lebih dari 75 % penderita RA adalah wanita.
Rheumatoid Arhtritis memiliki keluhan atau tanda dengan keluhan utama sistem
muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan spasme otot serta adanya tanda utama yaitu
pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak. Jika tidak segera ditangani
Rheumatoid Arhtritis bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, sendi akan
menjadi kaku, sulit berjalan, bahkan akan menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga
aktivitas sehari-hari lansia menjadi terbatas. Selain menurunkan kualitas hidup, Rheumatoid
Arhtritis juga meningkatkan beban sosial ekonomi bagi para penderita dan tentunya akan
menimbulkan masalah untuk keluarga. 1.4
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang kian padat dapat
menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang diakibatkan oleh bermacam gangguan
khusunya pada penderita Rheumatologi Arthritis, tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah
penderita Rheumatoid Arthritis di Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang
penyakit ini masih tinggi. Banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap
sederhana penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak menimbulkan ancaman jiwa,
padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat yang
mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka sehari-hari. 4,8
Menurut Dasar Epidemiologi (Triangle Epidemiologi) apabila ada perubahan dari
salah satu faktor, maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka, yang berakibat
akan bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. 1,7,8
ENVIROMENT
AGENT
HOST
seafood (udang, cumi, kerang, dll), makanan yang sudah dikalengkan, daging kambing,
sapi, bebek, kacang-kacangan, sayuran (bayam, kangkung, buncis, kembang kol, daun
singkong, dll), keju, telor, makanan di goreng atau bersantan atau di masak dengan
menggunakan margarin/mentega, minuman beralkohol dan masih ada makanan lain.
Berat badan berlebih atau Obesitas beresiko tinggi terserang rheumatoid arthritis,
terutama mereka yang gemuk setelah berusia 50 tahun dan waktu muda berbadan kurus.
o Gaya hidup, di zaman yang modern ini menuntut setiap orang untuk bekerja keras, hidup
penuh tuntutan dan tekanan sehingga menjadi stress, kurang berolahraga, dan berusaha
untuk mengatasi stress tersebut dengan minuman alkohol, merokok, yang merupakan
salah satu faktor resiko penyakit rheumatoid arthritis.
o Ras atau suku, data di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi
dari rheumatoid arthritis adalah pada suku Amerika Indian dibanding dengan yang Non
Indian. Walaupun demikian penyakit ini dapat dijumpai di setiap negara di dunia. Di
Indonesia terdapat suku tertentu yang mempunyai kecenderungan terserang penyakit ini
antara lain suku Minahasa dan Tapanuli.
o Pekerjaan, sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan
timbulnya reumatik. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk
dapat mengakibatkan sakit pinggang.
2. Agent (Penyebab Penyakit) 1,7,8
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya
dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan penyakit. Untuk penyakit
rheumatoid arthritis yang menjadi agen adalah :
Penye
Kebiasaa
Ke empat faktor tersebut diatas saling berpengaruh positif satu dengan yang lain dan
tentu saja sangat berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang. Status kesehatan akan
tercapai optimal apabila ke empat faktor tersebut positif mempengaruhi secara optimal pula.
Apabila salah satu faktor tidak optimal maka status kesehatan akan bergeser kearah dibawah
optimal. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu ke empat faktor tersebut sebagai berikut : 9
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan, terlihat
dari diagram di atas dengan panah yang lebih besar dibanding faktor lainnya. Faktor
Lingkungan terdiri dari 3 bagian besar :
a. Lingkungan Fisik
Terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dirasakan antara lain :
bangunan, jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah. Benda mati yang dapat
dilihat dan dirasakan tapi tidak dapat diraba : api, asap, kabut dll.. Benda mati yang
tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan : udara, angin, gas, baubauan, bunyi-bunyian / suara dll.
b. Lingkungan Biologis
Terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun
tidak : manusia, hewan, kehidupan akuatik, amoeba, virus, plankton. Makhluk hidup
tidak bergerak : tumbuhan, karang laut, bakteri dll.
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan biologis di atas.
Lingkungan sosial tidak berbentuk secara nyata namun ada dalam kehidupan di bumi
ini. Lingkungan sosial terdiri dari sosio-ekonomi, sosio-budaya, adat istiadat,
agama/kepercayaan, organisasi kemasyarakatan dll. Melalui lingkungan sosial
manusia melakukan interaksi dalam bentuk pengelolaan hubungan dengan alam dan
buatannya melalui pengembangan perangkat nilai, ideologi, sosial dan budaya
sehingga dapat menentukan arah pembangunan lingkungan yang selaras dan sesuai
dengan daya dukung lingkungan yang mana hal ini sering disebut dengan etika
lingkungan (Adnan Harahap et-al)
2. Faktor Perilaku
Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat, perilaku
petugas kesehatan dan perilaku para pejabat pengelola negeri ini (Pusat dan Daerah) serta
perilaku pelaksana bisnis.
Aspek biologi
Faktor pencetus dari lingkungan seperti bakteri dan virus ada
hubungannya
Barr
dapat
menyebabkan
kerusakan
muncul pada tahap awal adalah neutrofil, setelah itu limfosit, makrofag
dan sel plasma. Sel plasma memproduksi IgG dan IgM yang merupakan
faktor rheumatoid. Reaksi antigen dan antibodi ini menimbulkan
kompleks imun yang
mengaktifkan
sistem
komplemen
sehingga
edematosa,
hiperemis, nyeri.
Aspek sosial
Faktor stress juga berhubungan dengan kasus RA, seperti tiba-tiba
kehilangan istri/suami/keluarga, kehilangan seluruh harta benda dalam
suatu musibah, kehilangan satu-satunya anak yang di sayangi, dan
sebagainya, meskipun semuanya belum terbukti.
2. Perilaku
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan. Perilaku
hidup yang tidak sehat juga merupakan faktor resiko timbulnya penyakit artritis
reumatoid, meskipun belum pasti, seperti kebiasaan makanan yang tidak sehat,
mengkonsumsi alkohol, kurang berolahraga, merokok, dan kurang istirahat.
Olahraga
Menurut The U.S. Centers for Disease Control and Prevention,
aktivitas yang dapat mencegah terjadinya rematik adalah dengan
berolahraga, minimal 30 menit dengan rutinitas 3-5 kali per minggu,
menurunkan berat badan, jika mengalami berat badan berlebih.
Aktivitas yang dapat dilakukan seperti pekerjaan rumah dan berkebun,
berjalan-jalan, jalan cepat, renang, bersepeda, dan senam. Kurangnya
aktivitas juga mempengaruhi terjadinya RA. Karena kegemukan
beresiko tinggi terserang rheumatoid arthritis, terutama mereka yang
gemuk setelah berusia 50 tahun dan waktu muda berbadan kurus.
Merokok
Para ilmuwan telah melaporkan bahwa perokok meningkatkan
resiko terjadinya penyakit rheumatoid arthritis.
Trauma
Pernah mengalami trauma berat pada lutut sampai terjadi
pembengkakan atau berdarah, seperti pada olahragawan.
Sikap tubuh
Sikap tubuh yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
memudahkan timbulnya reumatik. Mengangkat beban berat dari lantai
dengan badan membungkuk dapat mengakibatkan sakit pinggang.
3. Pelayanan Kesehatan
Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti dari data rekam medik,
pada tahun 2009 jumlah pasien yang menderita rheumatoid arthritis yang berobat, ke
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
adalah 24 orang. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari 3 orang pasien
mengatakan bahwa mereka merasa terganggu aktivitasnya apabila nyeri rheumatoid
arthritis kambuh. Sehingga pelayan kesehatan ini sangat bermanfaat, bukan hanya
mengobati tetapi mulai dari pencegahan.
Tujuan Utama dari Pelayanan Kesehatan adalah:
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
a. Promotif
Tindakan promotif yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan pengetahuan tentang rheumatoid arthritis, sehingga
masyarakat dapat mengenal gejala, penyebab sampai dengan
pengobatan dari rheumatoid arthritis. Pemberian pengetahuan ini
antara lain dapat dilakukan dengan cara pemberian penyuluhan kepada
masyarakat.
b. Preventif
Tindakan preventif atau pencegahan dapat dilakukan dengan
cara, aktifnya para petugas puskesmas dengan mengujungi rumah para
warga dan mengingatkan tentang pola hidup sehat, terutama bagi
penderita rheumatoid arthritis.
c. Kuratif
Bagi masyarakat yang sudah terkena penyakit rheumatoid
arthritis, di sarankan untuk teratur berobat ke dokter untuk mencegah
agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit rheumatoid arthritis.
d. Rehabilitatif
Rehabilitatif dapat dilakukan dengan cara melakukan semua
anjuran dokter dan meminum obat yang sudah diberikan agar dapat
cepat sembuh dari penyakit ini.
4. Herediter
Sekitar 50 % dari risiko terjadinya rheumatoid arthritis disebabkan faktorfaktor genetik. Secara genetis, RA dipengaruhi oleh ekspresi dari gen HLA yang
merupakan gen pembentuk MHC. Penelitian mengungkapkan, 70% individu dengan
gen HLA terekspersi mengalami RA. Hal in juga berlaku bagi kembar monozigot
yang memiliki gen tersebut. Tidak semua ras di bumi akan mengekspresikan gen dari
HLA (epitope) tertentu yang berinteraksi dengan MHC membentuk respon yang
spesifik bagi RA, oleh karena itu, penyebaran penyakit RA antar daerah berbeda-beda
tergantung dominasi dari ras yang mendiami daerah tersebut. Seseorang akan
mengalami peningkatan presentase menderita RA apabila pada DNA nya terdapat gen
HLA-DRB1 yang diekspresikan. Pengekspresian gen ini akan menyebabkan
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
perubahan epitope pada sel limfosit yang nantinya akan berikatan dengan MHC dan
menghasilkan antibodi IgG yang berbeda pada orang normal. Antibodi ini disebut
dengan ACPA (Anti Citrunillated Protein Antigen). ACPA akan berikatan dengan
protein-protein tersitrunilasi dan menyebabkan pembentukan kompleks imun pada
sendi yang disebut Rheumatoid Factor (RF) (Mclnnes, 2011).
KECAMATAN CIPAYUNG
1. Data Geografi
a). Luas Wilayah
Kecamatan cipayung terletak antara 1060 49 35 Bujur Timur
dan 06 10 37 lintangselatan, dengan luas wilayah 2,844.78 Hektar.
Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 1227 Tahun 1989,tertanggal 18 September 1989, dinyatakan
luas wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur adalah2,844.78
Hektar. Adapun Kecamatan Cipayung terdiri dari 8 (delapan)
kelurahan, 56 RW dan 503RT dan 35.400 kepala keluarga.Secara
persentase, lahan dikecamatan Cipayung didominasi oleh kegiatan
perumahan besar 73,32% dan total seluruh kecamatan dengan
peruntukan terkecil berupa industri sebesar 1,07% dengan perincian
sebagai berikut
0
N
O
1
2
Tabel 1
Luas Kelurahan Wilayah Kecamatan Cipayung
KELURAHAN
RW
RT
LUAS (Ha)
Lubang Buaya
Setu
12
6
113
44
372.20
325.12
3
4
Bambu Apus
Ceger
5
5
65
39
316.50
362.60
5
6
Cipayung
Cilangkap
8
6
59
45
308.50
603.54
7
8
Cipayung
Pondok Ranggon
8
6
75
63
190.30
366.02
JUMLAH
56
503
2,844.78
a) Batas Wilayah
Batas Wilayah Kecamatan Cipayung berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
1227 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:
Tabel 2
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
Bagian
Utara
Batas Wilayah
Jalan Pintu I bagian barat tembok TMII, Jalan Pintu II
bagian timur TMII, dan Jalan Raya Pondok Gede Bekasi
2.
Selatan
3.
Timur
4.
Barat
RW
Luas Wilayah
52.13
57.12
54.53
53.24
52.99
55.11
JUMLAH
325.12
Utara
Selatan
Timur
Barat
B. Data Demografi
1.
JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Kecamatan Cipayung sampai dengan bulan
desember 2015 sebagai berikut :
Tabel 4
Jumlah Penduduk Kecamatan Cipayung Hingga 2015
NO
KELURAHAN
1
2
3
Lubang Buaya
Setu
Bambu Apus
4
5
6
7
8
Ceger
Cipayung
Cilangkap
Munjul
Pondok
Ranggon
JUMLAH
PENDUDUK
65,569
18,806
26,918
LELAKI
WANITA
KK
33,549
9,879
13,927
32,020
9,027
12,991
20,083
4,581
5,617
19,493
25,518
25,446
23,700
24, 527
10,084
15,063
13,171
12,020
12,617
9,409
10,455
12,275
11,680
11,910
6,136
8,041
7,805
6,853
7,269
JUMLAH
230,077
120.310
109.767
66,385
Sumber : Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan Cipayung
Tahun 2015
Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Cipayung Jakarta Timur
Tahun 2014 berjumlah 230,077 jiwa, terdiri dari laki-laki 120.310 jiwa dan
perempuan 109.767 jiwa.
Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Setu Jakarta Timur Tahun
2014 berjumlah 18,806 jiwa, terdiri dari laki laki 9,879 jiwa dan perempuan
9,027 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga 4,581 KK.
2.
STRUKTUR PENDUDUK
Struktur penduduk wilayah Kecamatan Cipayung Jakarta Timur tahun
2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
NO
UMUR
TAHUN
LAKI
WANITA
JUMLAH
04
9,328
9,992
19,320
59
10,499
8,259
18,758
10 14
14,142
9,404
23,546
15 19
8,597
8,524
17,121
20 24
9,469
9,348
18,817
25 29
10,186
10,708
20,894
30 34
9,320
9,411
18,731
35 39
8,577
9,849
18,426
40 44
8,349
7,748
16,097
10
45 49
7,308
6,519
13,827
11
50 54
5,661
7,080
12,741
12
55 59
5,613
4,512
10,125
13
60 64
3,497
3,139
6,736
14
65 69
2,965
2,970
5,935
15
70 74
3,121
1,926
5,047
16
75 ke atas
2,277
1,679
3,956
JUMLAH
120.310
109.767
230,077
LAKI
WANITA
153,515 = 2,005
76,562
Interpretasi : usia produktif di Kecamatan cipayung lebih tinggi dibandingkan usia non
produktif.
Sex ratio
jumlah laki-laki : jumlah perempuan x 100
= 118,909X 100 = 106,96
111,168
Interpretasi: jumlah laki-laki di Kecamatan cipayung lebih tinggi dibandingkan jumlah
perempuan. Setiap 100 penduduk perempuan di Kecamatan Cipayung terdapat 106 laki-laki.
Tabel 6
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tidak Sekolah
JUMLAH
LK
PR
1,432
1,123
JUMLAH
SELURUHNYA
2,555
Tamat TK
2,178
1,017
3,195
Tamat SD
908
1,770
2,678
Tamat SMP
1,021
1,045
2,066
Tamat SMA
809
1,109
1,918
Tamat Akademi / PT
724
562
1,286
7,072
6,626
13,698
No.
PENDIDIKAN
JUMLAH
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
Industri / home
1689
2.
PNS
2468
3.
TNI / Polri
876
4.
Buruh
2879
5.
Swasta
1507
6.
Dagang
2286
7.
Wiraswasta
860
8.
1373
9.
1305
Total
15.243
Tabel 8
Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Setu
NO.
1.
2.
3.
JENIS
Rumah Sakit
Puskesmas
Pos Kesehatan
JUMLAH
1
-
4.
5.
6.
Pos Yandu
UPGK
Klinik Kesehatan
7
3
7.
8.
Jumlah
BKIA
R.S Bersalin
1
12
JENIS
JUMLAH
Dokter Anak
1
Bidan
9
Apotek
1
JUMLAH
11
Sumber: Laporan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan
Kelurahan Setu 2014
Tabel 10
Sarana Pendidikan Kelurahan Setu
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jenjang
Pendidikan
Nama Sekolah
TK
TK Almumir
TK Putra Indonesia
TK Anugerah
TK Hidis
TK Turfa
SD 01 Setu
SD 02 Setu
SD 03 Setu
SD 06 Setu
SD 07 Setu
SD 1 Hidis
SD
Jumlah Siswa
Laki-laki Perempua
n
6
19
10
15
9
8
8
23
15
3
286
272
227
211
209
236
196
191
155
159
122
128
Total
25
35
17
31
18
558
438
445
387
314
250
12.
SMP
13.
Total:
SMPN 126
SMPN 251
192
594
2029
263
586
2114
Jenis Penyakit
Jumlah
%
37,91
Gastritis
160
9,86
114
7,02
95
5,85
90
5,54
65
4,01
Hipertensi
58
3,57
Tonsilitis
40
2,46
10
1,66
22,07
455
1180
4153
peny. Lain
gastritis
diare
hipertensi
tonsilitis
65,2
56,5
69,6
4
5
berdasarkan usia
Faktor Risiko Rheumatoid Artritis
12
Faktor Risiko Rheumatoid Artritis 10
52,2
43,5
6
7
82,6
39,1
69,6
43,5
10
Rheumatoid Atritis
Kesembuhan pada Rheumatoid Artritis
56,5
13
Keterangan :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Rata-rata
Pre test
70
50
70
40
60
60
70
40
60
60
50
60
80
50
60
50
60
60
70
50
50
30
80
57,83
N
(Responden)
0
0
2
4
8
6
2
1
0
0
0
%
0
0
8,7
17,4
34,8
26,1
8,7
4,3
0
0
0
Nilai
Kategori
1.
Baik
> 70
2.
Cukup
60-70
3.
Kurang
< 60
Masalah Kesehatan
Rencana Intervensi
4.
Tujuan
a. Umum :
Meningkatkan Pengetahuan Warga RT 03 / RW 02 Kelurahan Setu, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur mengenai Penyakit Rheumatoid Arthritis.
b. Khusus :
Meningkatkan Pengetahuan Warga RT 03 / RW 02 Kelurahan Setu, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur mengenai Penyebab dari Penyakit Rheumatoid
Arthritis.
Meningkatkan Pengetahuan Warga RT 03 / RW 02 Kelurahan Setu, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur mengenai Kesembuhan pada Penyakit Rheumatoid
Arthritis.
: 1 orang
Petugas Kesehatan
: 1 orang
Peralatan Presentasi
: Leaflet
Biaya Operasional
Keterangan
Fotokopi pre-test dan post-test 4 lembar x 30 buah @
Rp.150,Alat tulis ( pulpen ) 30 buah @ Rp. 1.500,Konsumsi 30 kotak @5000
Total
: Melakukan Pre-test dan Post-test.
Jumlah
Rp. 18.000,Rp. 45.000,Rp. 150.000,Rp. 213.000,-
5. Sumber Daya
o Dokter Muda
o Petugas Kesehatan
: 1 orang
: 1 orang
o Peralatan Presentasi
o Biaya Operasional
: Leaflet
:
Keterangan
Jumlah
VI. EVALUASI
A. INPUT
SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter muda yaitu Khoirunnisa, S.Ked.
sebagai presentan dan narasumber dan dibantu oleh 1 orang petugas kesehatan
sebagai pengawas sesuai dengan perencanaan.
Untuk biaya operasional bersumber dari dokter muda serta tidak terjadi
perubahan dari biaya yang keluar sesuai dengan perencanaan.
Cara Intervensi yang dilakukan dengan cara pemberian Penyuluhan dan Sesi
Tanya Jawab sesuai dengan perencanaan.
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
Jumlah peserta tidak sesuai dari target yang direncanakan, yaitu 30 orang dan
peserta yang hadir 23 orang.
Pelaksanaan dilakukan di Aula serba guna Warga RT 03 / RW 02 Kelurahan Setu,
Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, dimana hal ini sesuai perencanaan.
Penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan masyarakat mengikuti penyuluhan
dengan tertib dan baik.
C. OUTPUT
Tabel 18. Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
Pre test Post test
No.
Nilai
Nilai
1.
70
80
2.
50
70
3.
70
90
4.
40
70
5.
60
100
6.
60
80
7.
70
100
8.
40
70
9.
60
80
10.
60
90
11.
50
70
12.
60
90
13.
80
100
14.
50
70
15.
60
90
16.
50
80
17.
60
90
18.
60
80
19.
70
90
20.
50
60
21.
50
80
22.
30
70
23.
80
100
Rata-rata
57,83
82,61
Tabel 19. Peningkatan Pengetahuan Dilihat Dari Jawaban Tiap Soal
No
.
Pertanyaan
Pre Test
N
%
Post Test
N
%
Kenaikan
N
%
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
15
65,2
23
100,0
53,3
13
56,5
22
95,7
69,2
16
69,6
21
91,3
31,25
12
52,2
19
82,6
58,3
10
43,5
16
69,6
60
19
82,6
22
95,7
15,7
39,1
15
65,2
66,7
16
69,6
19
82,6
18,75
10
43,5
16
69,6
60
56,5
21
91,3
61,5
Pemeriksaan
Rheumatoid
Artritis
Faktor Risiko Rheumatoid
Artritis berdasarkan usia
Faktor Risiko Rheumatoid
Artritis
Faktor Risiko Rheumatoid
Artritis berdasarkan jenis
kelamin
Gejala Rheumatoid Artritis
Gejala yang timbul pada sendi
yang terkena Rheumatoid
Artritis
Bagian tubuh yang terganggu
jika
terkena
Rheumatoid
Artritis
Waktu saat terjadinya gejala
pada Rheumatoid Atritis
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai Rheumatoid Artritis hasil pre test rata-rata dari 23
responden adalah 57,83 poin. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test ratarata dari 23 responden adalah 82,61 poin. Hal ini berarti, telah terjadi peningkatan
pengetahuan responden sebesar 24,78 poin. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai
Rheumatoid Artritis yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden. Jadi
selisih nilai pre test dan post test warga RT 02/ RW 02 Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat
Jati, Jakarta Timur adalah:
{(post test pre test) / pre test} x 100% = {(82,61 57,83) / 57,83} x 100% = 42,86%
KESIMPULAN
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai Rheumatoid Artritis hasil pre test rata-rata dari 23
responden adalah 57,83 poin dan masuk dalam kategori kurang. Sedangkan setelah
diberikan penyuluhan, hasil post test rata-rata dari 23 responden adalah 82,61 poin dan
menjadi kategori baik. Hal tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan pengetahuan
responden sebesar 42,86%. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai Rheumatoid Artritis
yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden
SARAN
a) Kepada Masyarakat :
Agar Warga di RT 03 / RW 02 lebih Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran
mengenai Penyakit Rheumatoid Arthritis melalui keikutsertaan dalam Penyuluhan
Kesehatan berkelanjutan dan pola hidup sehat.
Menerapkan hal hal yang disampaikan dalam penyuluhan mengenai penyakit
Rheumatoid Arthritis, terutama Pelaksanaan Pencegahan dan Cara Hidup Sehat.
Membagikan Pengetahuan yang sudah didapat dari Penyuluhan kepada Keluarga
serta anggota Masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid III.
Jakarta : EGC, 2007. Hal 2495-2502.
2. Rheumatoid
Arthritis
Medicines:
Guide
for
Adults,
Available
at
http://www.effectivehealthcare.ahrq.gov/repfiles/rheumarthritisconsumerguide_Single
page.pdf
3. Rheumatoid artrhitis. 2009 Available at : http://www.nice.org.uk/guidance/cg79
4. Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Reumatoid Artritis. 2009. Diunduh dari
: http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SKRIPSI.pdf
5. Media Informasi Peresepan Rasional Bagi Tenaga Kesehatan Indonesia. Volume 9,
2011. Di unduh dari : piolk.ubaya.ac.id/img/layanan/24_20110728104725.pdf
6. Budiman, Suyono. Kesehatan Lingkungan. 2012. Diunduh dari : http://ejournal.kopertis4.or.id/file.php?file=karyailmiah&id=742
LAMPIRAN
Soal Pre Test dan Post Test
PENGETAHUAN WARGA RT 03 / RW 02 KELURAHAN SETU, KECAMATAN
CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR MENGENAI
RHEUMATOID ARTHRITIS
TAHUN 2016
No.Kuisioner :
1. Apakah pengertian dari rheumatoid artritis?
a. Penyakit kronis yang terjadi pada sendi
b. Penyakit kronis yang terjadi pada tulang
c. Penyakit kronis yang terjadi pada otot
d. Penyakit akut yang terjadi pada sendi
2. Pemeriksaan apakah yang harus dilakukan untuk mengetahui penyakit rheumatoid
artritis?
a. Darah
b. Air seni
c. Foto ronsen
d. Cairan otak
3. Penyakit rheumatoid artritis paling banyak menyerang pada?
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
a. Dewasa
b. Orang tua
c. Anak-anak
d. Bayi
4. Menurut anda manakah dari pilihan di bawah ini yang merupakan faktor resiko dari
rheumatoid artritis?
a. Jenis kelamin
b. Genetik
c. Usia
d. Semua benar
5. Penyakit rheumatoid artritis paling banyak menyerang pada?
a. wanita
b. laki-laki
c. Anak-anak
d. Bayi
6. Apakah gejala dari rheumatoid artritis?
a. Nyeri pada sendi
b. Pusing
c. Nyeri di dada
d. Nyeri bokong
7. Apa yang terjadi dengan sendi-sendi yang terkena Rhematoid Arthritis?
a. Kekakuan pada sendi pada malam hari
b. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung 30-60 menit
c. Bengkak pada 3 sendi secara bersamaan
d. Bengkak dan nyeri pada kedua sisi sendi
8. Menurut anda bagian tubuh mana yang dapat terganggu akibat penyakit rheumatoid
artritis?
a. Tangan
b. Kaki
c. Bahu
d. Semua benar
9. Nyeri pada rheumatoid artritis sering terjadi pada?
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
10. Apakah menurut anda penyakit rheumatoid artritis bisa disembuhkan?
a. Bisa
b. Tidak Bisa
c. Ragu-ragu
d. Tidak tahu
FOTO KEGIATAN
Rheumatoid Artritis
Gambar 3.Foto kegiatan 2
LEAFLET
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS RHEUMATOID ARTRHITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
Rheumatoid Artritis
ah penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama.