Terapi simptomatik
Tatalaksana yang paling tepat pada vertigo adalah mengatasi penyebab
utamanya. Jika etiologi tidak dapat diketahui, maka diindikasikan terapi
simptomatik. Selain itu, terapi ini juga dapat diindikasikan untuk serangan vertigo
akut. Terdapat dua golongan obat yang umum digunakan dalam terapi simptomatik
dari vertigo yaitu supresan vestibular dan antiemesis. 28
Supresan vestibular bekerja pada tingkat neurotransmiter yang terlibat dalam
perambatan impuls antar neuron vestibular. Obat biasanya diberikan secara oral
dan efek akan mulai muncul setelah 30 menit. Namun, pada serangan vertigo akut
yang parah, obat ini bisa diberikan secara intramuskular atau intravena. Efek
samping umum dari obat ini adalah mulut kering dan sedasi. Pembagian dari obat
supresan vestibular adalah sebagai berikut: antihistamin seperti meklizin (25-100
mg per oral) dan difenhidramin (25-50 mg per oral 3-4 kali sehari; 10-50 mg IM/
IV dosis tunggal 4-6 kali sehari, maksimal 400 mg sehari), antikolinergik seperti
skopolamin (0,5 mg transdermal efektif untuk tiga hari), fenotiazin seperti
prometazin (12,5-25 mg per oral/ per rectal/ IM/ IV 4-6 kali sehari sesuai
kebutuhan) dan proklorperazin (5-10 mg per oral/ IM 3-4 kali sehari; 10 mg
sediaan lepas berkala 2 kali sehari; dan 5-25 mg per rektal), dan benzodiazepin
seperti diazepam (2-10 mg per oral 2-4 kali sehari; 5-10 mg IM/ IV) dan lorazepam
(2-6 mg per oral dalam 2-3 dosis terpisah). 29-33
Antiemesis merupakan anatagonis kolinergik dan antagonis dopaminergik
sentral yang diduga dapat mencegah dan menghambat pusat muntah. Biasanya
obat-obat antiemesis menimbulkan efek samping yang berat terutama pada pasien
muda. Efek samping simtomatik yang biasa ditimbulkan obat ini adalah
parkinsonisme, akatisia, distonia, dan diskinesia. Obat-obatan yang termasuk
antiemesis adalah proklorperazin, metoklopramid (10-15 mg per oral 4 kali sehari
sebelum makan), trimetobenzamid (250 mg per oral 3-4 kali sehari; 200 mg IM /
per rectal 3-4 kali sehari), dan droperidol (2,5-10 mg IM/ IV). 30,32
untuk BPPV. Manuver ini juga dirasakan lebih efektif daripada medikamentosa.
Cara melakukan manuver Epley adalah pasien diminta duduk dan dimiringkan
kepalanya sebesar 45o ke salah satu telinga lalu pasien dibaringkan ke belakang
dengan cepat sehingga kepalanya menggantung 45o di bawah garis horizontal
selama 20 detik. Pasien kemudian dimiringkan kepalanya sebesar 90 o ke arah
telinga yang berlawanan selama 20 detik dan pasien diminta melengkungkan badan
ke arah dia menghadap tadi selama 20 detik. Setelah itu, pasien kembali ke posisi
duduk dan harus tegak minimal 45o dalam 24 jam ke depan.27
manuver ini lebih sulit dibandingkan manuver Epley.20 Manuver ini juga dapat
dilakukan sebagai latihan di rumah. Jadwal latihan Brandt Daroff yang disarankan :
Waktu
Latihan
Durasi
Pagi
5 kali pengulangan
10 menit
Sore
5 kali pengulangan
10 menit
Malam
5 kali pengulangan
10 menit
Ada terapi pembedahan untuk pasien dengan BPPV, namun terapi ini hanya
dilakukan pada sedikit pasien. Pasien-pasien ini gagal untuk dilakukan manuver
reposisi dan tidak terdapat patologi intrakranial pada pemeriksaan imaging. Pilihan
operasi utama yang dilakukan adalah oklusi kanalis semisirkularis posterior.
Dilakukan mastoidektomi standar dan terlihat kanalis semisirkularis posterior.
Membran kanal disumbat dengan otot, fascia, atau tulang kepala, atau diruntuhkan
dengan laser. Penyumbatan mencegah gerakan debris dan endolimfe untuk
mendefleksikan kupula. Mungkin terdapat kehilangan pendengaran sementara yang
biasanya sembuh. Tingkat keberhasilan pada oklusi kanalis semisirkularis posterior
ini tinggi. Selain itu juga ada teknik bedah yang lebih menantang dengan risiko
lebih tinggi untuk pendengaran melibatkan ablasi suplai saraf kanalis
semisirkularis posterior melalui neurektomi tunggal. 33
Resep
R/ BETAHISTIN MESILAT 12 mg Tab No XV
S 3DD I Tab P.C