Anda di halaman 1dari 9

1

Kasus
Topik : thypoid fever
Tanggal (kasus): 20 september

Persenter: dr. Hendy Buana Vijaya

2014
Tanggal (presentasi): 24

Pendamping: dr. Agus Asari


september 2014
Tempat Presentasi : kamar dokter jaga IGD
Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Diagnostik
Neonatus

Keterampilan

Penyegaran

Manajemen

Bayi

Masalah

Tinjauan Pustaka

Istimewa
Remaja

Anak

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi :
Tujuan:
- Mampu mendiagnosis gejala thypoid fever.
- Mampu melakukan penatalaksanaan pada pasien gejala thypoid fever
- Mampu melakukan edukasi kepada pasien tentang pasca demam thypoid fever
Bahan
bahasan:

Tinjauan Pustaka

Cara
membahas:
Data pasien:

Diskusi
Nama: An. P

Riset
Presentasi dan
diskusi

Kasus

Email
Nomor Registrasi: 150904

Audit

Pos

Nama klinik: RSUD Datu

Telp: Terdaftar sejak: 20 september 2014


beru
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / gambaran klinis : Pasien mengeluh panas +7 hari, panas terus menerus, panas kadang turun
tetapi tidak sampai normal pada pagi hari dan mulai meningkat pada sore dan malam hari, panas turun
dengan penurun panas tetapi panas naik lagi. Pasien mengeluh juga mual, nyeri kepala, nafsu makan
berkurang sejak demam, nyeri perut diraskan kadang hilang timbul dan BAB yang susah, serta pasien
merasa nyeri seluruh badan terutama otot dan tulang. Pasien menyangkal adanya panas turun sampai
normal dan menggigil, kejang, sesak nafas, batuk pilek, diare, hidung berdarah. Pasien mengatakan
bahwa daerah rumahnya jarang ada nyamuk. Pasien datang ke IGD dengan keadaan sadar penuh.
2.
3.
4.
5.

Riwayat pengobatan : pasien mendapatkan penuruan panas


Riwayat kesehatan/penyakit : mengeluh sakit yang sama (-)
Riwayat keluarga : menderita sakit yang sama (-)
Pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin 13,7 gr/dl, leukosit 3.900/ul, trombosit 174.000 /ul, hematokrit

42,2%, Widal Thypi O 1/320, Widal Thypi H 1/160


8. Obat yang didapat : infus Ringel Laktat 15 tetes per menit, injeksi cefotaxime 1 gr / 12 jam, injeksi antrain 1
gr bila panas, injeksi ranitidin 25 mg / 12 jam.
9. Lain-lain : Daftar pustaka
1. Anonymous. Background document : The diagnosis, treatment and prevention of thypoid fever.
Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines and Biologicals. World Health Organization.
2003.
2. AruW. Sudoyo, Bambang S, Idrus A, Siti S. Demam tifoid : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid II.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008
3. Kalra SP, Naithani N, Mehta SR, Swamy AJ. Current trends in the management of typhoid fever. MJAFI
2003;59:130-5.

Hasil pembelajaran:
1. Definisi thypoid fever
2. Mendiagnosis thypoid fever
3. Penatalaksanaan terapi dan edukasi pada pasien thypoid fever

1. Subjektif : Pasien datang dengan keluhan panas + 7 hari, panas terus menerus, panas kadang turun tetapi
tidak sampai normal pada pagi hari dan mulai meningkat pada sore dan malam hari, panas turun dengan penurun
panas tetapi panas naik lagi.
2. Objektif : Keadaan umum : tampak lemas; kesadaran : kompos mentis; vital sign : nadi : 90 x/menit; RR :
24x/menit; suhu : 37,8 C; Pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), bibir
simetris (+), lidah kotor (+) dan hiperemis daerah lateral lidah (+), roseola (-), pernafasan simetris (+), retraksi
(-/-), Rh (-/-), Wh (-/-), S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-), bising usus (+), nyeri tekan (+), hepatosplenomegali
(-), petekie (-), akral hangat (+), parese (-/-) motoik eks atas 5/5, eks bawah 5/5, CRT <2 detik
3. Assesment :
Defiisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau thypoid fever. Thypoid fever ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Patofisiologi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang
terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang

biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di
dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan
kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi
sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
Thypoid fever disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella.
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella
(bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di
dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 20 menit,
pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur
kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak
tahan terhadap formaldehid.
Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai
struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap
fagositosis.
Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3
macam antibodi yang lazim disebut agglutinin.

Gejala klinis
Gejala klinis thypoid fever pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita dewasa. Masa
inkubasi rata-rata 10 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa
tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam
keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.
b. Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput
putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang
terjadi sopor, koma atau gelisah.
Komplikasi
Pada minggu kedua atau lebih, sering timbul komplikasi thypoid fever mulai dari yang ringan sampai yang berat
bahkan kematian. Komplikasi yang sering terjadi pada thypoid fever adalah perdarahan usus dan perforasi
merupakan komplikasi serius dan perlu diwaspadai dari thypoid fever yang muncul pada minggu ketiga.

Perdarahan usus biasanya ditandai dengan keluhan nyeri perut, perut membesar, nyeri pada perabaan,
seringkali disertai dengan penurunan tekanan darah dan terjadi syok, diikuti perdarahan saluran cerna sehingga
tampak kehitaman yang bkeluar bersama tinja.
Pemeriksaan penunjang
Kultur darah memiliki sensitivitas yang lebih tinggi pada minggu pertama dan sensivitasnya meningkat sesuai
dengan jumlah darah yang dikultur. Kultur darah merupakan diagnosis definitif pada thypoid fever dengan
isolasi dari S. Thypi dari spesimen yang diambil dari darah manusia.
Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis thypoid fever dengan mendeteksi antibodi
spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang
diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan.
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah
memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran
berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama
sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer
antibodi dalam serum. Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai
prediksi negatif sebesar 99.2%. Beberapa penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif,
ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%.
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2
menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan
dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup
D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak
mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit. Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan

tes TUBEX ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas
100% dan spesifisitas 100%. Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar
89%.9 Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena
cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.
Penatalaksanaan
Terapi
Diet yang sesuai yaitu jenis makanan padat, lunak dan cair, cukup kalori dan tinggi protein. Pada penderita
yang akut diberi bubur saring setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari baru diberikan nasi
timdilanjutkan nasi biasa setelah bebas demam 7 hari.
Obat-obatan
Kloramfenikol merupakan drug of choice untuk terapi thypoid fever dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari oral
maupun iv dalam 4 dosis selama 10 sampai 20 hari. Menurut WHO, Flurokuinolon dianggap sebagai
penatalaksanaan optimal dari thypoid fever pada dewasa. Golongan ini relatif murah dan ditoleransi baik serta
lebih efektif dibandingkan obat lini pertama seperti kloramfenikol, ampicilin, amoxilin dan trimetropi
sulfametoksazol. Flurokuinolon mencapai baik pada penetrasi jaringan, membunuh S. Thypi pada intraselular
yaitu di monosit/magkropag dan lebih aktif pada tingkat gald bladder daripada obat lain. Flurokuinolon
menghasilkan respon terapiutik yang cepat, menghilangkan demam dan gejala dalam waktu 3 sampai 4 hari.
Dari berbagai evidence di Asia, mengindikasikan bahwa flurokuinolon adalah obat yang lebih efektif untuk
penanganan thypoid fever pada anak-anak.
4. Planning
Pada pasien diberikan cairan berupa Ringer laktat sesuai kebutuhan per harinya, kemudian diberikan antibiotik
golongan sefalosporin berupa cefotaksim sebanyak 1 gram dalam dua dosis, kemudian diberikan metamizol
sebanyak 1 gram apabila panas dan diberikan h2 bloker sebanyak 25mg dalam dua dosis. Memberikan

informasi dan edukasi mengenai penyakit yang dirawat. Memberikan edukasi untuk pencegahan yaitu dengan
cara mencuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih, serta menjaga kebersihan dan tetap menjaga pola hidup sehat.

Pangkalanbun, 11 September 2014

Peserta

Pembimbing

Pendamping

dr. Hendy Buana Vijaya


Asari

dr. Agus Asari

dr. Agus

Anda mungkin juga menyukai