Anda di halaman 1dari 7

1

Kasus
Topik: Eklamsia
Tanggal (kasus):
Persenter: dr. Hendy Buana Vijaya
Tanggal (presentasi):
Pembimbing: dr. I Made Yudhi Sp. OG
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan SMF Kandungan
Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Diagnostik
Neonatus

Keterampilan
Manajemen
Bayi

Tinjauan Pustaka

Penyegaran
Masalah
Anak

Istimewa
Remaja

Dewasa

Bumil

Zzzzzzz L

Deskripsi : Perempuan remaja, 16 th dengan kejang


Tujuan:
- Mampu mendiagnosis Eklamsia
- Mampu melakukan penatalaksanaan pada pasien Eklamsia
- Mampu melakukan edukasi kepada pasien Eklamsia
Bahan
bahasan:

Tinjauan Pustaka

Cara
membahas:

Diskusi

Data pasien:
Nama klinik: RSUD Datu
beru

Riset
Presentasi dan

Kasus

Email

Audit

Pos

diskusi
Nama: Ny. Vivie Lestari

Nomor Registrasi: 005804

Telp: -

Terdaftar sejak: 20 Januari 2015

Lansia

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / gambaran klinis : Pasien diantarkan keluarganya dengan riwayat kejang-kejang di rumah.
Kejang dengan kondisi badan kaki dan tangan kaku. Setelah kejang pasien sadar dan dibawa langsung
ke Rumah Sakit. Pasien hamil 8 bulan. Pasien juga mengeluh sakit kepala. Pasien sempat dibawa bidan
dan diberi obat. Pasien hamil pertama, keluar lendir tidak ada, darah tidak ada. Riwayat ANC tidak ada
dan haid terakhir pasien lupa.
2. Riwayat pengobatan : Ada, tetapi tidak tahu nama obat.
3. Riwayat kesehatan/penyakit : Mengeluh sakit yang sama (-), HT (-)
4. Riwayat keluarga : 5. Pemeriksaan laboratorium :
Hb : 13,2 gr/dl, leukosit 14.900/ul, trombosit 256.000/ul, hematokrit 37,6%, diff count : segmen 70 %, limfosit
21 %, monosit 9 %, SGOT 56 u/l, PT 51 u/l, ureum 26 mg/dl, creatinin 0,8 mg/dl, GDS 76 mg/dl, Golongan

darah B, Urin rutin protein ++, pH 7,0, sedimen Trichomonas V (+).


Obat yang didapat : IVFD RL 20 tpm dengan MgSo4 20% 6 gr, injeksi MgSo4 20% 2 gr, po. Nifedipin 3x10 mg, po. Metildopa
3x250 mg
9. Lain-lain : Daftar pustaka
1. Sibai, B, MD. Diagnosis, prevention and management of eclampsia. Clinical expert series. Departement
of obstetric and gynecology. University of Cincinati. Ohio.
2. Anonymous. The diagnosis and management of pre-eclampsia and eclamsia. Clinical practice guideline.
Institute of obstetricians and gynaecologists, Royal college of Physicians of Irlandia 2013.
3. Clarkson J. Clinical guideline for the management of a woman with eclampsia and/or severe
preeclampsia.
4. Wagner L, MD. Diagnosis and management of preeclampsia. American Family Physician. Vol 70;12 :
2004 : 2317 2324

Hasil pembelajaran:
1. Definisi Eklamsia
2. Mendiagnosis Eklamsia
3. Penatalaksanaan terapi dan edukasi pada pasien Eklamsia

RANGKUMAN PEMBELAJARAN KASUS DEMAM TIFOID

1. Subjektif : Pasien hamil datang dengan keluhan kejang .


2. Objektif : Keadaan umum : tampak sakit sedang; kesadaran Compos Mentis; Vital sign : TD : 140/00 mmHg; Nadi
: 88x/m. Pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernafasan simetris (+), Rh (-/-), Wh (-/-),
S1 > S2 reguler, bising usus (+), DJJ : 143xm, edem (-), sianosis (-)
3. Assesment :
Hipertensi dalam kehamilan memberikan komplikasi pada semua kehamilan dan akan berlanjut menjadi
penyebab kematian pada ibu. Hipertensi pada kehamilan sering terjadi pada hampir setiap kehamilan, yaitu :
Hipertensi kronis yaitu sudah memiliki hipertensi sebelum usia kehamilan 20 minggu
Superimpos preeklamsia yaitu hipertensi yang muncul pada saat kehamilan dengan proteinuria sebelum usai
kehamilan 20 minggu.
Pre-eklamsia adalah hipertensi yang muncul setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu dengan adanya
proteinuria.
Pre-eklamsia berat adalah pre-eklamsia dengan hipertensi yang berat dan/atau dengan gejala, dan/atau
kelainan hematologi.
Eklamsia adalah kondisi kejang yang berhubungan dengan pre-eklamsia.
Eklamsia didefinisikan sebagai suatu perkembangan kejang dan/atau koma yang tidak dapat diketahui atau
jelaskan selama kehamilan dan post partum. Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam

persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat dari neurologik
dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala eklamsi.
Patofisiologi preeklamsia-eklamsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi
fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume darah, vasodilatasi, penurunan resistensi
vaskular sistemik, peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklamsia volume
plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusii organ maternal menurun, termasuk perfusis untuk jalan-uteroplasenta.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai menyebabkan
kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan
filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan
dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara
tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini
meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus
ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi
air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada
keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Untuk mendiagnosis hipertensi dalam kehamilan yaitu tekanan darah sistol lebih dari atau sama dengan
140 mmHg, sedangkan untuk tekanan darah diastol lebih dari atau sama dengan 90 mmHg dengan pengukuran
harus berdasarkan rata-rata sebanyak dua kali pengukuran pada tangan atau lengan yang sama dalam jam
yang berbeda. Adanya proteinuria > 0,3 g/ 24 jam, atau positif 1 dengan pemeriksaan menggunakan dipstik

test. Semua wanita hamil harus dilakukan pemeriksaan protein urin.


Persalinan merupakan pengobatan yang utama. Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan
selanjutnya harus berdasarkan evaluasi awal terhadap kesejahteraan ibu dan janin. Berdasarkan hal ini,
keputusan dalam penatalaksanaan dapat ditegakkan, yaitu apakah hospitalisasi, ekspektatif atau terminasi
kehamilan serta harus memperhitungkan beratnya penyakit, keadaan ibu dan janin, dan usia kehamilan. Tujuan
utama pengambilan strategi penatalaksanaan adalah keselamatan ibu dan kelahiran janin hidup yang tidak
memerlukan perawatan neonatal lebih lanjut dan lama. Managemen eklamsi yang pertama adalah mencegah
cider atau komplikas dan membertikan support untuk keadaan respiratori dan cardiovaskular. Penanganan pada
saat atau setelah kejang pada eklamsia berupa menentukan dan menjaga agar patency jalan nafas aman, serta
yakinkan oksigennasi tetap diberikan. Untuk mencegah terjadinya aspirasi akibat muntah atau lendir lakukan
posisi dekubitus dan apabila ada muntah dan sekret dilakukan suction secara berkala bila diperlukan. Setelah
itu untuk mencegah kejang selanjutnya diberikan Magnesium sulfat yang merupakan drug of choise pada
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan baik itu preeklamsia maupun eklamsia. Dosis yang digunakan 6 gr
bolus pelan 15-25 menit diikuti dengan dosis 2 gr perjam dapat melalui infus. Penanganan hipertensi yaitu
menurunkan tekanan darah baik sistol maupun diastol tetapi dalam waktu yang sama mencegah terjadinya
hipotensi yang signifikan. Diantaranya untuk tekanan sistol dipertahankan 140 mmHg dan 160 mmHg,
sedangkan diastol 90 mmHg dan 110 mmHg. Obat pilihan untuk hipertensi pada eklamsi yaitu hydralazinee
atau labetalol dengan dosis 5-10 mg, dan nifedipin 10-20 mg peroral setiap 30 menit dengan dosis maksimal 50
mg per jam.

4. Planning
Pasien datang dalam keadaan sadar yang menandakan airway dapat dipastikan aman. Pasien juga mendapatkan dukungan

respiratori dan vardiovaskular berupa pemberian oksigen dan cairan infus berupa Ringer Laktat. Pasien mendapatkan terapi
berupa MgSo4 20% dengan 2 gr bolus dan 6 gr dalam infus. Pasien jug mendapatkan obat antihipertensi berupa nifedipin 3 x
10 mg dan metildopa 3 x 250mg. Pasien juga dilakukan USG dan terminasi kehamilan melalui sectio secaria.
Pasien diberikan pengetahuan mengenai hipertensi kehamilan dan resiko resiko yang akan terjadi. Melakukan ANC lebih awal
dan rutin dapat mencegah dan mengontrol hipertensi dalam kehamilan.

Pangkalanbun, 3 Januari 2015

Peserta

dr. Hendy Buana Vijaya

Pembimbing

dr. I Made Yudhi S, Sp. OG

Pendamping

dr. Juliana

Anda mungkin juga menyukai