Anda di halaman 1dari 3

Sekitar Nisfu Sya'ban

Indeks > Masail > Aula > Tahun 1993 > 01


Di masyarakat kita masih banyak orang yang belum mengetahui tentang hal ihwal Nisfu Sya'ban;
baik berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di dalamnya maupun dasar yang kuat berkaitan
dengan perintah melakukan ibadah. Sebab, kenyataan di masyarakat banyak orang kalau
menghadapi malam Nisfu Sya'ban melakukan berbagai ibadah. Di sisi lain, ada orang yang
berpendapat bahwa melakukan ibadah seperti membaca Yasin, salat malam dan sebagainya tidak
ada dalil yang kuat. Untuk itu mohon penjelasan mengenai duduk perkara dari ibadah Nisfu
Sya'ban.
Jawaban:
Pada malam tanggal 15 Sya'ban (Nisfu Sya'ban) telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah
perjuangan umat Islam yang tidak boleh kita lupakan sepanjang masa. Di antaranya adalah
perintah memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas yang berada di Palestina ke Ka'bah
yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke delapan Hijriyah.
Sebagaimana kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah yang menjadi kiblat
salat adalah Ka'bah. Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan kiblat
salat dari Ka'bah ke Baitul Muqoddas yang digunakan orang Yahudi sesuai dengan izin Allah
untuk kiblat salat mereka. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk menjinakkan hati orangorang Yahudi dan untuk menarik mereka kepada syariat al-Quran dan agama yang baru yaitu
agama tauhid.
Tetapi setelah Rasulullah saw menghadap Baitul Muqoddas selama 16-17 bulan, ternyata
harapan Rasulullah tidak terpenuhi. Orang-orang Yahudi di Madinah berpaling dari ajakan
beliau, bahkan mereka merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi dan mereka telah bersepakat
untuk menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap berada pada kesesatan.
Karena itu Rasulullah saw berulang kali berdoa memohon kepada Allah swt agar diperkenankan
pindah kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka'bah lagi, setelah Rasul mendengar ejekan orangorang Yahudi yang mengatakan, "Muhammad menyalahi kita dan mengikuti kiblat kita. Apakah
yang memalingkan Muhammad dan para pengikutnya dari kiblat (Ka'bah) yang selama ini
mereka gunakan?"
Ejekan mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 143:

.
Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu, melainkan agar kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot

Dan pada akhirnya Allah memperkenankan Rasulullah saw memindahkan kiblat salat dari Baitul
Muqoddas ke Ka'bah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144.
Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam pada malam Nisfu Sya'ban adalah membaca
surat Yasin tiga kali yang setiap kali diikuti doa yang antara lain isinya adalah:
"Ya Allah jika Engkau telah menetapkan aku di sisi-Mu dalam Ummul Kitab (buku induk)
sebagai orang celaka atau orang-orang yang tercegah atau orang yang disempitkan rizkinya
maka hapuskanlah ya Allah demi anugerah-Mu, kecelakaanku, ketercegahanku, dan kesempitan
rizkiku.."
Bacaan Yasin tersebut dilakukan di masjid-masjid, surau-surau atau di rumah-rumah sesudah
salat maghrib.
Sebagian dari orang-orang yang mengaku ahli ilmu telah menganggap ingkar perbuatan tersebut,
menuduh orang-orang yang melakukannya telah berbuat bid'ah dan melakukan penyimpangan
terhadap agama karena doa dianggap ada kesalahan ilmiyah yaitu meminta penghapusan dan
penetapan dari Ummul Kitab. Padahal kedua hal tersebut tidak ada tempat bagi penggantian dan
perubahan.
Tanggapan mereka ini kurang tepat, sebab dalam syarah kitab hadist Arbain Nawawi diterangkan
bahwa takdir Allah swt itu ada empat macam:
1. Takdir yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana
Nabi Muhammad saw bersabda:


"Tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka, yaitu orang yang telah ditetapkan
dalam ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang celaka."
2. Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini mungkin dapat berubah, sebagaimana
firman Allah dalam surat ar-Ra'du ayat 39 yang berbunyi:
.
"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki,
dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz)."
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengucapkan dalam doanya yaitu
"Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka hapuslah
kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia".
3. Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur,
pekerjaan, kecelakaan, dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.

4. Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu yang
telah ditentukan. Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan:
"Sesungguhnya sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek dan
mengubah menjadi bahagia." Dalam salah satu hadits Nabi Muhammad saw pernah
bersabda,




.

"Sesungguhnya doa dan bencana itu diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan
doa dapat menolak bencana, sebelum bencana tersebut turun."
Diantara kebiasaan kaum muslimin pada malam Nisfu Sya'ban adalah melakukan salat pada
tengah malam dan datang ke pekuburan untuk memintakan maghfirah bagi para leluhur yang
telah meninggal dunia. Kebiasaan seperti ini adalah berdasar dari amal perbuatan atau sunnah
Nabi Muhammad saw. Antara lain ada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam
Musnadnya dari Sayidah Aisyah RA, yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
"Pada suatu malam Rasulullah saw berdiri melakukan salat dan beliau memperlama sujudnya,
sehingga aku mengira bahwa beliau telah meninggal dunia. Tatkala aku melihat hal yang
demikian itu, maka aku berdiri lalu aku gerakkan ibu jari beliau dan ibu jari itu bergerak lalu
aku kembali ke tempatku dan aku mendengar beliau mengucapkan dalam sujudnya: "Aku
berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu; aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari murkaMu; dan aku berlindung dengan Engkau dari Engkau. Aku tidak dapat menghitung sanjungan
atas-Mu sebagaimana Engkau menyanjung atas diri-Mu." Setelah selesai dari salat beliau
bersabda kepada Aisyah, "Ini adalah malam Nisfu Sya'ban. Sesungguhnya Allah 'azza wajalla
berkenan melihat kepada para hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian
mengampunkan bagi orang-orang yang meminta ampun, memberi rahmat kepada orang-orang
yang memohon rahmat, dan mengakhiri ahli dendam seperti keadaan mereka."
Nabi Muhammad saw pada malam Nisfu Sya'ban berdoa untuk para umatnya, baik yang masih
hidup maupun mati. Dalam hal ini Sayidah Aisyah RA meriwayatkan hadits:
.
"Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah keluar pada malam ini (malam Nisfu Sya'ban) ke
pekuburan Baqi' (di kota Madinah) kemudian aku mendapati beliau (di pekuburan tersebut)
sedang memintakan ampun bagi orang-orang mukminin dan mukminat dan para syuhada."
Banyak hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, at-Tirmidzi, at-Tabrani, Ibn Hibban,
Ibn Majah, Baihaqi, dan an-Nasa'i bahwa Rasulullah saw menghormati malam Nisfu Sya'ban dan
memuliakannya dengan memperbanyak salat, doa, dan istighfar.

Anda mungkin juga menyukai