Anda di halaman 1dari 3

Qurban wajib dan qurban sunah

Indeks > Masail > Aula > Tahun 1993 > 16


Saya seorang yang sangat awam. Pendidikan saya sekolah umum dari SPG. Tetapi saya senang
mempelajari agama Islam. Bahkan saya berlangganan AULA.
Menurut saya, qurban wajib adalah qurban yang wajib dilaksanakan misalnya dengan sebab
nadzar. Sedangkan qurban pada dasarnya sunah. Yaitu menyembelih ternak qurban pada 10, 11,
12 dan 13 bulan Besar, seperti biasa. Orang yang qurban sunat bisa mekan dagingnya sekedar
sampai 1/3 bagian. Yang saya belum jelas begini, Pak.
Suatu misal, saya beli kambing (akan saya jadikan qurban). Tiba-tiba tetangga saya bertanya:
'Beli kambing untuk apa pak? Saya menjawab untuk saya jadikan qurban.
Nah, kata pak Kyai tetangga saya, karena saya sudah berkata seperti jawaban diatas, qurban saya
telah berubah menjadi qurban nadzar. Saya lalu heran, mengapa barang yang asalnya sunat
(qurban sunat) hanya karena saya katakan saja sudah berubah menjadi qurban nadzar yang
sifatnya wajib. Karena sudah menjadi wajib, barang tentu saya tidak bisa makan dagingnya
barang sedikitpun.
Timbul pertanyaan dalam hati. Salat tahajud itu sunat. Misalnya karena sudah berkata 'nanti
malam saya akan salat tahajud' apakah salat tahajud yang tadinya sunat bisa berbah menjadi
wajib? Hanya karena sudah saya katakan sebelumnya?
Yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah betul kata Pak Kyai tetangga saya itu?
2. Apakah barang sunah karena sudah dikatakan seperti tadi bisa berubah menjadi wajib?
3. Bagaimana caranya supaya qurban sunah bisa terhindar dari wajib, sehingga saya bisa
makan dagingnya hingga 1/3 bagian?
Jawaban
1. Karena pertanyaan saudara sangat erat hubungannya dengan masalah nadzar maka
sebaiknya kita tinjau dulu bagaimana nadzar bisa terjadi.
a. Penjelasan kitab Bajuriy juz 2 halaman 329:


:
...

Rukun-rukun nadzar ada tiga: 1. orang-rang yang nadzar 2. perkara yang


dinadzari 3. sighat (ucapan yang menunjukkan nadzar)' Dalam masalah sighat,
adalah adanya lafal (ucapan) yang menunjukkan adanya penetapan dan dalam
pengertian penetapan (mewajibkan) ini adalah keterangan bab dlaman
(tanggungan). Yaitu seperti kata 'Demi Allah wajib atasku perkara seperti ini
atau wajib atasku perkara seperti ini. Maka sighat tidak sah hanya sekedar niat
(tanpa diucapkan), sebagaimana juga tidak sah semua aqad hanya dengan niat.
Juga tidak sah sighat yang tidak menunjukkan penetapan (mewajibkan) seperti
ucapan: 'Saya melakukan seperti ini'.
b. Kitab Tadzhib halaman 254:
...

...
.. .

'Pengertian nadzar secara syara' berarti janji melakukan kebaikan tertentu atau
menetapkan (mewajibkan dirinya) melakukan perkara yang digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah, yang perkara tersebut pada hukum asalnya tidak
wajib' Yang kedua: adanya nadzar tersebut tidak diambangkan/digantungkan
pada sesuatu seperti ucapan: 'Demi Allah, wajib bagiku puasa atau haji atau
yang lainnya.
2. Selanjutnya marilah kita perhatikan ucapan-ucapan Jumhurul Ulama' (mayoritas ulama)
pada keterangan di bawah ini mengenai nadzar dan qurban:
a. Kitab Bajuriy juz 2 halaman 310:

:

, ,


...


.
Yang termasuk qurban nadzar sebenarnya adalah seperti apabila seseorang
berkata: 'Demi Allah wajib atasku berqurban dengan ini' maka ucapan itu jelas
sebagai nadzar sejak awal. Hal ini sebagaimana apabila seseorang berkata
'Demi Allah wajib atasku qurban" atau secara hukum sebagai nadzar. Seperti
bila seseorang berkata: Ini adalah hewan qurban' atau diucapkan 'Aku
menjadikan ini sebagai hewan qurban'. Maka ini adalah wajib disebabkan kata
'menjadikan', akan tetapi dalam konteks hukum yang dinadzari.
b. Kitab Bajuriy juz II halaman 305

,

...

,

: ... :


.

'Dari perkataan orang-orang, 'Ini adalah hewan qurban,' maka hewan qurban
tersebut menjadi wajib. Tersebab perkataan itu haram hukumnya memakan
dagingnya. Tidak diterima alasan (atas perkataan itu) mereka 'Aku
menghendakinya sebagai qurban sunah' Hal ini berbeda dengan pendapat
sebagian ulama. Imam Sibromalisi berkata: '(Tetapi) bagi orang awam (orang
yang belum mengetahui hukum ucapan tersebut) mudah untuk dimaafkan.
Perkataan Imam Sibromalisi ini mudah untuk difahami (diterima)' Memang
demikianlah hukumnya, namun qurban tidak menjadi wajib sebab ucapan orang
waktu menyembelihnya: Ya Allah ini adalah hewan qurbanku, maka semoga
Engkau menerimanya dariku, wahai Dzat Yang Maha Mulia'.
c. Kitab Sulaiman Kurdi juz 2 halaman 204







.

Al Allamah As Sayid Umar Al Bashriy berkata dalam komentar atas kitab
Tuhfatul Muhtaj: Seyogyanya letak status nadzar itu ialah selagi tidak bermaksud
memberi kabar. Kemudian jika memang bermaksud memberi kabar, 'Kambing ini
yang saya maksudkan untuk qurban', maka tak ada penentuan dan berlaklkan
jawaban. Demikian pula dalam peristiwa yang terjadi pada seorang yang naif
ini, yakni seseorang membeli kambing untuk digunakan qurban lalul bersua
dengan seseorang lain kemudian bertanya: 'Apa ini?' Maka jawab si orang tadi:
'Qurbanku'.
3. Dari keterangan-keterangan tersebut, maka dapat dijelaskan di sini, bahwa pertanyaan
Anda yang pertama mengenai pendapat Pak Kyai tetangga saudara itu bisa dianggap
benar. Karena jawaban saudara ada kata 'menjadikan', yang mempunyai makna sama
dengan nadzar. Kata menjadikan yang berkonotasi mewajibkan hewan tersebut untuk
qurban (Bajuri 2:310). Akan tetapi bisa juga jawaban Anda itu tidak mengubah qurban
Anda menjadi nadzar karena ketidaktahuan Anda. Hal tersebut berpegang pada pendapat
Imam Syibromalisi dan pendapat Sayid Umar al-Bashriy: bahwa jawaban saudara
tersebut hanya bermaksud memberi kabar.
4. Untuk pertanyaan Anda yang kedua, bisa membaca lagi keterangan masalah nadzar tadi.
5. Untuk pertanyaan ketiga, Anda bisa berpegang pada keterangan Sayid Umar al-Bashriy.
Yang perlu diingat, beribadah itu tidak sulit dan tak perlu dipersulit. Niatlah yang ikhlas semata
karena patuh kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai