Laporan Pendahuluan Lansia
Laporan Pendahuluan Lansia
Disusun Oleh :
Octavia Nur Aini Wahyudi
Definisi
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985).
Jumlah lansia-berusia 65 tahun atau lebih di negara kami meningkat dengan pesat dalam
dua dekade terakhir ini, dua kali lipat dari sisa populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9
juta orang berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan 9,8 persen dari seluruh populasi.
Menjelang tahun 1990, menurut angka-angka sensus, populasi lansia berkembangan
hingga angka 31,7 juta (12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020, 17,2
persen penduduk negara ini berusia 65 tahun atau lebih (gambar 1). Informasi tentang
usia populasi menyatakan penduduk yang lebih tua populasi 85 tahun ke atas secara
khusus tumbuh dengan cepat. Populasi berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta
jiwa pada tahun 1980. Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan berjumlah
hingga 7,1 juta jiwa (2,7 persen dari seluruh populasi). Akibat dari semakin majunya
pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan, lebih banyak orang yang diharapkan
dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena bertambahnya populasi lansia, maka
semakin mungkin orang-orang yang lebih tua akan memiliki minimal 1 orangtua yang
masih hidup (Biro Sensus Amerika, 1984)
15
10
5
1940 1950 1960 1970 1980 1990
Tahun
Gambar 1. Pertumbuhan Populasi lansia di Amerika Serikat, persentase populasi
diatas 65 tahun (Biro Sensus Amerika Serikat, 1991).
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia.
Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan
tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumbersumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan
status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya
memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan anteseden
penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga
kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai
menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa
berpikir positif terhadap kehidupan ini.
2.
masa jaya kaum muda. Oleh karena itu, kaum dewasa, dengan berdandan, berpakaian,
dan bergaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka selama mungkin.
Penuaan sering diartikan sebagai hilangnya rambut, teman-teman, aspirasi dan kekuatan.
Bagi komunitas dengan keluarga individu dan keluarga besar, menangani lansia
mempunyai konotasi negatif, seseorang dibebani dengan perasaan yang menyusahkan
dengan masalah-masalah yang menekan. Disamping itu, masyarakat juga tidak
membiarkan kebanyakan lansia tetap produktif. Oleh karena itu, penilaian masyarakat
yang negatif terhadap lansia mempengaruhi citra diri mereka.
Namun sekarang banyak asosiasi dan banyak literatur menyokong dan melukiskan
kekuatan, sumber-sumber dan aspek-aspek positif dari penuaan. Hal ini sering
mengurangi pemikiran negativisme dan stereotipe tentang lansia dan membantu kita
mengenali asset lansia dan keanekaragama gaya hidup yang menyolok dikalangan
kelompok lansia ini.
Sikap kita terhadap penuaan dan lansia, meskipun masih negatif, tampaknya muluai
berubah. Studi-studi belakangan ini yang dilakukan untuk meneliti sikap masyarakat
terhadap lansia telah mengakui bahwa lansia dipandang secara positif (Austin, 1985 ;
Schonfield, 1982). McCubbin dan Dahl (1985) melaporkan bahwa banyak pengamat
percaya bahwa lansia telah memperoleh kembali kehormatan di Amerika Serikat.
Generasi baru lansia berpendidikan lebih baik, lebih makmur, lebih sehat, dan lebih aktif
daripada generasi lansia sebelumnya mendefinisikan kembali pemikiran tentang menjadi
tua. Perubahan dalam sikap ini sebaliknya akan memperkokoh citra kaum lansia
terhadap diri mereka sendiri.
3.
ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas
lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini
meliputi :
a.
kemudian
menyesuaikan
terhadap
ketergantungan
ekonomi
Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian
dipaksa pindah ke tatanan institusi.
c.
d.
perasaan produktifitas.
e.
4.
Pensiun
Dengan hilangnya peran sebagai orangtua dan kerja, maka perlu ada suatu reorientasi
5.
dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Perumahan setelah pensiun seringkali menjadi
masalah. Dalam tahun-tahun segera setelah pensiun, pasangan tetap tinggal di rumah
hingga pajak harta benda, kondisi tetangga, ukuran dan kondisi rumah atau kesehatan
memaksa mereka mencari akomodasi yang lebih sederhana. Meskipun mayoritas lansia
memiliki rumah sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah tersebut telah tua dan
rusak dan banyak yang terletak di daerah-daerah tingkat kejahatan yang tinggi dimana
lansia kemungkinan besar menjadi korban kejahatan. Seringkali, lansia tinggal di rumah
ini karena tidak ada pilihan yang cocok (Kalish, 1975). Namun demikian, lansia yang
tinggal di rumah mereka sendiri, umumnya menyesuaikan diri lebih baik dari pada yang
tinggal di rumah anak-anak mereka. Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka
karena penurunan kesehatan dan status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini
terbukti merupakan suatu pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata, 1973).
Tabel 11. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa
pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan
Keluarga
Keluarga Lansia
pengaturan
hidup
yang
pendapatan
yang
memuaskan.
2. Menyesuaikan
terhadap
menurun.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan
diri
terhadap
kehilangan
pasangan.
5. Mempertahankan
ikatan
keluarga
antar
generasi.
6. Meneruskan
untuk
memahami
eksistensi
lingkungan baru dapat berpengaruh positif terhadap lansia. Namun demikian, sejumlah
temuan menyatakan bahwa ketika orang-orang lansia pindah, sering mengakibatkan
kemerosotan kesehatan (Lawton, 1985).
Hanya sekitar 5 persen lansia yang tinggal dalam institusi. Kelemahan memaksa
lansia masuk panti perawatan dan rumah pensiun karena kurangnya bantuan di rumah.
Penyediaan bantuan secara penuh di rumah atau, yang lebih mungkin, pelayanan
kesehatan paruh waktu dan pelayanan rumah tangga lewat lembaga kesehatan rumah dan
lembaga pelayanan rumah tangga, dirasa lebih manusiawi dan bersifat protektif terhadap
kebutuhan-kebutuhan lansia untuk tetap berada di rumah sendiri dan tetap
mempertahankan kemadiriannya selama mungkin, dan juga jauh lebih murah dari pada
dimasukkan ke dalam institusi. Meskipun sulit, seringkali salah satu pasangan dan/atau
anak-anak yang sudah dewasa dari pasangan tersebut (atau orangtua yang masih hidup)
harus memutuskan cara terbaik yang ditempuh pelayanan kesehatan di rumah, panti
pensiunan, panti perawatan, atau tinggal dengan anak-anak yang telah dewasa.
Tugas perkembangan yang kedua bagi keluarga lansia adalah penyesuaian terhadap
pendapatan yang menurun. Ketika pensiun, terjadi penurunan pendapatan secara tajam
dan seiring dengan berlalunya tahun, pendapatanpun semakin menurun dan semakin tidak
memadai karena terus naiknya biaya hidup dan terkurasnya tabungan. Pada tahun 1989,
seperlima dari populasi Amerika Serikat tergolong miskin atau hampir miskin (AARP,
1990).
Secara substansial, lansia kurang memiliki pendapatan dalam bentuk uang kontan
dibandingkan dengan mereka yang berumur 65 tahun. Kaum lansia amat sangat
tergantung pada keuntungan dan asset pendapatan Jaminan Sosial (Social security). Lebih
banyak lansia wanita yang cenderung miskin ; hampir 71,8 persen dari seluruh populasi
lansia adalah wanita. Kaum lansia dari kalangan kulit hitam dan hispanik cenderung
memiliki pendapatan dan pendapatan rata-rata jauh lebih sedikit dari rekan mereka dari
golongan kulit putih (U.S Senate Special Committee on Aging, 1987-1988).
Karena sering munculnya masalah-masalah kesehatan jangka panjang, pengeluaran
kesehatan merupakan masalah finansial yang utama. Kaum lansia lebih banyak
menghabiskan uang untuk perawatan kesehatan baik dalam nilai riil dollar maupun
dalam bentuk persentase total pengeluaran bila dibandingkan dengan yang bukan lansia.
Medicare tentu saja mengurangi sebagian dari masalah ini, tapi masih belum bisa
diprediksi dan masih banyak pengeluaran dengan uang sendiri yang harus dibayar.
Misalnya bagian B dari Medicare meliputi hanya 80 persen dari biaya yang layak untuk
pelayanan medis. Karena tipe dari sistem pembayaran biaya atas pelayanan (fee for
service), banyak dokter akan menyuruh pasiennya untuk kembali beberapa kali dari pada
yang dibutuhkan untuk memberikan perawatan medis yang efektif dan aman. Medicaid
juga disediakan untuk mereka yang tergolong fakir miskin dan memenuhi kualifikasi
Supplementary Security Income (SSI). Program asuransi kesehatan ini melengkapi
cakupan Medicare.
Karena umur harapan hidup meningkat, lebih banyak lagi lansia yang hidup
bertahun-tahun dengan masalah kesehatan. Meskipun wanita hidup lebih lama dari pada
pria, dan kesenjangan umur harapan hidup antara pria dan wanita meningkat, banyak pula
pasangan menikah yang dapat bertahan hidup lebih lama. Masalah-masalah perawatan
bagi pasangan lansia lebih sulit dari pada pensiunan janda. Sedikit pertimbangan
diberikan bagi unit keluarga dalam tahap siklus kehidupan ini, selama orang tersebut
memiliki kemungkinan dalam kemiskinan sebagai akibat dari biaya kesehatan yang
meninggi dan masalah-masalah sosial.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang merupakan tugas perkembangan yang
ketiga, menjadi penting dalam kebahagiaan keluarga. Perkawinan yang dirasakan
memuaskan dalam tahun-tahun berikutnya biasanya mempunyai sejarah positif yang
panjang, dan sebaliknya. Riset membuktikan bahwa perkawinan mempunyai kontribusi
yang besar bagi moral dan aktifitas yang berlangsung dari kedua pasangan lansia (Lee,
1978).
Salah satu mitos tentang lansia adalah bahwa dorongan seks dan aktivitas seksual
mungkin tidak ada lagi (atau tidak boleh ada). Akan tetapi, sebuah riset memperlihatkan
kebalikannya. Studi-studi semacam ini menemukan bahwa meskipun terjadi penurunan
kapasitas seksual secara perlahan-lahan, namun keinginan dalam kegiatan seksual terus
ada bahkan meningkat (Lobsenz, 1975). Sehat sakit kadang-kadang menurunkan
dorongan seksual, tapi biasanya, menurunnya aktifitas seksual disebabkan oleh masalahmasalah sosio emosional.
Penyesuaian
diri
terhadap
kehilangan
pasangan,
yang
merupakan
tugas
Masalah-Masalah Kesehatan
Berdasarkan laporan tahun 1987-1988 yang dikeluarkan oleh US. Senate Special
Tinjauan Pustaka
a.
Gout (asam urat) adalah senyawa sukar larut dalam air yang merupakan
hasil akhir metabolisme purin (Damayanti, 2012).
Gout adalah sekelompok kondisi inflamasi kronis yang berhubungan
dengan defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan
hiperuresemia (Brunner&Suddart, 2013).
Gout adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini
biasanya akan dikeluarkan dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan
dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun
pada persendian-persendian di tempat lainnya termasuk diginjal itu sendiri
dalam bentuk kristal-kristal (Sandjaya,2014).
2) Tanda gejala
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
sebagi berikut:
a. Kesemutan dan linu
b. Nyeri hebat terutama malam hari, sehingga penderita sering terbangun
saat tidur
c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma,konsumsi alkohol, diet, stress,
pembedahan.
d. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 sampai 10 hari
tanpa terapi.
e. Serangan selanjutya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulanatau
bertahun-tahun,pada
waktunya
serangan
cenderung
terjadi
3) Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, gout dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui (idiopatik)
secara signifikan. Ada dugaan penyebab penyakit ini berkaitan
dengan kombinasi factor genetic dan factor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatakan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
b.
disebabkan
oleh
persendian.
Faktor khusus
1) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses
penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan
factor usia, dimana usia dia atas 40 tahun beresiko besar terkena
asam urat.
2) Faktor dari luar
Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan
minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat seperti
makanan yang mempunyai kadar karbohidrat dan protein tinggi.
Makanan dan minuman yang memiliki kadar karbohidrat dan
protein tinggi diantaranya adalah kacang-kacangan, emping,
melinjo, daging ( terurama jero-jeroan) ikan, coklat, kopi, teh, dan
minuman cola.
3) Faktor lainnya
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan) penyakit
kulit(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat
kadar benda keton(hasil buangan metabolism lemak) yang
meninggi.
4) Patofisiologi
Pada penyakit gout, terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek
rnal yang menyebabkan penurunan ekresi asam urat, atau kombinasi
keduanya. Hiperuresemia primer mungkin disebabkan oleh diet hebat atau
kelaparan, asupan makanan tinggi purin (kerang, dagung organ) secara
berlebihan.
Pada
kasus
hiperuresemia
sekunder,
gout
merupakan
asam urat, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan
arthitis atau peradangan yang khas.
Selanjutnya penderita akan sering mendapatkan serangan(kambuh)
yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin
lama rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah
sendi yang terserang makin banyak. Pada tahap ini penderita baru
menyadari kalau sudah terkena serangan gejala asam urat.
c. Tahap ketiga(tahap artitis gout kronik bertofus)
Tahap ini disebut sebagai tahap arthitis gout kronik bertofus. Tahap
ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih.
Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus.
Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi bersuk seperti kapur yag
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Tofus pada
kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita
tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
5) Komplikasi
a.
(Brunner&Suddart, 2013).
Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal,
gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi
sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat
meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana
urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.
Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat
pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik (Brunner&Suddart, 2013).
6) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner&Suddart (2013) pemeriksaan yang harus dilakukan,
yaitu :
a.
diatas
mg/dl.
Pemeriksaan
ini
c.
d.
urat di persendian.
Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat
meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800
mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung
semua urin dengan tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
1. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tophi menggunakan jarum kristal
2.
7) Penatalaksanaan
a.
yaitu
menghambat
polimerasi
tubulin
sehingga
fagositosis
granulosit
neutrofil
berinti
polomrf,
Alopurinol (Zyloric)
Obat ini bekerja dengan menghambat xanthin okside, enzim
yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi
asam urat. Namun, obat ini memiliki efek samping terutama
gangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta
kerusakan hati dan ginjal.
3.
Benzbromaron (Narcaricin)
Benzbromaron bersifat urikosurik dengan cara menyerap
kembali asam urat di tubulus proximal. Ekskresinya diperbanyak
dan kadar asam urat dalam darah menurun. Efek samping berupa
gangguan lambung-usus (diare), reaksi alergi kulit, nyeri kepala,
kulit ginjal, sering berkemih. Overdosis mengakibatkan mual dan
muntah, hepatitis dan gangguan fungsi ginjal.
4.
banyak
mengandung
lemak
seperti
santan
(Krisnatuti, 2010).
2.
3.
Olahraga
ATP
(Adenosin
Tripospat)
di
hati,
sehingga
2.
Pengkajian
b.
Diagnosa keperawatan
c.
Rencana keperawatan
d.
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA