KAMAR STERIL
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013
RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO BATU
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
Daftar isi...........................................................................................................
ii
11
12
12
12
12
4.6. Pelaporan...................................................................................................
13
13
13
14
ii
14
14
14
14
15
15
15
15
17
17
17
17
19
20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.
salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. untuk mencapai keberhasilan tersebut
maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Instalasi pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang panting
untuk mengendalikan infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian
infeksi. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, pusat sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lainnya yang ada dirumah sakit. apabila terjadi
hambatan pada salah satu unit tersebut maka pada akhirnya akan mengganggu
proses dan hasil sterilisasi.
Bila ditinjau dari volume alat dan bahan yang harus disterilkan dirumah
sakit sedemikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu
instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri. Instalasi pusat sterilisasi bertugas
untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas
dari semua mikroorganisme termask endospora secara tepat dan cepat.
1.2
Tujuan Pedoman.
Tujuan pedoman ini dibuat sebagai acuan/ standar bagi kamar steril dalam
1.3
melayani dan membantu semua unit di rumah sakit yang membutuhkan barang
dan alat medic dalam kondisi steril.
1.4
Batasan Operasional.
Pengelolaan peralatan di instalasi pusat sterilisasi rumah sakit baptis
meliputi:
1. Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan
diruang perawatan.
2. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik
sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi.
3. Pengeringan: dilakukan sampai kering.
4. Inspeksi dan pengemasan: setiap alat bongkar pasang harus diperiksa
kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan
densitas maksimumnya.
5. Member label: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan
isi dari kemasan , cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa
proses sterilisasi.
6. Sterilisasi: sebaiknya diberikan kepada staf yang terlatih.
7. Penyimpanan: harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan yang baik.
1.5 8. Distribusi: dapat dilakukan berbagai system distribusi sesuai dengan
rumah sakit masing-masing.
Landasan Hukum.
1. Undang undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI
tahun 2004
3. Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C,
Departemen Kesehatan RI Tahun 2007
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1
2.1
2.
3.
NAMA JABATAN
PENDIDIKAN
D3 keperawatan
Minimal SMU
SERTIFIKASI
JUMLAH
KEBUTUHAN
Pengalaman kerja
minimal 5 tahun
- Pelatihan interna
- Minimal kerja 3
tahun
2.1.1. Pola Ketenagaan Laundry
No.
Jenis Pendidikan
Pendidikan/sertifikasi
Jumlah Tenaga
1.
D3 keperawatan
2.
Minimal SMU
Jabatan
1.
Ka. Sub. Unit kamar
steril
Fungsi
Jadwal kerja
Manajerial
Senin-sabtu
(mengikuti jam
dinas Kamar
steril)
2.
Tenaga kamar
Senin jumat
steril
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.
3.1. Denah Ruang.
(Ada pada lampiran)
Harus
mudah
dibuka
dan
isinya
mudah
menyebabkan kontaminasi.
b. Syarat bahan pengemas:
-
Mudah digunakan.
diambil
tanpa
b.
c.
d.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
3.
4.1. Menejemen kamar steril.
4.1.1. Administrasi Dan Pengelolaan
a. Rumah sakit menetapkan Instalasi pusat sterilisasi sebagai koordinator
pelayanan kamr steril sesuai dengan struktur organisasi kamar steril.
b. Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam pedoman organisasi
instalasi pusat sterilisasi.
c. Tindakan pengelolaan alat steril dilaksanakan kerjasama antara kamar
steril dan unit terkait yang membutuhkan alat steril.
d. Peyananan pensterilan alat dilakukan oleh petugas / pekerja kamar
steril sesuai dengan tugasnya.
10
1) Tugas
(a) Mengkoordinasi kegiatan pelayanan kamar steril sesuai dengan
sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang
tersedia
(b) Melakukan koordinasi dengan bagian/ instalasi terkait.
(c) Mengawasi pelaksanaan pelayanan kamar steril setiap hari.
(d) Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
kamar steril.
(e) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan
kegiatan berkala.
2) Tanggung Jawab
(a) Menjamin
kompetensi
sumber
daya
manusia
yang
11
2.
infeksius,
pembersihan
mesin
setelah
proses
12
sterilisasi,
4.6. Pelaporan.
Pelaporan hasil kamar steril dalam bentuk hard copy dan soft copy. Dibuat
dalam laporan kinerja dan laporan bulanan.
13
BAB V
LOGISTIK
2.
3.
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.
6.1. Pengertian
Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana pasien bebas dari
harm atau cedera, yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian dan lainnya, yang seharusnya tidak terjadi.
7.
harus
ditaati, tidak ada kesalahan pemberian bahan desinfektan, pencucian yang bersih
sehingga pasien merasa nyaman dan bebas dari efek samping yang ditimbulkan
dari pengelolaan alat yang tidak benar.
6.2. Tujuan
Memenuhi standar keselamatan pasien melalui pemakaian alat steril oleh pasien
tanpa menimbulkan efek samping yang ditimbulkan dari pengelolaan alatyang
tidak benar.
b.
c.
d.
e.
15
a.
f.
g.
h.
16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1
Pengertian
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman , sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas kerja .
Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) dan Kecelakaan Kerja ( KK ) di kalangan
petugas kesehatan belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dibeberapa negara maju dari beberapa pengamatan
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi.Sebagai factor penyebab
adalah kurangnya kesadaran pekerja, serta kualitas ketrampilan pekerja yang
kurang memadai, sehingga meremehkan resiko kerja, contohnya tidak
menggunakan APD pada saat pengambilan cairan enzymatic dan desinfektan
serta pengelolaan alat.
7.2
Tujuan
Tujuan dari Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah supaya
setiap pekerja kamar steril aman dari kecelakaan akibat kerja, termasuk aman dari
paparan cairan tubuh yang infeksius dan zat-sat kimia lainnya.
7.3
Tata Laksana.
1.
Gedung.
a.
b.
c.
17
d.
e.
f.
2.
3.
b.
4.
Monitoring Kesehatan
a.
b.
18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
JENIS PELAYANAN
Pelayanan
Input
laundry
Proses
Output
19
INDIKATOR
1. Ketersediaan pelayanan
kamar steril
2. Adanya Penanggung
jawab pelayanan kamar
steril
3. Ketersediaan fasilitas dan
peralatan kamar steril
4. Ketepatan pengelolaan
alat kotor sesuai SPO
5. Ketepatan waktu
penyediaan alat steril
untuk unit pelayanan.
6. Inventarisasi peralatan
steril di setiap unit.
STANDAR
Tersedia
100%
Ada SK Direktur
Tersedia
100 %
100 %
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan kamar steril mempunyai peranan penting untuk
pedoman kerja bagi kamar steril dalam memberikan pelayanan pengelolaan dan
pensterilan alat untuk memenuhi kebutuhan pasien, sehingga mutu dan
keselamatan pasien yang memakai alat RS dapat terjamin. Pedoman ini dapat
digunakan juga sebagai acuan kerja bagi tenaga kamar steril.
Penyusunan pedoman pelayanan kamar steril ini adalah merupakan langkah
awal sebagai suatu proses yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan
kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan kamar
steril dan tujuan rumah sakit.
20