A.
PENGAMBILAN
CONTOH
TANAH
TIDAK
ASLI
(DISTURBED
SAMPLING)
I. MAKSUD
Yaitu untuk mendapatkan suatu contoh tanah (yang tidak usah dijaga
keaslian
strukturnya),
yang
mana
dapat
dipergunakan
untuk
II. PERALATAN
1. Cangkul.
2. Sendok semen.
3. Kantong plastik/ Karung Plastik.
4. Timbangan ( Neraca ).
5. Saringan No.4
6. Wadah.
7. Tali rafia.
8. Linggis
IV.
JALAN PERCOBAAN
1. Bersihkan
10 sampai 20 cm.
2. Gali tanah itu secara merata dan masukkan kedalam karung yang
telah tersedia sebanyak
tanggal
bulan
dan
tahun,
kemudian
disimpan
untuk
pemeriksaan selanjutnya.
MAKSUD
2
mendapatkan
II. PERALATAN
1. Stick aparat dan kunci arit
2. Mata tabung, alat penumbuk atau palu godam
3. Tabung contoh (Shelby tube sampler) sebanyak 3 buah dan paraffin
4. Seperangkat pipa bor ( 10 buah), Kunci-kunci pipa (2 buah),
dongkrak beserta tangkainya, baja kanal
5. Mata bor ( Iwan ), stang pemutar beserta pipa pemutar (2 buah),
6. Extruder horizontal
7. Pisau atau parang
8. Kantong plastik
9. Linggis
10. Oli Mesran
11. Sabun
12. Sikat kasar
14. Lap pel
15. Minyak Tanah (bensin) 10 liter
III.
JALAN PERCOBAAN
1. Mula-mula buanglah lapisan rumput 80 x 80 cm, dengan tebal
20cm.
2. Pasang mata bor pada stang bor.
3. Masukkan mata bor yang sudah dipasang stang pada lubang yang
sudah digali sedalam 20 cm, dan
4. Putarlah stang bor dengan pemutar stang searah jarum jam dan
berikan beban diatasnya, agar pengeboran lebih cepat masuk
kedalam tanah.
5. Pengeboran ini setiap kedalaman 20 cm kita keluarkan mata
bornya, lalu kita periksa jenis lapisan tanah dan warnanya, dengan
cara masukkan sekepal contoh tanah kedalam kantong plastik,
diberi label, kedalaman, nomer, titik bor, lokasi nama proyek,
tanggal, bulan dan tahun pengeboran. Lakukan pemboran terus
sampai kedalaman dimana kita bisa mengambil contoh tanah
tersebut.
6. Setelah sampai pada kedalaman yang diinginkan, mata bor kita
lepaskan dari stang bor.
7. Lalu sambungkan pada stang bor tadi tabung contoh yang sudah
terlebih dahulu dipasang pada mata tabungnya.
8.
9.
tabung
sebelum
mencabutnya kembali.
10.
11.
Tuliskan label pada tiap tabung contoh, dengan spidol. Pada label
tersebut dituliskan ; nomor titik bor dan kedalaman contoh tanah
4
asli. Contoh tanah tersebut harus terhindar dari gangguangangguan, benturan-benturan, panas, jatuh dan sebagainya.
IV.
CATATAN
Gambarkan peta lokasi pemboran dan gambarkan pula lapisan
serta jenis tanah pada lapisan tanah tersebut.
BAB II
KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR
I. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui perlawanan penetrasi
konus dan hambatan lekat.
Perlawanan penetrasi konus (tahanan konus) : adalah perlawanan
ujung konus yang dinyatakan dalam kg/cm 2.
Hambatan Lokal : adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung
bikonis dalam kg/cm2.
Jumlah hambatan lekat : Jumlah perlawanan geser tanah dari
permukaan tanah sampai kedalaman tertentu dinyatakan dalam kg/cm
keliling konus.
II. PERALATAN
a. Mesin sondir ringan kapasitas 2 ton
Type ganda (Dutch Cone Penetration Apparatus).
b. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dan sesuai dengan
kebutuhan, dengan panjang
j. Sikat kasar
k. Lap pel
l. Castrol oil, kunci pas dan kunci hidrolik
m. Sabun
n. Gemuk
o. Minyak tanah (bensin) 10 liter
p. Bensin 10 liter
pertama dan
semua
beserta
pipa beserta
bikonis sedalam 20 cm ke
dalam tanah.
f. 1. Pada waktu siap membaca, tungkai yang dekat manometer, dekat
ujung atas pipa paling atas dirubah posisinya, sehingga penekanan
hanya menekan batang dalam dari pipa sondir, yang hanya akan
menggerakkan ujung konus dan selimut gesernya.
Pembacaan dilakukan dua kali setelah pembacaan pertama,
yaitu
tertekan,
tahanan geser.
IV.
PERHITUNGAN
a. Hambatan Lekat (HL), dihitung dengan menggunakan rumus :
HL JP PK
Local Friction
A
B (tak berdimensi)
JP PK
1
B
Bacaan ke 2 Bacaan ke 1
Kg Cm 2
Luas Se lim ut Geser Luas Horisontal Ujung Konus
b. Buatlah Grafik :
i.
terhadap
kedalaman dalam m.
ii. Persen dari Hambatan Lekat Lokal (Local Friction), q f terhadap qc ,
yang disebut Friction Ratio (FR). FR = ( qf / qc ) x 100 %.
iii. Jumlah Hambatan Lekat (JHL) terhadap kedalaman dalam satu
lembar grafik yang sama.
V. PELAPORAN
a. Lokasi titik sondir, nomer titik sondir dan identifikasi lainnya.
b. Titik nol sondir harus diikat terhadap suatu titik tetap.
c. Laporan Grafik berupa :
i.
ii.
iv.
VI. CATATAN
a. Keuntungan yang diperoleh alat ini adalah :
i.
ii.
Dapat
berbatu.
ii.
iii. Hasil
harus
Ukuran-ukuran
standard yang
berlaku.
d. Apabila alat sondir terangkat sedangkan penunjukkan manometer
belum mencapai maksimum, maka pada alat tersebut diberikan
pemberat, yang dapat berupa tumpukan karung-karung pasir/tanah,
balok-balok baja profil dan lain-lain.
10
BAB III
KADAR AIR
(Water Content, Moisture Content, )
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air
tanah.
PERALATAN
a.
b.
c.
III.
Neraca :
i.
ii.
iii.
d.
Desikator.
e.
Sabun
BENDA UJI
11
ketelitian
a. Saringan
1000 gram
1 gram
100 gram
0,1 gram
10 gram
0,01 gram
12
IV.
JALAN PERCOBAAN
a.
b.
c.
d.
e.
V.
PERHITUNGAN
Kadar air dapat dihitung seperti berikut :
Massa cawan + tanah basah
= (M2)
gram
= (M3)
gram
= (M1)
gram
Massa air
= (M2 M3)
gram
= (M3 M1)
gram
Kadar Air =
VI.
M2 M3
100 %
M 3 M1
PELAPORAN
13
Kadar
CATATAN
a.
i.
ii.
mudah
terbakar,
maka
tidak
boleh
dilakukan
b.
c.
Untuk tiap benda uji dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar air
dapat diambil rata-rata.
14
d.
BAB IV
PENENTUAN BATAS CAIR & BATAS PLASTIS
( Atterberg Limite )
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air
suatu
tanah keadaan batas cair, dimana batas cair adalah kadar air
suatu
II.
PERALATAN
1. Alat baku penentu batas cair.
2. Alat pembuat alur ( grooving tool ).
3. Sendok dempul.
15
III.
BENDA UJI
Benda uji berupa tanah yang lewat saringan No. 40 dan benda uji
kering udara, tak perlu dikeringkan sebanyak 200 gram. Jadi biarkan
benda uji mempunyai sifat agak lembab. Usahakan tanah tersebut
tidak mengandung butiran kasar ( pasir / batu ).
IV.
JALAN PERCOBAAN
1.Letakkan benda uji kira-kira 100 gram kedalam cawan porselen
pencampur atau plat kaca dan kemudian ditambah air suling dan
aduk-aduk sampai homogen.
2. Apabila sudah merata letakkan sebagian dari benda uji kedalam
mangkok alat baku no. 1 diatas, sehingga dari dasar mangkok
benda uji paling tebal 1 cm.
3. Buatlah
alur
dengan
menggunakan
grooving
tool sehingga
contoh tersebut terbagi atas dua bagian yang sama besar. Dalam
cara membuat alur maka posisi grooving tool tegak lurus pada
dasar mangkok, dan ujung bawahnya harus kena / membersihkan
dasar mangkok.
16
bagian tanah
belum
50 putaran, kedua
masukkan kedalam
IV.
PERHITUNGAN
Cari batas cair yang didapat dari garis lurus pada grafik diatas dan
yang diambil adalah pada 25 pukulan / putaran.
V.
PELAPORAN
Catatlah pada formulir laboratorium, benda uji dalam keadaan asli
atau telah kering udara, disaring atau tidak, hasil dilaporkan dalam
bilangan bulat.
VI.
CATATAN
Pada setiap percobaan peralatan harus dibersihkan selalu, maka
jumlah pukulan / putaran pada percobaan ke-1 sampai ke-5,
diusahakan antara 45-35, 35-25, 25-15,< 15.
18
B. BATAS PLASTIS
I.
MAKSUD
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah
dalam keadaan batas plastis. Batas plastis adalah kadar air dimana
suatu tanah berubah dari keadaan plastis ke keadaan semi solid
II.
PERALATAN
III.
BENDA UJI
Benda uji adalah tanah tidak asli yang telah disaring dengan No.
40 sebanyak
lembab dan
19
IV.
JALAN PERCOBAAN
1. Ambil
benda
uji
lalu
dipersiapkan.
2. Setelah itu campur benda uji dengan air suling
yang telah
gram.
4. Selanjutnya bola-bola tersebut dibuat bentuk silinder dengan cara
menggeleng-gelengkan diatas permukaan plat kaca dengan
bantuan telapak tangan dengan kecepatan 80 90 gelengan per
menit.
5. Penggelengan tanah ini sampai berbentuk
silinder yang
dibuat
silinder lagi.
6. Setelah berdiameter 3 mm tanah tersebut dan telah terjadi retakretak maka diambil contoh tanah yang telah digeleng-gelengkan
tersebut, lalu masukkan kedalam cawan / krus.
7. Ulangi langkah-langkah seperti diatas hingga terkumpul cukup
banyak batang-batang tanah (kurang lebih seberat 5 gram).
V.
PERHITUNGAN.
Tentukan kadar air rata-rata yang didapat dari batang-batang tanah
tersebut. Kadar Air tanah tersebut adalah Batas Plastis yang dicari.
20
VI.
PELAPORAN.
a.
b.
Catatlah pada formulir, apakah benda uji dalam keadaan asli atau
tidak asli serta disaring atau tidak disaring.
VII. CATATAN.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat, maka sebaiknya
pengadukan benda uji untuk batas plastis dan batas cair dilakukan
sekaligus, setelah pengadukan pisahkan 20 gram benda uji untuk
pemeriksaan batas plastis.
21
BAB V
PEMERIKSAAN SHRINKAGE LIMIT TEST
(ASTM D-427-391)
I.
MAKSUD
Test ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air sample tanah pada
peralihan keadaan semi padat dan keadaan padat.
II.
PERALATAN
1.
2.
Monel Dish
3.
Cristalizing Dish
4.
Cawan Petry
5.
6.
Porcelein Dish
7.
Vaseline
8.
Air Raksa
9.
Tissue
10.
III.
Sabun
BENDA UJI
Tanah disiapkan yang lolos saringan no. 40; sebanyak
30 gram;
IV.
JALAN PERCOBAAN
1.
2.
23
3.
Isi 1/3 bagian monel dish dengan pasta tanah yang sudah
dipersiapkan, lalu pinggir monel dish diketuk-ketuk ringan sehingga
tanah mengalir kesamping dan memadat.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Isi monel dish dengan air raksa sampai meluap kemudian tekan
plat kaca diatasnya dengan kuat sehingga kelebihan air raksa
akan keluar.
10.
24
Hitung volume air raksa yang tumpah. Volume ini sama dengan
volume tanah kering (Vs).
V.
PERHITUNGAN
a. Kadar air =
Mw
x100%
Ms
25
b.
Dimana : M w A B gr
M s B C gr
M SL M
c. Shrinkage Limid =
V Vs
x100%
Ms
Ms
V
d. Shrinkage Ratio = SR= f
VI.
CATATAN
BAB VI
ANALISA BESAR BUTIRAN DENGAN HIDROMETER
26
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian ukuran
butir (gradasi) dari tanah yang lewat saringan No. 10 termasuk yang
lolos No.200 yang tidak mungkin dianalisa dengan saringan.
II.
PERALATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dengan penutup
sampai (110 5 ) C.
8.
9.
BENDA UJI
a. Keringkan tanah di udara, dipanas matahari, atau di oven.
Kalau sudah kering pecahkan tanah-tanah yang menggumpal
dengan palu karet (untuk melepaskan butiran-butiran satu sama
lain, jangan sampai butirannya pecah atau hancur.
27
IV.
JALAN PERCOBAAN
Benda uji seperti tersebut diatas (III.b), seberat 100 gram direndam
dalam mangkok dispersi dengan bahan dispersi (lihat catatan VII.a)
dan dicampur dengan 100 ml air suling, aduk sampai merata dengan
spatula dan biarkan terendam selama 24 jam.
Sesudah direndam, pindahkan campuran kedalam tabung pengaduk.
Bersihkan mangkok dispersi dengan Aquadest, masukkan air
pembersih tersebut kedalam tabung pengaduk, sehingga semua
butiran pindah kedalam tabung pengaduk.
Tambahkan Aquadest ke dalam tabung pengaduk, sampai setengah
penuh. Kemudian jalankan mixer selama 5 menit.
Pindahkan campuran yang sudah dikocok tersebut ke dalam gelas
ukur, bersihkan pengaduk dengan Aquadest dan masukkan juga air
pembersih tersebut dalam gelas ukur.
Tambahkan kedalam gelas ukur itu Aquadest, sehingga gelas ukur
terisi sampai garis batas 1000 ml. Siapkan satu gelas ukur lagi (gelas
ukur ke-2) dan isi dengan larutan Aquadest ditambah dengan bahan
dispersi, untuk merendam Hydrometer setelah pengukuran.
Pasang tutup karet pada gelas ukur, dan kocoklah campuran dalam
gelas ukur dengan cara membolak-balikkan gelas ukur secara
horisontal sambil memegang bagian atas dan bawah dari gelas ukur
tersebut, sampai campuran tercampur dengan baik/ merata.
Setelah itu segera letakkan gelas ukur tersebut diatas meja yang telah
disiapkan sehingga jauh dari gangguan (getaran), dan pada waktu
yang sama segera stop watch dijalankan serta masukkan secara
bersamaan dengan Hydrometer secara perlahan-lahan ke dalam
campuran di dalam gelas ukur.
Lakukan 3 (tiga) pembacaan pertama pada waktu yang ditunjukkan
oleh stop watch pada , 1 dan 2 menit. Ukurlah temperatur campuran
satu kali (untuk ketiga waktu tersebut, temperatur dianggap sama).
i. Sesudah itu angkatlah Hydrometer dan celupkan pada gelas ukur
ke-2 yang berisi aquadest atau larutan dispersi.
j. Kembalikan Hydrometer kedalam gelas ukur yang berisi campuran
tanah, bahan dispersi dan aquadest, dan masukkan juga
termometer
kedalamnya.
Lakukan
bacaan
hydrometer
dan
28
5 menit,
V.
PERHITUNGAN
a.
b.
Hr
t
a (R h K)
X 100 %
M
1,606 a (R h K - 1)
100 %
M
PELAPORAN
Dilaporkan dalam bentuk grafik :
a. Butir
b. Pasir kasar
2,000 0,420 mm . %
c. Pasir halus
d. lanau
e. Lempung
VII.
2,000 mm . %
0,002 mm ... %
CATATAN
a. Bahan-bahan dispersi yang dipakai adalah :
i. Larutan Waterglass (Sodium Silicate) dengan Berat Jenis
1,023 ambil sebanyak 20 ml.
ii. Larutan HCL untuk mencuci gelas ukur karena laruatan
waterglass
iii. Larutan Sodium Hexametaphospat yang mengandung 33 gram
Sodium Hexametaphospat dan 7 gram Anhydrous Sodium
Carbonat per liter.
i. Larutan harus diperbaharui sebulan sekali.
b. Hr dalam efektif dari Hydrometer di dapat dari grafik 3.
VIII.
Vh
)
A
31
BAB VII
ANALISA BESAR BUTIR DENGAN SARINGAN
(ASTM D422-63(72))
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan.
II.
PERALATAN
1.
2.
3.
III.
4.
5.
6.
Wadah.
7.
8.
Sabun
9.
Kunci pas
BENDA UJI
32
Tanah yang kering (di oven), seberat kurang lebih 500 gram.
Tanah tersebut, setelah dikeringkan, kalau ada gumpalan-gumpalan di
pecah-pecah dengan palu karet sehingga tidak terdapat gumpalangumpalan lagi. Pemecah tidak terlalu keras dan jangan sampai
memecahkan butir.
IV.
JALAN PERCOBAAN
1. Benda uji yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu (110 5)
0
33
V.
PERHITUNGAN
Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masingmasing saringan terhadap massa total benda uji.
VI.
PELAPORAN
Laporan meliputi :
a. Jumlah prosentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah
prosentase diatas masing-masing saringan dalam bilangan bulat.
b. Grafik akumulatif, sumbu tegak menunjukkan prosentase yang lolos
saring dan sumbu mendatar menunjukkan logaritma ukuran
(diameter) lubang saringan (butir).
c. Grafiknya disatukan dengan hasil percobaan hydrometer.
34
BAB VIII
KONSOLIDASI
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat pemampatan
suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya
air dari dalam
35
II.
PERALATAN
1. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan sel
konsolidasi.
2. Arloji pengukur (ketelitian 0,01 mm dan panjang tangkai minimal 1
cm )
3. Alat pengukur / neraca ketelitian 0,1 gram
4. Beban beban tertentu
5. Alat pengeluar contoh tanah dari tabung (extruder horizontal)
6. Pemotong
atau
atau
dapat juga
menggunakan kawat.
7. Pemegang cincin contoh.
8. Kertas saring
9. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu ( 110 5 )C
10.
Oli
11.
Sabun
12.
Lap pel
JALAN PERCOBAAN
1. Cincin beserta benda uji yang berada didalamnya ditimbang
dengan neraca.
2. Tempatkan kertas saring dan batu pori dibagian bawah dan atas
dari cincin sehingga benda uji terapit oleh kedua batu pori, dan
masukkan ke dalam sel konsolidasi.
3. Pasanglah alat penumpu di atas batu pori tadi.
4.
Letakkan sel konsolodasi yang sudah berisi benda uji pada alat
konsolidasi, sehingga bagian yang runcing dari penumpu
menyentuh alat pembebanan.
1.
8.
9.
kg/cm2.
V.
PERHITUNGAN
Hitunglah berat benda uji dalam keadaan basah, berat isi dan kadar
airnya dalam kondisi sebelum dan sesudah konsolidasi, serta hitung
pula berat tanah keringnya (Bk).
Ada dua cara untuk menggambarkan grafik, yaitu grafik Penurunan
terhadap tekanan. Pada cara kedua membuat grafik angka pori
terhadap tekanan.
Pada cara kedua ini untuk harga tekanan dipergunakan skala
logaritma.
Bila dipakai cara yang pertama, maka pembacaan penurunan terakhir
pada setiap pembebanan digambarkan untuk tekanan yang
bersangkutan.
Bila dipakai cara yang kedua, maka perhitungan lain sebagai berikut :
38
Bk
A.Gs
Dimana :
Ht = Tinggi efektif benda uji, yaitu tinggi butiran tanah ( jika
dianggap satu ) = tinggi solid.
A = Luas benda uji
Gs = Berat jenis butir ( Specific Gravity)
Bk = Berat tanah kering .
a. Hitung besar total (H) pada setiap pembebanan yang terjadi.
b. Hitung angka pori semula (e0) sesuai rumus :
e0
H0 - Ht
Bk
Ht
Ht
A.G
dimana
H
Ht
e = e0 - e atau
Ho - H - Ht
Ht
tekanan.
H1 H2
2
H1 H2
2
G
e
Dimana :
e = angka pori
G = berat jenis butir
= kadar air
Sr = derajat kejenuhan
4. Harga koefisien konsolidasi ( Cv )
Hitunglah tinggi benda uji rata-rata ( H m ) pada setiap pembebanan.
Buatlah
t90
40
Cv
0,212 Hm 2
cm 2 / dt
t 90
Dimana :
C v = koefisien konsolidasi ( cm2/dt )
Hm = tinggi benda uji rata-rata pada pembebanan yang bersangkutan.
T90 = waktu untuk mencapai konsolidasi 90 (detik).
Gambarkan grafik hubungan antara C v dengan beban dalam skala
logaritma.
VI. PELAPORAN
Laporan harus mencantumkan keterangan-keterangan :
a. Identifikasi ( pengenalan ) dan Diskripsi (uraian) dari benda uji
termasuk contoh asli atau contoh buatan.
b.
1. Kadar air
4. Tinggi contoh
5. Angka pori
3. Derajat kejenuhan
c. Berat Jenis butir
d. Tinggi efektif Ht
e. Keadaan waktu pemeriksaan (kadar air asli atau dengan direndam)
f. Grafik hubungan antara angka pori dan logaritma tekanan atau
penurunan dan logaritma tekanan. Dari grafik pertama, tentukan
41
cp
dengan
cara Casagrande.
g. Grafik koefisien konsolidasi terhadap logaritma tekanan.
h. Bila cara melakukan berbeda termasuk beban yang khusus.
VII. CATATAN
a. Pada waktu percobaan dimana diletakan beban pertama maka sel
konsolidasi dalam keadaan kering.
b. Sel konsolidasi diberi air sampai batasnya (penuh) pada
pembebanan pertama tapi setelah pembacaan arloji pada waktu 1
menit.
c. Untuk seterusnya selama percobaan, usahakan keadaan air
didalam sel konsolidasi tetap penuh.
d. Untuk menentukan Koreksi alat, pasang sel dan siapkan dial, stop
wacht pada tempatnya. Kemudian masukkan diameter pelat (besi
atau kayu) lalu dibebani dan baca pada dial dgn waktu yang telah
ditentukan
(1,2,3,..detik)
sampai
pembacaan
pada
dial
42
BAB IX
KEKUATAN TEKAN BEBAS
( UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH )
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya Kekuatan
Tekan Bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam
keadaan asli maupun buatan (remoulded).
Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas ialah besarnya beban
aksial maximum persatuan luas, dari hasil percobaan tekan pada
benda uji yang bebas tanpa tekanan samping.
Kondisi
dari
beban
ini
adalah
undrained,
karena
kecepatan
II.
PERALATAN
1. Mesin tekan bebas.
2. Extruder ( Alat pengeluar contoh ).
3. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan ketentuan tinggi = 2
kali diameter.
4. Pisau tipis dan tajam.
5. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
43
6. Stop watch.
7. Kain lap, kertas saring dan oven.
8. Oli
9. Holder beserta dial
10. Lap pel
11. Sabun
III.
BENDA UJI
a.
b.
benda uji.
ii. Untuk benda uji berdiameter 6,8 cm, besar butiran maksimum
yang
d.
44
i. Benda uji buatan bisa disiapkan dari benda uji bekas atau dari
contoh lain yang tidak asli.
ii. Dalam hal menggunakan benda uji bekas, maka benda uji
tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik kemudian
diremas dengan jari sehingga merata. Pekerjaan tersebut harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah keluarnya udara
dan masuknya udara.
iii. Masukkan tanah kedalam cetakan silinder lalu padatkan.
Ratakan kedua ujung cetakan dengan alat perata.
iv. Keluarkan tanah dari cetakan dengan pengeluar cetakan,
masukkan kedalam plastik dan tutup rapat-rapat.
v. Apabila menggunakan benda uji contoh tanah yang tidak asli
lain, benda uji dapat disiapkan dengan kadar air dan kepadatan
yang ditentukan lebih dahulu. Jika dikehendaki benda uji
tersebut dapat dijenuhkan terlebih dahulu sebelum diperiksa.
IV.
JALAN PERCOBAAN
1.
2.
Ukur panjang benda uji dengan ketelitian 0,1 cm. Timbang benda
uji dengan ketelitian 0,1 gram.
3.
4.
Atur jarum arloji tegangan pada nol, dan atur juga arloji regangan
juga pada angka nol.
5.
7.
V.
PERHITUNGAN
a. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus :
Dimana :
L
Lo
= Regangan aksial ( % )
, dan diberikan
rumus berikut :
A
Ao
Ao
1-
P
A
( kg/cm 2 )
46
VI.
PELAPORAN
a. Hasil laporan dalam bilangan desimal 1 angka dibelakang koma.
b. Keterangan mengenai benda uji harus dicantumkan :
i. Contoh asli atau buatan
ii. Tinggi dan diameter contoh tanah dalam cm
Berat basah, dan berat keringnya dalam kg
iii.
Catat setiap kondisi atau data lain yang dianggap perlu untuk
menilai setiap pemeriksaan
VII.
CATATAN
a. Untuk tanah getas, kecepatan regangan diambil kurang dari 1 % per
menit
b. Besar sensetivitas suatu jenis tanah dapat dihitung dari :
St
qu
qu '
Dimana :
St = Sesentivitas
qu= Nilai max pada grafik tegangan vs regangan pada tanah asli.
qu= Nilai max pada grafik tegangan vs regangan pada
tanah tidak asli.
47
BAB X
KEKUATAN GESER LANGSUNG
( DIRECT SHEAR )
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kohesi (C) dan
nilai sudut geser tanah ().
II.
PERALATAN
1.
b.
c.
2.
d.
Beban-beban.
e.
3. Pisau.
4.
5. Stop Watch.
48
III.
8.
9.
Dial
10.
11.
Oli
12.
Sabun
BENDA UJI
a1.
uji
dilindungi
dan
ditutup
untuk
menghindarkan
b.
Tebal minimum benda uji kira-kira 1,3 cm tapi tidak kurang dari
6 kali diameter butiran maksimum.
49
c.
V.
JALAN PERCOBAAN
a. Timbang benda uji.
b. Letakkan benda uji pada alat geser langsung, yaitu pada cincin
pemeriksa yang telah terkunci
langsung.
c. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal
benda uji sama dengan beban yang diberikan pada stang
tersebut.
d. Penggeser benda uji yang dihubungkan dengan proving ring
mendatar, pengukur gaya geser dipasang pada arah mendatar
untuk memberi beban mendatar dan menggeser pada bagian atas
cincin pemeriksaan, atur pembacaan pada arloji geser pengukur
deformasi mendatar dan pada arloji pengukur gaya geser
sehingga menunjukkan angka nol.Kemudian buka kunci cincin.
e.
f.
h.
i.
j.
V.
PERHITUNGAN
a. Hitunglah gaya geser (P) dengan jalan mengalikan pembacaan
arloji pengukur gaya geser dengan angka kalibrasi cincin penguji
(proving ring), dan tentukan tegangan geser maksimum
yaitu
Pmax
A
2 1
2
1
arc tg
PELAPORAN
a. Uraikan dari jenis alat yang dipakai.
b. Ciri dan uraian dari pada contoh tanah, apakah tanah tersebut
asli, buatan, dipadatkan.
c. Kadar air, berat isi basah, berat isi kering dan tebal.
d. Semua data-data hasil pemeriksaan termasuk tekanan normal,
jarak geser dan harga tekanan geser dan perubahan tebal benda
uji.
e. Grafik tegangan geser dan perubahan tebal benda uji.
52
BAB XI
BERAT ISI TANAH
I. MAKSUD
53
Untuk
II. PERALATAN
1. Cincin dengan volume tertentu.
2. Pisau pemotong.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
4. Extruder.
5. Oli
6. Sabun
PERHITUNGAN
Volume (isi) contoh tanah, V = D2 L cm3
Kalau D = diameter dalam cincin (cm) dan L = panjang cincin (cm).
Massa cincin + contoh tanah = M2
( gram )
Massa cincin
= M1
( gram )
Massa contoh tanah
= M2 M 1
( gram )
Isi contoh tanah
=V
( cm3 )
54
Kerapa tan
M 2 M1
gr / cm 3
V
W2 W1
V
(N)
( gr/cm2 )
( KN / m 3 )
BAB XII
CBR LABORATORIUM
ASTM D 188 - 87
I. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan CBR (California Bearing
Ratio) tanah dan campuran tanah agregat yang dapat dipadatkan di
laboratorium pada kadar air tertentu.
CBR ialah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap
bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
II. PERALATAN
a. Mesin
penetrasi ( loading
lubang dengan tebal 0,53 mm dan diameter lubang tidak lebih dari
1,59 mm.
c. Piringan pemisah dari logam ( specer disk ) dengan diameter 150,8
mm dan tebal 61,4 mm.
d. Alat penumbuk .
e. Alat pengatur pengembangan (swell) yang terdiri dari keping pengembangan
batang
pengukur tripod
56
57
IV.
JALAN PERCOBAAN
a. Letakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat
minimal 4,5 kg (10 pound) atau sesuai dengan beban perkerasan.
b. Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban
yang dipergunakan waktu perendaman.
Letakkan pertama-tama keping pemberat 2,27 kg (5 pound) untuk
mencegah pengembangan permukaan benda uji pada bagian
lubang keping pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang torak
disentuhkan pada permukaan benda uji.
58
Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25,4 mm.
g. Pengambilan benda uji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh
kedalaman bila diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk
pemeriksaan kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah
berbutir halus atau sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah
berbutir kasar.
V.
PERHITUNGAN
a. Pengembangan (swell) ialah perbandingan antara perubahan
tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula
dinyatakan dalam prosen.
b. Hitung pembebanan dalam kg (lbs), dan gambarkan grafik beban
terhadap penetrasi. Pada beberapa tanah dalam keadaan
permulaan dari kurva beban cekung, akibat dari ketidakteraturan
59
VI.
PELAPORAN
Laporan harus mencantumkan hal-hal seperti berikut:
a. Cara yang dipakai untuk mempersiapkan dan memadatkan benda
uji.
b. Keadaan benda uji (direndam atau tidak direndam).
c. Berat isi kering sebelum direndam.
d. Berat isi kering sebelum direndam.
e. Kadar air benda uji (%) sebelum dan sesudah pemadatan.
f. Kadar air setelah perendaman yang diambil dari lapisan atas
benda uji setebal 25,4 mm (1) atau rata-rata.
g. Pengembangan (swell) dalam persen.
h. Harga CBR (direndam atau tidak direndam) dalam persen.
60
VII.
CATATAN
a. Bila dikehendaki harga CBR dapat diperiksa pada kadar air atau
berat isi kering yang berlainan.
b. Untuk menentukan CBR rencana ada beberapa cara diantaranya:
1. Cara menurut buku Penetapan tebal Perkerasan Bina Marga
O/PD/BM.
2. Cara AASHTO T 193 74, atau ASTM D 1883 87
3. Berat isi kering dihitung dengan kadar air pada waktu
perendaman.
4. Bila dikehendaki nilai CBR pada penetrasi 7,5 mm (0,3), 10,0
mm (0,4) dan 12,5 mm (0,5) bagi besarnya beban pada
penetrasi yang bersangkutan masing-masing dengan 5700;
6900 dan 7800 pound dan kalikan dengan 100.
5. Untuk mendapatkan nilai CBR rencana padatkan benda uji
dalam mold sebanyak 5 lapisan, maka percobaan dilakukan 3 x
dengan jumlah tumbukan 15 x, 25x, 56x
6. Penambahan air untuk CBR sebagai berikut :
Mt
x opt x100% cc
1
Keterangan :
M t massa tan ah 5 kg
61
BAB XIII
PEMADATAN
(AASHTO T 99-74)
(ASTM D-698-70)
62
A. PEMADATAN STANDARD
I.
II.
PERALATAN
1.
0,000021 m 3
63
a.
b.
3.
4.
5.
6.
Alat perata dari besi (straight edge) panjang 25 cm, salah satu sisi
memanjang harus tajam dan sisi lain datar (0,01% dari panjang).
7.
8.
9.
Oli
III.
BENDA UJI
1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam
keadaan lembab (damp), keringkan contoh tersebut sehingga
menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan diudara atau dengan
alat pengering lain dengan suhu tidak lebih dari 60 0C. Keringkan
gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk tetapi butir aslinya
tidak pecah.
2. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm
(no.4) untuk cara A dan B, dan saringan 19 mm (3/4) untuk cara D
dan C.
3. Jumlah contoh yang sesuai untuk masing-masing cara-cara
pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Cara A sebanyak 15 kg
Cara b sebanyak 45 kg
Cara C sebanyak 30 kg
Cara D sebanyak 65 kg
4. Periksa kadar airnya dengan menggunakan tangan, jika dikepal lalu
tangan dibuka kembali ternyata berbentuk tapi tidak melekat
(optimum).
5. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, dan tiap-tiap bagian dicampur
air yang ditentukan dan diaduk sampai merata.
Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji sebagai berikut:
3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah optimum.
65
3 3000
x
100
1
cc air
Kantong 1 =
3 3000
x
3 3000
x
3 3000
x
100
1 cc air
Kantong 4 = Kantong 3 + 3
3 3000
x
100
1 cc air
Kantong 5 = Kantong 4 + 4
3 3000
x
100
1
cc air
Kantong 6 = Kantong 5 + 5
dilakukan
dengan
alat
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
b. Cara B :
1. Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram) .
2. Cetakan, leher dan keping alas dipasan jadi satu dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
3. Ambil salah satu dari keenam contoh, aduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah seluruh tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga
tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak
67
c. Cara C :
1. Timbang cetakan diameter 102 mm (4) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram, (B1 gram)
2. Cetakan, leher dan keping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
3. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah seluruh tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga
tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak
lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
standar 2,5 kg (5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 cm (12).
Tanah dipadatkan dalam 3 (tiga) lapisan dan tiap-tiap lapisan
dipadatkan dengan 25 kali tumbukan.
68
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
d. Cara D :
1. Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram, (B1 gram)
2. Cetakan, leher dan keping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
3. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah seluruh tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga
tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak
lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
standar 2,5 kg (5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 cm (12).
Tanah dipadatkan dalam
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
V.
PERHITUNGAN
a.
B 2 B1
V
(gram/cm3)
Dimana :
d
dimana :
100
100 (gram/cm3)
= Kerapatan kering (gr/cm3)
= Kerapatan basah (gr/cm3)
kadar air.
IV.
PELAPORAN
Gambarkan grafik Kerapatan tanah kering terhadap Kadar air dari
hasil percobaan. Kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus yang
mendekati dengan titik yang digambarkan dan tentukan Kerapatan
kering maksimum dari kurva tersebut dengan ketelitian 0,01 gram/cm 3.
Kadar air yang sesuai dengan kerapatan kering maksimum ini adalah
Kadar air optimum dan harus dicatat dengan ketelitian 0,5 %. Setelah
diketahui WOpt dan
rumus :
G. w
1 G.
V.
CATATAN
Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk
percobaan bila butir tanah tidak pecah akibat penumbukan.
Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya prosentase bahan kasar
yang lewat saringan 50 mm (2) dan tertahan (No.4) dipertahankan
sama seperti aslinya dilapangan maka bahan yang tertahan saringan
19 mm (3/4) harus diganti sebagai berikut :
Bahan yang lewat saringan 50 mm (2) dan tertahan saringan 19 mm
(3/4) diganti dengan bahan yang lewat saringan 19 mm (3/4) dan
tertahan 4,75 mm (No.4) dengan jumlah yang sama bahan pengganti
diambil dari bahan sisa.
Untuk tanah yang berbutir halus (lanau atau lempung) petunjuk yang
baik guna mendapatkan kadar air optimum adalah batas Plastis.
Alat tumbuk mekanis harus dikalibrasi.
Kerataan alat harus diperhatikan.
i.
Alas untuk meletakkan cetakan waktu dilakukan pemadatan
dapat
dibuat dari beton dengan berat tidak kurang dari 91 kg , dan
diletakkan pada dasar yang rerlatif stabil.
ii.
Bila dilapangan dapat dipergunakan lantai beton atau
permukaan
gorong, persegi atau lantai jembatan.
Volume catakan dikalibrasi menurut cara pemeriksaan Berat isi
agregat PB-0204-76-(AASHO-T-19-74)
PERALATAN
1.
2.
0,000021 m 3 (0,07500
0,1270 mm ( 4,584
0,005 ) cetakan-
dan
dapat
dilepaskan.
Cetakan-cetakan
yang
telah
a.
Alat
tumbuk
tangan
permukaan
tumbuk rata, diameter 50,8 + 0,127 mm (2,000 + 0,005)
dan berat 4,5359 + 0,0081 kg alat penumbuk dilengkapi
dengan selubung yang bisa mengatur tinggi jatuh bebas
setinggi 457,2 + 1,524 mm.
Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah lubang
udara yang berdiameter tidak lebih kecil dari 9,5 mm (3/8)
dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19 mm
73
dapat membagi-bagi
5.
III.
6.
7.
8.
9.
BENDA UJI
1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam
keadaan lembab (damp), keringkan contoh tersebut sehingga
menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan diudara atau dengan
alat pengering lain dengan suhu tidak lebih dari 60 0C. Keringkan
gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk tetapi butir aslinya
tidak pecah.
2. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm
(no.4) untuk cara A dan B, dan saringan 19 mm (3/4) untuk cara D
dan C.
3. Jumlah contoh
yang
sesuai
Cara b sebanyak 45 kg
Cara C sebanyak 35 kg
Cara D sebanyak 70 kg
4. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, dan tiap-tiap bagian dicampur
air yang ditentukan dan diaduk sampai merata.
Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji sebagai berikut:
3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah optimum.
3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas optimum.
Perbedaan kadar air dari benda uji masing-masing antara 1 3%.
5. Diadakan penambahan air menurut ketentuan sebagai berikut:
Kantong 1
3 6000
x
cc air
100
1
Kantong 2
3 6000
x
cc air
100
1
= Kantong 1 +
Kantong 3
3 6000
x
100
1
= Kantong 2 +
Kantong 4
3 6000
x
100
1
= Kantong 3 +
cc air
cc air
Kantong 5
Kantong 6
= Kantong 4 +
= Kantong 5 +
3 6000
x
100 1
cc air
3 6000
x
100 1
cc air
75
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
b. Cara B :
76
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
c. Cara C :
1. Timbang cetakan diameter 102 mm (4) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram, (B1 gram)
77
2. Cetakan, leher dan keping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
3. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah seluruh tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga
tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak
lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
standar 2,5 kg (5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 cm (12).
Tanah dipadatkan dalam 3 (tiga) lapisan dan tiap-tiap lapisan
dipadatkan dengan 25 kali tumbukan.
4. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau
dan lepaskan leher sambung sebelumnya.
5. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah
sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
6. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan
ketelitian 5 gram (B2 gram).
7. Keluarkan
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
d. Cara D :
1. Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram, (B1 gram)
2. Cetakan, leher dan keping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
78
benda
uji
tersebut
dari
cetakan
dengan
PERHITUNGAN
a.
Dimana :
B 2 B1
V
= Kerapatan basah (gr/ cm3)
79
100
100 (gram/cm3)
dimana :
V.
PELAPORAN
Gambarkan grafik Kerapatan tanah kering terhadap Kadar air dari
hasil percobaan. Kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus yang
mendekati dengan titik yang digambarkan dan tentukan Kerapatan
kering maksimum dari kurva tersebut dengan ketelitian 0,01 gram/cm 3.
Kadar air yang sesuai dengan kerapatan kering maksimum ini adalah
80
Kadar air optimum dan harus dicatat dengan ketelitian 0,5 %. Setelah
diketahui WOpt dan
rumus :
G. w
1 G.
BAB XIV
KEPADATAN LAPANGAN
SAND CONE
I.
menentukan kepadatan di
PERALATAN
1. Botol transparan tempat pasir dengan isi 4 liter.
2. Corong kalibrasi pasir berdiameter 16,51 cm.
3. Pelat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan
lubang berdiameter 16,51 cm.
82
BENDA UJI
Pasir Kwarsa yang bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak
mengandung bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan NO. 10
(2mm) dan tertahan pada saringan NO. 200 ( 0,075 mm ).
IV.
JALAN PERCOBAAN
1.
sedikit setengahnya.
c. Tutup kran, bersihkan
timbanglah
kelebihan pasir
(M3 gr).
d. Kerapatan pasir
M 3 M1
M 2 M1
dengan
pasir
secukupnya
dan
kantong
PERHITUNGAN
Isi botol = Massa air = (M2 - M1) gram.
p
M
M
M1
2 M1
Kerapatan pasir =
Massa pasir dalam corong = (M4 - M5) gram.
Massa pasir di corong + Lubang = (M6 - M7) gram.
Massa pasir dalam lubang : M10 = (M6-M7) - (M4-M5) gram
V =
Isi lubang =
M 10
p
cm3.
Kerapatan tanah =
M9
LAP
t
100 %
100
VI.
d LAP
100 %
Derajat Kepadatan di lapangan ( D ) = d LAB
PELAPORAN
Nilai D dilaporkan dengan bilangan bulat dalam %
VII.
CATATAN
85
86
BAB XV
BERAT JENIS BUTIR
(Specific Gravity, Gs )
I.
II.
PERALATAN
a. Piknometer dengan kapasitas 250 ml
b. Desikator
c. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu (110 5) oC.
d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
e. Thermometer ukuran 0 50 C dengan ketelitian 1 C
f. Saringan No. 4; No. 10; No. 40 dan pan (wadah)
g. Botol berisi air suling.
h. Bak perendam.
i. Pompa hampa udara.
87
j. Air Suling
k. Sabun
l. Tissue
m. Pipet
III.
BENDA UJI
Keringkan benda uji sebanyak 50 gram (untuk piknometer) contoh
tanah dalam oven pada suhu (110 5) C dan didinginkan dalam
desikator.
IV.
JALAN PERCOBAAN
a. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang
piknometer dan tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (M 1).
b. Masukkan benda uji kedalam piknometer dan timbang bersama
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (M2).
c. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi 2/3. Untuk yang
berbutir halus diamkan benda uji terendam selama paling sedikit
24 jam.
d. Keluarkan udara yang terserap dalam campuran tanah dan air
diatas dengan satu cara dibawah ini :
sekali-kali
untuk
membantu
mempercepat
Setelah
udara
tadi
dikeluarkan
seperti
diatas,
tutuplah
V. PERHITUNGAN
a.
M 2 M1
(M 4 M 1 ) (M 3 M 2 )
M1 = massa piknometer
M2 = massa piknometer + benda uji
M3 = massa piknometer + benda uji + air
M4 = massa piknometer +air
89
VI. PELAPORAN
Berat Jenis (Gs) dilaporkan dalam dua desimal dibelakang
koma. Pakailah formulir seperti pada contoh dibelakang.
VII. CATATAN
a. Kalibrasi Piknometer.
1.
Piknometer
dibersihkan,
ditimbang
massanya
dan
25 c,
3. Faktor koreksi = K
Suhu
=T
90
Daftar No. 1
T
K
T
K
18
1.0016
25
1
19
1.0014
26
0.9997
20
1.0012
27
0.9995
21
22
1.001 1.0007
28
29
0.9992 0.9989
23
1.0005
30
0.9986
24
1.0003
31
0.9983
Gs = A Gs(T c)
Tabel untuk harga A :
T
A
18
1.004
19
1.002
20
1.000
21
24
26
28
0.9996 0.9991 0.9986 0.9980
91
BAB XVI
PERMEABILITAS
( Permeability )
I.
MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan permeabilitas tanah
berbutir kasar maupun halus secara laboratoris. Dua metode yang
dipergunakan yaitu Constant Head dan Falling Head .
II.
PERALATAN
1. Tabung permeabilitas.
2. Batu pori.
3. Corong.
4. Gelas ukur.
5. Slang.
6. Kertas saring
7. Extruder horizontal
8. Cinicin penyetak
9. Stopwatch.
10. Oli
11. Sabun
92
III.
BENDA UJI
Contoh tanah asli yang dipergunakan dalam percobaan ini diperoleh
dari percobaan Hand Boring yang telah dicetak sesuai ukuran cicin
pencetak.
IV.
JALAN PERCOBAAN
A. Constant Head
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dan
lubang
pengeluaran,
biarkan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dalam hal ini kita menggunakan cara constant head & Falling Head
VI.
PERHITUNGAN
A. Constand Head
k
L Q
h A. t
94
B. Falling Head
dimana :
a. L
2 ,3
h
log 1
A t 2 t1
h2
k = koefisien permeabilitas
h = head (tinggi muka air)
Q = volume air yang ditampung digelas ukur.
L = Panjamg aliran air lewat sample.
A = luas penampang sample.
t = pada saat gelas ukur mulai menampung air (=
t1).
t = pada saat gelas ukur ditarik (= t 2) berhenti dan tidak
menampung air).
95
BAB XVII
TRIAXIAL
II. PERALATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1. Bersihkan
gelembung udara, lalu dicek pada posisi 0 pada tegangan air pori.
Kran yang dipakai : buka kran 8, 9 dan 2 harus dalam posisi terbuka.
Jika sudah bersih ditutup kembali.
2. Siapkan benda uji yang akan di uji, dan batu pori, kertas filter serta
karet membran.
3. Chamber dipasang dan jangan lupa menyetel dial proving ring.
4. Isi tabung sel dengan air secukupnya, setelah itu alirkan air dari
tabung sel kedalam chamber yang sudah diisi benda uji, pengisian air
dilakukan hingga penuh dengan cara membuka kran 3 dan 14.
97
5. Siapkan sesuai yang diminta, lalu cek kembali air pori setelah
menerima beban (
6. Nyalahkan mesin dan amati dial reading proving ring dan tegangan
pori, siapkan tabel lalu baca setiap menit dial reading dan tegangan
pori sampai benda uji menjadi runtuh atau dial reading proving ring
konstan.
7. Matikan mesin lalu :
a. Buang angin dalam tabung sel sampai jarum menunjukan angka
nol.
b. Buka tutup chamber agat air dalam chamber dapat kembali
ketabung ke tabung cell.
B. PETUNJUK CONSOLIDATED UNDRAINED ( CU )
Cara-cara pengerjaan CU TEST terdiri dari tiga tahap:
1. Tahap pertama : Penjenuhan
( 24 Jam )
2. Tahap Kedua
: Konsolidasi
( 24 Jam )
3. Tahap ketiga
: Geser Langsung ( 5 Jam)
1. Tahap Penjenuhan
Komponen Komponen yang perlu diperhatikan :
a. Tabung cell ( 3 ) dan Tabung Back Pressure yang mana gunanya
untuk mengisi tekanan ke manometer 3 dan ke manometer Back
Pressure yang besarnya sesuai dengan kebutuhan dengan cara
memompakan dari compressor.
b. Pada saat memompakan tekanan dari compressor. Kran kran
yang ada di Back Pressure yang menuju ke manometer harus
ditutup dahulu supaya aman. Dan juga kran yang menuju ke
volume change no. (5) dan (6).
c. Apabila tabung cell ( 3 ) dan Back Pressure sudah terisi, baru kran
yang menuju ke Manometer 3 dibuka dan tentukan besarnya
sesuai dengan yang diinginkan 1,10 kg setelah itu baru yang
98
Beban Ke
1
2
3
4
5
6
Jam
8,00
8,05
8,15
8,25
Cell
1,00
Back
1,00
EF
0,10
1,30
1,50
1,70
1,90
2,10
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
2. Tahap Konsolidasi
Setelah melakukan proses Penjenuhan diteruskan ke Konsolidasi,
yang harus diperhatikan ialah kran yang menuju Chamber, ( 1 ), ( 2 ), (
3 ) harus ditutup dahulu, baru beban dinaikkan sesuai dengan
kebutuhan.
Misalnya :
Cell Pressure 3,10 kg/cm 2, Back pressure 2 kg/cm 2 tanda
mengubah atau menutup kran-kran yang ada ditabung cell dan
99
U
0,0
0,10
0,82
0,82
Tanggal
Jam
Menit
8,00
8,04
8,16
16
8,36
64
9,04
100
Dst
144
12
196
14
256
16
324
18
400
20
100
Volume
Chang
484
22
1440
36
101
CATATAN
Kran 12 = masuk dan keluarnya air ( luar )
Kran 13 = masuk dan keluarnya air ( dalam )
Kran 14 = untuk mengalirkan air ke tabung cell ( kran 3 )
Kran 11= Untuk mengisi air dari reservoir (tabung diatas) ke alat
penggerak (stir)
Tabung silinder
1. Back Presure = a. Veberglass
b. Tabung Pipet
a dan b berfungsi untuk mengetahui perubahan volume (CU)
2 .Tekanan Cell = a. Veberglass
b. Tabung Pipet
a dan b untuk mengukur volume cell ( jarang digunakan ).
BAB XVIII
PERCOBAAN STANDARD PENETRASI
( STANDARD PENETRATION TEST )
I.
II.
PERALATAN
a. Batang bor ( Drill Rod )
b. Split Spoon/split barrel/split tube sampler.
c. Penumbuk ( drive weight ) seberat 140 lbs.
d. Batang peluncur penumbuk ( drive pipe guide assembly ).
e. Kepala batang penumbuk ( drive ring ).
f. Oli
g. Dongkrak beserta tangkai
h. Lap pel
i. Minyak tanah (bensin) 10 liter
j. Alat penyetak silinder
k. Sabun
l. Kunci pipa
III.
JALAN PERCOBAAN
a. Buat lubang pada permukaan tanah yang akan diuji, gunakan bor
iwan, bersihkan lubang bor sampai dasarnya.
Untuk menjamin keaslian tanah yang diuji catat kedalaman
pengmbilan contoh tanah.
b. Pasangkan split spoon pada batang bor, cek jangan sampai ada
kotoran didalamnya.
c. Pasang tripod dengan kedudukan yang stabil.
Pada bagian atas dipasang katrol berikut tambang penariknya.
d. Masukkan stang yang sudah dipasang spilt barrel tadi didasar
lubang.
e. Pasang plat penutup lubang lalu pasang kepala penumbuk pada
bagian atas stang dan sambung dengan batang penghantar
104
Harga N
0 4
- Loose ( lepas )
4 10
10 30
- Dense ( kompak )
30 50
> 50
Harga N
2
- Soft ( lunak )
2 4
- Medium ( medium )
4 8
105
8 15
15 30
- Hard ( keras )
> 30
m. Bila ada dua jenis material yang berbeda didalam spoon ini agar
disimpan dalam kantong plastik yang berbeda dan kemudian
disatukan. Berikan label yang memuat deskripsi dan kedalaman
contoh juga tanggal pengambilan test.
IV.
PEMELIHARAAN CONTOH
Untuk lebih memudahkan pengecekan maka semua contoh tidak asli
yang meliputi contoh core, cutting, dan contoh SPT yang dimasukan
dalam kotak ( peti ) contoh atau core box.
Contoh tidak asli sebelum dimasukan kedalam peti harus dibungkus
kantong plastik dahulu. Sebelu dipakai kedalam kotak harus
ditentukan dahulu bagian atasnya. Hal ini penting karena untuk contoh
core yang disimpan dalam kotak ini tidak boleh terkacaukan antara
bagian atas dan bawahnya. Pada dinding kotak contoh dapat
dicantumkan kedalam dari contoh ini.
Untuk contoh-contoh yang lunak atau lepas, sebelum dimasukan
kedalam kotak, sebaiknya dibungkus dulu dengan kantong plastik
atau koran atau kertas semen.
106
m.s/d 30.00
m/2
juni 74 s/d
5 juni
1974.
V.
PELAPORAN
Untuk menuangkan seluruh kegiatan pemboran ( teknisnya ) atau
ditampung oleh suatu bor profile (lihat lampiran 1).
Hal-Hal yang harus dicatat dalam bor profile adalah sbb :
-
Ukuran serta panjang casing atau drive pipe yang dipakai ( yang
masuk dalam tanah ) serta cara memasukannya.
107
Nama dan panjang dari setiap contoh yang diambil untuk panjang
contoh biasa dinyatakan dalam % recovery. Yakni jumlah core
contoh yang didapat dibagi jumlah core / contoh yang seharusnya
ada kali 100%.
VI.
CONTOH
10.
11.
12.
VII.
PERAWATAN
1.
2.
Pada
waktu
penyambungan
stang
SPT,
kencangkan
4.
108
BAB XIX
DYNAMIC CONE PENETROMETER
( DCP )
109
I.
Maksud
Alat ini digunakan untuk menetukan nilai CBR sub base atau
coarse suatu perkerasan secara cepat dan praktis. Bisa dilakukan
sebagai pekerjaan quality control pekerjaan pembuatan jalan.
II.
Peralatan
3. Handle
4. Hammer
5. Guide rod
6. Anvil
7. Penetratoin rod
8. Cone
9. Penetration scala
10. Carrying bag
11. Olie
12. Lap pel
13. Sabun
III.
Jalan percobaan
1. Letakkan penetrometer yang telah ditarik diatas permukaan
tanah sirtu yang akan diperiksa. Letakkan alat ini sedemikian
rupa sehingga berada dalam posisi vertikal, penyimpangan
sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang
relatif besar.
2. Baca posisi awal penunjukkan mistar ukur (X 0) dalam satuan
mm yang terdekat. Penunjukkan X 0 karena nilai X0 ini akan
diperhitungkan pada nilai penetrasi. Masukkan nilai X 0 ini pada
tabel data kolom ke-2 (pembacaan mistar mm) untuk tumbukan
= 0 (baris ke-1)
110
konus
menembus
tanah/lapisan
sirtu
dibawahnya.
4. Baca posisi penunjukkan mistar ukur X 1) setelah terjadi
penetrasi. Masukkan nilai X1 pada tabel data kolom ke-2
(pembacaan mistar mm) untuk tumbukkan n = 1 (baris 2).
5. Ulangi prosedur 3 dan 4 berulang kali sampai batas kedalaman
lapisan yang akan diperiksa. Masukkan data X 2, X3, X4, .Xn
pada kolom ke-2 tabel data sesuai dengan baris n = 2, n = 3,
n=4, .n =n.
6. Isilah kolom ke-3 (penetrasi mm) pada tabel yaitu selisih antara
nilai X1 dengan X0 (1= 2, 3, 4 ..n)
7. Isilah kolom ke-4 (tumbukan per 25mm) dengan rumus
25
.n
Xn X 0
8. Dengan menggunakan grafik 1, tentukan nilai CBR yang
bersangkutan dengan cara sebagai berikut :
- Angka pada kolom ke-4 dimasukkan pada skala mendatar
- Tarik garis vertikal keatas sampai memotong grafik
- Dari titik perpotongan tersebut, tarik garis horizontal kekiri
sampai memotong scala vertikal
- Titik perpotongan tersebut menunjukkan nilai CBR nya
- Masukkan nilai CBR ini pada kolom ke-5
9. Dengan menggunakan grafik 2, tentukan juga nilai CBR yang
bersangkutan dengan cara sebagai berikut :
- Tarik garis vertikal keatas
111
- Angka
pada
kolom
ke-3
(penetrasi
mm)
Catatan
Tabel data grafik-grafik ini diambil dari buku manual terbitan
Puslitbang Jalan Departemen Pekerjaan Umum di Bandung
BAB XX
SPEEDY MOISTURE TESTER
112
I. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase kadar air
tanah secara cepat dilapangan maupun di laboratorium
II. Peralatan
1.
Speedy gauge
2.
Digital balance
3.
Calcium carbide
4.
Measuring spoon
5.
Crushing spoon
6.
Crushing ball
7.
Cleaning brush
8.
Carrying case
9.
Eter
10.
Sendok semen
11.
Tissue
III.
memerlukan
perhitungan,
cukup
dengan
melihat
tabel
dengan jumlah air yang terkandung dalam tanah tadi, hai ini
ditunjukkan oleh jarum penujnjuk tekanan.
Speedy gauge akan menunjukkan persentase kadar air terhadap
berat basah (wet weight) maka untuk mendapatkan nilai kadar air
diperlukan konversi terhadap berat kering (dry weight) tabel konversi
terlampir.
V. Jalan percobaan
1.
2.
3.
Persiapan penimbangan
Letakkan carrying case pada posisi yang datar, dan letakkan
timbangan dalam poposi datar.
4.
Penimbangan
Masukkan benda uji kedalam mangkuk timbangan, apabila
benda uji tersebut dalam keadaan basak cukup penimbangan
benda uji seberat 10 gr dan apabila benda uji agak kering
penimbangan benda uji seberat 20 gr.
5.
6.
Percampuran
Masukkan benda uji yng telah ditimbang kedalam speedy
gauge (tabung) lalu masukkan crushing ball (bola baja)
kedalam tabung dengan posisi mendatar secara perlahan untuk
mnghindari benturan pada ujung gauge (manometer), lalu
masukkan calcium carbide yang berada pada tutup tabung,
tutup erat dengancara memutar tungkai searah jarum jam.
7.
Pengujian
Pegang erat dengan kedua belah tangan pada posisi mendatar
lalu lakukan percampuran dengan cara memutar speedy gauge
(tabung) sesekali kedepan dan kebelakang, perhatikan jarum
pembacaan gauge (manometer) yang mulai bergerak, hentikan
pengujian apabila jarum manometer telah menunjukkan angka
tertentu dan konstan (tidak terjadi perubahan)
8.
Pembacaan
Baca angka pad gauge (manometer) yang merupakan angka
wet weight (%) lalu konversikan pada conversion chart yang
tertera pada carrying case untuk mendapatkan dry weight (%)
yang merupakan nilai kadar air tanah.
VI.
Perhatian khusus
115
Daftar Pustaka
116
1. Mekanika Tanah
2.
117