Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RISIKO PERILAKU

KEKERASAN DI BANGSAL SADEWA RSJ GRHASIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Semester VI
D-IV Keperawatan

Disusun oleh :
Eka Sulistyowati

P07120213015

Elsa Anggrahini

P07120213016

Nuraini Maghfuroh

P07120213027

Nia Handayani

P07120213028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PASIEN PERILAKU KEKERASAN
A; LATAR BELAKANG

Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Bangsal Sadewa Rumah


Sakit Jiwa Ghrasia, sebagian besar pasien masuk RS Ghrasia karena pasien
memiliki riwayat melakukan perilaku kekerasan. Umumnya mereka dibawa oleh
keluarganya,tetangganya maupun aparat keamanan karena mereka mencederai diri
sendiri, keluarga maupun lingkungannya. Padahal hal tersebut terjadi karena
banyak diantara mereka yang belum mengetahui cara mengontrol marah yang
baik dan benar. Dengan pasien memahami cara mengontrol marah ,tindak
kekerasan yang terjadi bisa lebih dicegah. Oleh karena itu, perawat akan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku Kekerasan (TAK PK) pada 5
pasien yang ada di bangsal Sadewa agar pasien tidak mencederai diri
sendiri,orang lain maupun lingkungan.
B; TOPIK

Perilaku Kekerasan
C; SASARAN

Pasien dengan resiko perilaku kekerasan


D; TUJUAN
1; Tujuan Umum :

Melatih pasien mengontrol marah


2; Tujuan Khusus :
a;
b;
c;
d;
e;
f;

Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekekrasan


Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
Pasien dapat menyebutkan jenis-jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan
Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan
Pasien dapat mencegah dan mengontrol perilaku kekerasan
Pasien dapat mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
spiritual, sosial dan terapi psikofarmaka

E;

LANDASAN TEORI
1; Perilaku kekerasan
a; Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana hal tersebut untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart &
Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000)
b; Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan yaitu :
1; Faktor psikologis
Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat
bahwa perilaku anusia dipengaruhi oleh dua insting. Kesatu insting
hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan kedua insting
kematian yang di ekspresikan dengan agresivitas.
Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan oleh
pengikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul
dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang
dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.
Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agrresif mempunyai
riwayat perilaku agresif.

Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,


mendukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau
pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia
mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
a; Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak mampu
untuk menyelesaikan secara efektif.
b; Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kanak-kanak,atau seduction parental, yang mungkin telah
merusak hubungan saling percaya dan harga diri.
c; Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga
2;

3;

membentuk pola pertahanan atau koping.


Faktor soosial budaya
Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh Bandura
(1977) dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pelajaran ini bisa
internal atau eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang
dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agrsif
mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa
adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus bidatang
ternyata menimbulkan perilaku agresif. Rangsangan yang diberikan
terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan
seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis
dll. Jika kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku),
lobus frontal (untuk pemikiran rasional) dan lobus temporal.

Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif:


serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin dan asam amino GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
a; Masa kanak-kanak yang mendukung
b; Sering mengalami kegagalan
c; Kehidupan yang penuh tindakan agresif
d; Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)
c; Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1; Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2; Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3; Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4; Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5; Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6; Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap
d; Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat,
2010, hlm 6)
1; Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai

perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2; Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan

kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan


kemarahan.
3; Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4; Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
5; Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
e; Perilaku Marah

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :


1; Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi
2; Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat
juga untuk mengembangkan diri pasien.
3; Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku acting
out untuk menarik perhatian orang lain.
4; Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.
f; Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:


1; Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.

2;
3;
4;
5;
6;

Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan


tidak baik.
Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan
pada objek yang berbahaya.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang
dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak
teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah (HDR),
sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan
bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka akan muncul
halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan yang meminta
pasien untuk melakukan kekerasan. Hal ini data berdampak pada
keselamatan dirinya dan orang lain (resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan). Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan,
dukungan keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi
pasien dapat mempengaruhi perkembangan pasien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan pasien sering keluar masuk
RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluar ga tidak
maksimal (regimen terapeutik inefektif).

2; Terapi Aktivitas Kelompok


a; Pengertian

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu


dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang
sama(struart & Laraia , 2001). Anggota kelompok mungkin dating dari
berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaanya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,
kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Struart & Laraia). Semua
kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok , ketika anggota
kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.

b; Jenis terapi kelompok

Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan


keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001)
menguraikan beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan
perawat sebagai tindakan keperawatan bagi pasien, misalnya task group,
supportive group, brief therapy groups, intensive problem-solving groups,
medication groups, activity therapy, dan peer support groups. Wilson dan
Kneisl (1992) menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic
group psycho therapi, psychodrama, self-help groups, remotivation,
reedukasi dan client government groups. Terapi aktivitas kelompok Rawlins,
Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi tiga, yaitu terapi
kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.
1;

2;

Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika pasien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri
(self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan atau ketiganya.
Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit
fisik krisis, tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya,
kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang
kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang
dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini
adalah sebagai berikut :
a;

Mencegah masalah kesehatan

b;

Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok

c;

Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling


membantu dalam menyelesaikan masalah.

3;

Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi
sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi.
Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok

(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)


Tujuan

Tipe

Aktivitas

1.Mengembangkan

Bibliotherapy

Menggunakan artikel, buku, sajak,

stimulasi persepsi

puisi, surat kabar untuk merangsang


atau

menstimulasi

berpikir

dan

mengembangkan hubungan dengan


orang lain.
Stimulus dapat berbagai hal yang
tujuannya melatih persepsi
2.Mengembangkan

Musik, seni, menari Menyediakan

stimulasi sensoris

kegiatan

mengekspresikan perasaan
Belajar teknik relaksasi dengan cara

Relaksasi

nafas dalam, relaksasi otot, imajinasi

3.Mengembangkan

Kelompok orientasi Fokus pada orientasi waktu, tempat

orientasi realitas

realitas,

kelompok dan orang; benar dan salah; bantu

validasi

memenuhi kebutuhan

4.Mengembangkan

Kelompok

Mengorientasikan diri dan regresi

sosialisasi

remotivasi

pada pasien menarik realitas dalam


berinteraksi atau sosialisasi

Kelompok

Fokus pada mengingat

mengingatkan
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan
dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang
digunakan pada TAK, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan
Kneisl (1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif

untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meninkatkan respon sosial dan


harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu
membaca puisi, seni, musik, menari dan literatur.
Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh
Wilson, Kneisl, dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok
tambahan yang disampaikan oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu,
akan diuraikan kombinasi keduanya menjadi terapi aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
a; Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi

Pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus


yang pernah dialami. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon pasien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca
artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus
yang disediakan); stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan
proses persepsi pasien yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan,
kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi.
Kemudian dilatih persepsi pasien terhadap stimulus.
b; Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris pasien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris pasien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan ssecara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya
pasien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi
emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan
sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi pasien
diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan
pasien, dapat digunakan sebagai stimulus.
c; Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling pasien atau orang yang dekat dengan

pasien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan pasien.


Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana
kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang
ada disekitar, dan semua kondisi nyata.
d; Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada


disekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok.
3; Pengorganisasian
a; Pasien
1; Kriteria Pasien dalam terapi aktivitas kelompok:
a;

Pasien dengan riwayat perilaku kekerasan

b; Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya


Terapi Aktifitas Kelompok
c;

Pasien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu


berinteraksi dalam kelompok kecil

d; Kondisi fisik dalam keadaan baik


e;

Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

f;

Pasien yang dapat memegang alat tulis

g; Pasien yang panca inderanya masih memungkinkan


2; Uraian Seleksi Kelompok :

a;

Hari

: Jumat

b; Tanggal

: 17 Juni 2016

c;

: Ruang Makan Wisma Sadewa

Tempat pertemuan

d; Waktu

: 11.30 s/d selesai

e;

Lamanya

: 45 menit

f;

Kegiatan

: TAK Perilaku kekerasan

g; Jumlah Anggota

: 6 Orang

h;

Kondisi pasien

: Kooperatif, mandiri.

i;

Jenis TAK

: Perilaku kekerasan

b; Leader :

Bertugas :
1; Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan pasien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
2; Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
3; Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
c; Co Leader :

Bertugas :
1; Mendampingi leader jika terjadi blocking
2; Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
3; Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
d; Observer :

Bertugas :
1; Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
2; Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
3; Mengobservasi perilaku pasien

Keterangan:
: klien
: kursi
: bendera
: leader
: co leader
: fasilitator
: observer
: klien sebagai juri

F;

PELAKSANAAN

TERAPI

AKTIFITAS

KELOMPOK

PERILAKU

KEKERASAN
SESI : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN FISIK
1; Topik : Permainan goyang balon
2; Tujuan
a; Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b; Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku

kekerasan.
c; Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
3; Setting
a; Ruangan nyaman dan tenang
b; Setting tempat peserta sebagai berikut

4; Alat bantu yang digunakan


a; Kursi
b; Bendera

3 buah
c; Kain penutup mata 3 buah
d; Music player
1 buah
e; Botol air mineral
3 buah
f; Balon berjumlah
3 buah

6 buah

g; Name tag
5; Metode
a; Dinamika kelompok
b; Diskusi dan tanya jawab
c; Permainan dan demostrasi
6; Pengorganisasian
a; Leader
b; Co leader
c; Observer
d; Fasilitator

: Nuraini Maghfuroh
: Eka Sulistyowati
: Elsa Anggrahini
: Nia Handayani

7; Pelaksanaan
a; Tempat pertemuan
b; Waktu

: Bangsal Sadewa
: 08.30 09.15 WIB

No
1.

Kegiatan
Persiapan

Wak
08.30 08

a; Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah disepakati


b; Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.

Orientasi

8.35; 08

a; Salam terapeutik
b; Evaluasi validasi
c; Kontrak

3.

Tahap kerja
a;
b;
c;
d;

08.15 09

Leader membacakan aturan permainan


Permainan dimulai
Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
Mendemonstrasikan cara menyalurkan kemarahan secara
sehat

e; Menjelaskan esensi permainan goyang balon

4.

Tahap Terminasi
a; Evaluasi
b; Rangkuman

09.00 09

c; Tindak Lanjut/ PR
d; Kontrak yang akan datang
c; Lamanya
d; Jumlah peserta

: 45 menit
: 6 orang

Nama

Kondisi

Rohmadi

Iritable

Heri

Kooperatif, tenang

Sumardiyono

Kooperatif, tenang

Suyatno

Autistik, iritabel

Yuli

Kooperatif, tenang

Edi

Kooperatif, tenang

8; Langkah Kegiatan
1; Persiapan
a; Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah disediakan
b; Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2; Orientasi
a; Salam terapeutik
1; Salam dari terapis kepada klien.
2; Klien dan terapis pakai papan nama
b; Evaluasi/validasi
1; Menanyakan perasaan klien saat ini
2; Mendiskusikan PR pada sesi 1
c; Kontrak
1; Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah

perilaku kekerasan
2; Menjelaskan aturan main sebagai berikut.
a; Klien bersedia mengikuti TAK
b; Berpakaian rapi dan bersih
c; Peserta tidak doperbolehkan makan, minum atau merokok
selama pelaksanaan TAK

d; Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

minta izin kepada terapi


e; Lama kegiatan 60 menit
f; Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3; Tahap kerja
a; Melakukan permainan goyang balon
1; Leader membacakan aturan permainan (metode TAK)
2; Klien membuat pasangan dengan 2 anggota tiap pasangan.
3; Tiap pasangan menentukan satu orang menjadi leader satu
orang ditutup matanya untuk di pos 2.
4; Tiap pasangan mengambil balon di pos 1 dan menaruh diantara
kedua dahi.
5; Kemudian diputarkan music lalu pasangan berjalan sampai pos

b;

c;
d;

e;
f;

2 sambil berjoget.
6; Pasangan tidak diperkenankan berhenti berjoget hingga pos 2.
7; Jika balon jatuh maka pasangan harus kembali ke garis start.
8; Setelah sampai di pos 1, salah satu anggota mengambil slayer
dan menutup mata menggunakan slayer dibantu oleh praktikan.
9; Leader mengkomando dari pos 1, kemudian anggota lainnya
berjalan menuju pos 2 dan mengambil bendera dengan mata
tertutup. Pemenang adalah pasangan yang paling cepat
mengambil bendera
Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
secara bergantian
1; Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakukan klien.
2; Tulis di papan tulis
Terapis menjelaskan esensi dari sesi 2 yaitu mencegah perilaku
kekerasan fisik
Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik nafas dalam,
menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan
Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih

1; Terapis mempraktikan
2; Klien melakukan redemonstrasi
g; Memberikan pujian pada peran serta klien
h; Upayakan semua klien berperan aktif

4; Terminasi
a; Evaluasi
1; Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2; Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku

kekerasan.
b; Tindak lanjut
1; Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari

jika terdapat stimulus penyebab perilaku kekerasan.


2; Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
3; Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
4; Memberikan
pekerjaan
rumah
yaitu
berlatih
mendemonstrasikan cara penyaluran energi secara konstruktif
yang telah dijelaskan oleh terapis.
c; Kontrak yang akan datang
1; Menyepakati untuk belajar aktivitas yang telah diajarkan.
2; Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
9; Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada


tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2,
kemampuan yang di harapakan adalah dua kemampuan menyalurkan
energy marah secara konstruktif untuk mencegah perilaku kekerasan.

Formulir evaluasi sebagai berikut:


Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No

Nama klien

Mempraktekkan cara fisikMempraktekkan cara fisik


yang pertama

yang kedua

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Petunjuk :
1; Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2; Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
3; Rentang nilai 10-100 untuk masing-masing orang.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 2
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu mempraktikkan
tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul bantal.
Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Keterangan:
: klien
: leader
: co leader
: fasilitator
: observer

SESI 3 :MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SOSIAL

A; Topik : PermainanEstafetSopanSantun
B; Tujuan
1; Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa

memaksa
2; Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
C; Setting
1; Ruangan nyaman dan tenang
2; Setting tempat peserta sebagai berikut

D; Alat
1; Spidol
2; Name tag
E; Metode
1; Dinamika kelompok
2; Diskusi dan tanya jawab
3; Permainan dan demonstrasi
F; Pengorganisasian

Leader
Co Leader
Observer
Fasilitator

: Kartika Nuraini
: Nurma Yuli Winarni
: Nita Tri Setyorini
: Listyo Bekti Miranti

G; Pelaksanaan
1; Tempatpertemuan
2; Waktu

Alokasi Waktu

: BangsalArimbi
: 13.00 14.00 WIB

No
1.

2.

4.

Kegiatan

Waktu

Persiapan
a; Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah
ikut sesi 3
b; Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

13.05 13.15

Orientasi
a; Salam terapeutik
b; Evaluasi validasi
c; Kontrak
Tahap kerja
a; Leader membacakan aturan permainan
b; Permainandimulai
c; Mendiskusikan cara meminta sesuatu dari
orang lain secara asertif
d; Mendemonstrasikan cara meminta sesuatu dari
orang lain secara asertif
e; Menjelaskan esensi permainan
Tahap Terminasi
a; Evaluasi
b; Rangkuman
c; Tindak Lanjut/ PR
d; Kontrak yang akan datang

3; Lamanya

13.15 13.50

13.50 14.00

: 60 menit
: 6 orang

4; Jumlahpeserta

Nama
Fandi

13.00 13.05

Kondisi
Iritabel, ADL mandiri

Fajar

Kooperatif, tenang

Wisnu

Kooperatif, tenang

Winung

Logore, iritabel

Damar

Autistik, kooperatif

Abu

Iritable, kooperatif

G; Langkah kegiatan
1; Persiapan
a; Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2
b; Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2; Orientasi
a; Salam terapeutik
1; Salam dari terapis kepada klien.
2; Klien dan terapis pakai papan nama
b; Evaluasi validasi
1; Menanyakan perasaan klien saat ini
2; Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan:

penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta


akibatnya.
3; Mendiskusikan PR pada sesi 2.
c; Kontrak
1; Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan
2; Menjelaskan aturan main sebagai berikut.
a; Klien bersedia mengikuti TAK
b; Berpakaian rapi dan bersih
c; Peserta tidak doperbolehkan makan, minum atau
merokok selama pelaksanaan TAK
d; Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapi
e; Lama kegiatan 60 menit
f; Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3; Tahap kerja

a; Melakukan permainan estafet sopan santun


1; Leader membacakan aturan permainan (metode TAK)
2; Pesertamembentuksatubarismemanjangdenganjarak

meter.
3; Urutan
paling
belakangdiberikan
kata
asertifmenggunakankertas
4; Urutan paling belakangmenyalurkan kata asertifkepada
orang
di
depannyasambilmemberispidolsecaraestafetdengansyaratse
belummemberispidolpesertamengucapkanpermisikepadapes
erta di depannyakemudianmembisikkan kata-kata asertif.
Lalupeserta yang menerimapesanmengucapkanterimakasih.
5; Estafetdilakukanhinggaurutanterdepandanpesertapaling

depanmengucapkankalimatsecarakerasdanjelas.
b; Setelah permainan selesai, peserta diminta untuk duduk
melingkar
c; Peserta diminta untuk memperagakan cara mereka dalam
mengungkapkan permintaan dan penolakan kepada orang lain
d; Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa
paksaan, yaitu Saya perlu/ingin/minta......., yang akan saya
gunakan.....
e; Menjelaskan esensi dari sesi 3 yaitu mencegah perilaku
kekerasan sosial dalam penerapan komunikasi secara asertif
f; Memilih semua peserta secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin d
g; Ulangi langkah f sampai semua peserta mencoba.
h; Memberikan pujian pada peran serta klien
i; Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan
rasa sakit hati pada orang lain, yaitu Saya tidak dapat
melakukan....... atau Saya tidak menerima dikatakan..... atau
Saya kesal dikatakan seperti.....
j; Ulangi i sampai semua klien mencoba.
k; Berikan pujian pada peran serta klien.
4; Terminasi
a; Evaluasi

1; Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.


2; Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan

yang telah dipelajari


3; Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang
benar
b; Tindak lanjut
1; Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan
interaksi sosial yang asertif jika terdapat stimulus penyebab
perilaku kekerasan.
2; Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
3; Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal
kegiatan harian klien.
4; Memberikan pekerjaan rumah yaitu berlatih menerapkan
cara berkomunikasi secara asertif kepada temannya
c; Observer membacakan rangkuman dari pelaksanaan TAK.
d; Kontrak yang akan datang
1; Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu
kegiatan ibadah
2; Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
3;
H; Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3,
kemampuan yang di harapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara
sosial.

Formulir evaluasi sebagai berikut :


Sesi 2

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan


Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No

Nama Pasien

Mempraktikan cara fisik yang Mempraktikan cara fisik


pertama

yang kedua

1
2
3
4
5
Petunjuk :
1; Tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK pada kolom nama pasien.
2; Untuk setiap pasien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda jika pasien mampu
dan tanda jika pasien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap pasien. Contoh: pasien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, pasien mampu mempraktikkan tarik napas dalam, tetapi
belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal. Anjurkan dan bantu pasien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
Tujuan
1; Pasien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2; Pasien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan.
Setting
1; Terapis dan pasien duduk bersama dalam lingkaran.
2; Ruangan nyaman dan tenang.
Alat

1; Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis


2; Buku catatan dan pulpen
3; Jadwal kegiatan pasien
Metode
1; Dinamika kelompok
2; Diskusi dan tanya jawab
3; Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1; Persiapan
a; Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah ikut Sesi 2.
b; Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2; Orientasi
a; Salam terapeutik
1; Salam dari terapis kepada pasien.
2; Pasien dan terapis pakai papan nama.
b; Evaluasi / validasi
1; Menanyakan perasaan pasien saat ini.
2; Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta perilaku kekerasan.
3; Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
c; Kontrak
1; Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2; Menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta


izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3; Tahap kerja

a; Mendiskusikan dengan pasien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain.
b; Menuliskan cara-cara yang disampaikan pasien.
c; Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
Saya perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan untuk....
d; Memilih dua orang pasien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin c.
e; Ulangi d. sampai semua pasien mencoba.
f; Memberikan pujian pada peran serta pasien.
g; Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu Saya tidak dapat melakukan ... atau Saya
tidak menerima dikatakan ... atau Saya kesal dikatakan seperti ....
h; Memilih dua orang pasien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i; Ulangi h sampai semua pasien mencoba.
j; Memberikan pujian pada peran serta pasien.
4; Tahap terminasi
a; Evaluasi
1; Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
2; Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3; Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b; Tindak lanjut
1; Menganjurkan pasien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosil
yang asertif , jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2; Menganjurkan pasien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial yang
asertif secara teratur.
3; Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian
pasien.
c; Kontrak yang akan datang

1; Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2; Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan
pasien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
No. Nama
pasien

Memperagakan

Memperagakan

Memperagakan cara

cara meminta

cara menolak yang mengungkapkan

tanpa paksa

baik

kekerasan yang baik

1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk:
1; Tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK pada kolom nama pasien.
2; Untuk tiap pasien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan pencegahan
perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik
, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda centang jika pasien
mampu dan tanda silang jika pasien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap pasien. Contoh: pasien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Pasien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan pasien
mempraktikan di ruang rawat ( buat jadwal).

Anda mungkin juga menyukai