Satuan Acara Penyuluhan Asam Urat
Satuan Acara Penyuluhan Asam Urat
Disusun Oleh :
Octavia Nur Aini Wahyudi
(070115b076)
Pokok Bahasan
: Keluarga Tn.s
Waktu
: 30 Menit
Hari/ Tanggal
Tempat
: Rumah Tn.s
Penyuluh
A. Latar Belakang
Gout merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi di masyarakat, oleh
karena itu pengetahuan mengenai penyakit asam urat dan perawatannya dirumah
merupakan informasi yang sudah selayaknya diketahui oleh masyarakat. Satu
survey epidemologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan
bahwa penderita asam urat pada pria adalah 24,3% dari jumlah populasi pria,dan
penderita asam urat pada wanita adalah 11,7% dari jumlah populasi wanita
(Purwaningsih, 2010).
Penumpukan asam urat di tubulus ginjal dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan nefron ginjal yang progresif dan akan menimbulkan batu
ginjal dan akan berakhir dengan gagal ginjal kronik. Selain masalah di atas,
hiperurisemia mempunyai hubungan dengan mortalitas dari berbagai penyakit
kardiovaskuler, seperti hipertensi, jantung koroner,dan lain-lain (Misnadiarly,
2007).
Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesis purin yang
merupakan prekusor xantin (Schmitz, 2008). Namun, obat ini memiliki efek
samping terutama gangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta
kerusakan hati dan ginjal juga pernah dilaporkan (Tjya & Rahardja,2002). Pada
tindakan non farmakologi dilakukan dengan perubahan gaya hidup, terapi gizi
medis, kebugaran jasmani (olahraga), edukasi, dan terapi herbal. Kebugaran
jasmani juga sangat diperlukan untuk mencegah atau menunda penyakit-penyakit
degeneratif dan penyakit kelainan metabolisme seperti gout artritis.
Perlu adanya upaya baik bersifat perawatan, pengobatan, pola hidup sehat
dan juga upaya lain, seperti aktivitas fisik. Aktivitas fisik atau olahraga bagi setiap
lansia berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta
memeperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Latihan
ketahanan atau olahraga dengan intensitas sedang dan terkontrol (3 x 40-45
menit/minggu) dapat meningkatakan imunokompetensi dan pembakaran lemak,
pembakaran asam urat, mengurangi stres dan kelebihan berat badan, serta
memperbaiki efisiensi jantung, toleransi glukosa, resistensi insulin, dan aliran
darah (Grober, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga Tn.S mampu memahami pentingnya
menjaga pola hidup sehat mengenai diet dan senam ergonomis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 1x30 menit diharapkan sasaran dapat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
C. Pokok Materi
1. Faktor penyebab gout artritis.
2. Tanda gejala gout artritis.
3. Diet gout artritis.
4. Langkah-langkah senam ergonomis.
D. Media
1. Laptop
2. Leaflet
3. Sound
E. Settingan Tempat
Keterangan :
: Keluarga
: Instruktur
No.
1
Tahap
Waktu
Pembukaan 5 menit
Penyampai 10
an Materi
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
Mengucapkan
Menjawab salam
Salam
Memperhatikan
Perkenalan
Menjawab
Menjelaskan tujuan
Apersepsi
Menjelaskan
menit
Ceramah
dan dan
yang demonstr
Menjelaskan faktor
memperhatikan
penyebab
dijelaskan penyuluh
gout
Menjelaskan
penatalaksanaan
yang tepat
yang diberikan
Mendengarkan
artritis
pertanyaan Ceramah
gout Memperhatikan
artritis
Media
Demonstrasi senam
ergonomis
asi
Diskusi
10
menit
Memberikan
Memperhatikan
kesempatan kepada
Mendengarkan
dan
keluarga
memperhatikan
yang
untuk
menanggapi hal-hal
yang
Ceramah
dijelaskan penyuluh
berhubungan
dengan
penatalaksanaan
gout artritis
Menjawab
pertanyaan
dan
tanggapan
yang
telah
disampaikan
oleh keluarga
4
Penutup
5 menit
Menanyakan
Menjawab
pertanyaan
Melakukan kontrak
untuk
pertemuan
selanjutnya
G. Evaluasi
Salam penutup
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
1. Evaluasi Struktur
a.
b.
c.
2. Evaluasi proses
a.
b.
c.
d.
3. Evaluasi hasil
a.
Keluarga
menunjukkan
adanya
peningkatan
pengetahuan
dan
Lampiran Teori
GOUT ARTRITIS
A. Pengertian
Gout adalah sekelompok kondisi inflamasi kronis yang berhubungan dengan
defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan hiperuresemia
(Brunner&Suddart, 2013).
Gout adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini
biasanya akan dikeluarkan dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam
darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada
persendian-persendian di tempat lainnya termasuk diginjal itu sendiri dalam
bentuk kristal-kristal (Sandjaya,2014).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, gout dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui (idiopatik)
secara signifikan. Ada dugaan penyebab penyakit ini berkaitan
dengan kombinasi factor genetic dan factor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatakan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.
b.
Gout
jenis
sekunder
ini
kebanyakan
disebabkan
oleh
Faktor umum
Penyakit ini beragam penyebabnya, diantaranya adalah kurang
tidur yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam laknat.
Selain itu penggundaan sendi yag berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya peradangan. Perandangan sendi juga bisa terjadi karena
terlalu banyak berjalan, naik turun tangga, sering jongkok berdiri
juga bisa menyebabkan kelebihan asam urat pada jaringan atau
persendian.
b.
Faktor khusus
1) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses
penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan
factor usia, dimana usia dia atas 40 tahun beresiko besar terkena
asam urat.
waktunya
serangan
cenderung
terjadi
Kolkisin (colchicini)
Mekanisme kerja dari kolkisin adalah sebagai zat penghambat
mitosis
yaitu
menghambat
polimerasi
tubulin
sehingga
fagositosis
granulosit
neutrofil
berinti
polomrf,
Alopurinol (Zyloric)
Obat ini bekerja dengan menghambat xanthin okside, enzim
yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi
asam urat. Namun, obat ini memiliki efek samping terutama
gangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta
kerusakan hati dan ginjal.
3.
Benzbromaron (Narcaricin)
Benzbromaron bersifat urikosurik dengan cara menyerap
kembali asam urat di tubulus proximal. Ekskresinya diperbanyak
dan kadar asam urat dalam darah menurun. Efek samping berupa
gangguan lambung-usus (diare), reaksi alergi kulit, nyeri kepala,
kulit ginjal, sering berkemih. Overdosis mengakibatkan mual dan
muntah, hepatitis dan gangguan fungsi ginjal.
4.
b.
banyak
mengandung
lemak
seperti
santan
(Krisnatuti, 2010).
Makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin,
namun makanan tersebut juga sangat berguna bagi tubuh.
tinggi
purin
dan
memilih
yang
rendah
purin.
Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung,
paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring,
ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta
makanan dalam kaleng.
2.
Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk
golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan
kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun
singkong, daun pepaya, kangkung.
3.
2.
= Jerohan
= Alkohol
= Sarden
= Bayam
= Unggas
= Kacang
= Emping
= Tape
semua zat yang larut di dalam cairan purin. Asam urat yang
teralarut di dalam air akan dibuang dan diekskresikan ginjal
bersama purin (Herlina, 2013).
3.
Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara rutin akan memperlancar
sirkulasi darah dan mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah.
Di dalam olahraga terdapat senam ergonomis. Kondisi ini akan
berpengaruh positif bagi tubuh, karena dengan berolahraga
pikiranpun akan menjadi rileks sehingga stress dapat dikurangi dan
dikendalikan serta sistem metabolism akan berjalan lancer sehingga
proses distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih
efektif dan efisien. Sistem metabolisme yang berjalan lancar akan
mengurangi resiko peningkatan asam urat di dalam tubuh. (Sustarni
dkk, 2014).
Melakukan olahraga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
keselamatan, olahraga sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam satu
minggu dengan latihan minimal 15-45 menit secara teratur
(Wratsongko, 2006). Beberapa senam yang dapat dilakukan antara
lain, senam 10 menit, senam kegel, yoga, taichi, dan senam
ergonomis.
Senam ergonomis adalah senam fundamental yang gerakanya
sesuai dengan susunan dan fungsi fisologis tubuh. Tubuh dengan
sendirinya
terpelihara
homeostatisnya
(kelenturan
dan
keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadaan bugar. Gerakangerakan ini juga memungkinkan tubuh mampu mengendalikan,
menangkal beberapa penyakit dan gangguan fungsi tubuh sehingga
tubuh tetap sehat (Wratsongko, 2006).
Teknik Gerakan Ergonomis
a.
Caranya:
Berdiri
tegak,
dua
lengan
diputar
ke
belakang
semaksimal
mungkin.
Rasakan keluar dan masuk napas rileks.Saat dua lengan di atas
kepala, dari kaki jinjit (Wratsongko, 2006).
Manfaatnya: Putaran lengan pada bahu menyebabkan
stimulus untuk mengoptimalkan fungsinya cabang besar saraf di
bahu ( pleksus brakhialis), dalam merangsang saraf pada organ
paru, jangtung, liver, ginjal ,lambung, dan usus, sehingga
metabolism optimal. Dua kaki dijinjit meningkatkan stimulus
sensor-sensor saraf yang merupakan refleksi fungsi organ dalam
(Wratsongko, 2006).
kaki
sampai
punggung
terasa
tertarik
atau
napas,
lakukan
secara
rileks
dan
perlahan
(Wratsongko, 2006).
Manfaatnya: Menarik napas dengan menahannya di dada
merupakan teknik mensuplai oksigen dalam jumlah yang
maksimal
sebagai
Membungkukan
bahan
badan
ke
bakar
depan
metabolisme
dengan
kedua
tubuh.
tangan
dalam
dan
membantu
menghindari
risiko
jepitan
saraf.
(Wratsongko, 2006).
c.
Caranya:
Posisi
duduk
perkasa
dengan
dua
tangan
belakang
relative
mendekati
posis
lurus
dimana
serabut
saraf
tulang
belakang
berkurang,
sehingga
ATP
(Adenosin
Tripospat)
di
hati,
sehingga
Lampiran 2
FORMULIR INGATAN PANGAN 24 JAM
Waktu Makan
(Jam)
Makan Pagi
Makan Siang
Kandungan purin
61mg/dl
178 mg/dl
152 mg/dl
168 mg/dl
Nasi : 100gr
209 mg/dl
galantin 100gr
brokoli dan wortel :
50gr
Nasi : 100gr
tempe: 25gr
capcai : 50gr
42 mg/dl
Makan Malam
Nasi : 100gr
209 mg/dl
Galantin 100gr
Brokoli dan wortel
50gr
Nasi : 100gr
ayam: 50gr
bihun:50gr
122 mg/dl
(nasi,tahu,bihun)
Nasi : 100gr
tahu: 100gr
bihun: 50gr
161 mg/dl
Nasi : 100gr
galantin: 100gr
kentang: 50gr
179 mg/dl
(nasi
,galantin,
kentang)
(nasi,tahu,bihun)
Nasi : 100gr
tahu: 100gr
bihun: 50gr
178 mg/dl
Nasi : 100gr
tempe: 25gr
wortel: 50gr
42 mg/dl
(Dikutip dari :Petunjuk laboratorium penilaian keadaan gizi masyarakat oleh Suhardjo, PAU Pangan dan Gizi IPB 1990, dalam
buku Buku Ajar Ilmu Gizi oleh Arisman, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth.2013. Keperawatan Medikal-Bedah; Alih Bahasa, Devi
Yulianti,Amelia Kimin; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Eka Anisa Mardella. Ed.12.
Jakarta : EGC
Damayanti, D.(2012). Panduan lengkap mencegah dan mengobati asam urat.
Yogyakarta: Penerbit
Grober, (2012). Mikro- nutrien Penyelarasan Metabolik, Pencgahan dan Terapi,
Terjemahan oleh Hadinata, A.H. dan Aini, N., Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta.
Herlina.(2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Finedia.
Krisnatuti, dkk. 2008. Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat
Jakarta: Penebar Swadaya.
Misnadiarly. 2007. Rematik. Asam Urat- Hiperurisemia, Artritis Gout. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.
Purwaningsih, Tinah. 2010. Faktor-Faktor Resiko Hiperurisemia Universitas
Diponegoro Semarang. Tesis.
Schmitz, Gery. (2008). FarmakologidanToksikologi. Jakarta: EGC.
Sustarni, L., Alam, S., &Broto, I, H. (2006). AsamUrat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Wratsongko, M. 2006. Senam Ergonomik dan Pijat Getar. Jakarta