Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Kita

sebagai

makhluk

sosial

yang

melakukan

interaksi

dengan

masyarakat yang ada di sekitar kita pasti pernah mengalami suatu


pertentangan atau perbedaan dengan orang orang yang ada di sekitar kita.
Pertentangan ini yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang jika
dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar. Bisa dikatakan
bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih
yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain.
Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat
masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan
menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisa
kita simpulkan bahwa kita sebagai masyarakat tidak bisa menghindari
adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita. Contoh kecil dari
konflik yaitu dari lingkungan keluarga, terkadang kita mengalami perbedaan
pendapat dengan salah satu anggota keluarga, yang nantinya pasti akan
menjadi sebuah konflik karena konflik terjadi karena beberapa penyebab
yang masing masing mempunyai jalan tersendiri untuk menyelesaikan
konflik tersebut. Ada empat bentuk konflik yaitu konflik tujuan, konflik
peranan, konflik nilai dan konflik kebijakan. Konflik juga tidak begitu saja

muncul tapi konflik mempunyai sumber sumber yang menjadi patokan atu
pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.

1.2

Tujuan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk :


1)

Menjelaskan pengertian konflik sosial

2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik sosial


3) Menganalisis dampak yang muncul karena konflik sosial
4) Mengidentifikasikan bentuk pengendalian sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Konflik Sosial


Konflik dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi

ketidaksamaan persepsi, pandangan, perspektif antara satu pihak dengan


lainnya yang kemudian masing-masing pihak berusaha untuk membenarkan
pendapatnya dengan cara menyingkirkan pihak lawannya. Menurut Soejono
Soekanto, untuk menyingkirkan pihak lawan maka digunakanlah ancaman
dan/ atau kekerasan.
Konflik dapat terjadi karena masing-masing indivdu memiliki sifat dan
karakter yang berbeda. Ditambah lagi dengan tujuan dan kepentingan
mereka yang tidak sama pula. Ketidaksamaan antarindividu

itulah yang

kemudian membuatnya merasa terancam dengan keberadaan individu


lainnya. Individu-individu tersebut lalu berupaya dengan menggunakan
berbagai cara untuk menyingkirkan pihak yang menjadi lawannya.
Konflik

lebih

sering

terjadi

dalam

hubungan

sosial

bukan

personal/intim. Ini bisa terjadi karena masing-masing pihak dalam hubungan


personal

menekankan

perbedaan.

perasaan-perasaan

yang

bisa

mempertajam

2.2

Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial

1) Pebedaan Antarindividu
Contoh konflik yang dapat terjadi ketika seorang anak ingin
melanjutkan sekolahnya

ke sekolah musik, sementara orang tuanya

menginginkan anaknya kuliah ekonomi. Hal ini wajar terjadi karena adanya
perbedaan antarindividu. Jika antarindividu yang masih dalam satu keluarga
saja terlibat konflik, apalagi antarindividu dengan individu lainnya yang sama
sekali tidak ada hubungan darah.
2) Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan

kebudayaan

dapat

memicu

terjadinya

konflik.

Contohnya perbedaan kebudayaan antara orang Eropa yang datang ke


benua

Amerika

dan

orang

Indian

yang

merupakan

penduduk

asli

menyebabkan konflik sampai menelan korban jiwa. Semakin lama semakin


banyak orang Eropa yang hijrah ke Amerika sehingga penduduk asli Amerika
kemudian ditempatkan dalam suatu perkampungan khusus. Akhirnya terjadi
dominasi orang Eropa kulit putih terhadap orang Indian.
3) Perbedaan Kepentingan
Perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok juga dapat
memicu konflik. Setiap orang atau kelompok tentu memiliki kebutuhan
maupun kepentingan. Sedangkan orang lain atau kelompok lain pun memiliki
kepentinga dan kebutuhan sendiri. Perbedaan tersebut kemudian terbentuk
dan menjadi konflik. Contohnya, pengusaha memiliki kepentingan untuk
memperolaeh laba usaha yang besar. Mereka lalu melakukan upaya guna
memperbesar laba seperti menekan biaya yang dipakai untuk menggaji
buruh. Sementara itu, para buruh memiliki kepentingan atau kebutuhan
untuk hidup sejahtera melalui gaji yang besar. Perbedaan kepentingan
seperti ini bisa mendatangkan konflik sosial di masyarakat.

4) Perubahan Sosial
Perbedaan sosial di masyarakat mengakibatkan timbunya konflik.
Contoh, berkembangnya perkotaan menyebabkan lahan perumahan dan
pertanian menjadi sempit. Hal ini bisa mendatangkan konflik antaranggota
keluarga akibat memperebutkan tanah warisan. Contoh lain, perubahan
pandangan terhadap nilai perkawinan bisa mendatangkan konflik antar
generasi muda dengan genersi tua.

2.3

Bentuk-Bentuk Konflik

v Dilihat dari yang terlibat di dalamnya :


1) Konflik Pribadi
Konflik pribadi terjadi antara satu individu dengan idividu
lainnya. Hal-hal yang menjadi penyebab konflik ini bisaanya adalah hal-hal
yang bersifat pribadi. Kendati demikian, konflik pribadi pun bisa berujung
kemuka hukum. Contohnya, perebutan harta warisan antara kakak dan adik.
Setelah merasa tidak dapat menyelesaikan secara damai, keduanya sepkat
untuk membawa masalah tersebut ke jalur hokum.
2) Konflik Antar Kelompok
Konflik antarkelompok terjadi antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya. Contohnya yaitu tawuran antar pelajar. Kelompok pelajar
A tidak terima dengan perlakuan anggota kelompok pelajar B. Perbedaan
pendapat itu kemudian menjadi konflik yang diwarnai bentrokan fisik.
3) Konflik Antaretnis
Indonesia yang memiliki macam-macam etnis tentunya memiliki
adat istiadat dan budaya yang berbeda. Terkadang, pandangan etnis
tertentu terhadap suatu hal bertolak belakang degan pendapat kelompok

etnis lainnya. Kalau sudah begini, maka konflik pun bisa terjadi. Beberapa
waktu lalu di Indonesia terjadi konflik antaretnis seperti yang terjadi di
Kalimantan.
4) Konflik Antarnegara
Konflik antarnegara bisa terjadi apabila muncul dominasi suatu
negara atas Negara lainnya. Pada awal kemerdekaan Indonesia, terjadi
konflik antar Indonesia dengan Belanda. Penyababnya adalah Belanda masih
menganggap Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Belanda masih ingin
mendominasi Indonesia.
v Dilihat dari latar belakang terjadinya :
a) Konflik Politik
Banyak sekali konflik berlatar belakang politik yang terjadi di
Indonesia. Masalah internal partai politik pun bisa meluas dan menjadi
konflik politik berskala nasional yang memakan banyak korban jiwa. Yang
paling besar tentu saja konflik yang terjadi pasca-pembrontakan G30S/PKI
1965. Konflik sosial tersebut merupakan konflik yang palik traumatik karena
memakan korban ratusan ribu atau bahkan jutaan korban.
b) Konflik Ekonomi
Naiknya harga-harga, kurangnya lapangan pekerjaan, serta
kesenjangan pendapat antara orang kaya dengan orang miskin merupakan
hal-hal yang menyebabkan terjadinya konflik bernuansa ekonomi di dalam
masyarakat.
c) Konflik Budaya
Bebeberapa waktu lalu terjadi perdebatan tentang batasan pornografi
dalam Undang-Undang Antipornografi. Ini disebabkan oleh perbedaan

kebudayaan dalam memandang suatu hasil kesenian. Bisaanya perbedaan


ini terjadi antara golongan tua dengan golongan muda.
d) Konflik Agama
Konflik agama adalh konflik yang dilatarbelakangi oleh agama.
Perbedaan tata cara beribadat, pandangan, dan lainnya bisa menyebabkan
konflik bahkan dalam intra agama sekalipun. Konflik ini juga bisa dicampuri
dengan masalah etnisitas, sehingga terjadi kerusuhan seperti yang terjadi di
Poso dan Ambon.

2.4 Dampak yang Muncul Akibat Konflik Sosial


Dampak Negatif :

Konflik menimbulkan prasangka antar pihak yang berkonflik

Mengakibatkan kehilangan harta benda sampai dengan nyawa orang

Renggangnya hubungan yang semula berjalan lancar.

Dampak Positif :

Meningkatkan solidaritas kelompok (In Group Solidarity)


Sebuah kelompok memiliki pihak lain yang diidentifikasikan sebagai
musuh bersama. Dengan ini setiap anggota kelomok tersebut akan bekerja
sama untuk menyingkirkan pihak yang diidentifikasikan sebagai musuh
bersama tadi. Contohnya, pada tahun 1998 Orde Baru merupakan musuh
bersama para mahasiswa yang menginginkan adanya reformasi. Mereka
bersatu dalam kelompok angkatan 98 yang berusaha melengserkan
Soeharto dari jabatan Presiden.

Menciptakan Integrasi yang harmonis


Integrasi yang dimaksud adalah yang terjadi setelah konflik
berakhir. Contohnya seperti konflik di Aceh antara GAM dengan Republik
Indonesia. Pihak Gerakan Aceh Merdeka ingin memisahkan diri dari Republik
Indonesia. Konflik pun terjadi bertahun-tahun tanpa adanya kesepakatan

damai. Baru setelah Aceh dilanda tsunami, tercapai kesepakatan damai


antara RI dan GAM. Akhirnya GAM memutuskan untuk kembali menjadi
bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Memperkuat identitas pihak yang berkonflik


Dengan adanya konflik, pihak-pihak yang terlibat semakin memahami
identitasnya, baik sebagai individu maupun sbagai anggota dari sebuah
kelompok.

Ketika

terjadi

perbedaan

pandangan

perihal

pelaksanaan

proklamasi, mereka yang berusia muda mengidentifikasikan diri sebagai


kelompok

muda

yang

menginginkan

kemerdekaan

diproklamasikan

secepatnya dan tanpa bantuan dari Jepang.

Menciptakan kelompok baru


Ketika terjadi perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet
berdiri sebuah kelompok yang bertekad tidak mau terlibat dalam pertikaian
dua Negara tersebut. Kelompok ini lah yang menjadi Gerakan Non-Blok.
Dalam hal ini, konflik yang terjadi malah mengakibatkan munculnya
kelompok baru.

Membawa Wawasan
Konflik juga bisa membawa wawasan kedua belah pihak yang betikai.
Contohnya pemboman Hiroshima dan Nagasaki telah membuka mata pihak
yang bertikai bahkan dunia internasional akan bahaya bom atom.
2.5 Bentuk Pengendalian Konflik Sosial

v Dilihat dari keberadaan pihak ketiga sebagai penengah :


1) Konsiliasi
Di dalam bentuk pengendalian ini,konflik dikendalikan melalui sebuah
lembaga. Tidak sembarang lembaga dapat berperan dalam konsiliasi.
Lembaga yang dimaksud haruslah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Diakui oleh kedua belah pihak

Keputusannya bersifat mengikat dan memaksa bagi pihak-pihak yang


berkonflik

Bersih dan berwibawa


Jadi kedua belah phak yang berkonflik merasa berkewajiban untuk

menaati apa yang telah diputuskan oleh lembaga tersebut.


2)

Mediasi
Serupa dengan Konsiliasi, mediasi pun menunjuk pihak ketiga
sebagai penengah. Hanya saja yang membedakan adalah dalam mediasi ini
pihak yang berkonflik tidak harus melaksanakan apa yang dikatakan oleh
sang debitur. Jadi, dalam hal ini mediator hanya memberikan saran,
pendapat, dan pandangan mengenai bagaimana konflik dapat diselesaikan.

3)

Arbitrasi
Dalam pengendalian arbitrasi dapat di contohkan seperti
didalam setiap pertandingan sepak bola, selalu ada seorang wasit yang
keputusannya harus dipatuhi oleh seluruh pemain dari kedua tim yang
bermain. Begitu pula dalam pengendalian konflik dengan cara arbitrasi. Ada
pihak ketiga yang bertindak sebagai wasit. Setiap keputusannya harus
ditaati oleh pihak yang berkonflik.

v Dilihat dari yang berinisiatif menyelenggarakan upaya pengendalian konflik :


1) Paksaan
Cara paksaan maksudnya pihak yang kuat memaksa pihak yang
lemah untuk mengakhiri konflik. Dalam hal ini, pihak yang memaksa
mengakhiri konflik akan menjadi pihak pemenang. Pihak yang dipaksa untuk
mengakhiri konflik akan dianggap sebagai pihak yang kalah. Ini terjadi pada
perjanjian Jepang dengan pihak sekutu setelah Jepang kalah dalam Perang

Dua Kedua. Jepang menyetujui untuk tidak memiliki Angkatan Perang,


padahal ini sangat merugikan bagi Jepang
2)

Sukarela
Sebuah

konflik

yang

berkepanjangan

pastilah

membawa

dampak yang negative. Kedua belah pihak yang berkonflik terkadang merasa
jenuh dan ingin segera mengakhiri konflik. Mereka kemudian sepakat untuk
mengadakan

pertemuan

untuk

bernegosiasi

membicarakan

upaya

menyelesaikan konflik. Hasil negosiasi tersebutlah yag ditaati oleh kedua


belah pihak sehingga terjadi perdamaian.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Realisasi Antara Konflik Sosial Secara Teoritis Dengan Fakta di
Masyarakat

Jadi kesimpulannya yaitu, semua lapisan masyarakat di dunia pernah

mengalami konflik. Secara teortis konflik sosial sebenarnya membawa


manfaat yang baik bagi masyarakat hanya saja cara dan jalannya
kebanyakan mengarah ke dampak negative. Sehingga di masyarakat banyak
terjadi kerusuhan di mana-mana. Konflik sosial juga membawa dampak
positif walaupun pada kenyataannya yang terjadi dimasyarakat kebanyakan
dampak negative.

3.2

Manfaat Mempelajari Konflik Sosial Masyarakat

Manfaat kita mempelajari konflik sosial yaitu kita dapat mengetahui

pengertian, faktor-faktor penyebab, dampak yang muncul dan caranya


mengendalikan konflik sosial tersebut. Dalam mempelajari konflik sosial kita
juga dapat mengetahui kalau kita harus saling menghargai sesama dan tidak
egois kepada orang lain sehingga konflik sosial bisa diminimalisir.

3.3

Saran-Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa dan negara yang beragama dan

juga bernegara hukum, seharusnya kita berusaha menghindari adanya


konflik sosial di antara masyarakat, agar Negara kita ini bisa menjadi
Negara yang penuh dengan kedamaian, kerukunan dan bebas dari
segala jenis konflik dan pertentangan.

Anda mungkin juga menyukai