TRAKOMA
Disusun oleh:
ANDI ROY S
NIM: 110100193
Supervisor:
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................
1.1
Latar Belakang ...................................................................
1.2
Tujuan Penulisan ......................................................................
i
ii
iii
1
1
3
4
4
5
5
6
7
7
8
9
12
13
15
18
18
18
20
21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trakoma adalah suatu penyakit tertua yang terkenal di dunia sejak dahulu
dan mengenai semua ras. Dengan 400 juta penduduk dunia yang terkena, penyakit
ini menjadi salah satu penyakit kronik yang paling banyak dijumpai. Prevalensi
dan berat penyakit yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar
variasi hygiene perorangan dan standart kehidupan masyarakat dunia, kondisi
iklim tempat tinggal, usia saat terkena, serta frekuensi dan jenis infeksi mata
bacterial yang sudah ada.1
Trakoma merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Chlamydia trachomatis, mudah menyebar melalui kontak langsung, bersama
handuk dan kain, ataupun akibat lalat yang berkontak dengan mata atau hidung
orang yang terinfeksi. Trakoma, yang menyebar di daerah yang tidak memiliki
akses yang memadai terhadap air dan sanitasi, mempengaruhi masyarakat yang
paling terpinggirkan di dunia. Secara global, hampir 8 juta orang tunanetra terjadi
akibat trakoma dan 500 juta beresiko kebutaan dari penyakit di seluruh 57 negara
endemik. Jika tidak diobati, infeksi trakoma berulang dapat menyebabkan luka
parah di dalam kelopak mata dan dapat menyebabkan trichiasis. Selain
menyebabkan rasa sakit, trichiasis menyebabkan kerusakan kornea secara
permanen dan dapat menyebabkan kebutaan ireversibel.2
Intervensi utama yang dianjurkan untuk mencegah infeksi trakoma adalah
peningkatan
sanitasi,
pengurangan
tempat
perkembangbiakan
lalat
dan
1.2
Tujuan
Tujuan penulisan paper ini sebagai syarat untuk mengikuti postest
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Mata
Trakoma
Definisi dan Etiologi
Trakoma adalah infeksi konnungtiva yang disebabkan oleh Chlamydia
Faktor Resiko
Faktor predisposisi trakoma termasuk usia, jenis kelamin, ras, iklim, status
2.2.3
konjungtiva dari orang yang terkena. Karena itu, infeksi bakteri yang
berkelanjutan meningkatkan penularan penyakit dengan meningkatkan sekresi
konjungtiva. Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata oleh salah satu mode
berikut:
1. penyebaran langsung dari infeksi dapat terjadi melalui kontak dengan udara
atau terbawa air.
2. transmisi vektor dari trakoma umum melalui lalat.
3. transfer material memainkan peran penting dalam penyebaran trakoma.
Transfer material dapat terjadi melalui jari-jari yang terkontaminasi dari dokter,
perawat dan tonometer terkontaminasi. Sumber-sumber lain dari transfer material
infeksi adalah penggunaan umum handuk, saputangan, dan selimut.9
2.2.4 Patofisiologi
Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan infiltrat
monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel. Gambaran tipe folikel
dengan pusat germinal dangan pulau- pulau proliferasi sel B yang dikelilingi
sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang
lama yang menyebabkan konjungtival scarring. Scarring diasosiasikan dengan
atropi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal,
longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan
V.5,10
2.2.5
Gejala Klinis
Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis ,
tetapi tanda akut dan kronis dapat muncul dalam waktu yang bersamaan dalam
satu individu. Derajat keparahan dari infeksi mata oleh Chlamydia trachomatis
dapat ringan sampai dengan berat. Banyak infeksinya bersifat asimtomatis. Sesuai
dengan masa inkubasinya yaitu 5-10 hari, infeksi konjungtiva menyebabkan
iritasi, mata merah, dan discharge mukopurulen. Keterlibatan kornea pada proses
inflamasi akut dapat menimbulkan nyeri dan fotofobia. Secara umum, gejala lebih
ringan dari tampilan mata.
Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah vasodilatasi dari pembuluh
darah konjungtiva. Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah infeksi,
papil
terlihat
sebagai
pembengkakan
kecil
konjungtiva,
dengan
sekunder oleh jamur atau bakteri. Karena sikatrik bersifat opak maka penglihatan
dapat terganggu bila mengenai daerah sentral kornea.5,6,11
2.2.6 Grading Trakoma
Grading trakoma menurut McCallan7
Stadium
Stadium I
Stadium II
Stadim IIA
Nama
Trakoma Insipien
Trakoma
Dengan hipertrofi papilar yang
Gejala
Folikel imatur, hipertrofi papilar minimal
Folikel matur pada dataran tarsal atas
Keratitis, folikel limbus
Stadium IIB
menonjol
Dengan hipertrofi folikular
Stadium III
yang menonjol
Trakoma sikatrik
Trakoma sembuh
Stadium IV
11
vaskular tarsal.
Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp.
3. Sikatrik Trakoma (TS)
tarsal.
Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakin
12
2.2.7
1.
Diagnosis
Riwayat Penyakit
Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada
13
Konjungtivitis folikularis
Vernal
catarrh
Gambaran
Nodul lebar
Lesi
datar dalam
bertaburandengan
susunan
bintik-bintik
cobblestone
kuning pada
pada
konjungtiva tarsal
(Lanjut) Granula
konjungtiva
pada konjungtiva
14
tarsal atas
lapisan susu
Ukuran Lesi
Penonjolan besar,
Penonjolan
dan Lokasi
lesi konjuntiva
besar, tarsus,
Lesi
limbus dan
teristimewa lipatan
tidak terlibat
forniks dapat
retrotarsal kornea-
terlibat
pannus, bawah
infiltrasi abu-abu
dan pembuluh
tarsus terlibat
Tipe sekresi
Kotoran air
Bergetah,
bertali, seperti
pada stadium
susu
lanjut
Pulasan
(Koch-Weeks, Morax
karakteristik
kornea
Axenfeld,
dan konstan
memperlihatkan
mikrokokus,pneumokokus
pada sekresi
eksfoliasi,
proliferasi dan
inklusi selular
Penyulit atau Kornea; Panus,
Infiltrasi
sekuela
Ektropion
kornea
Pseudoptosis
kekeruhan
kornea,xerosis,
KorneaKonjungtiva:
Simblefaron,
Palpebra;
Entropion, trikiasis
2.2.9
Penatalaksanaan
15
(Surgical
care,
Antibiotics,
Facial
cleanliness,
Environmental
improvement).3
1. Terapi antibiotik
WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral
dan salep mata tetrasiklin.
Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.
Program pengontolan trakoma di beberapa negara terbantu dengan donasi
azitromisin.
Konsentrasi azitromisin di plasma rendah, tapi konsentrasi di jaringan
dikemukakan.
Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oral
sehari
Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan binding
dengan unit ribosom 30S dan 50S. Gunakan bila azitromisin tidak ada.
3. Kebersihan wajah
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak
17
WHO
telah
kerokan
konjungtiva,
tidak
18
secara
karakteristik
merupakan
penyakit
kronik
yang
berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya, mencuci muka
pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele
berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan
penglihatannya karena trakoma.1,10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.
2. Grading trakoma menurut WHO adalah : Trakoma folikalular,trakoma
inflamasi berat, trakoma scarring, trikiasis, dan kekeruhan kornea.
3. Diagnosa trakoma ditegakkan bila terdapat 2 dari gejala klinik yang khas,
1gejala klinik dengan kerokan konjungtiva yang positif atau dengan tes
serologis.
4. Azitromisin dan tetrasiklin adalah antibiotik yang direkomendasikan WHO
untuk trakoma.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai
5.
6.
7.
9.
Inc. 86.
Jogi, R. 2009. Basic Ophthalmology.4th Ed. New Delhi. Jaypee Brothers
Medical Publishers. 81-86.
Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th Ed. New Delhi:
10.
8.
20
http://emedicine.medscape.com/article/1202088-overview
11.
12.
13.
14.
15.
16.
21