Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAD

REFERAT
MARET 2016

TEKNIK OPERASI PADA KATARAK

Disusun Oleh :

MELISSA
N 111 13 026

Pembimbing :

dr. SAUL D RAPAR. Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
MARET 2016
DAFTAR ISI
1

SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................2
A. ANATOMI MATA..............................................................................................2
B. ANATOMI LENSA.............................................................................................3
C. FISIOLOGI LENSA............................................................................................4
D. KATARAK .........................................................................................................5
E. PEMBEDAHAN PADA KATARAK................................................................10
F. KESIMPULAN..................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
Katarak adalah kekeruhan lensa yang menyebabkan turunnya tajam
penglihatan dan menyebabkan keluhan gangguan penglihatan lainnya seperti
penurunan kontras sensitivitas, silau dan tidak nyaman. 1,2
WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah
3/60. Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap
negara. Berdasarkan WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada negara
berkembang. Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi
orang yang menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat
dicegah atau diobati. 3,4
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan.
Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada
diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%. 5,6
Pengobatan katarak meliputi tindakan non-bedah dan tindakan bedah.
Tindakan bedah untuk katrak ada bermacam-macam pilihan, yaitu Ekstraksi
Katarak Intrakapsular (EKIK), Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK), Small
Incicion Cataract Surgery (SICS) dan Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular dengan
Fakoemulsifikasi. 3,4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI MATA
Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara
konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang
kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.3,7,8
Mata memiliki struktur sebagai berikut :

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang

bewarna putih dan relatif kuat.


Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata

dan bagian sclera.


Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu

memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang
kornea dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang

masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.


Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos

dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.


Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang
bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus

ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan

visual ke otak.
Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan
sumber makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh prosessus

siliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata)

Gambar 1.
B. ANATOMI LENSA
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah
(avaskular), tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm yang
memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan
memberikan akomodasi.. Ke depan berhubungan dengan cairan bilik mata, ke
belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zonula zinii
(Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus
siliaris. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior.
Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran yang
sempermiabel, yang akan memperoleh air dan elektrolit untuk masuk.3,7,
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan
persambungan lamellae ini ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan
slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Lensa
ditahan ditempatnya oleh ligamen yang dikenal zonula zinii, yang tersusun

dari banyak fibril dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam
ekuator lensa.3,7,
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara
jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di
dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh
darah atau saraf di lensa.3,7,

Gambar 2.

C. FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan

cahaya

datang

dari

jauh,

otot-otot

siliaris

relaksasi,

menegangkan serat zonula zinii dan memperkecil diameter anteroposterior


lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan

zonula

berkurang.

Kapsul

lensa

yang

elastik

kemudian

mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya

biasnya. Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus siliaris, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.2,7
Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih
konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanakkanak dan terus berlangsung perlahan-perlahan sampai dewasa dan setelah ini
proses bertambah cepat, dimana nukleus menjadi besar dan korteks bertambah
tipis. Pada orang tua lensa lebih besar, lebih gepeng, warnanya kekuningan,
kurang jernih dan tampak seperti gray reflex atau senil reflex, yang sering
disangka katarak. Karna proses sklerosis ini lensa menjadi kurang elastis dan
daya akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana pada
orang Indonesia dimulai pada usia 40 tahun.2,7

D. KATARAK
a) Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa
kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita
berkurang.
b) Etiologi
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan
lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan
sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun
dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung
timbal.3,7
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas
yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga
menimbulkan gejala seperti katarak.7
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut
sebagai katarak kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat
adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya.
Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan
metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.
c) Epidemiologi
7

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 2040% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman
penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun
keatas

insidensinya

mencapai

60-80%.

Prevalensi

katarak

kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran.


Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh
dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.
d) Patogenesis
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula)
yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi,

sehingga

mengakibatkan

pandangan

menghambat jalannya cahaya ke retina.

dengan

Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air


ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.3,1
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori
hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada
epitellensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air
tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan
menimbulkan bertambahnya

tekanan

osmotik

yang

menyebabkan kekeruhan lensa.6


2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana
serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan

serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin


bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopi
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan
b.
3.
a.
b.

berat)
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
Serat lensa
Serat irregular
Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan


merubah protein nukelus lensa, sedang warna coklat
protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan
dibanding normal
d. Korteks

tidak

berwarna karena

kadar

asam

askorbat tinggi dan menghalangi foto oksidasi.


Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut
halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke
sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan

koagulasi,

sehingga

mengakibatkan

pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke


retina.6,7

Gambar 3. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan


katarak

e) Klasifikasi
Morfologi

Maturitas

Onset

Kapsular

Insipien

Kongenital

Subkapsular

Intumesen

Infantil

Kortikal

Immatur

Juvenil

Supranuklear

Matur

Presenil

Nuklear

Hipermatur

Senil

Polar

Morgagni

10

f) Stadium katarak
Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu
r

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)
Iris

Normal

Bilik

(air keluar)

Terdorong

Normal

Tremulans

mata Normal

Dangkal

Normal

Dalam

bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

depan
Sudut
mata
Shadow test

Pseudops

Penyulit

Glaukoma

Uveitis

Glaukoma

g) Manifestasi klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita
katarak terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis.
Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari
katarak yang diderita pasien.3,5
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monokular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata

11

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3


1. Pemeriksaan

visus

berkisar

antara

6/9

sampai

hanya

persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
E. PEMBEDAHAN PADA KATARAK
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu
Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) dan Ekstra Capsuler Cataract
Ekstraksi (ECCE).7
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,
medis, dan kosmetik.7
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak

seperti

glaukoma

imbas

lensa

(lens-induced

glaucoma),

endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati


diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus)
untuk memperoleh pupil yang hitam.
Persiapan Pre-Operasi6
12

1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi


2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan PovidoneIodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila
pasien cemas
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan jika dianestesi umum
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi.
Tetesan diberikan tiap 15 menit
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma,
antihipertensi, atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat
antidiabetik

sebaiknya tidak diberikan pada hari operasi untuk

mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari


setelah operasi.
Anestesi8
1. Anestesi Umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu,
atau retardasi mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit
Parkinson, dan reumatik yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva
dengan jarum 25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis,
peningkatan TIO, hilangnya refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada
n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa sakit pada bola mata, yang
mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan cardiac arrest)
Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar
o Rusaknya saraf optik
o Perforasi bola mata
o Injeksi nervus opticus
o Infeksi

Subtenon Block
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan
kapsul tenon 5 mm dari limbus dan sepanjang

area subtenon.

Anestesi diinjeksikan diantar ekuator bola mata.

13

Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine
0.5%, lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi
intrakamera atau infusa larutan lidokain 1%, biasanya selama
hidrodiseksi.

Teknik operasi pada katarak


Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang prosedur operasi pada
ekstraksi

katarak

yang

sering

digunakan

yaitu

ICCE,

ECCE,

dan

Phacoemulsifikasi, SICS.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya

dengan cryophake dan

dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.3,6,

14

Gambar 4.
Teknik
ICCE
2. Extra
Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata
dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina,
mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.3,6,

15

Gambar 5.

Teknik

ECCE

Gambar 6. ECCE dengan pemasangan IOL


3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi

(phaco)

adalah

teknik

untuk

membongkar

dan

memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil

16

maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang


memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis.3,6,

Gambar 7.
Phacoemulsification
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan,
Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik
operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan
hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma
fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.6

17

Gambar 7. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Keuntungan dan kerugian


Jenis

tehnik Keuntungan

Kerugian

bedah katarak
Extra

capsular

cataract

extraction
(ECCE)

Incisi kecil

Tidak ada komplikasi

vitreus

Kekeruhan

pada

kapsul posterior
Dapat

terjadi

perlengketan iris dengan

Kejadian
endophtalmodonesis

lebih

kapsul

sedikit

Edema sistoid makula


lebih jarang

Trauma
endotelium

terhadap
kornea

lebih

sedikit

Retinal detachment lebih

18

sedikit

Lebih mudah dilakukan

capsular

Intra

Semua komponen lensa

cataract

diangkat

Incisi lebih besar

Edema cistoid pada

extraction

makula

(ICCE)

Komplikasi

pada

vitreus

Sulit pada usia < 40


tahun

Fakoemulsifikasi

Incisi paling kecil

Astigmatisma

pupil yang baik

jarang

terjadi

Pendarahan lebih sedikit

Teknik paling cepat

Endopthalmitis
Memerlukan
dilatasi

Pelebaran luka jika ada


IOL

Komplikasi
Komplikasi

operasi

dapat

berupa

komplikasi

preoperatif,

intraoperatif,

postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).6

Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas)
akibat ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5
mg dapat memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik
topical preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.

19

d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata


dengan menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa
pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan
operasi selama 2 hari.

Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau
selama insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa;
dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat
terjadi akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama
teknik ECCE.

Komplikasi postoperatif awal


Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema,
prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan
endoftalmitis bakterial.

Komplikasi postoperatif lanjut


Cystoid

Macular

Edema

(CME),

delayed

chronic

postoperative

endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina,


dan katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah
beberapa waktu post operasi.

Komplikasi yang berkaitan dengan IOL


Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucomahyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa
toksik (toxic lens syndrome).

20

BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan
penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia,
radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta factor tingkat
kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejalagejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap
cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu,
lambut laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa
kemudian penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina
dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile,
congenital, traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat
diatasi melalui prosedur operasi. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE,
ECCE, Phacoemulsification, SICS. Akan tetapi jika gejala tidak mengganggu
tindakan

operasi

tidak

diperlukan,

kadang

kala

hanya

dengan

mengganti/menggunakan kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi


akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk
katarak yang paling sering terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
21

1. Olver J, Cassidy L. Ophthamalmology at a glance.Blackwell Publishing: 550


Swanston Street, Carlton, Victoria 3053, Australia. (Hal 72 - 77)
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. (Hal. 210221)
3. Koplin S Richard, Wu I Elaine, Ritterband C David, Seedor A John. The Scrubs Bible.
Springer New York Heidelberg Dordrecht London, 2013. (Hal 49 -73)
4. Yanoff. M. Duker. J. S. 2009. Ophthalmology. Third Edition. Elsevie.
China. (Hal. 441- 471)
5. Zyl LV, Kahawita S, Goggin M. Manual Small Incision Extracapsular Cataract
Surgery in Australia. Clinical and Experimental Ophthamology. Royal Australian and
New Zealand College Ophthalmologists, 2014 42: 729-733.
6. Coombes A, Gartry D. Cataract Surgery. Department of Clinical Ophtamology
London UK. 2003. (Hal. 115 - 124)
7. Kohnen T, Koch D D. Cataract and Refractive Surgery. Department of
Ophtamology Springer berlin Heidelberg New York. 2006. (Hal. 4-12)

22

Anda mungkin juga menyukai