Bahan Lapkas 3
Bahan Lapkas 3
Pengantar
Sebuah abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan
pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup
variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous. Untuk
itu, bersama dengan abses perianal, fistula perianal juga dibahas dalam artikel ini.
Untuk sumber daya pendidikan yang sangat baik pasien, kerongkongan, perut, dan Usus
kunjungi eMedicine Center. Juga, lihat pendidikan pasien eMedicine's artikel Anal Bisul
dan rektal Pain.
Masalah
Abses anorektal berasal dari infeksi yang timbul dalam cryptoglandular epitel yang
melapisi saluran dubur. Sphincter anal internal diyakini untuk melayani biasanya sebagai
penghalang terhadap infeksi lewat dari lumen usus ke jaringan perirectal mendalam.
penghalang ini dapat dilanggar melalui kriptus dari Morgagni, yang dapat menembus
sphincter internal ke dalam ruang intersphincteric. Setelah infeksi mendapatkan akses ke
ruang intersphincteric, memiliki akses mudah ke ruang perirectal berdekatan.
Perpanjangan infeksi dapat melibatkan ruang intersphincteric, ruang ischiorectal, atau
bahkan ruang supralevator. Dalam beberapa kasus, abses tetap terkandung dalam ruang
intersphincteric. Berbagai sequelae anatomi infeksi primer diterjemahkan ke dalam
presentasi klinis variabel.
Frekuensi
Kejadian puncak abses anorectal adalah pada dekade ketiga dan keempat hidup. Pria
lebih sering terkena daripada perempuan, dengan dominasi laki-laki-untuk-perempuan
2:01-03:01. Sekitar 30% dari pasien dengan abses anorektal laporan riwayat abses serupa
yang baik diselesaikan secara spontan atau diperlukan intervensi bedah.
Sebuah insiden yang lebih tinggi pembentukan abses tampaknya sesuai dengan musim
semi dan musim panas. Sementara demografi menunjukkan perbedaan yang jelas dalam
terjadinya abses anal sehubungan dengan usia dan jenis kelamin, tidak ada pola yang
jelas ada di antara berbagai negara atau wilayah di dunia. Meskipun menyarankan,
hubungan langsung antara pembentukan abses anorectal dan kebiasaan buang air besar,
diare sering, dan kebersihan yang rendah tetap terbukti.
Terjadinya abses perianal pada bayi juga cukup umum. Mekanisme yang tepat belum
dipahami dengan baik tetapi tidak tampaknya berkaitan dengan sembelit. Untungnya,
kondisi ini cukup jinak pada bayi, jarang memerlukan campur tangan operasi pada pasien
tersebut selain drainage.1 sederhana
Etiologi
Perirectal abses dan fistula merupakan gangguan yang timbul anorectal didominasi dari
obstruksi dari kriptus dubur. Infeksi dari hasil sekresi kelenjar sekarang statis di nanah
dan pembentukan abses dalam kelenjar dubur. Biasanya, bentuk abses awalnya dalam
ruang intersphincteric dan kemudian menyebar di sepanjang ruang-ruang potensial yang
berdekatan.
Patofisiologi
Seperti disebutkan di atas, abses perirectal dan fistulas merupakan gangguan anorectal
yang muncul didominasi dari obstruksi dari kriptus dubur. Normal anatomi menunjukkan
mana saja 4-10 kelenjar dubur dikeringkan oleh kriptus yang bersangkutan pada tingkat
garis dentate. Anal kelenjar biasanya berfungsi untuk melumasi saluran dubur. Obstruksi
hasil kriptus dubur dalam stasis sekresi kelenjar dan, ketika kemudian terinfeksi, nanah
dan pembentukan abses dalam hasil kelenjar dubur. abses ini biasanya terbentuk dalam
ruang intersphincteric dan dapat menyebar di sepanjang ruang berbagai potensi.
organisme umum terlibat dalam pembentukan abses termasuk Escherichia coli, spesies
Enterococcus, dan spesies Bacteroides, namun tidak ada bakteri yang spesifik telah
diidentifikasi sebagai penyebab unik abses.
Kurang penyebab umum abses anorectal yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis
diferensial termasuk tuberkulosis, karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,
actinomycosis, venereum lymphogranuloma, penyakit Crohn, trauma, leukemia, dan
limfoma. Hal tersebut akan menyebabkan perkembangan fistulas fistula-in-ano atau rumit
atipikal yang gagal untuk merespon pengobatan bedah konvensional.
Presentasi
Lokasi klasik abses anorectal tercantum dalam urutan penurunan frekuensi adalah sebagai
berikut: perianal 60%, ischiorectal 20%, intersphincteric 5%, supralevator 4%, dan
submukosa 1%. Jenis utama
diilustrasikan pada gambar di
bawah. presentasi klinis
berkorelasi dengan lokasi
anatomi abses.
erythematous, yang jelas, berfluktuasi, massa bawah kulit dekat lubang dubur.
Pasien dengan abses ischiorectal sering hadir dengan demam sistemik, menggigil, dan
parah perirectal nyeri dan kepenuhan konsisten dengan sifat lebih maju dari proses ini.
tanda-tanda eksternal yang sangat minim dan mungkin termasuk eritema, indurasi, atau
fluctuancy. Pada pemeriksaan colok dubur (DRE), sebuah berfluktuasi, massa indurated
mungkin ditemui. penilaian optimal fisik abses ischiorectal mungkin memerlukan
anestesi untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang seharusnya membatasi tingkat
pemeriksaan.
Pasien dengan abses intersphincteric hadir dengan nyeri dubur dan kelembutan
menunjukkan terlokalisasi pada Dre. Pemeriksaan fisik mungkin gagal untuk
mengidentifikasi suatu abses intersphincteric. Meskipun jarang, abses supralevator
menjadi tantangan diagnostik yang sama. Akibatnya, kecurigaan klinis abses
intersphincteric atau supralevator mungkin memerlukan konfirmasi melalui computed
tomography (CT) scanning, Magnetic Resonance Imaging (MRI), atau ultrasonografi
dubur. Penggunaan modalitas terakhir terbatas untuk mengkonfirmasikan kehadiran abses
intersphincteric.
Indikasi
Sebagai aturan, kehadiran abses merupakan indikasi untuk insisi dan drainase. Waspada
menunggu sementara pemberian antibiotik tidak memadai.
Relevan Anatomi
Klasifikasi abses anorectal
Abses diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi mereka. Lokasi paling sering
dijelaskan perianal, ischiorectal, intersphincteric, dan supralevator. Gambar di bawah ini
menggambarkan lokasi anatomi yang berbeda dari abses anorectal.
Ilustrasi aturan Goodsall untuk fistulas anorectal. Catatan sifat melengkung dari fistulas
posterior dan orientasi (lurus) radial dari fistulas anterior.
ISTEL/ABSES PERIANAL
Definisis :
Fistula : Hubungan abnormal antara anal dan kulit perianal oleh saluran yang dilapisi
epitel
Abses : Terdapat penumpukan Nanah pada saluran anal dan kulit perianal
Gejala :
Nyeri/sakit
berdarah atau bernanah
rasa gatal sekitar anus
Sering disertai Demam bila ada
Pengobatan
Pemberian Antibiotik/Antinyeri
Operasi Fistulotomy/Fistulektomy
Definisi
Abses adalah pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang
kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan
jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap adanya infeksi.
Patofisiologi
Kejadian abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya bakteri.
Eksudat kemudian terakumulasi, jika tidak segera diekskresikan atau di absorbsi tubuh,
maka akan memicu terbentuknya kapsul fibrous sebagai respon tubuh untuk melokalisir
untuk membatasi penyebaran lebih lanjut.
Sumber: www.drwheatgrass.info/blog/treat_abscess
Abses bisa terjadi dimanapun di bagian tubuh. Untuk tindakan bedah minor akan dibahas
abses di kulit dan subkutis tetapi tidak termasuk abses payudara, abses perianal dan abses
paraanal mengingat penanganannya yang spesialistik.
Abses juga bisa terjadi setelah suatu luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari
folikulitis. Abses bisa timbul di setiap bagian tubuh dan menyerang berbagai usia.
Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di
dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada
akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses
tersebut.
Etiologi
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti bakteri pyogenic.
(Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta haemoliticus Spp, Pseudomonas,
Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri
yang bersifat obligat anaerob (Bakteriodes sp, cClostridium,
peptostreptokokkus,fasobakterium).
Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui
aliran darah bisa menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu sesegera
mungkin (cito). Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis.
Kemungkinan terbentuknya abses meningkat pada:
Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-kelamaan terbentuk
masa kistik dengan temperatur yang lebih hangat dibandingkan jaringan sehat. Pada
palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi sebagai akibat banyaknya
eksudat yang terbetuk.
Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul demam yang berulang. Gejalanya bisa timbul:
adanya masa
nyeri
teraba hangat
pembengkakan
kemerahan
Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daerah yang paling
fluktuatif.
2.
3.
4.
5.
Drepping
Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)
Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat
Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem
Gambar 2.1 Abses Perianal (Sumber : Gunawan, Eddy. 2010. Abses Anorektal).
Abses anorektal merupakan infeksi yang terlokalisasi dengan pengumpulan nanah pada
d) zat buangan
e) zat antibakteri dan antibodi
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:
a) Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di bawah lidah
bagian depan.
b) Kelenjar submandibular terletak di belakang kelenjar sublingual dan lebih dalam.
c) Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atas mulut
depan telinga.
b. Esofagus (kerongkongan)
Esofagus merupakan saluran sempit berbentuk pipa yang menghubungkan faring dengan
lambung (gaster). Yang panjang kira-kira 25 cm, diameter 2,5 cm. pH cairannya 5-6.
Fungsi : menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis.
c. Lambung (gaster)
Lambung merupakan organ berbentuk J yang terletak di bawah rusuk terakhir sebelah
kiri. Yang panjangnya 20 cm, diameternya 15 cm, pH lambung 1-3,5. Lambung terdiri
atas kardiak, fundus, badan lambung, antrum, kanal pylorus, dan pylorus.
1) Getah lambung mengandung:
a) Asam klorida (HCl). Berfungsi sebagai desinfektan, mengasamkan makanan dan
mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
b) Rennin, merupakan enzim yang berfungsi mengendapkan kasein (protein susu) dari air
susu.
c) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi polipeptida.
d) Lipase, berfungsi untuk mencerna lemak.
2) Adapun fungsi lambung adalah:
a) Penyimpan makanan
b) Memproduksi kimus
c) Digesti protein
d) Memproduksi mucus
e) Memproduksi glikoprotein
f) Penyerapan
d. Usus halus (Intestinum tenue)
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan
yang panjangnya sekitar 6 m berdiameter sekitar 2,5 cm. sedangkan pHnya 6,3 7,6.
Dinding usus halus terdiri atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis, dan
tunika serosa. Tunica muscularis merupakan bagian yang menyebabkan gerakan usus
halus.
1) Fungsi usus halus :
a) Mengakhiri proses pencernaan makanan. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan
enzim pangkreas serta dibantu empedu dalam hati.
b) Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti.
2) Usus halus dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu:
a) Deudenum (usus dua belas jari). Deudenum panjangnya sekitar 25 cm, diameternya 5
cm.
b) Jejunum (usus kosong). Panjangnya sekitar 1 m sampai 1,5 m, diameternya 5 cm.
c) Ileum (usus belit/usus penyerapan). Panjangnya sekitar 2 m sampai 2,5 m, diameternya
2,5 cm.
abses perianal.
Pada beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus,
HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti radang) dalam jangka waktu lama, ataupun
dalam kemoterapi akibat kanker biasanya abses akan lebih mudah terjadi (Selatan, 2008,
hal 1).
5. Tanda dan gejala
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali
mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak
superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Abses yang terletak
lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen bawah, serta
deman. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare,
2001, hal 468).
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang
terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah (Healthy of The Human, 2010, hal
1).
6. Pengobatan
Antibiotik memiliki nilai terbatas kecuali pada penderita yang mengalami demam,
kencing manis atau infeksi di bagian tubuh lainnya. Biasanya, pengobatan terdiri dari
suntikan dengan bius lokal, membuka abses dan mengeluarkan nanahnya. Kadangkadang, penderita dirawat dan mendapatkan pembiusan total sebelum dokter membuka
dan mengeringkan abses. Setelah semua nanah dibuang, bisa terbentuk terowongan
abnormal yang menuju ke kulit (fistula anorektal) (Gunawan, 2010, hal 1).
7. Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen,
USG, CT scan atau MRI (Healthy of The Human, 2010, hal 2).
8. Komplikasi
Jika tidak diobati, fistula anus hampir pasti akan membentuk, menghubungkan rektum
untuk kulit. Hal ini memerlukan operasi lebih intensif. Selanjutnya, setiap abses diobati
dapat (dan kemungkinan besar akan) terus berkembang, akhirnya menjadi infeksi
sistemik yang serius. Hal yang paling ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya
fistel perianal. Fistel perianal adalah saluran abnormal antara lubang anus/rektum dengan
lubang bekas abses yang bermuara pada kulit sekitar anus. Muara pada kulit sekitar anus
tampak sebagai luka bekas bisul yang tidak pernah menutup/sembuh dan tidak sakit
(Selatan, 2008, hal 2).
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti
bahwa mereka adalah hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh.
Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap
bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs tersebut dan mulai
memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih
dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan
menghancurkan mereka ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem
peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini
juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan
kimia yang serupa. Hasilnya adalah tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri
mati, dicerna jaringan, sel-sel darah putih, dan enzim.
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses yang
disebut peradangan. Awalnya, seperti bakteri mengaktifkan sistem kekebalan tubuh,
beberapa kejadian terjadi:
* Darah mengalir ke daerah meningkat.
* Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.
* Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya.
* Ternyata merah.
* Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia.
Dalam sebuah penelitian dari 458 pasien fistula ani di sebuah kota di Helsinki
tahun 1969-1978, tercatat 90,4% sebagai fistula ani non spesifik, 0,2% fistula ani
tuberculosis, 3,3% fistula ani akibat post operasi atau trauma, 3,3% sebagai fistula ani
akibat fisura ani, 1,5% berhubungan dengan colitis ulseratif dan 1,3% berhubungan
dengan Crohn disease.
Fistula ani selalu disebabkan oleh riwayat abses anorectal. Kelenjar di anal
canal tepat pada dentate line memberikan jalan masuknya bakteri menginfeksi ruang
intramuskular. Fistula lain berhubungan dengan trauma, Crohn disease, fissura ani,
kanker, terapy radiasi, actinomycoses, tuberculosis dan infeksi chlamydia.
o Intersphincteric
o Suprasphinteric
Fistula suprasphincter merupakan akibat dari adanya abses supralevator
dan mewakili 5% dari seluruh kejadian fistula ani. Fistula ini berasal dari dentate
line sedngkan salurannya dapat melewati bagian atas dari puborectalis setelah
menjadi abses di intersphincter. Salurannya berputar ke lateral bawah menuju
sphincter external pada ruang ischional dan menembus ke perineum. Fistula high
blind tract dapat terjadi pada variasi ini dan berakhir sebagai horseshoe extension.
o Extrasphinteric
Fistula extrasphinteric merupakan fistula yang paling jarang dan hanya
mewakili 2% dari seluruh kejadian fistula ani. Fistula ini berasal dari rectum
sedangkan salurannya berjalan diatas levator ani menuju ke perineum dengan
melewati ruang ischioanal. Fistula ini biasanya merupakan akibat dari adanya
penetrasi benda asing ke rectum dengan drainase melewati levator ani, atau bisa
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pembukaan external dapat terlihat berupa tonjolan atau jaringan granulasi
dengan discharge nanah. Pada banyak kasus pembukaan primer tidak dapat
terlihat tetapi dengan adanya Goodsalls rule maka lewat pembukaan external,
Pemeriksaan Penunjang
Anoscopy
Anoscopy dapat memperlihatkan discharge purulent dari pembukaan
internal. Identifikasi fistula dapat dibantu lebih lanjut dengan pemeriksaan
pembukaan external sampai pembukaan interna dengan hati-hati sehingga
salauran fistula dapat terlihat.
Fistulography
Fistulography dengan barium sulfate kadang dapat menunjukan saluran
dari fistula tersebut.
CT scan pelvis dan perineum
CT scan dapat mengidentifikasi hubungan fistula dengan sepsis dari rongga
pelvis bagian dalam.
USG intrarectal dan intraanal