Carla Lap Survei 21 Maret
Carla Lap Survei 21 Maret
111
DISUSUN OLEH:
Carla Maria Destashia Hutapea
10/296809/KG/8602
Angkatan 76
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes, AAK
2
222
3
333
dalam
kehidupan
sehari-hari
(Dinas
Kesehatan
D.I.
Yogyakarta, 2013).
Bentuk
dukungan
terselenggaranya
peningkatan
kesehatan
bagi
4
444
Sasaran survei terpadu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Kesehatan
Gigi dan Mulut adalah masyarakat Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.
C. Tujuan Survei Terpadu
Kegiatan survei terpadu PHBS dan kesehatan gigi dan mulut yang
dilaksanakan di Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, D.I Yogyakarta bertujuan :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat serta
kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah tangga di Dusun Balong,
5
555
6
666
Masyarakat di Dusun
Jenis sampel
: Sampel keluarga
2.
Jumlah sampel
metode
adalah survei tingkat kecamatan, yaitu kecamatan Turi, kemudian dari 4 desa
yang ada di kecamatan tersebut diambil secara acak 1 desa yang ada dalam
lingkup kecamatan Turi, terpilih desa Donokerto. Kemudian dari seluruh dusun
di desa tersebut diambil 1 sampel dusun secara acak, terpilih Dusun Balong,
Terdapat 2 RW di Dusun Balong lalu diambil satu RW secara acak
dan RW yang terpilih adalah RW 31. Penentuan pengambilan
sampel selanjutnya adalah tahap RT, dari 4 RT yang ada di RW 31
maka diambil satu RT secara acak dan yang terpilih adalah RT
03. Tiga keluarga Dusun Balong dipilih secara acak sebagai
sampel survei PHBS serta seluruh anggota keluarga Dusun
Balong
yang
terpilih
survei
PHBS
menjadi
sampel
survei
6) Penghasilan/bulan
b. Identitas Anggota Keluarga, meliputi :
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Status dalam keluarga
5) Pendidikan terakhir
6) Pekerjaan
7) Penghasilan/bulan
2. Data Epidemiologi, meliputi :
a.
b.
10
c.
Data
yang
diperoleh
kemudian
diklasifikasi
ketentuan berikut:
Klasifikasi I, jika jumlah jawaban YA 1 2 (peta PHBS warna merah)
dengan
11
12
a) 0 = kondisi normal.
b) 1 = fluorosis meragukan, terdapat sedikit bercak-bercak
putih.
c) 2 = sangat ringan, terdapat area opak kecil berwarna putih
pada < 25% permukaan labial gigi.
d) 3 = ringan, terdapat opasitas putih pada < 50% permukaan
labial gigi.
e) 4 = sedang, terdapat keausan pada permukaan gigi dan
stain kecoklatan pada gigi.
f) 5 = berat, permukaan email mencekung (pitted) dan
terdapat stain kecoklatan, gigi tampak mengalami korosi.
3. Status gigi-geligi dan perawatan yang dibutuhkan
Tabel I. Kode Pengisian Status Kesehatan Gigi dan Mulut Form WHO 1986
(yang Dimodifikasi)
Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Jenis Perawatan
Gigi
Gigi
Keterangan
Kode
Jenis perawatan
Permanen
Susu
Tidak memerlukan
0
A
Gigi sehat
0
perawatan
1
B
Gigi karies
1
Fissure sealant
Ditambal dan
Tambalan 1
2
C
2
terdapat karies
permukaan
Ditambal ,tidak
Tambalan > 1
3
D
3
karies
permukaan
4
E
Gigi hilang karena
4
Sebagai gigi abutment
13
6
7
F
G
karies
Gigi hilang bukan
karena karies
Fissure sealant
Gigi abutment
5
6
7
8
14
15
Hendra)
untuk
meninjau
lokasi,
memohon
izin
untuk
terhadap alat-alat ukur yang digunakan. Adapun kalibrasi terhadap definisi dari
alat-alat ukur yang digunakan adalah:
1.
b.
2.
3.
16
17
1)
2)
3)
4)
5)
1.
0 bulan
: HBo
2.
1 bulan
: BCG, Polio 1
3.
2 bulan
: DPT/HB1, Polio 2
4.
3 bulan
: DPT/HB2, Polio 3
5.
4 bulan
: DPT/HB3, Polio 4
6.
9 bulan
: Campak
6) Penimbangan bayi/balita dalam 6 bulan terakhir teratur.
18
Bahan :
19
Desa
Donokerto,
Kecamatan
Turi,
Kabupaten
Sleman,
D.I.Yogyakarta.
b. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi survei ditentukan dengan menggunakan metode
Multistage Cluster Random Sampling, sehingga terpilih Dusun Balong,
Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta.
2. Pelaksanaan Survei.
Pelaksanaan survei dimulai dari hari Kamis-Senin (8-12 Oktober 2015).
Kegiatan survei terhitung dari tahap pengarahan, perencanaan, dan
pelaksanaan yang dilaksanakan selama 4 hari. Survei dilakukan pada 3 KK
yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Wawancara terstruktur dengan panduan kuesioner
b. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
c. Pengisian kuesioner
20
21
Luas wilayah Kecamatan Turi adalah 43,06 km2 yang dibagi menjadi 4
desa, yaitu:
a. Desa Donokerto
b. Desa Bangunkerto
c.
Desa Wonokerto
d.
Desa Girikerto
:
:
:
:
7,41 km2
7,03 km2
15,58 km2
13,07 km2
22
Tabel III. Data Identitas Anggota Keluarga Sampel Penduduk Dusun Balong,
Desa Donekerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Hubungan
Jenis
Tingkat
No
Nama
Umur dengan KK
Pekerjaan
Kelamin
Pendidikan
Danang
Kepala
Wiraswasta
1 Sulistyo
L
48
Keluarga
SMA
Istri
Tidak
P
38
SMA
2 Sri Wahyuni
bekerja
Yulinda
Anak
Prihanti
L
18
SMA
Mahasiswi
3 Harum Sari
Muhammad
Anak
Belum
Khaisar Rizky
P
9
Pelajar
tamat SD
4 Pamungkas
Kepala
Indria
L
32
Keluarga
SMA
Wiraswasta
5 Febriansyah
Istri
P
24
SMA
Wiraswasta
6 Heni Yuniarti
Anak
Belum
Tidak
P
3
7 Nindia
sekolah
bekerja
Mertua
Tidak
L
60
SD
8 Lidar Sutilarso
bekerja
Mertua
Tidak
P
58
SMP
9 Sriyati
bekerja
Kepala
Karyawan
P
45
SMA
10 Supriyati
Keluarga
swasta
Rafi Putra
Anak
L
14
SD
Pelajar
11 Perdana
Luthfi Prakosa
Anak
Belum
L
8
Pelajar
12 Atmaja
tamat SD
Bintang
Anak
Belum
Tidak
Aprilia
P
2
sekolah
bekerja
13 Maharani
23
Tabel IV. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman Tahun 2015
Jenis Kelamin
Umur
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
(Tahun)
%
< 20
0
0
0
0
0
0
20 <45
1
33,33
0
1
33,33
0
45 60
1
33,33
33,33
2
66,67
1
> 60
0
0
0
0
0
0
Jumlah
2
66,67
33,33
3
100
1
Tabel IV menunjukkan bahwa 3 kepala keluarga yang disurvei 2 kepala
keluarga berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 66,67% dan 1
kepala keluarga berjenis kelamin perempuan karena kepala keluarga telah
meninggal 1 bulan sebelumnya. Rentang umur kepala keluarga terbanyak di
Dusun Balong, Kecamatan Turi adalah 45-60 tahun yaitu sebanyak 66,67%,
sedangkan kepala keluarga dalam rentang umur 20-<45 tahun yaitu sebanyak
33,33%. Tidak ada kepala keluarga yang berumur < 20 tahun atau > 60 tahun.
Tabel V. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Tingkat
Pendidikan Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Tahun 2015
No
.
1.
Pendidikan KK
Tidak sekolah
24
2.
Tidak tamat SD
3.
Tamat SD
4.
Tamat SLTP/SMP
5.
Tamat SLTA/SMA
6.
Tamat D1-D3
7.
Tamat S1- S2
Jumlah
0
0
0
3
0
0
3
0
0
0
100
0
0
100
%
1.
TNI /POLRI
0
0
2.
PNS
0
0
3.
Pegawai Swasta
1
33,33
4.
Pensiunan
0
0
5.
Wiraswasta
2
66,67
6.
Petani
0
0
7.
Pedagang
0
0
8.
Pengrajin
0
0
9.
Buruh
0
0
10 Lain-lain
0
0
Jumlah
3
100
Tabel VI menunjukkan sebagian besar kepala keluarga yang disurvei adalah
wiraswasta, yaitu sebesar 66,67% dan lainnya karyawan swasta yaitu sebanyak
33,33%. Tidak ada kepala keluarga dengan jenis pekerjaan TNI/POLRI, PNS,
pensiunan, petani, pedagang, pengrajin, buruh, dan lain-lain.
Tabel VII. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Tahun 2015
Jumlah Anggota Keluarga
%
4 Jiwa
2
66,67
> 4 jiwa
1
33,33
Jumlah
3
100
25
N
o
1
%
%
Perilaku Sehat Keluarga
66,6
2
1 33,33 3 100
Tidak merokok di dalam rumah
7
Garam yodium & makan beraneka ragam 3
100 0
0
3 100
Konsumsi sayur & buah
3
100 0
0
3 100
Asuransi kesehatan
66,6
2
1 33,33 3 100
7
Cuci tangan dengan air bersih dan sabun
3
100 0
0
3 100
Sikat gigi sebelum tidur
66,6
2
1 33,33 3 100
7
Melakukan aktivitas fisik
33,3
1
2 66,67 3 100
3
Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
3
100 0
0
3 100
KIA
Persalinan oleh tenaga kesehatan
3
100 0
0
3 100
Memeriksakan kehamilan pada tenaga
3
100 0
0
3 100
kesehatan
66,6
Penggunaan alat kontrasepsi
2
1 33,33 3 100
7
ASI eksklusif
3
100 0
0
3 100
Imunisasi bayi lengkap
3
100 0
0
3 100
66,6
Penimbangan balita rutin
2
1 33,33 3 100
7
Kesehatan Lingkungan
26
Jamban sehat
Sarana air bersih
Tempat sampah sehat
3
3
0
3
3
100
100
66,6
7
0
100
100
0
0
0
0
3 100
3 100
33,33
3 100
3
0
0
100
0
0
3 100
3 100
3 100
27
terkena dampak buruk asap rokok, seperti : bahan karsinogen, toksin dan
nikotin.
2. Konsumsi garam beryodium dan makanan beragam (100%)
Seluruh
keluarga
sudah
menggunakan
garam
beryodium
dan
telah
disepakati
sebagai
cara
yang
aman,
efektif
dan
28
Riskesdas
2013,
penduduk
dikategorikan
cukup
asuransi
kesehatan.
Sebanyak
keluarga
(66,67%)
29
30
waktu yang ideal dalam menyikat gigi untuk mendapatkan hasil yang optimal
adalah pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam dengan
menggunakan pasta gigi berflour dan air matang (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Namun berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
pada tahun 2013 menyatakan bahwa sebagian besar
penduduk menyikat gigi saat mandi pagi dan mandi sore.
Kebiasaan yang keliru hampir merata pada seluruh kelompok
umur (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6. Melakukan aktifitas fisik setiap hari (33,33%)
Hasil survei menunjukkan bahwa baru 1 keluarga di Dusun Balong yang
telah terbiasa melakukan aktivitas fisik dengan persentase 33,33%. Hal ini
menunjukkan bahwa masih kurangnya pemahaman akan pentingnya aktivitas
setiap hari.
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta
menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Dalam Riskesdas 2013 ini
kriteria aktivitas fisik "aktif" adalah individu yang melakukan aktivitas fisik berat
atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria 'kurang aktif' adalah individu
yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat (Kementerian
Kesehatan, 2013).
31
2.
32
0-6
bulan.
Sesudah
umur
bulan,
bayi
dapat
diberikan
makananpendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak
berumur minimal 2 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
33
34
2.
35
4.
36
dapat
dicegah
atau
dikurangi,
kemungkinan
37
Pemberantasan
sarang
nyamuk
menurut
Pusat
(Menguras,
Menutup,
Mengubur,
plus
Menghindari
gigitan nyamuk).
6. Lantai rumah bukan dari tanah (100%)
Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh rumah kepala keluarga yang
menjadi responden sudah memiliki lantai rumah bukan dari tanah dengan
persentase sebesar 100%. Lantai rumah yang kedap air dan tidak lembab akan
mudah untuk dibersihkan sehingga kotoran-kotoran tidak mudah menempel
pada lantai. Hal ini tentunya akan mengurangi dan mencegah timbulnya
penyakit yang dapat disebabkan oleh kuman dari kotoran yang menempel
pada lantai jika dibandingkan dengan lantai yang tidak kedap air dan lembab.
Tingginya persentase indikator lantai rumah bukan dari tanah menunjukkan
bahwa masyarakat sudah baik kesadarannya dalam menjaga kesehatan
melalui penataan rumah sehat.
Berdasarkan hasil survei PHBS dengan mengacu pada indikator-indikator
di atas, 3 keluarga yang disurvei tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel IX. Klasifikasi PHBS pada Keluarga Sampel Dusun Balong Desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Tahun 2015
Jawaban
No
Nama KK
Klasifikasi
Peta PHBS
Ya
1
Danang Sulistyo
18
Sehat IV
Biru
2
3
Supriyati
Indria
16
15
Sehat III
Sehat III
Hijau
Hijau
38
Febriyansyah
Tabel X. Hasil Klasifikasi Keluarga Sampel Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Tahun 2015
No Klasifikasi PHBS
Jumlah
%
1
Sehat I
0
0
2
Sehat II
0
0
3
Sehat III
2
66,67
4
Sehat IV
1
33,33
Keterangan klasifikasi keluarga:
Sehat I
: Jumlah jawaban YA 1 2
Sehat II
: Jumlah jawaban YA 3 9
Sehat III
: Jumlah jawaban YA 10 16
Sehat IV
: Jumlah jawaban YA 17 20
Dusun Sehat II
39
dan mulut. Pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut dilakukan pada anggota
keluarga yang berusia 6 tahun ke atas, dengan jumlah responden sebanyak 11
orang sedangkan kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut hanya diisi oleh
anggota keluarga yang berusia 15 tahun ke atas, dengan jumlah responden
sebanyak 8 orang. Tidak ada responden dengan klasifikasi umur >60 tahun.
Tabel XI. Distribusi Sampel berdasarkan Status Maloklusi Gigi dan Umur
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Tahun
2015
Kelompok Umur (Tahun)
No
Maloklusi
1
2
3
4
6 15
16 45
%
0 (Normal)
1 (Ringan)
2 (Sedang-Parah)
Tidak dapat
0
3
0
0
27,27
0
0
0
5 45,45
0
0
diukur
Jumlah
0
27,27
0
5 45,45
Jumlah
46 60
%
1 9,09
9,09
0
1
9
0
%
9,09
81,81
0
9,09
3 27,27
1
11
9,09
100
1
0
1
ada penduduk dusun Balong yang menderita maloklusi sedang sampai parah.
Seluruh masyarakat Dusun Balong yang disurvei tidak memiliki fluorosis
(100%). Hal ini menunjukkan bahwa kadar fluorida air minum dan air mandi di
daerah tersebut berada dalam batas normal. Penggunaan fluor dapat menurunkan
prevalensi karies. Namun, kadar fluor yang berlebihan dapat memberikan dampak
40
yang kurang baik pula. Konsentrasi normal fluor dalam air di setiap tempat berbeda.
Air laut mengandung fluor dengan kadar 0,18 1,4 mg/kg, sedangkan air telaga,
sungai, atau sumur buatan biasanya mengandung fluor dengan kadar <0,5 mg/kg.
Kandungan fluor yang sangat tinggi biasanya ditemukan pada air di daerah kaki
gunung. Menteri Kesehatan RI dalam Permenkes No. 492 tahun 2010 menyatakan
bahwa konsentrasi maksimum fluor dalam air minum yang diperbolehkan adalah
sebesar 1,5 mg/ml (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
41
gigi dan tidak terdapat gigi yang telah dilakukan penumpatan. Data tersebut
menggambarkan kesadaran masyarakat untuk memelihara kebersihan mulut masih
sangat kurang dan kurangnya kesadaran untuk memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan gigi yang ada. Keadaan mulut yang buruk, misalnya
banyaknya gigi yang hilang sebagai akibat rusak atau trauma
yang tidak dirawat akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga
mulut. Keadaan seperti ini akan dapat mempengaruhi status gizi
dan mempunyai dampak terhadap kualitas hidup (Sheiham, 2005
sit., Sriyono, 2009).
Tabel XIV. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan Status
Kebersihan Mulut Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Kelompok Umur
6 15
(n=3)
Status Kebersihan
Mulut
Baik (0,1-1,2)
Cukup (1,3-3,0)
Kurang (3,1-6,0)
1
2
0
0
3
9,09
18,18
0
0
27,27
16 45
(n=5)
0
0
5 45,45
0
0
0
0
5 45,45
Jumlah
46 60
(n=3)
0
1
1
1
3
0
9,09
9,09
9,09
27,27
1
8
1
1
11
9,09
72,72
9,09
9,09
100
42
Menurut Sriyono (2009) pemilihan waktu menyikat gigi yang tidak tepat, durasi
menyikat gigi, sikat gigi yang tepat, cara atau teknik menyikat gigi juga
berpengaruh terhadap kebersihan gigi dan mulut. Tehnik menyikat gigi yang
paling disarankan adalah tehnik up and down dan roll. Efektifitas menyikat gigi
tergantung pada saat sikat gigi digunakan. Sikat gigi harus mampu mencapai dan
membersihkan semua bagian yang ada di dalam mulut.
Tabel XV. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan Status
Kesehatan Gingiva Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Kelompok Umur ( Tahun )
No
1
2
3
Status
Kesehatan
Gusi
Sehat
Gingivitis 1
3 segmen
Gingivitis 4
6 segmen
Jumlah
6 15
(n=3)
16 45
(n=5)
46 60
(n=3)
Jumlah
18,18
9,09
9,09
36,36
9,09
18,18
9,09
36,36
18,18
9,09
27,27
27,27
45,45
27,27
11
100
43
%
Periodontal
1 Sehat
3 27,27 5 45,45 0
0
8 72,72
2 1 3 segmen
0
0
0
0
2 18,18 2 18,18
3 4 6 segmen
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak bisa
4
0
0
0
0
1 9,09
1
9,09
diukur
Jumlah
3 27,27 5 45,45 3 27,27 14
100
Tabel XVI menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Dusun Balong
memiliki status jaringan periodontal yang sehat (72,72%), sebanyak 18,18%
menderita penyakit periodontal pada 1 - 3 segmen serta 1 responden tidak bisa
diukur karena hampir seluruh gigi telah tanggal. Penyakit jaringan periodontal
berhubungan dengan status kebersihan mulut dan gingivitis (Newman dkk., 2012).
44
%
1 0 (Tidak)
3 27,27 1 9,09 1 9,09
5
45,45
1 (Butuh
2
0
0
0
0
0
0
0
0
perbaikan)
3 2 (GTS)
0
0
4 36,36 1 9,09
5
45,45
4 3 (GTL)
0
0
0
0
1 9,09
1
9,09
Jumlah
3 27,27 5 45,45 3 27,27 11
100
Belum ada penduduk Dusun Balong yang menggunakan gigi tiruan baik
lengkap maupun sebagian, padahal pada Tabel XVII menunjukkan bahwa dari
semua penduduk Dusun Balong yang disurvei, ada 45,45% yang membutuhkan
pemakaian gigi tiruan sebagian dan 1 penduduk membutuhkan gigi tiruan
lengkap. Hal tersebut menunjukkan bahwa warga Dusun Balong masih memiliki
kesadaran yang rendah akan pentingnya upaya rehabilitatif terhadap kesehatan
gigi dan mulut, khususnya pembuatan gigi tiruan, dan belum mengetahui dampak
yang akan terjadi apabila gigi yang hilang tidak dibuatkan gigi tiruan baik secara
estetik maupun medik.
45
No
1
2
3
4
5
%
Restorasi
3 27,27 5 45,45 2 18,18 10 90,90
Endodontik
1 9,09 2 18,18 1 9,09
4
36,36
Eksodonsi
1 9,09 3 27,27 3 27,27
7
63,63
Prostodontik 0
0
4 36,36 2 18,18
6
54,54
Scaling
2 18,18 5 45,45 2 18,18
9
81,81
Tabel XVIII
%
%
1
Pengetahuan
5 45,45 3 27,27 0
0
11 100
2
Persepsi
3 27,27 5 45,45 0
0
11 100
3
Sikap
6 54,54 2 18,18 0
0
11 100
4
Perilaku
3 27,27 5 45,45 0
0
11 100
Penilaian kuesioner mengenai persepsi, perilaku dan sikap
mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan skala
46
dikategorikan
sedang
jika
total
skor
30-44
dan
47
2)
3)
4)
b. KB/KIA
1)
2)
48
1)
2)
49
mulut
pada
masyarakat
secara
luas.
Program
50
51
obat
keluarga
(TOGA).
4. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Dusun Balong adalah
a.
b.
c.
d.
sebagai berikut:
Tingginya status karies gigi
Kebersihan mulut yang kurang baik
Tingginya status gingivitis
Tingginya kebutuhan gigi tiruan sebagian lepasan
52
B. Prioritas Masalah
Prioritas masalah adalah permasalahan yang paling mendesak dan penting
untuk segera ditangani. Prioritas masalah PHBS dan kesehatan gigi dan mulut di
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I.
Yogyakarta ditentukan dengan teknik kriteria matriks. Teknik kriteria matriks
adalah metode kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah dengan cara
skoring. Nilai skor yang diberikan antara 1 (tidak penting) hingga 5
(sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Masalah yang
akan dijadikan prioritas adalah masalah dengan nilai skor
tertinggi.
Kriteria yang digunakan secara umum dibedakan 3 kriteria, yaitu:
1. Pentingnya masalah (importancy)
Makin penting (importancy) masalah tersebut maka akan semakin menjadi
prioritas. Terdapat beberapa parameter pentingnya suatu masalah, antara lain:
a. Besarnya masalah (prevalence)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
c. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
d. Derajat keinginan masyarakat yang tak terpenuhi(degree of unmeet need)
e. Keuntungan sosial jika masalah terselesaikan (social benefit)
f. Rasa prihatin/ kepedulian masyarakat terhadap masalah (public concern)
g. Suasana politik (political climate)
2. Kelayakan teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (technical feasibility). Semakin layak teknologi
53
masalah
(resources
availability).
Semakin
dan
sarana
untuk
mengatasi
permasalahan
maka
Prevalensi =
Ya
Indikator
%
66,6
7
Juml
ah
Tidak
% %
33,3
3 100
3
1.
2.
100
100
3.
100
100
66,6
7
33,3
3
100
100
100
66,6
7
33,3
3
100
5.
54
33,3
3
66,6
7
100
100
100
19
79,1
6
520,83 24
10
0
8.
Jumlah
Indikator
Persalinan oleh tenaga kesehatan
Memeriksakan kehamilan pada
tenaga kesehatan
Penggunaan alat kontrasepsi
ASI eksklusif
Imunisasi bayi lengkap
Penimbangan bayi/balita rutin
Jumlah
Ya
%
3
100
Tidak
%
0
0
Jumlah
%
3 100
100
33,33 3
0
3
0
3
33,33 3
11,11 18
100
100
100
100
100
100
2 66,67
3
100
3
100
2 66,67
16 88,89
1
0
0
1
2
55
N
o
Ya
Indikator
Tidak
Jumla
h
1. Jamban sehat
%
100
%
0
%
100
100
100
100
100
100
66,6
7
0
5. Pemberantasan sarang
nyamuk
100
33,3
3
100
3
100 0
0
3 100
1
10
77,78 422,22 18
4
0
% %
%
19 79,16 5 20,83 24 100
1
Perilaku sehat keluarga
2
3
KIA/KB
Kesehatan Lingkungan
Nilai
1
2
3
56
61 80 %
4
81 100 %
5
Berdasarkan Tabel XXIII, dapat dilihat bahwa prevalensi permasalahan
PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Balong bernilai 2 pada perilaku sehat
keluarga dan kesehatan lingkungan serta bernilai 1 pada KIA/KB.
Tabel XXV. Teknik Kriteria Matriks Penentuan Prioritas Masalah PHBS
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, D.I.Yogyakarta Tahun 2015
No
Daftar Masalah
1
2
3
P
4
3
4
S
4
4
3
T R
4
4
2
3
3
3
Jumlah
147.456
41.472
17.496
Keterangan:
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase,
DU = Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern,
PC = Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability
Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Nilai 5
Prioritas masalah yang akan dipilih berdasarkan tabel XXV dari hasil
survei PHBS Dusun Balong adalah masalah perilaku sehat keluarga. Masalah
perilaku sehat keluarga akan dicari jalan keluar serta pencegahannya. Masalah
perilaku sehat keluarga pada Dusun Balong meliputi masih terdapat keluarga yang
merokok di dalam rumah, masih ada keluarga yang belum mengikuti asuransi
kesehatan, masih ada keluarga yang belum sikat gigi sebelum tidur, dan masih ada
keluarga yang belum melakukan aktifitas fisik.
57
x 100%
Permasalahan kesehatan
gigi dan mulut
Tingginya status karies gigi
Tingginya status gingivitis
YA
11
7
%
100
63,63
TIDAK
%
0
0
4
36,36
58
3
4
81,81
18,18
54,54
45,45
59
Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Nilai 5
Prioritas masalah yang akan dipilih berdasarkan tabel XXVIII dari hasil
survei kesehatan gigi dan mulut Dusun Balong mengenai tingginya status karies
gigi.
III. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Rencana pemecahan masalah dilakukan setelah menentukan prioritas
masalah, selanjutnya akan dicari alternatif jalan keluar dari permasalahan tersebut
dan pada akhirnya akan dilakukan pemilihan prioritas jalan keluar. Prioritas jalan
keluar akan diperoleh melalui penetapan dengan teknik kriteria matriks, sebagai
berikut :
1. Efektivitas jalan keluar
Penilaian efektivitas jalan keluar diberikan kriteria skor 1 sampai 5. Penilaian
diberikan skor 1 jika jalan keluar paling tidak efektif, skor 2 jika jalan keluar tidak
efektif, skor 3 jika jalan keluar netral, skor 4 jika jalan keluar efektif dan skor 5
jika jalan keluar paling efektif. Prioritas jalan keluar adalah yang memiliki skor
efektivitas terbesar. Terdapat komponen dalam penilaian efektivitas pemilihan
jalan keluar, yaitu :
a.
Magnitude (M) adalah besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh jalan
keluar. Semakin besar masalah yang dapat diatasi maka akan semakin besar
skornya.
60
61
62
Tabel XXXI. Alternatif Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
Penyebab Timbulnya
Masalah
Alternatif Jalan Keluar
Masalah
1 Kurangnya
A.Pemberian penyuluhan tentang
pengetahuan
pengetahuan kesehatan gigi dan
mengenai kesehatan mulut yang meliputi penyebab karies
gigi dan mulut
gigi, proses terjadinya karies, akibat
kelanjutan dari gigi yang karies,
Tingginya
penjelasan keterkaitan kesehatan
prevalensi
gigi dan mulut dengan kesehatan
status karies 2 Kurangnya
umum,
gigi
kesadaran
pentingnya menjaga kesehatan gigi
masyarakat tentang
dan mulut, serta cara memelihara
menjaga kesehatan
kebersihan gigi dan mulut dengan
gigi dan mulut
cara yang benar. Penyuluhan
dilakukan secara langsung dengan
rutin dan berkalafhsfhh
63
3 Rendahnya motivasi
masyarakat
untuk melakukan
perawatan kesehatan
gigi
dan mulut masih
yang ditanda dengan
kurangnya
pemanfaatan
fasilitas kesehatan
gigi
dan mulut di
puskesmas
terdekat.
Tabel XXXII. Prioritas Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut di
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
MxIxV
Efektivitas
Daftar Alternatif
Efesiensi
No
C
Jalan Keluar
C
M
I
V
1
A
3
3
4
2
B
3
3
3
Keterangan:
M = Magnitude I = Importancy V = Vulnerability C = Cost
2
3
18
9
64
1. Prioritas masalah PHBS yang perlu ditanggulangi adalah masih ada keluarga
yang merokok di dalam rumah. Jalan keluar yang dilakukan untuk
menanggulanginya adalah mengadakan pertemuan dengan mengundang
perokok aktif dengan dampak yang sudah diderita, seperti kanker paru atau
kanker nasofaring.
2. Prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut adalah tingginya prevalensi status
karies gigi. Jalan keluar yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah
dengan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut, yang meliputi penyebab karies gigi, proses terjadinya karies, akibat
kelanjutan dari gigi yang karies, penjelasan keterkaitan kesehatan gigi dan
mulut dengan kesehatan umum, pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut,
serta cara memelihara kebersihan gigi dan mulut dengan cara yang benar.
B. Saran
1. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat dengan
meningkatkan kualitas dan sumber daya kader kesehatan oleh Puskesmas
sebagai tenaga pendukung dan sumber informasi bagi mayarakat sekitarnya.
65
66