Anda di halaman 1dari 66

1

111

LAPORAN PRAKTIKUM KEPANITERAAN


SURVEI TERPADU PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN
RUMAH TANGGA SERTA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DUSUN
BALONG, DESA DONOKERTO, KECAMATAN TURI,
KABUPATEN SLEMAN D.I. YOGYAKARTA
TAHUN 2015

DISUSUN OLEH:
Carla Maria Destashia Hutapea
10/296809/KG/8602
Angkatan 76

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes, AAK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN


DAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

2
222

LAPORAN SURVEI PHBS DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Derajat
kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi juga ditentukan
oleh kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan
seperti yang tertera dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah tercapainya
masyarakat Indonesia yang hidup dan berperilaku dalam lingkungan sehat dan
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu (Kementerian Kesehatan
RI, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga adalah
semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Pusat Promosi
Kesehatan, 2013). Dalam Riskesdas 2013 indikator yang digunakan untuk
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu mencakup 8 indikator individu
meliputi: cuci tangan, BAB dengan jamban, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik,
merokok dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif,
menimbang balita, dan 2 indikator rumah tangga yaitu sumber air bersih dan
memberantas jentik nyamuk. Pemerintah dalam Rencana Strategis 2014 menargetkan
sebanyak 70% rumah tangga sudah menerapkan PHBS (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

3
333

Provinsi D.I. Yogyakarta telah menerapkan 10 indikator


tersebut sebagai evaluasi pada tatanan PHBS rumah tangga
mulai tahun 2010. Terdapat kenaikan pada pencapaian PHBS
pada tatanan rumah tangga tiap tahunnya walaupun tidak
signifikan. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan
jumlah keluarga terbanyak dengan jumlah 305.543 keluarga.
Total keluarga yang telah dipantau untuk PHBS sebanyak 20.273
keluarga namun hanya 6.614 keluarga yang telah menerapkan
PHBS

dalam

kehidupan

sehari-hari

(Dinas

Kesehatan

D.I.

Yogyakarta, 2013).
Bentuk

dukungan

terselenggaranya

peningkatan

kesehatan

bagi

masyarakat maka dilakukan survei kesehatan masyarakat dan keluarga secara


terpadu, yang meliputi survei PHBS tatanan rumah tangga dengan indikator yang
meliputi KIA/KB, kesehatan lingkungan, pemeliharaan kesehatan, serta kegiatan
pemeriksaan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral
dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena kesehatan gigi dan mulut dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Survei PHBS dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat dalam
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan serta kesehatan gigi dan mulut dilakukan survei kesehatan
gigi dan mulut.
Mahasiswa kepaniteraan IKGP dan IKGM angkatan 76 Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gadjah Mada menjalankan praktikum lapangan di Dusun

4
444

Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa


Yogyakarta, yang merupakan desa binaan FKG UGM. Mahasiswa melakukan
survei kesehatan keluarga termasuk di dalamnya survei terpadu Perilaku Hidup
Bersih Sehat serta Kesehatan Gigi dan Mulut. Berdasarkan hasil survei terpadu
tersebut akan diketahui masalah-masalah kesehatan yang menjadi prioritas untuk
dilakukan pemecahan masalah yang dapat menunjang upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat semaksimal mungkin melalui upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat. Upaya ini harus dilakukan secara
berkesinambungan agar dapat meningkatkan kebutuhan (need), dan tuntutan
(demand) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat berujung
dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Dusun Balong.
B.

Sasaran Survei Terpadu

Sasaran survei terpadu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Kesehatan
Gigi dan Mulut adalah masyarakat Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.
C. Tujuan Survei Terpadu
Kegiatan survei terpadu PHBS dan kesehatan gigi dan mulut yang
dilaksanakan di Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, D.I Yogyakarta bertujuan :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat serta
kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah tangga di Dusun Balong,

5
555

Kelurahan Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta


pada bulan Oktober tahun 2015.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan data perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada tingkat rumah
tangga
b. Mendapatkan data kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah tangga
c. Mendapatkan data mengenai gambaran tingkat pengetahuan, pemahaman,
kesadaran masyarakat tentang kesehatan pribadi, keluarga, lingkungan,
serta kesehatan gigi dan mulut
d. Mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat sehubungan dengan
kesehatan umum, kesehatan lingkungan, serta kesehatan gigi dan mulut
masyarakat
e. Mendapatkan alternatif jalan keluar dari permasalahan yang ada di
masyarakat sehubungan dengan kesehatan umum, kesehatan lingkungan,
serta kesehatan gigi dan mulut masyarakat
f. Menentukan prioritas masalah dan menyusun rencana pemecahan masalah.
D. Manfaat Survei Terpadu
Manfaat survei terpadu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta
Kesehatan Gigi dan Mulut ini adalah didapatkannya data tentang perilaku hidup
bersih dan sehat serta kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Dusun Balong,
Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta. Hasil data

6
666

yang diperoleh akan digunakan untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan


yang ada pada masyarakat tersebut sehingga dapat disusun prioritas masalah serta
rencana alternatif jalan keluar masalah.

II. METODE SURVEI


A. Lokasi dan Populasi
1. Lokasi

Dusun Balong, Desa

Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.


2. Populasi

Masyarakat di Dusun

Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,


D.I Yogyakarta.
B. Pengambilan Sampel
1.

Jenis sampel

: Sampel keluarga

2.

Jumlah sampel

: 3 Kepala Keluarga (KK)

3. Cara pengambilan sampel

: Pengambilan sampel dengan

metode

Multistage Cluster Random Sampling.


Kecamatan
Desa
Dusun
RW
RT
Kepala Keluarga
Gambar 1. Skema Multistage Cluster Random Sampling
Pengambilan sampel bertingkat (Multistage Cluster Random Sampling)
adalah suatu metode sampling dengan alur sebagai berikut: survei yang dilakukan

adalah survei tingkat kecamatan, yaitu kecamatan Turi, kemudian dari 4 desa
yang ada di kecamatan tersebut diambil secara acak 1 desa yang ada dalam
lingkup kecamatan Turi, terpilih desa Donokerto. Kemudian dari seluruh dusun
di desa tersebut diambil 1 sampel dusun secara acak, terpilih Dusun Balong,
Terdapat 2 RW di Dusun Balong lalu diambil satu RW secara acak
dan RW yang terpilih adalah RW 31. Penentuan pengambilan
sampel selanjutnya adalah tahap RT, dari 4 RT yang ada di RW 31
maka diambil satu RT secara acak dan yang terpilih adalah RT
03. Tiga keluarga Dusun Balong dipilih secara acak sebagai
sampel survei PHBS serta seluruh anggota keluarga Dusun
Balong

yang

terpilih

survei

PHBS

menjadi

sampel

survei

kesehatan gigi dan mulut.


C. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) adalah kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Tatanan Rumah
Tangga, yang berisi sebagai berikut:
1. Identitas Keluarga, meliputi :
a. Identitas Kepala Keluarga, meliputi :
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Pendidikan Terakhir
5) Pekerjaan

6) Penghasilan/bulan
b. Identitas Anggota Keluarga, meliputi :
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Status dalam keluarga
5) Pendidikan terakhir
6) Pekerjaan
7) Penghasilan/bulan
2. Data Epidemiologi, meliputi :
a.

Kasus kesakitan (morbiditas) dalam 1 tahun terakhir

b.

Kasus kematian (mortalitas) dalam 1 tahun terakhir

3. Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


a.

Data Perilaku Sehat Keluarga


1) Kebiasaan merokok anggota keluarga.
2) Kebiasaan mengkonsumsi garam beryodium.
3) Kebiasaan semua anggota keluarga (kecuali bayi) makan sayur dan
buah setiap hari.
4) Keluarga memiliki/mengikuti Asuransi Kesehatan.
5) Semua keluarga, usia 5 tahun, telah membiasakan mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar.
6) Semua keluarga, usia 5tahun, terbiasa menggosok gigi sebelum
tidur malam.

10

7) Semua keluarga, usia 10 tahun, terbiasa melakukan aktivitas fisik


30 menit sehari.
8) Semua keluarga yang sakit memeriksakan kesehatan di sarana
pelayanan kesehatan.
b.

Perilaku KIA Keluarga


1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan atau memeriksakan
kehamilan pada tenaga kesehatan atau memakai alat kontrasepsi.
2) ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
3) Imunisasi bayi atau balita lengkap sesuai program.
4) Penimbangan bayi atau balita dalam waktu 6 bulan terakhir.

c.

Data Kesehatan Lingkungan


1) Keluarga buang air besar di jamban yang memenuhi syarat
(tertutup, lantai kuat, tidak berbau, ada lubang kloset, tersedia air
bersih)
2) Keluarga memiliki dan menggunakan sarana air bersih
3) Keluarga memiliki dan menggunakan tempat pembuangan
sampah yang memenuhi syarat (tertutup sehingga tidak bisa
dimasuki tikus, lalat, dll)
4) Keluarga memiliki/menanam TOGA dan mengetahui manfaatnya
5) Keluarga melakukan pemberantasan sarang nyamuk
6) Keluarga memiliki lantai rumah bukan dari tanah

Data

yang

diperoleh

kemudian

diklasifikasi

ketentuan berikut:
Klasifikasi I, jika jumlah jawaban YA 1 2 (peta PHBS warna merah)

dengan

11

Klasifikasi II, jika jumlah jawaban YA 3 9 (peta PHBS warna kuning)


Klasifikasi III, jika jumlah jawaban YA 10 16 (peta PHBS warna hijau)
Klasifikasi IV, jika jumlah jawaban YA 17 20 (peta PHBS warna biru)
Berdasarkan data klasifikasi PHBS keluarga maka dapat dilakukan
penilaian strata PHBS tingkat dusun, yaitu sebagai berikut:
Sehat I, jika jumlah jawaban YA 1 - 2 (peta PHBS warna Merah)
Sehat II, jika jumlah jawaban YA 3 - 9 (peta PHBS warna Kuning)
Sehat III, jika jumlah jawaban YA 10 - 16 (peta PHBS warna Hijau)
Sehat IV, jika jumlah jawaban YA 17 - 20 (peta PHBS warna Biru
Alat ukur yang digunakan untuk survei Kesehatan Gigi dan Mulut adalah
kuesioner Pengetahuan, Persepsi, Perilaku, dan Sikap terhadap Kesehatan Gigi
dan Mulut yang berisi sebagai berikut :
1. Pengetahuan memelihara kesehatan gigi dan mulut
2. Persepsi yang menyangkut kesehatan gigi dan mulut
3. Perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut
4. Sikap mengenai kesehatan gigi dan mulut
Selain itu, digunakan WHO Oral Health Assessment Form 1986 (yang
dimodifikasi) sebagai alat ukur untuk penilaian status kesehatan gigi dan mulut
yang berisi sebagai berikut:
1. Keadaan maloklusi
0 = klasifikasi normal, Kelas I Angle, tidak ada kelainan
1 = kelas I Angle, terdapat
spacing ringan.

2 gigi rotasi, crowding atau

12

2 = maloklusi kelas II atau III Angle, crowding atau spacing (


> 4 mm)
2. Fluorosis
1)

derajat flourosis dibagi menjadi 6, yaitu:

a) 0 = kondisi normal.
b) 1 = fluorosis meragukan, terdapat sedikit bercak-bercak
putih.
c) 2 = sangat ringan, terdapat area opak kecil berwarna putih
pada < 25% permukaan labial gigi.
d) 3 = ringan, terdapat opasitas putih pada < 50% permukaan
labial gigi.
e) 4 = sedang, terdapat keausan pada permukaan gigi dan
stain kecoklatan pada gigi.
f) 5 = berat, permukaan email mencekung (pitted) dan
terdapat stain kecoklatan, gigi tampak mengalami korosi.
3. Status gigi-geligi dan perawatan yang dibutuhkan
Tabel I. Kode Pengisian Status Kesehatan Gigi dan Mulut Form WHO 1986
(yang Dimodifikasi)
Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Jenis Perawatan
Gigi
Gigi
Keterangan
Kode
Jenis perawatan
Permanen
Susu
Tidak memerlukan
0
A
Gigi sehat
0
perawatan
1
B
Gigi karies
1
Fissure sealant
Ditambal dan
Tambalan 1
2
C
2
terdapat karies
permukaan
Ditambal ,tidak
Tambalan > 1
3
D
3
karies
permukaan
4
E
Gigi hilang karena
4
Sebagai gigi abutment

13

6
7

F
G

karies
Gigi hilang bukan
karena karies
Fissure sealant
Gigi abutment

Gigi tidak erupsi

Gigi tidak dapat


diklasifikasikan

5
6
7
8

Elemen gigi tiruan


(GTC)
Perawatan pulpa
Pencabutan
Memerlukan
perawatan lain (GTS)

4. Status kebersihan mulut


Pengukuran status kebersihan mulut dengan indeks
OHI-S yang

dibagi menjadi 3 kriteria yaitu kriteria

baik (skor 0-1,2); kriteria cukup

(skor 1,3-3,0) dan

kriteria buruk (skor 3,1-6,0).


5. Status periodontal
Pengukuran status kesehatan jaringan periodontal
dikelompokkan menjadi skor 0 untuk sehat, skor 1 apabila
terjadi perdarahan spontan, skor 2 apabila terdapat kalkulus
pada saat di probe, skor 3 apabila kedalaman poket mencapai
4-5 mm, skor 4 apabila kedalaman poket lebih dari 6 mm dan
diberi tanda silang (x) apabila regio tersebut tidak memenuhi
syarat untuk penilaian kesehatan jaringan periodontal.
6.

Status kesehatan gusi


Pengukuran status kesehatan gingiva terdiri dari status
kesehatan gingiva dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu sehat (tidak
ada gingivitis), gingivitis yang melibatkan 1 3 segmen,
gingivitis yang melibatkan 4 6 segmen.

14

7. Pemakaian gigi tiruan dan kebutuhan akan gigi tiruan


Status pemakaian gigi tiruan dibagi menjadi 3 kriteria
yaitu tidak memakai gigi tiruan, memakai gigi tiruan sebagian
(GTS), dan memakai gigi tiruan lengkap (GTL), sedangkan
kebutuhan gigi tiruan dibagi menjadi 4 kriteria yaitu tidak
membutuhkan gigi tiruan, membutuhkan perbaikan gigi
tiruan, membutuhkan GTS, dan membutuhkan GTL.
8. Kebutuhan akan perawatan darurat dan keadaan lainnya
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah responden
mengalami kondisi-kondisi yang membahayakan jiwa, fraktur rahang, nyeri
atau infeksi atau apakah perlu mendapatkan perawatan segera.
D. Jadwal Survei
Kegiatan survei PHBS dan Kesehatan Gigi dan Mulut yang dilaksanakan di
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman berlangsung
selama 4 hari yaitu dimulai dari hari Kamis (8 Oktober 2015) sampai dengan hari
Selasa (12 Oktober 2015). Kegiatan meliputi tahap pengarahan, perencanaan dan
pelaksanaan, adapun rincian pelaksanaan kegiatan survei ialah sebagai berikut:
1.

Pengarahan dan perencanaan pada Kamis dan Jumat, 8 dan 9 Oktober


2015:
a. Pengarahan tentang cara pengisian formulir WHO Oral Assessment untuk
pemeriksaan gigi dan mulut oleh drg. Rosa Amalia, M. Kes.
b. Pengarahan tentang cara pengisian formulir kuesioner PHBS dan
kuesioner pengetahuan kesehatan gigi dan mulut serta latihan kalibrasi
oleh drg. Bambang Priyono, S. U.

15

c. Persiapan kegiatan survei, yaitu menyiapkan alat dan bahan yang


dibutuhkan pada saat
d. Perkenalan dengan Kepala Desa (Bapak Basuki) dan Kepala Dukuh
(Bapak

Hendra)

untuk

meninjau

lokasi,

memohon

izin

untuk

melaksanakan kegiatan survei, dan pencatatan KK yang akan di survei.


2.

Pelaksanaan pada Sabtu dan Senin, 10 dan 12 Oktober 2015


a. Penerimaan mahasiswa dan pengarahan teknis pelaksanaan survei di
rumah Bapak Dukuh dan perkenalan dengan kader yang akan membantu
selama pelaksaan survei.
b. Pengumpulan data PHBS dan kesehatan gigi dan mulut di Dusun Balong,
Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY.
E. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan untuk menyamakan persepsi tenaga pelaksana survei

terhadap alat-alat ukur yang digunakan. Adapun kalibrasi terhadap definisi dari
alat-alat ukur yang digunakan adalah:
1.

Status sosial, terdiri dari :


a.

Pendidikan, dibagi menjadi beberapa jenjang pendidikan yaitu tidak


sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.

b.

Pekerjaan, dibagi menjadi beberapa mata pencaharian yaitu karyawan


swasta, wiraswasta, petani, pedagang, pelajar, tidak bekerja, dan lainlain.

2.

Data epidemiologi, jawaban YA apabila:


a. Terdapat kasus kesakitan (morbiditas) dalam 1 tahun terakhir
b. Terdapat kasus kematian (mortalitas) dalam 1 tahun terakhir

3.

Data PHBS, jawaban YA apabila:

16

Data perilaku sehat keluarga


1) Semua anggota tidak merokok di dalam rumah.
2) Mengkonsumsi garam beryodium dan makanan beraneka ragam
seperti nasi atau sumber karbohidrat lainnya, lauk pauk setiap hari.
3) Semua anggota keluarga, kecuali bayi, mengkonsumsi sayur dan buah
setiap hari.
4) Minimal salah satu anggota keluarga mempunyai asuransi kesehatan
seperti JPKM, Askes, Jamsostek, atau asuransi kesehatan pihak swasta
lainnya.
5) Semua anggota keluarga (usia 5 tahun) selalu mencuci tangan
dengan sabun setiap sebelum makan dan setelah buang air besar.
6) Semua anggota keluarga (usia 5 tahun) membiasakan menyikat gigi
sebelum tidur malam setiap hari.
7) Semua anggota keluarga (usia 5 tahun) terbiasa melakukan aktivitas
fisik yang berupa pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga (pembakaran kalori) seperti berjalan, mencangkul, mengayuh
sepeda, membersihkan rumah, naik tangga, berolah raga, dan lain-lain
sekurang-kurangnya 30 menit per hari.
8) Semua anggota keluarga memeriksakan penyakit yang diderita di
saranan pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, seperti
Puskesmas, rumah sakit, dokter praktek, atau BPS.
Data KIA

17

1)

Persalinan ibu terakhir ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan,


atau perawat).

2)

Memeriksakan kehamilan yang sekarang kepada tenaga kesehatan


(dokter, bidan, atau perawat).

3)

Menggunakan salah satu alat kontrasepsi (kondom, pil, IUD, suntik,


implant/susuk, MOW, MOP). Selain itu bila ada ibu yang sudah
memasuki menopause, ibu usia subur yang belum/ingin anak, atau
sedang hamil.

4)

Bayi usia 0-6 bulan diberikan ASI eksklusif.

5)

Anak dibawah 1 tahun diberi imunisasi lengkap sesuai usia

1.

0 bulan

: HBo

2.

1 bulan

: BCG, Polio 1

3.

2 bulan

: DPT/HB1, Polio 2

4.

3 bulan

: DPT/HB2, Polio 3

5.

4 bulan

: DPT/HB3, Polio 4

6.

9 bulan

: Campak
6) Penimbangan bayi/balita dalam 6 bulan terakhir teratur.

Data kesehatan lingkungan


1) Keluarga buang air besar di jamban yang memenuhi syarat:
a) Tertutup (terlindung dari panas, hujan, dan pandangan orang).
b) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu (memiliki penutup
lubang) serta tidak menjadi tempat hidupnya binatang.

18

c) Memiliki lantai yang kuat dan mempunyai tempat pijak yang


kuat.
d) Mempunyai lubang kloset yang melalui saluran tertentu yang
dialirkan pada sumur penampung.
e) Tersedia sarana pembersih berupa air yang cukup untuk segera
digunakan setelah buang air besar.
2) Keluarga memiliki dan menggunakan sarana air bersih, dapat berupa
PDAM, mata air yang terlindung, sumur gali yang terlindungi, atau
pompa tangan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) berjarak
minimal 10 meter.
3) Keluarga memiliki dan menggunakan tempat pembuangan sampah
yang memenuhi syarat yaitu berupa keranjang/tong/bak/lubang yang
kedap air, tertutup sehingga tidak bisa dimasuki tikus, lalat, dan lainlain.
4) Keluarga menanam atau memiliki tanaman obat keluarga dan tahu
manfaatnya.
5) Tidak ada jentik nyamuk baik di dalam maupun di sekitar lingkungan
rumah, seperti di bak mandi, tempat penampungan air, vas atau pot
bunga, serta pada sampah yang dapat menampung air.
6) Keluarga memiliki lantai rumah bukan dari tanah, lantai dapat terbuat
dari semen, kayu, ubin, atau keramik.
F. Sarana dan Prasarana
1.

Bahan :

19

a. Formulir kuesioner PHBS Tatanan Rumah Tangga


b. Formulir pemeriksaan gigi dan mulut (WHO Oral Assessment)
c. Kuesioner data Kesehatan Gigi dan Mulut
2. Alat : Alat tulis, alat diagnostik, probe periodontal, bengkok, kapas, hands
glove, masker, dan Chlorhexidine Gluconate 0,2% sebagai desinfektan.
G. Pelaksanaan Survei
1. Persiapan Survei
a. Perijinan
Permohonan ijin pelaksanaan survei ditujukan kepada Kepala Dusun
Balong,

Desa

Donokerto,

Kecamatan

Turi,

Kabupaten

Sleman,

D.I.Yogyakarta.
b. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi survei ditentukan dengan menggunakan metode
Multistage Cluster Random Sampling, sehingga terpilih Dusun Balong,
Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta.
2. Pelaksanaan Survei.
Pelaksanaan survei dimulai dari hari Kamis-Senin (8-12 Oktober 2015).
Kegiatan survei terhitung dari tahap pengarahan, perencanaan, dan
pelaksanaan yang dilaksanakan selama 4 hari. Survei dilakukan pada 3 KK
yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Wawancara terstruktur dengan panduan kuesioner
b. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
c. Pengisian kuesioner

20

d. Observasi ke sekeliling rumah

III. HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN


Survei PHBS serta Kesehatan Gigi dan Mulut telah dilaksanakan di Dusun
Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tanggal 10-12 Oktober 2015. Data yang diperoleh dari survei
tersebut adalah sebagai berikut:
A. Data Umum Wilayah Kecamatan Turi
1. Data Geografis
Kecamatan Turi berada di bagian paling utara Kabupaten Sleman dan
berada di ketinggian 500-600 meter diatas permukaan air laut, suhu udara
rata-rata antara 23 32C. Kecamatan Turi berjarak 12 km dari Kecamatan
Sleman dan 20 km dari Kota Yogyakarta. Batas wilayah Kecamatan Turi:
a.
b.
c.
d.

Utara : Hargobinangun, Kecamatan Pakem


Timur : Purwobinangun, Kecamatan Pakem
Selatan: Pandawahardjo, Kecamatan Sleman
Barat : Margoredjo, Kecamatan Tempel

21

Luas wilayah Kecamatan Turi adalah 43,06 km2 yang dibagi menjadi 4
desa, yaitu:
a. Desa Donokerto
b. Desa Bangunkerto
c.
Desa Wonokerto
d.
Desa Girikerto

:
:
:
:

7,41 km2
7,03 km2
15,58 km2
13,07 km2

2. Data Demografi Penduduk


a. Jumlah Penduduk
: 34.878 jiwa
b. Jumlah Kepala Keluarga
: 2.695 jiwa
c. Jumlah Penduduk Laki-Laki
:18.063 jiwa
d. Jumlah Penduduk Perempuan : 16.815 jiwa
e. Jumlah Penduduk Desa Donokerto : 9.039 jiwa, terdiri atas 4.442 jiwa
3.

penduduk laki-laki dan 4.597 jiwa penduduk perempuan.


Data Epidemiologi
Data epidemiologi yang didapatkan dari hasil survei dapat

dilihat pada tabel II.


Tabel II. Data Epidemiologi Sampel Penduduk di Dusun Balong,
Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I.
Yogyakarta Tahun 2015
Variabel
Frekuensi
Persentase (%)
Kasus kesakitan
0
0
Kasus kematian
1
7,14
Tidak ada kasus
13
92,85
Jumlah
14
100
Tabel II menunjukkan bahwa tidak terdapat kasus kesakitan (morbiditas),
namun terdapat 1 kasus kematian (mortalitas) dalam 1 tahun terakhir pada
penduduk Dusun Balong yang disurvei dengan penyebab kematian sakit jantung.
4.

Data Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS)
Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan terhadap 3

Kepala Keluarga dengan jumlah sampel 13 orang di Dusun Balong, Desa

22

Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.


Berdasarkan survei tersebut diperoleh data sebagai berikut :

Tabel III. Data Identitas Anggota Keluarga Sampel Penduduk Dusun Balong,
Desa Donekerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Hubungan
Jenis
Tingkat
No
Nama
Umur dengan KK
Pekerjaan
Kelamin
Pendidikan
Danang
Kepala
Wiraswasta
1 Sulistyo
L
48
Keluarga
SMA
Istri
Tidak
P
38
SMA
2 Sri Wahyuni
bekerja
Yulinda
Anak
Prihanti
L
18
SMA
Mahasiswi
3 Harum Sari
Muhammad
Anak
Belum
Khaisar Rizky
P
9
Pelajar
tamat SD
4 Pamungkas
Kepala
Indria
L
32
Keluarga
SMA
Wiraswasta
5 Febriansyah
Istri
P
24
SMA
Wiraswasta
6 Heni Yuniarti
Anak
Belum
Tidak
P
3
7 Nindia
sekolah
bekerja
Mertua
Tidak
L
60
SD
8 Lidar Sutilarso
bekerja
Mertua
Tidak
P
58
SMP
9 Sriyati
bekerja
Kepala
Karyawan
P
45
SMA
10 Supriyati
Keluarga
swasta
Rafi Putra
Anak
L
14
SD
Pelajar
11 Perdana
Luthfi Prakosa
Anak
Belum
L
8
Pelajar
12 Atmaja
tamat SD
Bintang
Anak
Belum
Tidak
Aprilia
P
2
sekolah
bekerja
13 Maharani

23

Tabel III menggambarkan bahwa jumlah seluruh anggota keluarga dari 3


kepala keluarga adalah 13 orang, namun 2 orang masih balita sehingga hanya 11
orang yang menjadi target survei di Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.

Tabel IV. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman Tahun 2015
Jenis Kelamin
Umur
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
(Tahun)

%
< 20
0
0
0
0
0
0
20 <45
1
33,33
0
1
33,33
0
45 60
1
33,33
33,33
2
66,67
1
> 60
0
0
0
0
0
0
Jumlah
2
66,67
33,33
3
100
1
Tabel IV menunjukkan bahwa 3 kepala keluarga yang disurvei 2 kepala
keluarga berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 66,67% dan 1
kepala keluarga berjenis kelamin perempuan karena kepala keluarga telah
meninggal 1 bulan sebelumnya. Rentang umur kepala keluarga terbanyak di
Dusun Balong, Kecamatan Turi adalah 45-60 tahun yaitu sebanyak 66,67%,
sedangkan kepala keluarga dalam rentang umur 20-<45 tahun yaitu sebanyak
33,33%. Tidak ada kepala keluarga yang berumur < 20 tahun atau > 60 tahun.
Tabel V. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Tingkat
Pendidikan Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Tahun 2015
No
.
1.

Pendidikan KK

Tidak sekolah

24

2.
Tidak tamat SD
3.
Tamat SD
4.
Tamat SLTP/SMP
5.
Tamat SLTA/SMA
6.
Tamat D1-D3
7.
Tamat S1- S2
Jumlah

0
0
0
3
0
0
3

0
0
0
100
0
0
100

Tabel V menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga Dusun


Balong yang disurvei seluruhnya adalah SMA (100%).

Tabel VI. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Pekerjaan


Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi Kabupaten
Sleman Tahun 2015
No.
Pekerjaan KK

%
1.
TNI /POLRI
0
0
2.
PNS
0
0
3.
Pegawai Swasta
1
33,33
4.
Pensiunan
0
0
5.
Wiraswasta
2
66,67
6.
Petani
0
0
7.
Pedagang
0
0
8.
Pengrajin
0
0
9.
Buruh
0
0
10 Lain-lain
0
0
Jumlah
3
100
Tabel VI menunjukkan sebagian besar kepala keluarga yang disurvei adalah
wiraswasta, yaitu sebesar 66,67% dan lainnya karyawan swasta yaitu sebanyak
33,33%. Tidak ada kepala keluarga dengan jenis pekerjaan TNI/POLRI, PNS,
pensiunan, petani, pedagang, pengrajin, buruh, dan lain-lain.
Tabel VII. Distribusi Sampel Kepala Keluarga berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Tahun 2015
Jumlah Anggota Keluarga

%
4 Jiwa
2
66,67
> 4 jiwa
1
33,33
Jumlah
3
100

25

Tabel VII menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga di Dusun Balong


sebagian besar terdiri dari 4 jiwa (66,67%), sedangkan 1 keluarga berjumlah
anggota > 4 jiwa (33,33%).

N
o
1

Tabel VIII. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga pada 3 Kepala


Keluarga Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi Kabupaten
Sleman Tahun 2015
Jumla
Ya
Tidak
h
Indikator

%
%
Perilaku Sehat Keluarga
66,6
2
1 33,33 3 100
Tidak merokok di dalam rumah
7
Garam yodium & makan beraneka ragam 3
100 0
0
3 100
Konsumsi sayur & buah
3
100 0
0
3 100
Asuransi kesehatan
66,6
2
1 33,33 3 100
7
Cuci tangan dengan air bersih dan sabun
3
100 0
0
3 100
Sikat gigi sebelum tidur
66,6
2
1 33,33 3 100
7
Melakukan aktivitas fisik
33,3
1
2 66,67 3 100
3
Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
3
100 0
0
3 100
KIA
Persalinan oleh tenaga kesehatan
3
100 0
0
3 100
Memeriksakan kehamilan pada tenaga
3
100 0
0
3 100
kesehatan
66,6
Penggunaan alat kontrasepsi
2
1 33,33 3 100
7
ASI eksklusif
3
100 0
0
3 100
Imunisasi bayi lengkap
3
100 0
0
3 100
66,6
Penimbangan balita rutin
2
1 33,33 3 100
7
Kesehatan Lingkungan

26

Jamban sehat
Sarana air bersih
Tempat sampah sehat

3
3

Tanaman obat keluarga


Pemberantasan sarang nyamuk
Lantai rumah bukan dari tanah

0
3
3

100
100
66,6
7
0
100
100

0
0

0
0

3 100
3 100

33,33

3 100

3
0
0

100
0
0

3 100
3 100
3 100

Hasil survei terhadap 3 kepala keluarga di Dusun Balong Kecamatan Turi


berdasarkan data perilaku sehat tatanan rumah tangga pada Tabel VIII dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tidak Merokok di Dalam Rumah (66,67%)
Dari semua KK yang disurvei terdapat 2 keluarga yang anggota
keluarganya tidak merokok, sedangkan 1 keluarga lainnya ada anggota
keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu suami dan ayah. Hasil survei
menunjukkan bahwa kesadaran untuk tidak merokok masih belum tumbuh di
semua keluarga Dusun Balong, sehingga dapat dilakukan penyuluhan kepada
masyarakat terutama yang masih merokok dalam rumah tentang bahaya rokok
bagi kesehatan, terutama pada keluarga yang memiliki balita. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2010), konsumsi rokok merupakan salah satu
penyebab gangguan kesehatan yang berkembang cepat di dunia. Satu batang
rokok terkandung 4000 bahan kimia termasuk 43 senyawa karsinogen. Bahan
utama rokok meliputi nikotin yang adiksi, tar yang karsinogen, dan
karbonmonoksida yang menjadikan kadar oksigen dalam darah turun.
Merokok di dalam rumah juga dapat mengakibatkan anggota keluarga turut
menghirup asapnya dan berperan sebagai perokok pasif yang juga akan

27

terkena dampak buruk asap rokok, seperti : bahan karsinogen, toksin dan
nikotin.
2. Konsumsi garam beryodium dan makanan beragam (100%)
Seluruh

keluarga

sudah

menggunakan

garam

beryodium

dan

mengkonsumsi makanan beragam sehingga dapat disimpulkan bahwa warga


sudah memahami pentingnya mengkonsumsi garam beryodium dalam rangka
pencegahan penyakit gondok. Yodium bagi ibu hamil dan anak-anak menjadi
sangat penting untuk perkembangan otak anak. Gondok yang nampak pada leher,
merupakan sebuah tanda yang khas, bahwa tubuh tidak cukup mendapatkan
yodium. Kekurangan yodium menimbulkan kelainan terutama pada awal
kehamilan dan masa anak. Ibu yang tidak mengkonsumsi makanan dengan
kandungan yodium yang cukup dapat melahirkan anak dengan cacat fisik dan
atau cacat mental. Kekurangan yodium yang parah dapat menyebabkan kretin
(pertumbuhan fisik dan mental yang terhambat), bayi lahir mati, keguguran, dan
meningkatnya risiko kematian anak (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan


salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya
sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
Untuk menanggulangi GAKY, penambahan yodium pada semua garam
konsumsi

telah

disepakati

sebagai

cara

yang

aman,

efektif

dan

berkesinambungan untuk mencapai konsumsi yodium yang optimal bagi


semua rumah tangga dan masyarakat (RAN KPP GAKY, 2004).
3. Konsumsi buah dan sayur setiap hari (100%)
Seluruh keluarga telah mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin setiap

28

hari, kebiasaan ini menunjukan bahwa warga telah paham mengenai


pentingnya asupan nutrisi dari buah dan sayur sebab mengandung vitamin
dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
Menurut

Riskesdas

2013,

penduduk

dikategorikan

cukup

mengkonsumsi sayur dan/buah apabila makan sayur dan buah minimal 5


porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
Menu harian perlu bergizi. Termasuk garam beryodium, makanan yang
kaya vitamin dan mineral, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, sayur-sayuran
hijau, merah, oranye dan kuning serta buah-buahan berwarna oranye.
Makanan sehat termasuk buah-buahan dan sayuran berdaun hijau serta susu,
ikan dan telur. Anak yang mendapat makanan bergizi tidak mudah sakit atau
terancam kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
4. Asuransi kesehatan (66,67%)
Dari semua KK yang disurvei, sebanyak 1 keluarga (33,333%) belum
menggunakan

asuransi

kesehatan.

Sebanyak

keluarga

(66,67%)

menggunakan asuransi kesehatan berupa BPJS yang telah tergabung dalam


JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Jaminan Kesehatan Nasional yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial
nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan nasional yang bersifat wajib berdasarkan undang-undang No. 40
tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang

29

telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah (Kementerian


Kesehatan RI, 2013). Penggunaan jaminan kesehatan ini akan meringankan
beban biaya kesehatan. Kepemilikan jaminan kesehatan oleh hampir semua
warga ini menunjukan bahwa warga sudah peduli dan mengerti dalam
menjaga kesehatan sehingga memanfaatkan fasilitas yang disediakan
pemerintah, namun masih ada 1 keluarga yang belum mempunyai asuransi
kesehatan karena masih melakukan proses pendaftaran keikutsertaan BPJS.
5. Mencuci tangan dengan sabun (100%)
Seluruh keluarga yang disurvei telah mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih sebelum makan dan setelah buang air besar. Hal ini
menunjukkan bahwa warga sudah paham terhadap pentingnya penggunaan
sabun saat mencuci tangan.
Air yang digunakan untuk mencuci tangan harus air
yang bersih karena air yang tidak bersih banyak mengandung
kuman dan bakteri penyebab penyakit yang dapat berpindah
ke tangan. Jika tangan tersebut digunakan pada saat makan
maka kuman akan cepat masuk ke dalam tubuh dan dapat
menimbulkan penyakit (Pusat Promosi Kesehatan, 2013).
6. Kebiasaan gosok gigi sebelum tidur (66,67%)
Hasil survei menunjukkan sebagian besar dari keluarga di Dusun
Balong yang disurvei telah memiliki kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur
malam. Menyikat gigi sangat penting sebagai salah satu cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012)

30

waktu yang ideal dalam menyikat gigi untuk mendapatkan hasil yang optimal
adalah pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam dengan
menggunakan pasta gigi berflour dan air matang (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Namun berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
pada tahun 2013 menyatakan bahwa sebagian besar
penduduk menyikat gigi saat mandi pagi dan mandi sore.
Kebiasaan yang keliru hampir merata pada seluruh kelompok
umur (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6. Melakukan aktifitas fisik setiap hari (33,33%)
Hasil survei menunjukkan bahwa baru 1 keluarga di Dusun Balong yang
telah terbiasa melakukan aktivitas fisik dengan persentase 33,33%. Hal ini
menunjukkan bahwa masih kurangnya pemahaman akan pentingnya aktivitas
setiap hari.
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta
menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Dalam Riskesdas 2013 ini
kriteria aktivitas fisik "aktif" adalah individu yang melakukan aktivitas fisik berat
atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria 'kurang aktif' adalah individu
yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat (Kementerian
Kesehatan, 2013).

7. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan (100%)


Hasil survei menunjukkan semua keluarga di Dusun Balong telah
memeriksakan di sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dan tidak ada keluarga yang tidak memeriksakan di sarana pelayanan

31

kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan yang dimaksud ialah puskesmas,


rumah sakit pemerintah atau swasta, dokter praktek, maupun balai
pengobatan. Puskesmas terdekat yang dapat dijangkau oleh warga Dusun
Balong adalah Puskesmas Turi. Angka persentase yang mencapai 100%
mengenai pemanfaatan sarana kesehatan di Dusun Balong menunjukkan
tingginya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Tabel VIII menunjukkan hasil survei perilaku kesehatan ibu dan anak dari 3
kepala keluarga yang disurvei di Dusun Balong dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Persalinan oleh tenaga kesehatan (100%)
Hasil survei menunjukkan dari 3 keluarga tidak ada yang baru saja
mengalami persalinan, namun berdasarkan hasil wawancara, seluruh
persalinan (100%) yang pernah terjadi di dalam keluarga, ditolong oleh
tenaga kesehatan. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013), proses persalinan
adalah periode kritis terhadap masalah kegawatdaruratan bagi seorang ibu hamil,
sehingga diharapkan proses persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dengan
bantuan tenaga kesehatan

2.

Periksa hamil ke tenaga kesehatan (100%)


Hasil survei menunjukkan dari 3 keluarga tidak ada yang sedang
mengalami kehamilan. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian
bagi ibu. Pemantauan serat perawatan kesehatan yang memadai selama
kehamilan hingga masa nifas sangat penting demi kelangsungan hidup ibu dan
bayinya (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pemeriksaan kehamilan secara

rutin dan efektif ke pelayanan kesehatan dapat menurunkan angka kematian


ibu dan anak.

32

3. Penggunaan alat kontrasepsi (66,67%)


Hasil survei menunjukkan dari 3 keluarga yang disurvei, hanya 2
keluarga yang merupakan pasien menggunakan KB (66,67%), terdapat 1
keluarga tidak menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan sudah pernah
mengalami kegagalan penggunaan alat kontrasepsi, sehingga memutuskan untuk
mengatur jarak kehamilan dengan metode pantang berkala. Hal tersebut
menunjukkan bahwa masih ada pasangan usia subur yang belum sadar akan
pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk menekan angka kelahiran. Kunci
utama adalah bagaimana melibatkan tenaga kesehatan untuk melakukan
sosialisasi, komunikasi serta motivasi tentang pentingnya pemakaian alat
kontrasepsi untuk mencapai kehidupan berkeluarga yang berkualitas dan
sejahtera (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

4. ASI eksklusif (100%)


Hasil survei menunjukkan 3 keluarga yang disurvei, tidak ada keluarga
yang memiliki bayi usia 06 bulan, namun berdasarkan hasil wawancara,
seluruh keluarga (100%) memberikan ASI eksklusif ketika memiliki bayi
berusia 0-6 bulan. Hal ini menunjukan hampir seluruh warga yang diperiksa
sudah paham mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif. ASI adalah
asupan yang sangat penting untuk bayi, karena telah terbukti secara ilmiah untuk
menjadi makanan terbaik bagi bayi. ASI dianjurkan diberikan kepada bayi yang
berusia

0-6

bulan.

Sesudah

umur

bulan,

bayi

dapat

diberikan

makananpendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak
berumur minimal 2 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

5. Imunisasi bayi lengkap (100%)

33

Hasil survei menunjukkan dari 3 keluarga yang disurvei, tidak ada


keluarga yang memiliki bayi. Dari hasil wawancara, seluruh keluarga (100%)
mengaku bahwa semua anak-anak dari seluruh keluarga sudah mendapatkan
imunisasi lengkap. Pemberian imunisasi tepat pada waktunya adalah faktor
yang sangat penting untuk kesehatan bayi (Dinas Kesehatan DI Yogyakarta,
2013).
6.

Penimbangan bayi / balita teratur (66,67%)


Hasil survei menunjukkan dari 3 keluarga yang disurvei, hanya 2
keluarga yang memiliki bayi dan balita, dari hasil wawancara diketahui
bahwa 1 dari 2 keluarga yang memiliki balita tidak melakukan penimbangan
berat badan secara rutin di posyandu, karena tidak ada yang mengantar balita
tersebut ke Posyandu dikarenakan ibu yang bekerja. Posyandu balita di
Dusun Balong aktif dilakukan setiap bulan. Hal ini memperlihatkan
kepedulian orangtua terhadap perkembangan anaknya sudah cukup.
Tujuan dari penimbangan bayi dan balita yang dilakukan setiap bulan adalah
untuk memantau pertumbuhan balita. Penimbangan balita biasanya dilakukan di
Posyandu mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun, hasil penimbangan dicatat dalam
KMS (Kartu Menuju Sehat) sehinggaperkembangan bayi/balita dapat selalu
dipantau (Pusat Promosi Kesehatan, 2013).

Tabel VIII menunjukkan hasil survei perilaku kesehatan lingkungan dari 3


kepala keluarga yang disurvei di Dusun Balong dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.

Menggunakan jamban sehat (100%)


Hasil survei menunjukkan bahwa semua keluarga telah membuang air
besar di jamban sehat dengan persentase 100%. Tingginya persentase

34

masyarakat Dusun Balong terhadap pembuangan air besar di jamban sehat


menandakan bahwa tingginya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Menurut Pusat Promosi Kesehatan (2013), jamban yang sehat harus memiliki
berbagai syarat, antara lain tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau,
tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya,
mudah dibersihkan danaman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung,
penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun,
dan alat.

2.

Penggunaan air bersih (100%)


Hasil survei menunjukkan seluruh keluarga yang disurvei telah
menggunakan sarana air bersih. Tingginya angka persentase penggunaan
sarana air bersih pada keluarga di Dusun Balong menunjukkan tingginya
kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya air bersih bagi kesehatan. Air
adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk
minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai,
mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya,
agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
Syarat-syarat air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indera kita, antara lain air tidak berwarna harus bening, air
tidak keruh, terbebas dari kotoran (pasir, debu, lumpur,
sampah, busa dll), air tidak berasa dan air tidak berbau
Manfaat penggunaan air bersih adalah setiap anggota
keluarga terpelihara kebersihan dirinya dan terhindarnya

35

keluarga dari penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus,


cacingan, penyakit mata, penyakit kulit, atau keracunan
(Pusat Promosi Kesehatan, 2013).
3.

Pengelolaan sampah (66,67%)


Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (66,67%) yang
disurvei sudah memiliki tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan. Masyarakat membuang sampah di tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
sudah memahami mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dengan baik
dan benar. Beberapa contoh tempat pembuangan sampah yang memenuhi
syarat kesehatan ialah keranjang, tong, bak, dan lubang kedap air yang
tertutup sehingga tidak bisa dimasuki lalat ataupun nyamuk. Perlu dilakukan
penyuluhan mengenai pengelolaan sampah dan pengaruhnya terhadap
kesehatan lingkungan.

4.

Memiliki TOGA dan mengetahui manfaatnya (0%)


Hasil survei menunjukkan bahwa dari 3 keluarga yang disurvei belum ada
yang memiliki atau menanam TOGA dan tahu manfaatnya. Persentase
indikator pemanfaatan TOGA pada keluarga di Dusun Balong menunjukkan
bahwa belum adanya kesadaran kesehatan masyarakat untuk melakukan
tindakan pencegahan dan menunjukkan bahwa masyarakat belum terbiasa
memanfaatkan tanaman obat di sekitar lingkungannya untuk mengobati
penyakit. TOGA adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Taman obat
keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah baik di halaman rumah,

36

kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman


yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga
akan obat-obatan. Fungsi TOGA salah satunya adalah alternatif obat saat
masyarakat tidak mampu memeriksakan kesehatannya di sarana pelayanan
kesehatan.
5.

Memberantas Jentik di Rumah (100%)


Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh keluarga yang menjadi
responden telah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) baik di
dalam maupun di lingkungan rumah dengan persentase sebesar 100%,
Rumah bebas jentik nyamuk adalah rumah tangga yang
setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak
terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik nyamuk
dilakukan pada tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
baik yang ada didalam rumah maupun diluar rumah yaitu
antara lain bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, talang
air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar
bambu, dan lain-lain (Pusat Promosi Kesehatan, 2013).
Tujuan pemberantasan sarang nyamuk menurut Pusat
Promosi Kesehatan (2013) adalah populasi nyamuk menjadi
terkendaki sehingga penularan penyakit dengan perantara
nyamuk

dapat

dicegah

atau

dikurangi,

kemungkinan

terhindar dari penyakit yang berasal dari nyamuk yaitu


demam berdarah dengue, chikungunya, malaria dan filariasis

37

(kaki gajah) serta lingkungan rumah menjadi bersih dan


sehat.

Pemberantasan

sarang

nyamuk

menurut

Pusat

Promosi Kesehatan (2013) dapat dilakukan dengan cara 3M


plus

(Menguras,

Menutup,

Mengubur,

plus

Menghindari

gigitan nyamuk).
6. Lantai rumah bukan dari tanah (100%)
Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh rumah kepala keluarga yang
menjadi responden sudah memiliki lantai rumah bukan dari tanah dengan
persentase sebesar 100%. Lantai rumah yang kedap air dan tidak lembab akan
mudah untuk dibersihkan sehingga kotoran-kotoran tidak mudah menempel
pada lantai. Hal ini tentunya akan mengurangi dan mencegah timbulnya
penyakit yang dapat disebabkan oleh kuman dari kotoran yang menempel
pada lantai jika dibandingkan dengan lantai yang tidak kedap air dan lembab.
Tingginya persentase indikator lantai rumah bukan dari tanah menunjukkan
bahwa masyarakat sudah baik kesadarannya dalam menjaga kesehatan
melalui penataan rumah sehat.
Berdasarkan hasil survei PHBS dengan mengacu pada indikator-indikator
di atas, 3 keluarga yang disurvei tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel IX. Klasifikasi PHBS pada Keluarga Sampel Dusun Balong Desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Tahun 2015
Jawaban
No
Nama KK
Klasifikasi
Peta PHBS
Ya
1
Danang Sulistyo
18
Sehat IV
Biru
2
3

Supriyati
Indria

16
15

Sehat III
Sehat III

Hijau
Hijau

38

Febriyansyah
Tabel X. Hasil Klasifikasi Keluarga Sampel Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Tahun 2015
No Klasifikasi PHBS
Jumlah
%
1
Sehat I
0
0
2
Sehat II
0
0
3
Sehat III
2
66,67
4
Sehat IV
1
33,33
Keterangan klasifikasi keluarga:
Sehat I

: Jumlah jawaban YA 1 2

Peta PHBS warna merah

Sehat II

: Jumlah jawaban YA 3 9

Peta PHBS warna kuning

Sehat III

: Jumlah jawaban YA 10 16

Peta PHBS warna hijau

Sehat IV

: Jumlah jawaban YA 17 20

Peta PHBS warna biru

Keterangan strata PHBS tingkat dusun :


Dusun Sehat I

: Jika klasifikasi keluarga sehat IV < 25%

Dusun Sehat II

: Jika klasifikasi keluarga sehat IV 25% 49%

Dusun Sehat III : Jika klasifikasi keluarga sehat IV 50% 74%


Dusun Sehat IV : Jika klasifikasi keluarga sehat IV > 75%
Berdasarkan data PHBS pada Tabel IX dan X, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, 33,33% termasuk keluarga sehat IV dan 66,67%
termasuk keluarga sehat III sehingga strata PHBS tingkat dusun untuk Dusun
Balong adalah Dusun Sehat II.
B. Data Kesehatan Gigi dan Mulut
Data survei kesehatan gigi dan mulut meliputi data pemeriksaan status
kesehatan gigi dan mulut serta data pengisian kuesioner tentang kesehatan gigi

39

dan mulut. Pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut dilakukan pada anggota
keluarga yang berusia 6 tahun ke atas, dengan jumlah responden sebanyak 11
orang sedangkan kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut hanya diisi oleh
anggota keluarga yang berusia 15 tahun ke atas, dengan jumlah responden
sebanyak 8 orang. Tidak ada responden dengan klasifikasi umur >60 tahun.
Tabel XI. Distribusi Sampel berdasarkan Status Maloklusi Gigi dan Umur
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Tahun
2015
Kelompok Umur (Tahun)
No

Maloklusi

1
2
3
4

6 15

16 45
%

0 (Normal)
1 (Ringan)
2 (Sedang-Parah)
Tidak dapat

0
3
0

0
27,27
0

0
0
5 45,45
0
0

diukur
Jumlah

0
27,27

0
5 45,45

Jumlah

46 60
%
1 9,09

9,09
0

1
9
0

%
9,09
81,81
0

9,09
3 27,27

1
11

9,09
100

1
0
1

Berdasarkan Tabel XI terlihat bahwa keadaan maloklusi yang diderita


penduduk Dusun Balong sebagian besar adalah maloklusi ringan yaitu sebanyak 9
orang (81,81%) dengan kelompok usia terbanyak yaitu 16-45 tahun (45,45%),
maloklusi normal terdapat pada penduduk berusia 46-60 tahun yaitu sebanyak
9,09%, maloklusi ringan terdapat pada usia 6-15 tahun sebanyak 27,27% dan usia
46-60 tahun sebanyak 9,09%. Sebanyak 1 orang penduduk di Dusun Balong tidak
dapat diukur status maloklusi disebabkan telah kehilangan hampir seluruh gigi. Tidak

ada penduduk dusun Balong yang menderita maloklusi sedang sampai parah.
Seluruh masyarakat Dusun Balong yang disurvei tidak memiliki fluorosis
(100%). Hal ini menunjukkan bahwa kadar fluorida air minum dan air mandi di
daerah tersebut berada dalam batas normal. Penggunaan fluor dapat menurunkan
prevalensi karies. Namun, kadar fluor yang berlebihan dapat memberikan dampak

40

yang kurang baik pula. Konsentrasi normal fluor dalam air di setiap tempat berbeda.
Air laut mengandung fluor dengan kadar 0,18 1,4 mg/kg, sedangkan air telaga,
sungai, atau sumur buatan biasanya mengandung fluor dengan kadar <0,5 mg/kg.
Kandungan fluor yang sangat tinggi biasanya ditemukan pada air di daerah kaki
gunung. Menteri Kesehatan RI dalam Permenkes No. 492 tahun 2010 menyatakan
bahwa konsentrasi maksimum fluor dalam air minum yang diperbolehkan adalah
sebesar 1,5 mg/ml (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Tabel XII. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan Status


Karies Gigi Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Tahun 2015
Status Karies Gigi
Kelompok Umur n
Gigi Desidui
Gigi Tetap
d e f Rerata D M F Rerata
6 - 15
3 14 0 0 14
4,67
3 0 0 3
1,00
3 1
16 45
5 0 0 0 0
0
0 50
10,00
5 5
1 4
46 60
3 0 0 0 0
0
0 67
22,33
9 8
5 6
12
Jumlah
11 14 0 0 14
4,67
0
10,90
7 3
0
Tabel XII menunjukkan nilai indeks def-t dengan rata-rata status karies
yaitu 4,67, dan nilai indeks DMF-T dengan rata-rata status karies yaitu 10,90.
Kriteria DMF-T dari WHO (2013) sebagai berikut:
Tabel XIII. Nilai DMF-T dan Kriteria yang digunakan
Nilai DMF-T
Kriteria
0,0-1,1
Sangat rendah
1,2-2,6
Rendah
Status karies gigi
2,7-4,4
Sedang
4,5-6,5
Tinggi
permanen
penduduk
>6,6
Sangat tinggi
Dusun Balong yang disurvei tergolong kriteria sangat tinggi, rata-rata tertinggi
karies gigi responden di Dusun Balong terdapat pada kelompok umur 46-60 tahun
yaitu sebesar 22,33. Rata-rata responden memiliki gigi berlubang sebanyak 10,90

41

gigi dan tidak terdapat gigi yang telah dilakukan penumpatan. Data tersebut
menggambarkan kesadaran masyarakat untuk memelihara kebersihan mulut masih
sangat kurang dan kurangnya kesadaran untuk memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan gigi yang ada. Keadaan mulut yang buruk, misalnya
banyaknya gigi yang hilang sebagai akibat rusak atau trauma
yang tidak dirawat akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga
mulut. Keadaan seperti ini akan dapat mempengaruhi status gizi
dan mempunyai dampak terhadap kualitas hidup (Sheiham, 2005
sit., Sriyono, 2009).
Tabel XIV. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan Status
Kebersihan Mulut Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Kelompok Umur

6 15
(n=3)

Status Kebersihan
Mulut
Baik (0,1-1,2)
Cukup (1,3-3,0)
Kurang (3,1-6,0)

Tidak Bisa Diukur


Jumlah

1
2
0
0
3

9,09
18,18
0
0
27,27

16 45
(n=5)

0
0
5 45,45
0
0
0
0
5 45,45

Jumlah

46 60
(n=3)

0
1
1
1
3

0
9,09
9,09
9,09
27,27

1
8
1
1
11

9,09
72,72
9,09
9,09
100

Berdasarkan Tabel XIV dapat disimpulkan bahwa 72,72% kondisi


kebersihan mulut penduduk Dusun Balong dalam kategori cukup. Kebersihan
mulut penduduk yang termasuk kategori baik yaitu sebesar 9,09%, kebersihan
mulut penduduk termasuk kategori kurang sebesar 9,09% dan 9,09% dari
penduduk tidak bisa diukur karena hampir seluruh gigi telah tanggal. Hal tersebut
menunjukkan kesadaran penduduk Dusun Balong dalam menjaga kebersihan
mulut masih kurang, bisa juga disebabkan oleh frekuensi dan cara dalam menyikat
gigi yang tidak benar, sehingga kebersihan mulut tidak terjaga secara optimal.

42

Menurut Sriyono (2009) pemilihan waktu menyikat gigi yang tidak tepat, durasi
menyikat gigi, sikat gigi yang tepat, cara atau teknik menyikat gigi juga
berpengaruh terhadap kebersihan gigi dan mulut. Tehnik menyikat gigi yang
paling disarankan adalah tehnik up and down dan roll. Efektifitas menyikat gigi
tergantung pada saat sikat gigi digunakan. Sikat gigi harus mampu mencapai dan
membersihkan semua bagian yang ada di dalam mulut.
Tabel XV. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan Status
Kesehatan Gingiva Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Kelompok Umur ( Tahun )
No
1
2
3

Status
Kesehatan
Gusi
Sehat
Gingivitis 1
3 segmen
Gingivitis 4
6 segmen
Jumlah

6 15
(n=3)

16 45
(n=5)

46 60
(n=3)

Jumlah

18,18

9,09

9,09

36,36

9,09

18,18

9,09

36,36

18,18

9,09

27,27

27,27

45,45

27,27

11

100

Tabel XV menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Dusun Balong


memiliki gusi yang sehat (36,36%), penduduk yang mengalami gingivitis pada 13 segmen sebanyak 36,36%, dan penduduk yang mengalami gingivitis pada
segmen 4 - 6 sebanyak 27,27%. Kebersihan mulut erat kaitannya dengan status
gingivitis, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki
kesadaran yang cukup untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Gingivitis dapat
disebabkan oleh faktor lokal diantaranya deposit plak dan kalkulus di permukaan
gigi, makanan yang terselip, gigi berlubang, restorasitepi gigi yang menggantung,
serta tambalan gigi yang tidak pas. Gambaran dari kondisi gingivitis antara lain
kontur gingiva unstippling, licin berkilat, berwarna merah hingga merah kebiruan,

43

edematous dan perdarahan. Perubahan warna menjadi kemerahan tersebut


dikarenakan terjadi peningkatan vaskularisasi pada tempat radang (Newman, dkk.,
2012).
Tabel XVI. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan Status
Kesehatan Jaringan Periodontal Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, Tahun 2015
Kelompok Umur ( Tahun )
Status
6 15
16-45
46-60
Jumlah
Kesehatan
(n=3)
(n=5)
(n=3)
No
Jaringan

%
Periodontal
1 Sehat
3 27,27 5 45,45 0
0
8 72,72
2 1 3 segmen
0
0
0
0
2 18,18 2 18,18
3 4 6 segmen
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak bisa
4
0
0
0
0
1 9,09
1
9,09
diukur
Jumlah
3 27,27 5 45,45 3 27,27 14
100
Tabel XVI menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Dusun Balong
memiliki status jaringan periodontal yang sehat (72,72%), sebanyak 18,18%
menderita penyakit periodontal pada 1 - 3 segmen serta 1 responden tidak bisa
diukur karena hampir seluruh gigi telah tanggal. Penyakit jaringan periodontal
berhubungan dengan status kebersihan mulut dan gingivitis (Newman dkk., 2012).

Tabel XVII. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan


Kebutuhan Gigi Tiruan Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,

44

Kabupaten Sleman, Tahun 2015


Kelompok Umur ( Tahun )
Kebutuhan
6 15
16 45
46 60
Jumlah
No Gigi
(n=3)
(n=5)
(n=3)
Tiruan
%
%

%
1 0 (Tidak)
3 27,27 1 9,09 1 9,09
5
45,45
1 (Butuh
2
0
0
0
0
0
0
0
0
perbaikan)
3 2 (GTS)
0
0
4 36,36 1 9,09
5
45,45
4 3 (GTL)
0
0
0
0
1 9,09
1
9,09
Jumlah
3 27,27 5 45,45 3 27,27 11
100
Belum ada penduduk Dusun Balong yang menggunakan gigi tiruan baik
lengkap maupun sebagian, padahal pada Tabel XVII menunjukkan bahwa dari
semua penduduk Dusun Balong yang disurvei, ada 45,45% yang membutuhkan
pemakaian gigi tiruan sebagian dan 1 penduduk membutuhkan gigi tiruan
lengkap. Hal tersebut menunjukkan bahwa warga Dusun Balong masih memiliki
kesadaran yang rendah akan pentingnya upaya rehabilitatif terhadap kesehatan
gigi dan mulut, khususnya pembuatan gigi tiruan, dan belum mengetahui dampak
yang akan terjadi apabila gigi yang hilang tidak dibuatkan gigi tiruan baik secara
estetik maupun medik.

Tabel XVIII. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur dan


Kebutuhan Perawatan Gigi Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan

45

No

1
2
3
4
5

Turi, Kabupaten Sleman, Tahun 2015


Kelompok Umur ( Tahun )
Kebutuhan
6 15
16 45
46 -60
Jumlah
Perawatan
(n=3)
(n=5)
(n=3)

%
Restorasi
3 27,27 5 45,45 2 18,18 10 90,90
Endodontik
1 9,09 2 18,18 1 9,09
4
36,36
Eksodonsi
1 9,09 3 27,27 3 27,27
7
63,63
Prostodontik 0
0
4 36,36 2 18,18
6
54,54
Scaling
2 18,18 5 45,45 2 18,18
9
81,81

Tabel XVIII

menunjukkan perawatan yang paling banyak dibutuhkan

adalah restorasi, yaitu sebanyak 90,90%, penduduk yang membutuhkan


perawatan berupa eksodonsi (63,63%), dilanjutkan perawatan prostodontik
54,54% dan endodontik sebesar 36,36%, sedangkan, kebutuhan scaling juga
cukup tinggi yaitu 81,81%.
Seluruh penduduk Dusun Balong yang disurvei tidak memerlukan perawatan
segera. Tidak ada penduduk yang mengalami fraktur rahang dan infeksi, serta tidak
dalam kondisi yang mengancam jiwa. Kebutuhan perawatan penduduk Dusun Balong
yang disurvei meliputi restorasi, eksodonsi, scaling, dan kebutuhan gigi tiruan.

Tabel XIX. Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan,


Persepsi, Perilaku dan Sikap Penduduk terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Tahun
2015
Kategori
Jumlah
No
Alat Ukur
Baik
Sedang
Buruk

%
%
1
Pengetahuan
5 45,45 3 27,27 0
0
11 100
2
Persepsi
3 27,27 5 45,45 0
0
11 100
3
Sikap
6 54,54 2 18,18 0
0
11 100
4
Perilaku
3 27,27 5 45,45 0
0
11 100
Penilaian kuesioner mengenai persepsi, perilaku dan sikap
mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan skala

46

Likert. Jawaban dipilih dengan kondisi yang sesuai dengan


responden survei. Jawaban dalam kuesioner persepsi, perilaku
dan sikap mengenai kesehatan gigi dan mulut adalah SS (sangat
setuju), S (Setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak
setuju).
Kriteria penilaian survei kesehatan gigi dan mulut mengenai
persepsi kesehatan gigi dan mulut dapat dikategorikan baik jika
total skor 45-60, dikategorikan sedang jika total skor 30-44 dan
persepsi kesehatan gigi dan mulut yang kurang apabila total skor
hanya 15-29. Kriteria penilaian survei kesehatan gigi dan mulut
mengenai perilaku kesehatan gigi dan mulut dapat dikategorikan
baik jika mendapat total skor 60-80, dikategorikan sedang jika
total skor 40-59 dan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang
kurang jika total skor 20-39. Penilaian mengenai kuesioner sikap
kesehatan gigi dan mulut akan dikategorikan baik jika total skor
44-66,

dikategorikan

sedang

jika

total

skor

30-44

dan

dikategorikan kurang jika total skor 15-29.


Tabel XIX menunjukkan sebagian besar penduduk Dusun Balong telah
memiliki pengetahuan (45,45%) dan sikap (54,54%) tentang kesehatan gigi dan
mulut yang baik, namun memiliki sikap dan perilaku yang masih tergolong
sedang (45,45%).

47

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Dusun Balong, Desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dusun Balong terdiri dari keluarga sehat III dan IV, serta tergolong
klasifikasi Dusun Sehat II
2. Permasalahan PHBS yang ada di Dusun Balong, yaitu:
a. Perilaku sehat keluarga
1)

Terdapat keluarga yang masih merokok di dalam rumah

2)

Terdapat keluarga yang belum memiliki asuransi kesehatan

3)

Terdapat keluarga yang belum memiliki kebiasaan menyikat gigi


sebelum tidur

4)

Terdapat keluarga yang belum memiliki kebiasaan melakukan


aktivitas fisik setiap haru

b. KB/KIA
1)

Terdapat pasangan usia subur yang tidak memakai KB

2)

Terdapat keluarga yang tidak menimbang balita secara rutin


c. Kesehatan lingkungan

48

1)

Semua keluarga belum memiliki TOGA

2)

Terdapat keluarga yang tidak memiliki tempat sampah sehat


3. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Dusun Balong adalah
sebagai berikut:
a. Tingginya prevalensi status karies gigi
b. Tingginya status gingivitis
c. Kebersihan mulut yang kurang baik
d. Kebutuhan gigi tiruan yang belum terpenuhi
B. Saran
1. Perlu diadakan penyuluhan mengenai konsep Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat Dusun Balong
2. Perlu diadakan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga dan
memelihara kebersihan gigi dan mulut, serta meningkatkan
kesadaran untuk memanfaatkan pelayanan gigi dan mulut di
Puskesmas.
3. Perlu diadakan perekrutan dan pembinaan kembali kader
kesehatan oleh Puskesmas.

49

RENCANA PEMECAHAN MASALAHAN KESEHATAN


MASYARAKAT SERTA KESEHATAN GIGI DAN MULUT
I. PENDAHULUAN
Program pencegahan telah dilakukan untuk menahan laju
perkembangan penyakit gigi dan mulut dan meningkatkan status
kesehatan

mulut

pada

masyarakat

secara

luas.

Program

pencegahan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan terlebih


dahulu mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah didapatkan dari
pengumpulan data-data, seperti variabel demografi, kondisi lingkungan, sumber
tenaga dan sumber daya yang tersedia serta status kesehatan gigi untuk kemudian
dianalisis masalah-masalah yang ada (Sriyono, 2009).
Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kesehatan gigi dan
mulut yang telah dilakukan di Dusun Balong menghasilkan beberapa permasalahan
yang harus dipecahkan yang bertujuan untuk menanggulangi dan menyelesaikan

masalah kesehatan yang ada. Rencana pemecahan masalah dilakukan dengan


menentukan prioritas masalah serta penentuan prioritas jalan keluar. Sriyono

50

(2009) menyatakan bahwa dalam suatu perencanaan terdapat langkah-langkah yang


harus dilakukan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi masalah
yang ada. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengumpulkan data, seperti
kondisi lingkungan, sumber daya yang tersedia, sumber tenaga, kondisi lingkungan.
Selanjutnya dilakukan analisis data untuk menyusun daftar permasalahan kesehatan
lalu dilanjutkan dengan menyusun prioritas masalah. Langkah selanjutnya adalah
menyusun alternatif jalan keluar. Pemilihan alternatif pemecahan masalah
dipengaruhi oleh prevalensi masalah kesehatan, sumber daya yang terlibat, dan dana
yang tersedia. Tidak semua alternatif bisa dilaksanakan karena keterbatasan sumber
daya. Dicari alternatif yang paling efektif untuk memecahkan masalah. Alternatif
pemecahan masalah yang dipilih, selanjutnya dilaksanakan, dan akan ada evaluasi
dari pemecahan masalah yang sudah dilaksanakan.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Dusun Balong, Desa


Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
pada Oktober 2015 didapat beberapa masalah kesehatan yang perlu mendapat
perhatian khusus. Permasalahan tersebut perlu dipecahkan dengan segera dan
mendapatkan penanganan yang lebih lanjut. Permasalahan yang ada mencakup
masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa perilaku sehat,
kesehatan ibu dan anak, masalah kesehatan lingkungan serta masalah kesehatan
gigi dan mulut berupa tingginya prevalensi karies gigi, tingginya prevalensi
gingivitis, kebersihan mulut yang kurang baik, serta kebutuhan akan gigi tiruan.
II. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
A. Permasalahan
Berdasarkan survei terpadu PHBS serta survei kesehatan gigi dan mulut di

51

Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah


Istimewa Yogyakarta, diperoleh beberapa masalah mengenai PHBS dan kesehatan
gigi dan mulut sebagai berikut:
1. Permasalahan PHBS yang ada di Dusun Balong, yaitu:
a. Perilaku sehat keluarga
1) Terdapat keluarga yang masih merokok di dalam rumah.
2) Terdapat keluarga yang belum memiliki asuransi kesehatan.
3) Terdapat keluarga yang tidak menggosok gigi sebelum tidur.
4) Terdapat keluarga yang belum memiliki kebiasaan melakukan
aktivitas fisik setiap hari.
b. KB/KIA
1)Terdapat pasangan usia subur yang tidak memakai KB
2)Terdapat keluarga yang tidak menimbang balita secara rutin
c. Kesehatan lingkungan
1) Terdapat keluarga yang tidak
memiliki tempat sampah sehat.
2) Semua keluarga tidak memiliki
tanaman

obat

keluarga

(TOGA).
4. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Dusun Balong adalah
a.
b.
c.
d.

sebagai berikut:
Tingginya status karies gigi
Kebersihan mulut yang kurang baik
Tingginya status gingivitis
Tingginya kebutuhan gigi tiruan sebagian lepasan

52

B. Prioritas Masalah
Prioritas masalah adalah permasalahan yang paling mendesak dan penting
untuk segera ditangani. Prioritas masalah PHBS dan kesehatan gigi dan mulut di
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I.
Yogyakarta ditentukan dengan teknik kriteria matriks. Teknik kriteria matriks
adalah metode kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah dengan cara
skoring. Nilai skor yang diberikan antara 1 (tidak penting) hingga 5
(sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Masalah yang
akan dijadikan prioritas adalah masalah dengan nilai skor
tertinggi.
Kriteria yang digunakan secara umum dibedakan 3 kriteria, yaitu:
1. Pentingnya masalah (importancy)
Makin penting (importancy) masalah tersebut maka akan semakin menjadi
prioritas. Terdapat beberapa parameter pentingnya suatu masalah, antara lain:
a. Besarnya masalah (prevalence)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
c. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
d. Derajat keinginan masyarakat yang tak terpenuhi(degree of unmeet need)
e. Keuntungan sosial jika masalah terselesaikan (social benefit)
f. Rasa prihatin/ kepedulian masyarakat terhadap masalah (public concern)
g. Suasana politik (political climate)
2. Kelayakan teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (technical feasibility). Semakin layak teknologi

53

yang tersedia dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah maka


masalah tersebut semakin diprioritaskan.

3. Ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk


menyelesaikan

masalah

(resources

availability).

Semakin

tersedianya sumber daya yang dapat digunakan seperti tenaga,


dana

dan

sarana

untuk

mengatasi

permasalahan

maka

permasalahan tersebut semakin diprioritaskan.


1. Penentuan Prioritas Masalah PHBS
Penentuan prioritas masalah PHBS dapat dilakukan dengan menghitung
prevalensi indikator PHBS terlebih dahulu. Prevalensi ditentukan dari persentase
jumlah keluarga yang menjawab tidak pada indikator dibagi dengan jumlah
keluarga yang diperiksa pada tiap pertanyaan indikator kemudian dikalikan 100%.
Jumlah kasus penderita pada waktu tertentu
x 100%
Jumlah sampel yang diperiksa
Tabel XX. Prevalensi Permasalahan PHBS Indikator Perilaku
Sehat Keluarga di Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi,

Prevalensi =

Kabupaten Sleman,D.I. Yogyakarta Tahun 2015


No

Ya

Indikator

%
66,6
7

Juml
ah

Tidak

% %
33,3
3 100
3

1.

Tidak merokok di dalam


rumah

2.

Konsumsi garam beryodium &


makanan beragam

100

100

3.

Konsumsi sayur & buah setiap


hari

100

100

4. Mengikuti asuransi kesehatan

66,6
7

33,3
3

100

Mencuci tangan dengan


sabun

100

100

6. Sikat gigi sebelum tidur

66,6
7

33,3
3

100

5.

54

33,3
3

66,6
7

100

100

100

19

79,1
6

520,83 24

10
0

7. Melakukan aktivitas fisik


Berobat ke sarana pelayanan
kesehatan

8.

Jumlah

Permasalahan perilaku sehat keluarga dilihat dari banyaknya jumlah


jawaban tidak pada setiap indikator. Berdasarkan Tabel XX, prevalensi
permasalahan PHBS indikator perilaku sehat keluarga Dusun Balong sebesar
20,83%, dengan prevalensi tertinggi pada melakukan aktivitas fisik setiap hari
(66,67%).
Tabel XXI. Prevalensi Permasalahan PHBS Indikator
Kesehatan Lingkungan di Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
No.
1
2
3
4
5
6

Indikator
Persalinan oleh tenaga kesehatan
Memeriksakan kehamilan pada
tenaga kesehatan
Penggunaan alat kontrasepsi
ASI eksklusif
Imunisasi bayi lengkap
Penimbangan bayi/balita rutin
Jumlah

Ya

%
3
100

Tidak

%
0
0

Jumlah
%
3 100

100

33,33 3
0
3
0
3
33,33 3
11,11 18

100
100
100
100
100

100

2 66,67
3
100
3
100
2 66,67
16 88,89

1
0
0
1
2

Permasalahan KIA/KB dilihat dari banyaknya jumlah jawaban tidak pada


setiap indikator. Tabel XXI menunjukkan bahwa terdapat permasalahan KIA/KB
dari seluruh keluarga sampel yang disurvei sebesar 11,11%.
Tabel XXII. Prevalensi Permasalahan PHBS Indikator
Kesehatan Lingkungan di Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015

55

N
o

Ya

Indikator

Tidak

Jumla
h

1. Jamban sehat

%
100

%
0

%
100

2. Sarana air bersih (SPAL >


10 m)

100

100

100

100

100

3. Tempat sampah sehat


4. Tanaman obat keluarga

66,6
7
0

5. Pemberantasan sarang
nyamuk

100

6. Lantai bukan dari tanah


Jumlah

33,3
3
100

3
100 0
0
3 100
1
10
77,78 422,22 18
4
0

Tabel XXII menunjukkan bahwa prevalensi permasalahan PHBS indikator


kesehatan lingkungan Dusun Balong adalah 22,22%. Prevalensi permasalahan
PHBS kesehatan lingkungan yang paling tinggi adalah semua keluarga belum
memiliki tanaman obat keluarga (TOGA) dengan prevalensi sebesar 100%.
Tabel XXIII. Rekapitulasi permasalahan PHBS di Dusun Balong, Desa
Donokerto, Kecamatan Turi,Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, tahun 2015
Ya
Tidak
Jumlah
No.
Indikator

% %
%
19 79,16 5 20,83 24 100
1
Perilaku sehat keluarga
2
3

KIA/KB
Kesehatan Lingkungan

16 88,89 2 11,11 18 100


14 77,78 4 22,22 18 100

Prevalensi masalah PHBS diberikan kriteria nilai 1 sampai 5. Kriteria


penilaian prevalensi masalah tersaji pada tabel XXV.
Tabel XXIV. Kriteria Penilaian Prevalensi Masalah
Prevalensi
1 20 %
21 40 %
41 60 %

Nilai
1
2
3

56

61 80 %
4
81 100 %
5
Berdasarkan Tabel XXIII, dapat dilihat bahwa prevalensi permasalahan
PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Balong bernilai 2 pada perilaku sehat
keluarga dan kesehatan lingkungan serta bernilai 1 pada KIA/KB.
Tabel XXV. Teknik Kriteria Matriks Penentuan Prioritas Masalah PHBS
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, D.I.Yogyakarta Tahun 2015
No

Daftar Masalah

1
2
3

Perilaku sehat keluarga


KIA/KB
Kesehatan lingkungan

P
4
3
4

S
4
4
3

Kriteria Prioritas Masalah


I
RI DU SB PB PC
3
4
4
4
4
2
3
3
4
4
3
3
3
3
3

T R
4
4
2

3
3
3

Jumlah
147.456
41.472
17.496

Keterangan:
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase,
DU = Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern,
PC = Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability
Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Nilai 5

: Untuk kriteria masalah kurang penting


: Untuk kriteria masalah cukup penting
: Untuk kriteria masalah penting
: Untuk kriteria masalah sangat penting
: Untuk kriteria masalah sangat penting sekali

Prioritas masalah yang akan dipilih berdasarkan tabel XXV dari hasil
survei PHBS Dusun Balong adalah masalah perilaku sehat keluarga. Masalah
perilaku sehat keluarga akan dicari jalan keluar serta pencegahannya. Masalah
perilaku sehat keluarga pada Dusun Balong meliputi masih terdapat keluarga yang
merokok di dalam rumah, masih ada keluarga yang belum mengikuti asuransi
kesehatan, masih ada keluarga yang belum sikat gigi sebelum tidur, dan masih ada
keluarga yang belum melakukan aktifitas fisik.

57

Tabel XXVI. Metode Matriks Penentuan Prioritas Masalah Perilaku


Kesehatan Lingkungan di Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, tahun 2015
Kriteria Prioritas Masalah
Jumlah
No
Daftar Masalah
I
T R
P S RI DU SB PB PC
Merokok di dalam
2 4 3
3
4
5
5
3 4 86.400
1
rumah
Tidak mengikuti
2 2 3
3
4
4
5
3 4 34.560
2
asuransi kesehatan
Tidak menyikat gigi
2 3 2
2
3
4
3
3 4 10.368
3
sebelum tidur
Tidak melakukan
3 2 2
2
2
3
2
2 2 1.152
4
aktifitas fisik
Berdasarkan Tabel XXVI, didapatkan bahwa permasalahan PHBS tatanan
rumah tangga perilaku sehat keluarga di Dusun Balong yang menjadi prioritas utama
dan akan dicari jalan keluarnya adalah masih ada keluarga yang merokok di dalam
rumah.

2. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Gigi


dan Mulut
Penentuan prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan
dengan menghitung prevalensi indikator permasalahan kesehatan dan gigi terlebih
dahulu. Prevalensi ditentukan dari persentase jumlah penduduk yang menjawab
tidak pada indikator dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa pada tiap
pertanyaan indikator kemudian dikalikan 100%.
Prevalensi =

Jumlah kasus penderita pada waktu tertentu


Jumlah sampel yang diperiksa

x 100%

Tabel XXVII. Rekapitulasi Data Survei Kesehatan Gigi dan Mulut


Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
No
1
2

Permasalahan kesehatan
gigi dan mulut
Tingginya status karies gigi
Tingginya status gingivitis

YA

11
7

%
100
63,63

TIDAK
%
0
0
4
36,36

58

3
4

Kebersihan mulut kurang baik


Tingginya kebutuhan gigi tiruan
sebagian lepasan

81,81

18,18

54,54

45,45

Prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut diberikan kriteria nilai 1


sampai 5. Penilaian diberikan nilai 1 jika prevalensi 1-20%, diberikan nilai 2 jika
prevalensi 21-40%, diberikan nilai 3 jika prevalensi 41-60%, diberikan nilai 4 jika
prevalensi 61-80% dan diberikan nilai 5 jika prevalensi 81-100%. Berdasarkan
Tabel XXVI dapat diketahui bahwa prevalensi masalah tertinggi adalah tingginya
status karies gigi (100%) dengan nilai 5.

Tabel XXVIII. Teknik Kriteria Matriks Penentuan Prioritas Masalah


Kesehatan Gigi dan Mulut Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta Tahun 2015
Kriteria Prioritas Masalah
Jumlah
No Daftar Masalah
I
T R
P S RI DU SB PB PC
Status karies
1
5 4
4
3
3
4
2
4 3
69.120
tinggi
Status gingivitis
2
3 3
2
2
2
3
2
3 2
2.592
tinggi
Kebersihan
3
mulut kurang
4 3
2
2
2
3
2
3 2
3.456
baik
Tingginya
kebutuhan gigi
3
3 4
2
3
4
4
2
4 3
27.648
tiruan sebagian
lepasan
Keterangan:
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase,
DU = Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern,
PC = Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability

59

Nilai 1
Nilai 2
Nilai 3
Nilai 4
Nilai 5

: Untuk kriteria masalah kurang penting


: Untuk kriteria masalah cukup penting
: Untuk kriteria masalah penting
: Untuk kriteria masalah sangat penting
: Untuk kriteria masalah sangat penting sekali

Prioritas masalah yang akan dipilih berdasarkan tabel XXVIII dari hasil
survei kesehatan gigi dan mulut Dusun Balong mengenai tingginya status karies
gigi.
III. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Rencana pemecahan masalah dilakukan setelah menentukan prioritas
masalah, selanjutnya akan dicari alternatif jalan keluar dari permasalahan tersebut
dan pada akhirnya akan dilakukan pemilihan prioritas jalan keluar. Prioritas jalan
keluar akan diperoleh melalui penetapan dengan teknik kriteria matriks, sebagai
berikut :
1. Efektivitas jalan keluar
Penilaian efektivitas jalan keluar diberikan kriteria skor 1 sampai 5. Penilaian
diberikan skor 1 jika jalan keluar paling tidak efektif, skor 2 jika jalan keluar tidak
efektif, skor 3 jika jalan keluar netral, skor 4 jika jalan keluar efektif dan skor 5
jika jalan keluar paling efektif. Prioritas jalan keluar adalah yang memiliki skor
efektivitas terbesar. Terdapat komponen dalam penilaian efektivitas pemilihan
jalan keluar, yaitu :
a.

Magnitude (M) adalah besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh jalan
keluar. Semakin besar masalah yang dapat diatasi maka akan semakin besar
skornya.

60

b. Importancy (I) adalah seberapa pentingnya jalan keluar dalam menyelesaikan


masalah. Semakin lancar dan terselesaikan masalah dengan jalan keluar
tersebut maka akan semakin besar skornya.
c. Vulnerability (V) adalah sensitivitas jalan keluar untuk menyelesaikan masalah.
Semakin cepat suatu masalah terselesaikan dengan jalan keluar tersebut maka
akan semakin besar skornya.
2. Efisiensi jalan keluar
Penilaian efisiensi jalan keluar diberikan kriteria skor 1 sampai 5. Penilaian
diberikan skor 1 jika jalan keluar paling tidak efisien, skor 2 jika jalan keluar
tidak efisien, skor 3 jika jalan keluar netral, skor 4 jika jalan keluar efisien dan
skor 5 jika jalan keluar paling efisien. Semakin besar biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan jalan keluar maka semakin tidak efisien.
Proritas jalan keluar diperoleh dengan mengalikan seluruh komponen
efektifitas dan membaginya dengan efisiensi. Skor yang paling besar merupakan
prioritas jalan keluar.
A. Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Masalah PHBS yang terdapat di Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta setelah dilakukan penentuan
prioritas masalah selanjutnya akan dicari berbagai alternatif jalan keluar dan
pemilihan prioritas jalan keluar. Masalah PHBS yang dicari alternatif jalan keluar
adalah semua keluarga belum memiliki tanaman obat keluarga. Alternatif jalan
keluar permasalahan PHBS Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta tersaji pada tabel XXIX.

61

Tabel XXIX. Alternatif Jalan Keluar Masalah PHBS Dusun Balong


Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta
Tahun 2015
Penyebab
Masala
Timbulnya
Alternatif Jalan Keluar
h
Masalah
1. Kurangnya kesadaran A.Memberikan penyuluhan tentang
individu akan bahaya
bahaya asap rokok baik bagi perokok
asap rokok bagi perokok aktif, perokok pasif, maupun
Masih
pasif
lingkungan.
ada
2.Tingginya tingkat
B.Memberikan pelayanan konseling
keluarga
adiksi individu akan
bekerja sama dengan Puskesmas dan
yang
rokok
kader kesehatan setempat bagi
merokok
perokok aktif.
di dalam
C.Mengadakan pertemuan dengan
rumah
mengundang perokok aktif dengan
dampak yang sudah diderita, seperti
kanker paru atau kanker nasofaring.
Tabel XXX. Prioritas Jalan Keluar Masalah Perilaku Kesehatan Lingkungan
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
Daftar
Efektivitas
M xIxV
Efisiensi
No
Alternatif
C
(C)
M
I
V
Jalan Keluar
1
A
3
3
4
3
12
2
B
4
3
3
2
18
3
C
4
4
3
2
24
Keterangan:
M = Magnitude, I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost
Jalan keluar yang menjadi prioritas berdasarkan efektivitas dan efisiensinya pada
tabel XXX adalah jalan keluar alternatif pilihan C. Jalan keluar C adalah
mengadakan pertemuan dengan mengundang perokok aktif dengan dampak yang
sudah diderita, seperti kanker paru atau kanker nasofaring. Melalui jalan ini,
masyarakat diharapkan mampu memahami dampak dari bahaya asap rokok baik
bagi perokok aktif maupun pasif, serta pemahaman kepada perokok aktif bahwa
bahaya rokok benar-benar dapat terjadi apabila kebiasaan merokok tidak
dihentikan segera.

62

B. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut


Masalah kesehatan gigi dan mulut di Dusun Balong, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta yang menjadi prioritas
adalah tingginya status karies gigi. Beberapa kemungkinan penyebab terjadi serta
alternatif jalan keluar menanggulangi tingginya status karies tersaji pada tabel
XXXI.

Tabel XXXI. Alternatif Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
Penyebab Timbulnya
Masalah
Alternatif Jalan Keluar
Masalah
1 Kurangnya
A.Pemberian penyuluhan tentang
pengetahuan
pengetahuan kesehatan gigi dan
mengenai kesehatan mulut yang meliputi penyebab karies
gigi dan mulut
gigi, proses terjadinya karies, akibat
kelanjutan dari gigi yang karies,
Tingginya
penjelasan keterkaitan kesehatan
prevalensi
gigi dan mulut dengan kesehatan
status karies 2 Kurangnya
umum,
gigi
kesadaran
pentingnya menjaga kesehatan gigi
masyarakat tentang
dan mulut, serta cara memelihara
menjaga kesehatan
kebersihan gigi dan mulut dengan
gigi dan mulut
cara yang benar. Penyuluhan
dilakukan secara langsung dengan
rutin dan berkalafhsfhh

63

3 Rendahnya motivasi
masyarakat
untuk melakukan
perawatan kesehatan
gigi
dan mulut masih
yang ditanda dengan
kurangnya
pemanfaatan
fasilitas kesehatan
gigi
dan mulut di
puskesmas
terdekat.

C.Pembentukkan dan pelatihan


kader kesehatan gigi dan mulut oleh
Puskesmas sekitar untuk memotivasi
dan
mengedukasi
masyarakat
tentang
pentingnya
menjaga
kebersihan dan
kesehatan rongga mulutnya, mampu
melakukan
pemeriksaan
gigi
(screening)
secara
sederhana,
mengenalkan fasilitas kesehatan gigi
dan mulut yang tersedia disekitar
daerahnya,
serta
memotivasi
masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas tersebut.

Tabel XXXII. Prioritas Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut di
Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Tahun 2015
MxIxV
Efektivitas
Daftar Alternatif
Efesiensi
No
C
Jalan Keluar
C
M
I
V
1
A
3
3
4
2
B
3
3
3
Keterangan:
M = Magnitude I = Importancy V = Vulnerability C = Cost

2
3

18
9

Prioritas jalan keluar dari permasalahan tingginya status karies gigi


berdasarkan tabel XXXII adalah alternatif jalan keluar A. Jalan keluarnya adalah
dengan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut, yang meliputi penyebab karies gigi, proses terjadinya karies, akibat
kelanjutan dari gigi yang karies, penjelasan keterkaitan kesehatan gigi dan mulut
dengan kesehatan umum, pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, serta cara
memelihara kebersihan gigi dan mulut dengan cara yang benar. Penyuluhan
dilakukan secara langsung dengan rutin dan berkala. Penyuluhan tersebut
sebaiknya ditindaklanjuti dengan adanya survei berkala untuk mengevaluasi
kondisi kesehatan gigi dan mulut penduduk Dusun Balong, Desa Donokerto,

64

Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.


f
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rencana pemecahan masalah PHBS serta masalah kesehatan
dan gigi yang perlu ditanggulangi di Dusun Balong, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Prioritas masalah PHBS yang perlu ditanggulangi adalah masih ada keluarga
yang merokok di dalam rumah. Jalan keluar yang dilakukan untuk
menanggulanginya adalah mengadakan pertemuan dengan mengundang
perokok aktif dengan dampak yang sudah diderita, seperti kanker paru atau
kanker nasofaring.

2. Prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut adalah tingginya prevalensi status
karies gigi. Jalan keluar yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah
dengan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut, yang meliputi penyebab karies gigi, proses terjadinya karies, akibat
kelanjutan dari gigi yang karies, penjelasan keterkaitan kesehatan gigi dan
mulut dengan kesehatan umum, pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut,
serta cara memelihara kebersihan gigi dan mulut dengan cara yang benar.
B. Saran
1. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat dengan
meningkatkan kualitas dan sumber daya kader kesehatan oleh Puskesmas
sebagai tenaga pendukung dan sumber informasi bagi mayarakat sekitarnya.

65

2. Penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat sebaiknya diberikan


secara terpadu dan terencana serta sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga
masyarakat dapat lebih memahami pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan D.I. Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan Provinsi D.I.
Yogyakarta, Dinas Kesehatan D.I Yogyakarta, Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2010, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2010-2014, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan, 2011, Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS), Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan RI.
Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza, F.E., 2012,
Carranzas Clinical Periodontology, 11thedition, Elsevier Saunders,
Missouri.
Pusat Promosi Kesehatan, 2013, 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
Tangga, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
RAN KPP GAKY, 2004, Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program
Penanggulangan Gaky, http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/,
Diunduh 20/12/2015.
Sriyono, N.W., 2009a, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Edisi ke-3,
Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
WHO, 2013, Oral Health Survey Basic Method, Edisi V, Geneva.

66

Anda mungkin juga menyukai