Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BEDAH MULUT IV

MANDIBULEKTOMI

KELOMPOK IV

Lukita Wardani 8308 Patricia Winny 8332 Aprilia Yuanita A 8356

Fauzia K. 8310 Faiznur Ridho 8334 Rima Chaeriyana 8360

Dana Restuati 8312 Arintya Rahmania 8336 Michael Ganda W 8364

Astiarini 8314 Rini Agustina 8338 Berty Dextravia 8366

Dedhy Kukuh S 8320 Winna Riza E 8340 M. Fadyl Yunizar 8368

Marta Simamora 8322 Tita Arum Sari 8342 Ardhian Rahma 8370

Afifah Intan K 8324 Sherly Mutiara P 8344 Hanny Tyas 8372

Debi Christian 8326 Nila Anatha H 8348 N. Shadrina I.S 8374

Kemal Faiz Setyawan 8328 Bekti Setyaningsih 8352 Finsa Tisna 8376

Innayati Oktiana 8330 Dentinia Larasati 8354 Aminda Faizura 8378

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011
PENDAHULUAN

Dalam ilmu bedah mulut terdapat beberapa teknik pembedahan, yaitu teknik pembedahan
yang dilakukan di dalam rongga mulut dan teknik pembedahan yang dilakukan pada rahang.
Pembedahan di dalam rongga mulut contohnya frenektemi, alveolektomi, dan lain-lain,
sedangkan pembedahan pada rahang contohnya mandibulektomi. Mandibulektomi adalah teknik
pembedahan atau pengambilan satu segmen tulang rahang mandibular dan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu mandibulektomi marginal atau pengambilan tepi rahang saja untuk
tetap menjaga kontinuitas, biasanya tepi basiliar; mandibulektomi segmental yaitu pengambilan
seluruh rahang mandibular, termasuk tepi basiliar dan akan kehilangan mandibular; hemi
mandibulektomi adalah pengangkatan jaringan yang mengganggu dan yang mempengaruhi hemi
mandibula. (Envidio por, 2011)
Marginal mandibulektomi merupakan perawatan untuk lesi yang ada pada dasar mulut
atau gingiva lingual mandibular yang memerlukan insisi mukosa yang ditempatkan paling tidak
1 cm dari mukosa yang mengalami abnormalitas (Werning,2007). Insisi meluas dari periosteum
alveolar ridge bagian mesial dan distal dari tumor. Marginal mandibulektomi diindikasikan untuk
mendapatkan tepi tiga dimensi yang memuaskan di sekitar tumor, dan untuk erosi minimal
prosesus alveolaris mandibula (Shah, dkk., 2003).
Marginal mandibula dapat dilakukan untuk reseksi processus alveolaris, lingual plate atau
kombinasi dari processus alveolaris dan lingual plate dari mandibula pada tumor anterior rongga
mulut (Shah, dkk., 2003).
Reseksi segmen mandibular pada segmental mandibulektomi diperlukan ketika terdapat
kerusakan tulang, invasi tumor pada bagian cancellous tulang, invasi kanal alveolar inferior, atau
lesi primer atau metastasis pada mandibular (Shah, dkk., 2003).
PENGERTIAN DAN JENIS MANDIBULEKTOMI

Mandibulektomi merupakan bedah onkologi untuk memotong atau membuang bagian


dari mandibula, terutama bagian dasar mulut dan dapat berupa marginal mandibulektomi dan
segmental mandibulektomi (Shah dkk, 2003).
Menurut Keith(1992), mandibulektomi adalah pembedahan atau pemotongan pada
mandibular, pemotongan dapat dilakukan secara marginal dimana hanya sebagian tulang, gigi
atau jaringan lunak yang dipotong ataupun secara segmental dimana semua bagian mandibular
dipotong.

Hemimandibulektomi
Segmental mandibulektomi atau hemimandibulektomi merupakan pola yang sama
dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja melibatkan pembuangan angulus, ramus
atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior
mandibula sampai ke regio simfisis tanpa menyisakan border bawah mandibula akan
mengakibatkan perubahan bentuk wajah yang dinamakan ” Andy Gump Deformity”. (Keith,
1992).
Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila
diperlukan) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir bawah. Bibir
bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikal dibuat sampai ke dagu. Insisi itu kemudian
dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah border bawah mandibula. Kemudian insisi
diperluas mengikuti angulus mandibula sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat
foramen mentale mungkin saja dapat terjadi pendarahan karena adanya neurovascular (Keith,
1992).
Permukaan dalam mandibula secara perlahan-lahan dibuka dengan mendiseksi mukosa
oral. Dengan menggunakan gergaji gigi, pemotongan dilakukan secara vertikal di daerah
mentum. Hal ini akan memisahkan mandibula secara vertikal. Mandibula terbebas dari otot yang
melekat antara lain muskulus depressor labii inferior, depressor anguli oris dan platysma. Bagian
mandibula yang akan direseksi dibebaskan dari perlekatannya dari mukosa oral dengan hati-hati.
Setelah itu, komponen rahang yang mengandung massa tumor dieksisi dengan margin yang
cukup. Bagian margin dari defek bedah harus dibiopsi untuk pemeriksaan untuk menentukan
apakah reseksi yang dilakukan cukup atau tidak. Jika bagian itu bebas dari tumor, bagian ramus
dan kondilus mandibula harus dipertahankan untuk digunakan pada rekonstruksi yang akan
datang. Ramus paling baik dipotong secara vertikal. Ketika mandibula disartikulasi, maka ada
resiko pendarahan karena insersi temporalis dan otot pterygoid lateral dipisahkan. Hal ini dapat
dihindari dengan membiarkan kondilus dan prosessus koronoid berada tetap in situ. Setelah
hemimandibulektomi, penutupan luka intraoral biasanya dilakukan dengan penjahitan langsung.
(Keith, 1992).

Marginal mandibulektomi.
Pemotongan mandibula yang terkena tumor hanya melibatkan tulang kortikal dan
periosteum. Marginal mandibulektomi berupa eksisi parsial pada bagian superior mandibula
dalam bidang vertikal. Secara umum, satu permukaan kortikal dan sebagian dari cavitas medula
dihilangkan/ dipotong. Sebagian inferior mandibula tetap utuh sehingga menjaga kontinuitas
mandibula dan memungkinkan pasien untuk mengunyah. Bertentangan dengan segmental
mandibulektomi, seluruh segmen mandibula dipotong, sehingga mandibula mengalami
diskontinuitas.( Mukherji dkk, 2001)
Marginal mandibulektomi diindikasikan untuk mendapatkan tepi tiga dimensi yang
memuaskan di sekitar tumor, ketika tumor primer mendekati mandibula, dan untuk erosi
minimal prosesus alveolaris mandibula(Shah dkk., 2003 ).

Segmental/Hemimandibulektomi Marginal mandibulektomi


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi buat mandibulektomi secara garis besar adalah (Anonim, 2011):

1. Tumor oral benigna dan maligna yang meliputi tulang dan periosteum
Hemangioma adalah tumor yang berasal dari pembuluh darah yang bersifat
konginetal dan terdiri dari kapiler dan kavernosa. Perawatan hemangioma dapat
dilakukan dalam beberapa cara, antara lain adalah ektirpasi, bedah krio, pemberian
sklerotik agen, radioterapi, kauterisasi, pemberian kortiosteroid, embolisasi dan yang
terbaru adalah dengan terapi laser. Indikasi pengambilan hemangioma umumnya
disebabkan karena telah terjadi pendarahan akibat trauma, atau karena pertimbangan
kosmetik, atau karena mengganggu fungsi pengunyahan dan bicara, juga tergantung pada
umur, posisi, dan ukuran lesi. Pembedahan mungkin merupakan pilihan perawatan yang
paling optimal untuk lesi yang tidak memberikan respon sampai usia anak 5-7 tahun

2. Fraktur mandibula (yang gagal dan tidak mungkin diperbaiki)


Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami fraktur pada
trauma facialis. Hal ini dapat disebabkan karena posisinya yang menonjol dan merupakan
sasaran pukulan dan benturan. Trauma pada umumnya diderita pada laki-laki
dibandingkan perempuan pada usia 20-30 tahun. Di luar negeri kebanyakan kejadian
trauma facialis meningkat pada musim panas.
Pada prinsipnya ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula, yaitu cara
tertutup atau disebut juga perawatan konservatif dan cara terbuka yang ditempuh dengan
cara pembedahan. Pada teknik tertutup imobilisasi dan reduksi fraktur dicapai dengan
penempatan peralatan fiksasi maksilomandibular. Pada prosedur terbuka bagian yang
mengalami fraktur di buka dengan pembedahan dan segmen fraktur direduksi serta
difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat/plat yang disebut dengan wire atau
plate osteosynthesis. Kedua teknik ini tidak selalu dilakukan tersendiri tetapi kadang-
kadang diaplikasikan bersama atau disebut dengan prosedur kombinasi. Pada
penatalaksanaan fraktur mandibula selalu diperhatikan prinsip-prinsip dental dan
ortopedik sehingga daerah yang mengalami fraktur akan kembali / mendekati posisi
anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi yang baik.
3. Osteomyelitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah
itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibiotika
dianjurkan.

Kasus-kasus yang merupakan kontraindikasi mandibulektomi adalah:


1. Umur merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam tindakan
pembedahan. Tindakan pembedahan dianggap baik apabila pasien minimal berusia 18
tahun, kecuali pada kasus yang segera dibutuhkan untuk tindakan pembedahan (Tuinzing,
1979).
2. Tindakan pembedahan pada pasien yang pertumbuhannya belum selesai (Tuinzing,
1979).
3. Kasus penyimpangan rahang yang ringan. Makin kecil penyimpangan yang terjadi, harus
dipertimbangkan apakah tindakan bedah koreksi akan menghasilkan keadaan yang
menguntungkan atau tidak (Tuinzing, 1979).
4. Pada mandibulektomi marginal, kontaindikasi apabila adanya perluasan tumor sampai
tulang kortikal, arteri alveolaris inferior tidak dapat terlindungi selama proses
pembedahan, tulang yang tersisa tipis dan rapuh sehingga memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya fraktur mandibula (Nielsen, 2008).
5. Untuk beberapa kasus kanker mulut berulang yang berhubungan dengan mandibula
setelah radiasi, reseksi rim mandibula merupakan kontraindikasi karena invasi tumor
pada mandibula tidak dapat diprediksi (http://wiki.uiowa.edu).
6. Pasien dengan hipoplastik mandibula, dimana secara onkologis setelah menghilangkan
tumor hanya meninggalkan ketebalan dan ketinggian tulang kurang dari 1 cm
(http://wiki.uiowa.edu).
KONTRA INDIKASI SISTEMIK
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus
untuk dilakukan tindakan bedah mulut, seperti mandibulektomi. Bukan kontraindikasi mutlak
dari tindakan bedah mulut. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, bedah mulut dapat
dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan
penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal ini penting untuk menghindari
terjadinya komplikasi sebelum, saat, maupun setelah pembedahan. Contohnya adalah seperti
berikut( Booth dkk., 2007):
1. Diabetes Mellitus
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik
untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan
mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga
memerlukan pemberian antibiotik profilaksis.

2. Kehamilan
Pada kehamilan, sering terjadi kondisi hipertensi dan diabetes mellitus yang meskipun
sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, tetapi cukup dapat menimbulkan
masalah saat dilakukan tindakan bedah yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh
darah. Kesulitan yang sering timbul pada tindakan bedah pada ibu hamil adalah keadaan
psikologisnya yang biasanya tegang. Jika status umum pasien kurang jelas, maka dokter gigi
akan mengkonsulkan terlebih dahulu ke dokter bagian obsgin.

3.Penyakit Kardiovaskular
Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar
tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang teliti dan akurat, misalnya
pemeriksaan tekanan darah. Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat,
tekanan darah pasien naik yang menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong
sehingga terjadi perdarahan. Pasien dengan penyakit kardiovaskular memerlukan konsultasi
dokter spesialis jantung.
4. Kelainan Darah
a. Purpura Hemoragik
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca bedah, atau
pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemeriksaan darah yaitu
waktu pendarahan dan penjendalan darah, juga konsentrasi protrombin
b. Leukemia
Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan
prekursornya dalam darah dan sumsum tulang sehingga mudah infeksi dan terjadi
perdarahan.
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang.
d. Hemofilia
Agar tidak terjadi komplikasi pasca bedah perlu ditanyakan adakah kelainan
perdarahan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yang
tidak normal pada penderita.

5. Hipertensi
Pada penderita hipertensi, denyut nadi pasien meningkat dan tekanan darah naik sehingga
jendalan darah yang telah terbentuk terdorong dan terjadi perdarahan terus menerus.

6. Jaundice
Tindakan bedah mulut dapat menyebabkan “prolonged hemorrhage”, yaitu perdarahan
yang terjadi berlangsung lama sehingga penderita yang akan dilakukan pembedahan
dikirimkan dahulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum tindakan dilakukan
premedikasi dahulu dengan vitamin K.

7. AIDS
Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada mulut dapat berupa infeksi jamur, infeksi
bakteri, infeksi jamur, dan neoplasma. Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan
premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis terlebih dahulu.
8. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita
sifilis, daya tahan tubuhnya rendah sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka
terhambat.

9. Toxic Goiter
Ciri-ciri penderita penyakit ini adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan
palpitasi, keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak
ada), exophthalmos (bola mata membesar), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik,
kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi, nafsu makan berlebih. Tindakan bedah
mulut dapat menyebabkan krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah,
dan tidak terkontrol meskipun telah diberi obat penenang.

Marginal mandibulektomi terdapat indikasi dan kontraindikasinya sendiri yaitu( Shah


dkk, 2003):
INDIKASI:
(A) Untuk mendapatkan margin 3 dimensi yang bagus sekeliling tumor primer
(B) Saat tumor primer dikirakan sudah menginvasi mandibula
(C) Untuk erosi minimal dari prosesus alveolaris.

KONTRAINDIKASI:
(A) Jika terdapat invasi ke bagian tulang spongiosa yang total dengan hilangnya banyak
jaringan lunak.
(B) Pasien yang pernah mengalami irradiasi mandibula edentulous atau dengan atropi
signifikan pada prosesus alveolaris.
Menurut Shah dkk. (2003), indikasi lain dilakukannya marginal mandibulektomi adalah
untuk lesi alveolar, tumor yang secara klinis melekat pada mandibula, atau untuk bukti radiografi
dari keterlibatan tulang. Keterlibatan tulang tidak berkorelasi dengan lokasi tumor, stadium,
kelas atau luasnya penyakit metastatik nodal. Dilakukannya marginal mandibulektomi hanya
ketika tidak ada bukti radiografi dari tulang yang erosi dan kurang dari 50% dari mandibula yang
terlibat oleh tumor. Marginal mandibulektomi dapat juga dilakukan untuk pengobatan pada
keganasan yang lebih kecil dari dasar mulut, dan segmental mandibulektomi untuk tumor yang
lebih besar (Greenberg & Joachim, 2002).

Mandibulektomi segmental atau hemimandibulektomi mempunyai indikasi dan


kontraindikasi seperti berikut(Sanders, 2010) :
INDIKASI:
(A)Tumor mandibula ameloblastoma ganas intra oral yang meluas ke gingiva atau
menginfiltrasi mandibula.
(B)Tumor ganas mandibula
(C) Tumor jinak mandibula yang mengenai hampir atau seluruh ketebalan mandibula

KONTRAINDIKASI:
(A) Ko – morbiditas berat

PROSEDUR DAN TEKNIK

1. RESEKSI MANDIBULA

A. Persiapan Sebelum Operasi

 Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai penyakitnya, tindakan operasi


serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari
penderita untuk dilakukan operasi. (informed consent).
 Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi termasuk benang,
drain Redon dilakukan sehari sebelum operasi.
 Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
 Penderita mandi, cuci rambut dan membersihkan badan menggunakan obat antiseptik
terutama daerah wajah dan rambut dekat lapangan operasi, cukur rambut dekat lapangan
operasi, cambang- kumis .
 Antibiotika profilaksis Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan Garamycin, dosis
menyesuaikan untuk profilaksis.
B. Tahapan operasi

 Narkose, intubasi nasotrakheal, selang intubasi difiksasi ke dahi penderita.


 Posisi pasien terlentang, dengan bantalan donat di kepala. Leher ekstensi dengan
mengganjal pundak dengan guling dan kepala dirotasikan ke sisi kontra lateral.
 Ada dua alternatif insisi yang dapat digunakan, keduanya dapat dikombinasikan dengan
insisi standar diseksi leher:

Pertama, Insisi dengan membelah bibir bawah pada garis tengah, diteruskan melewati
dagu lalu dibelokkan ke lateral, horisontal ke belakang sampai pada regio submandibula
membelok ke atas pada angulus mandibula sampai di anterior prosesus mastoideus. Insisi
horisontal dibuat sesuai garis lipatan kulit dan berjarak dua jari (4 cm) di bawah batas mandibula
untuk mencegah cedera ramus mandibularis n. fasialis. Kedua, dengan insisi tipe visor flap, pada
alternatif ini tidak dilakukan insisi membelah bibir.
Insisi kulit kemudian diperdalam lapis demi lapis dengan memotong m. platisma dan
fascia servikalis pada garis yang sama. Kemudian dibuat flap ke atas melewati batas bawah
mandibula dengan mempreservasi ramus mandibula n. fasialis.
Arteri dan vena fasialis anterior diligasi dan dipotong sedekat mungkin dengan kapsul
kelenjar submaksilaris. Langkah ini bertujuan mempreservasi ramus mandibula n. fasialis karena
syaraf tersebut terletak di superfisial menyilang pembuluh darah tersebut.
Sisi lateral mandibula diekspose dengan memisahkan tempat melekatnya m. masseter
pada angulus mandibula. Setelah m. masseter dipotong, otot dapat dipisahkan dari tulang dengan
menggunakan periosteal elevator. Langkah ini juga akan mengangkat jaringan lunak pada wajah
termasuk di dalamnya kelenjar parotis dan cabang-cabang nervus fasialis.
Full thickness cheek flap disisihkan ke lateral dengan cara memotong mukosa sulkus
ginggivobukalis ke belakang sampai fossa retromolar dan ke depan sampai 2 cm melewati batas
tumor. Batas tulang normal yang akan dipotong tergantung pada sifat dari lesi. Pada
ameloblastoma jarak 1 cm dari batas lesi secara radiologis cukup aman untuk dilakukan reseksi.
Tulang mandibula dipotong dengan menggunakan gergaji Gigli. Evaluasi secara makroskopis
apakah masih terdapat lesi ameloblastomanya, apabila ada maka reseksi harus ditambah lagi.
Hemostasis dilakukan, perdarahan permukaan tulang yang dipotong dihentikan dengan bone
wax.
Bagian mandibula beserta tumor diangkat dengan cara meng-insisi mukosa sisi lingual,
memotong origo m. milohioid pada sisi medial mandibula sepanjang linea milohioid. Hemostasis
dengan ligasi dan diatermi. Selanjutnya dilanjutkan dengan rekonstruksi.

2. RESEKSI MARGINAL MANDIBULA

Reseksi marginal mandibula adalah pembuangan bagian prosesus alveolaris dan tulang
basalis mandibula disekitarnya dengan menyisakan batas inferior mandibula.

Teknik Operasi
• Insisi dengan cutting diatermi.
• Gingiva dan periosteum diinsisi paralel dengan mandibula pada sisi buccal dan sisi
lingual.
• Jaringan lunak kemudian dipisahkan dengan tulang dengan menggunakan periosteal
elevator
• Dibuat mucoperiosteal flap
• Segmen alveolus mandibula kemudian direseksi dengan bor cutting atau dengan betel
hammer.
• Mucoperiosteal flap dijahit dengan jahitan interupted menggunakan benang yang
absorsable.

3. RESEKSI SEGMENTAL MANDIBULA


Reseksi segmentl mandibula adalah pengambilan sebagian tulang mandibula dimana
kontinuitas tulang mandibula tidak dipertahankan.

A. Indikasi
• Tumor ganas intra oral yang meluas ke gingiva diatas prosesus alveolaris atau
menginfiltrasi mandibula dan tumor meluas dari prosesus alveolaris sampai ke sisi lateral
mandibula atau sampai ke bagian cancellous mandibula.
• Tumor ganas mandibula
• Tumor jinak mandibula (misal ameloblastoma)
B. Teknik operasi

1. Posisi pasien

2. Full Thickness Cheek Flap


3. Mandibula dipotong dengan menggunakan gergaji gigli

4. Lapangan operasi setelah mandibula direseksi

4. HEMIMANDIBULEKTOMI DENGAN EKSISI KULIT FULL THICKNESS


Hemimandibulektomi dengan eksisi kulit full thickness adalah pengambilan separuh atau
hampir separuh mandibula dengan mendisartikulasi prosesus condyloideus mandibula.
A. Indikasi
Tumor ganas rongga mulut ataupun yang berasal dari mandibula yang meluas ke lateral
sampai ke jaringan lunak pipi dan mengenai cabang-cabang nervus Facialis.

B. Teknik Operasi
1. Desain insisi

2. Insisi full thickness sampai mencapai mandibula

3. Kondilus didisartikulasikan dari TMJ

4. Defek setelah dilakukan reseksi mandibula

(http://bedahunmuh.wordpress.com)
5. REKONSTRUKSI MANDIBULA

Rekonstruksi mandibula adalah prosedur yang dirancang untuk mengembalikan fungsi


mengunyah, menelan dan berbicara.

A. Beberapa prinsip dasar rekonstruksi, yaitu:


1. Teknik rekonstruksi yang digunakan tidak boleh mempengaruhi atau membatasi operasi
pengangkatan tumor

2. Harus sedapat mungkin secepatnya menengembalikan bentuk dan fungsi

3. Tidak boleh menambah morbiditas dan mortalitas operasi

4. Tidak boleh menimbulkan deformitas sekunder kecuali tidak ada pilihan lain

5. Rekonstruksi dikerjakan secepat dan sesederhana mungkin terutama bila kekambuhannya


diragukan

6. Prosedur rekonstruksi yang lama sebaiknya tidak dilakukan bila dapat diganti dengan
prostese dengan hasil yang memuaskan.

B. Metode Rekonstruksi Mandibula


1. Prostesis non biologikal
– Akrilik, teflon, silastik, stainless steel, tantalum, vitalium dan titanium.
2. Bahan biologikal
– Tandur tulang
• Autograft
• Homograft
– Tandur tulang
• Tandur tulang dengan vaskularisasi
• Tandur tulang tanpa vaskularisasi.
– Flap komposit
3. Gabungan antara keduanya

C. Rekonstruksi dengan Kirschner Wire


 Pada rekonstruksi dengan Kirschner wire menggunakan kawat 1,2 mm, dibentuk
sedemikian rupa sesuai bentuk segmen mandibula yang direseksi. Ujung kawat dibentuk
dan dimasukkan pada medula sisa mandibula.
 Setelah itu pada jarak 1 cm dari tepi bawah mandibula dan tepi potongan mandibula
dilubangi dengan bor. K wire difiksasi dengan kawat 0,4 mm.
 Pada hemimandibulektomi, ujung K wire pada sisi temporomandibular joint dibentuk
menyerupai kondilus dan dijahitkan pada kapsul temporo- mandibular joint dengan
benang sutera no 1.
 Selanjutnya mukosa dijahit degan dexon atau vicryl 3.0 delujur dan dilakukan jahitan
penyangga (overhecting) dengan memakai benang yang sama. Pasang redon drain. Luka
operasi ditutup lapis demi lapis, subkutan dan platysma dijahit dexon/vicryl 4.0 kulit
dijahit simpul memakai nylon 5.0.

D. Perawatan Pasca Operasi


• Pemberian cairan intravena dan tranfusi harus adekuat.
• Pemberian antibiotika harus diteruskan sampai tiga hari post operasi
• Diet cair dengan sonde lambung dimulai setelah 24 jam pasca operasi selama tujuh
sampai sepuluh hari. Pada hari kesepuluh dicoba untuk minum air dan dilihat apakah ada
kebocoran dari luka operasi. Apabila tidak ada kebocoran, sonde lambung dapat dilepas
dan penderita dapat memulai diet cair peroral pakai sedotan.
• Kumur dengan larutan antiseptik setelah makan.
• Drain divakum dan dipertahankan sampai tujuh hari bila produksi kurang dari 10 cc
dalam 24 jam.
• Jahitan pada kulit diangkat pada hari ke tujuh.
• Jika sebelumnya dilakukan trakheostomi temporer, perawatan trakheostomi harus rutin
dikerjakan yaitu nebulizing dan suctioning.
• Jika dipakai Split Thickness Skin Graft, daerah donor dirawat pada hari keempat belas
kecuali apabila pada pengamatan sebelumnya mengindikasikan untuk dibuka.

• Jika setelah tiga hari penderita makan peroral tidak ditemukan masalah infeksi atau
kebocoran maka penderita diperbolehkan keluar rumah sakit.

(http://images.kingsts.multiply.multiplycontent.com)
Prosedur Mandibulektomi Total (Di Rumah Sakit Aira)

Sebelum
Pembedahan Sebelum pembedahan
Sebelum pembedahan

Tumor exposed Isolasi mandibula Proses Penghilangan/


pemotongan mandibula

Mandibula dihilangkan Penghilangan mandibula dan Kawat dimasukkan sebagai


tumor stabilisasi rahang menggantikan
mandibula yang telah diambil
Tabung tube pada hidung dan
Proses penutupan luka Luka telah ditutup lidahnya disuturing pada
dinding thorak untuk
membebaskan jalan nafas

Tindakan setelah pembedahan: follow up 3 bulan setelah follow up 3 bulan setelah


bandage () untuk membantu pembedahan pembedahan
menjaga konsistensi jaringan
lunak
(Werning, 2007)

TEKNIK OSTEOTOMI RAMUS VERTIKAL

Gigi biasanya diimobilisasi terlebih dahulu dalam arah atau hubungan oklusal yang
dikehendaki dengan menggunakan fiksasi maksilomandibula (dengan menggunakan patokan
oklusi). Periosteum/masseter diangkat ke arah lateral hanya agar ramus posterior terbuka dari
sigmoid notch sampai ke angulus. Osteotomi ramus vertikal dilakukan dengan menggunakan
gergaji dengan sudut potong yang sesuai dengan arah gergaji bolak-balik. Potongan yang dibuat
dengan ketebalan penuh melalui ramus posterior ke foramen alveolar inferior, meluas dari titik
sigmoid hingga ke regio tepat di anterior angulus.
Segmen proksimal biasanya dipendekkan melalui eksisi ujung korteks inferior untuk
memperkecil kemungkinan nekrosis. Segmen proksimal tersebut kemudian ditempatkan di
lateral ramus tanpa dilakukan fiksasi atau distabilisasi dengan menggunakan transeous tunggal.
Daerah operasi kemudian diirigasi dengan menggunakan larutan garam steril dan larutan
antibiotik. Penutupan dilakukan dengan teknik kontinu menggunakan bahan yang dapat
diabsorbsi. Pada daerah operasi dapat dipasang pembalut muka dengan tekanan yang dibiarkan
selama 24 jam hingga 48 jam. Sebelum pasien pulang dibuatkan foto pasca bedah terlebih dahulu
(Pedersen, 1996).

Garis putus-putus menunjukan contoh batas daerah operasi pada mandibulektomi.


MANAJEMEN POSTOPERATIF MANDIBULEKTOMI

Tindakan mandibulektomi intraoral memerlukan treatment khusus pasca pembedahan.


Perawatan postoperasi mengutamakan pada kontrol nyeri, kelancaran pernafasan, status mental
dan penyembuhan luka. Hal lain yang harus diutamakan yaitu mencegah retensi urin, konstipasi,
trombosis vena dan tekanan darah. Untuk kontrol nyeri, dapat diberikan analgesik yaitu
asetaminofen atau oxycodone (tiap tablet mengandung 325 sampai 650 mg asetaminofen dan 2,5
sampai 10 mg oxycodone). Untuk manajemen luka, diberikan dressing pada area operasi 24
selama 24 jam untuk mencegah terjadinya infeksi (seperti peningkatan nyeri, eritema, drainase).
Setelah 24 jam, area tersebut harus di cek 2x sehari untuk mengetahui terjadi infeksi atau tidak.
Jika terjadi infeksi, dianjurkan untuk melakukan eksplorasi dan drainase abses, pemberian
antibiotik, atau keduanya. (www.merckmanuals.com). Drainase dilakukan dengan iodoform
selama 24 jam (Archer, 1976).

KESIMPULAN

1. Mandibulektomi adalah pembedahan atau pemotongan pada mandibular, pemotongan


dapat dilakukan secara marginal dimana hanya sebagian tulang, gigi atau jaringan lunak
yang dipotong ataupun secara segmental dimana semua bagian mandibular dipotong.

2. Segmental mandibulektomi atau hemimandibulektomi merupakan pola yang sama


dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin saja melibatkan pembuangan angulus,
ramus atau bahkan pada beberapa kasus dilakukan pembuangan kondilus

3. Marginal mandibulektomi berupa eksisi parsial pada bagian superior mandibula dalam
bdang vertikal. Secara umum, satu permukaan kortikal dan sebagian dari cavitas medula
dihilangkan/ dipotong. Sebagian inferior mandibula tetap utuh sehingga menjaga
kontinuitas mandibula dan memungkinkan pasien untuk mengunyah.

4. Perawatan postoperasi mengutamakan pada kontrol nyeri, kelancaran pernafasan, status


mental dan penyembuhan luka. Hal lain yang harus diutamakan yaitu mencegah retensi
urin, konstipasi, trombosis vena dan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2011. Veterinary Society of Surgical Oncology. Mandibulectomy. Diunduh melalui


http://www.vsso.org/Mandibulectomy.html pada tanggal 24 Oktober 2011.

Archer WH. 1976. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th edition. Saunders

Booth, PW.; Schendel, SA.; Hausamen, JE. 2007. Maxillofacial Surgery, 2nd Edition. Churchill
Livingstone Elsevier. St. Louis

Envidio por, Javier Alfaro el. 2011. Wikbio Health Education: Mandibulectomy.
http://wikbio.com/en/dictionary/definition-of/mandibulectomy. Diunduh: 25 Oktober
2011

Greenberg, A.M. & Joachim, P. 2002. Craniomaxillofacial Reconstructive and Corrective Bone
Surgery: Principle of Internal Fixation Using the AO/ASIF Technique. Springer-Verlag:
New York.

Johnson, Robert G. 2009. Postoperative Care


.http://www.merckmanuals.com/professional/special_subjects/care_of_the_surgical_patie
nt/postoperative_care.html. Diunduh: 25 Oktober 2011

Keith, DA.1992. Atlas of Oral and Maxillofacial Surgery. W.B.Saunder Company.Philadelphia.

Murkherji, S.K; Isaacs, D.L; Creager, Andrew .2001. CT Detection of Mandibular Invasion by
Squamous Cell Carcinoma of the Oral Cavity . AJR : 177

Nielsen FL. 2008. Progress in Oral Cancer Research. Nova Science Publisher. New York

Pedersen, GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC. Jakarta

Sander A, M., 2010, Reseksi Mandibula http://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/18/reseksi-


mandibula/. Dinduh tanggal 25/10/11.

Shah, Jatin P. Johnson, Newell W. dan Batsakari, John G. 2003. Oral Cancer. Thieme. New
York.

Tuinzing DB. 1979. Osteotomi Rahang, terj. Penerbit Binacipta. Bandung.

http://wiki.uiowa.edu/display/protocols/Segmental+and+Rim+Mandibulectomy diunduh pada


tanggal 24 oktober 2011.

Werning, John, W. 2003. Oral Cancer: Diagnosis, Management, and Rehabilitation. Thieme
Medical Publishers. New York

http://images.kingsts.multiply.multiplycontent.com/.../... Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai