Anda di halaman 1dari 24

TINJAUAN PUSTAKA

I.DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak merupakan salah satu kelainan
pada lensa. Katarak adalah kekeruhan lensa baik pada inti maupun korteksnya. Katarak
adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa
atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa. (1,2,3)
Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada bayi yang baru lahir
sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin, genetik, gangguan
pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan
pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet. Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes
mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang
tinggi), dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak.1
II.

EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak merupakan kelainan

mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan
seperti tercantum pada gambar 1.4

GAMBAR 1. Persentase Penyakit Mata4

Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang dilakukan di amerika
serikat didapatkan adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai

50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75
tahun. Katarak congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain lebih jarang
ditemukan.5

III.

ETIOLOGI
Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari penyebab-penyebab yang dapat

menimbulkan katarak sebagai berikut :


1. Sebab-sebab biologik :
a) Karena usia tua. Pada seluruh makhluk hidup maka lensa pun mengalami proses tua
dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak.
b) Pengaruh genetik. Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi
yang timbul pada lensa.
2. Sebab-sebab imunologik :
Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap
salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi
secara tidak disengaja oleh protein lensa yang menyebabkan terbentuknya antibodi
tersebut. Bila hal ini terjadi maka dapat menimbulkan katarak.
3. Sebab-sebab fungsional :
Akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek yang buruk terhadap serabutserabut lensa dan cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa. Ini dapat
terlihat pada keadaan-keadaan seperti intoksikasi ergotamin, keadaan tetani dan
parathyroidisme.
4. Gangguan yang bersifat lokal terhadap lensa : Dapat berupa
a) Gangguan nutrisi pada lensa
b) Gangguan permeabilitas kapsul lensa
c) Efek radiasi dari cahaya matahari.
5. Gangguan metabolisme umum :
Defisiensi vitamin dan gangguan endokrin dapat menyebabkan katarak misalnya
seperti pada penyakit diabetes melitus atau hyperparathyroid.

IV. KLASIFIKASI KATARAK


Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1. KATARAK KONGENITAL

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita

penyakit

rubela,

galaktosemia,

homosisteinuri,

toksoplasmosis,

inklusi

sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya


berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus,
iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak
polaris.

katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau
nukleus saja.

Kekeruhan katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran
morfologik.
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital : katarak piramidalis atau polaris anterior, katarak
piramidalis atau polaris posterior, katarak zonularis atau lamelaris, katarak pungtata dan lainlain
2. KATARAK JUVENIL
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
katarak kongenital. ( sesudah usia 1 tahun ). Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:
i.

Katarak metabolik
a) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
ii.

Otot
a) Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)

iii.

Katarak traumatik

iv.

Katarak komplikata

a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,


pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan
retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c) Katarak anoksik
d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol
(MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)
e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik),
tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans
kongenita pungtata), dan kromosom
f) Katarak radiasi

3. KATARAK SENILE (katarak terkait usia)


Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak
senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa:
a. Distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan
katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.
b. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih
baik tanpa kaca mata (second sight).
c. Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium
insipient.

Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih
dari 60 tahun.
V.

PEMBAGIAN KATARAK SENILIS

Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu :


-

Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat
dan kemudian menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau

nigra.
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung
dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan
ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat

pada usia yang bertambah.


Katarak Subkapsular posterior
IV.
Subkapsular posterior, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang
lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya
terang, serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasien
diabetes, pasca radiasi, dan trauma.

Katarak Senil dapat dibagai atas 4 Stadium2


1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar di
perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini
pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.

Gambar 2. Katarak insipien


2) Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi

kekeruhan yang lebih tebal tetapi

tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana
mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris
pada keadaan ini positif.

Gambar 3. Katarak imatur


3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris
tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.

Gambar 5. Katarak matur


4) Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek
dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering, Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukieus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni.
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi 2 kemungkinan yaitu korteks lensa
mencair dan

melunak sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam

korteks lensa

(Katarak Morgagni) atau lensa akan terus kehilangan cairan sehingga mengkerut dan
menipis (Shrunken Cataract).(3)

Gambar 6. Katarak hipermatur.

Perbedaan Stadium Katarak Senilis2


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik Mata Depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut Bilik Mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Glaukoma

Uveitis + Glaukoma

VI.

PATOFISIOLOGI

Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :


1. Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada
lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya
yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga
pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses
selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan

akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab
tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.
2. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa
mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini
dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi
tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.
Konsep penuaan : 2
-

Teori putaran biologi (A biologic clock)


Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian mati
Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel
Teori mutasi spontan
Teori a free radical
V.
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
VI.
Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
VII. Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
Teori a cross-link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu fungsi.

Perubahan lensa pada usia lanjut adalah :2


a. Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul
berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular.
b. Epitel
Makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan
vakuolisasi mitokondria yang nyata.
c. Serat lensa
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar
ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein,
tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan
disbanding normal.
d. Korteks

Tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi dan sinar
tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
VII.

FAKTOR RESIKO

Penderita diabetes melitus

Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka panjang.

Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.

Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E.

Paparan / radiasi sinar ultraviolet.

Penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol; seperti obat-obat golongan


statin dan squalene synthase inhibitor dapat meningkatkan risiko terjadinya
kekeruhan lensa mata (katarak). Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam
tubuh dan berperan dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim
squalene synthase akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu
terjadinya katarak. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penambahan asupan
squalene untuk mencegah terjadinya katarak pada penggunaan jangka panjang obat
penurun kolesterol.

VIII. GEJALA KLINIS KATARAK SENILIS


Subyektif(3,6,7)
Kemunduran visus
Tajam penglihatan akan menurun, penglihatan buram atau berkabut. Tergantung tebal
tipisnya kekeruhan serta lokalisasi kekeruhan, makin tebal kekeruhan lensa, tajam
penglihatan makin mundur, jika kekeruhan terletak di sentral maka penderita akan

merasa kabur dibandingkan dengan kekeruhan di perifer.


Tampak adanya bercak putih pada lapang pandang yang tidak ikut bergerak dengan
pergerakan mata (stasioner), yang mana harus dibedakan dengan kekeruhan di korpus

vitreus (bercak bergerak-gerak).


Pada stadium permulaan terjadi artificial myope sehingga jika penderita melihat
jauh kabur dan akan merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata. Hal ini terjadi
karena proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan kekuatan

refraksi mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh di depan retina.


Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh silau dan
penurunan penglihatan pada keadaan terang.

Penderita akan mengeluh melihat dua bayangan atau lebih. Keluhan ini disebabkan
adanya refraksi ireguler dari lensa. Akibat kelainan ini penderita mengeluh silau dan

pusing.
Obyektif(3,6,7)
Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur
Test iris shadow : positif pada katarak imatur dan negatif pada katarak matur
Refleks fundus warna jingga akan menjadi gelap (refleks fundus negatif) pada katarak

matur
Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi

Gejala(3,6,7)
Gejala umum gangguan katarak meliputi :

Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

Peka terhadap sinar atau cahaya.

Dapat melihat dobel pada satu mata.

Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Gejala Klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :


a. Katarak Inti/Nuclear
Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat ,dan untuk melihat dekat
melepas kaca mata nya
Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa akan lebih coklat
Menyetir malam silau dan sukar
b. Katarak Kortikal
Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan
Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
c. Katarak Subscapular
Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa, tepat jalan sinar masuk
Dapat terlihat pada kedua mata
Mengganggu saat membaca
Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya
Mengganggu penglihatan

IX.

DIAGNOSA KATARAK SENILIS (3)


a. Optotip snellen
Untuk mengetahui tajam penglihatan. Pada stadium insipien dan imatur bisa dicoba
dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik
b. Lampu senter
Reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal. Tampak kekeruhan lensa
terutama jika pupil dilebarkan, berwarna keabu-abuan yang harus dibedakan dengan
refleks senil. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah pada katarak matur untuk
mengetahui fungsi retina secara garis besar
c. Oftalmoskopi
Untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada stadium insipien dan imatur
tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang jingga, sedangkan pada
stadium matur didapatkan reflek fundus negatif
d. Slit lamp biomikroskopi
Dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal, dan lokasi kekeruhan lensa

X.

DIAGNOSA BANDING KATARAK SENILIS (3)

Reflek senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak pupil warna keabu-abuan

mirip katarak, tetapi pemeriksaan reflek fundus positif.


Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (misal uveitis

anterior), atau penyakit sistemik (misal Diabetes Mellitus).


Katarak karena sebab lain : pemakaian obat-obatan (kortikosteroid), radiasi, trauma

mata.
Kekeruhan korpus vitreus.
Ablasio retina.

XI.

PENATALAKSANAAN 4,5,8,9
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak

tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada
hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan
kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik
hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang
bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul
lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK) atau ICCE (Intra capsular cataract extraction)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui
incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.5,10,11
Teknik operasi ini sekarang jarang dilakukan lagi. Tehnik ICCE adalah dengan
mengangkat lensa dan kapsul secara in toto, yakni dalam kapsulnya melalui insisi limbus
superior 140 sampai 160 derajat. Dapat dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh atau
berdegenerasi dan mudah putus. Ekstraksi katarak ini tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien usia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsuler.2
Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut:
1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12
2. Dilakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau
3. Luka kornea diperlebar seluas 160 derajat
4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah
5. Dibuat jahitankorneosklera

6. Lensa dikeluarkan dengan krio


7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah
8. Flep konjungtiva dijahit.
Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah :
1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.
Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul
posterior akan tertinggal
Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK) atau ECCE (extra capsular cataract extraction)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap
badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder. 5,10,11
Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam
2. 10 sampai jam 2
3. Dibuat pungsi bilik mata depan
4. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
5. Dibuat luka kornea dari jam 10-2
6. Nukleus lensa dikeluarkan
7. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul poserior saja
8. Luka komea dijahit
9. Flep konjungtiva dijahit

3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih
sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil
seperti itu.
4. Manual Small incision cataract surgery (MSICS)
Manual SICS adalah salah satu tehnik operasi ekstraksi katarak. Sebetulnya tehnik ini
baru berkembang setelah tehnik fakoemulsifikasi yang diperkenalkan lebih dahulu. Manual
SICS adalah tehnik operasi katarak dengan irisan yang kecil, dibuat jauh lebih kecil dari
ECCE yaitu 5,57 mm saja dan menggunakan lensa intraokuler yang tidak bisa dilipat. Salah
satu keuntungan manual SICS selain visus pasca bedah yang baik, juga biaya yang murah.12
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa
penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
-

kacamata afakia yang tebal lensanya

lensa kontak

lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat
pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.

Persiapan pre operasi: 13

Uji anel positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal

sehingga tidak ada dakriosistitis.


Tidak ada infeksi disekitar mata seperti keratitis, konjungtivitis, blefaritis, hordeolum

3
4
5
6

dan kalazion
Tekanan bola mata normal
Tekanan darah tidak boleh tinggi.
Gula darah telah terkontrol.
Tidak batuk terutama pada saat pembedahan.

Perawatan Pasca Bedah5


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ).5
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam
setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna. 2,3,10
- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Melakukan pekerjaan yang tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :


- Jangan menggosok mata
- Jangan membungkuk terlalu dalam
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
XII.

KOMPLIKASI 2

1. Komplikasi Intra Operatif


-

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity.

2.

Komplikasi dini pasca operatif


- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma
dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan
daerah sentral yang bersih paling sering)
-

Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

- Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak
sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
- Ablasio retina
- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler
- Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi.

XIII. Pencegahan 5,14


Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur sehingga tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 40 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini kecepatan
berkembangnya katarak masih dapat dijaga dengan:
Tidak merokok, karena rokok dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh,

sehingga resiko katarak akan bertambah


Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak
pada mata menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.13

80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.
Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata.
sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk
media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami.5
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada
penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang
dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan
banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,
kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin
E, selenium, dan tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan
yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab
katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun
menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang
mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60%
lebih kecil. 5
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis
antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah
dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat
yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang katarak.
Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation reduktase. Enzim ini

berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi, agar tetap
menetralkan radikal bebas atau oksigen.5
XIII.

PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.

Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

DAFTAR PUSTAKA
1

Akmam,

S.M.

Azhar,

Zainal.

Katarak

dan

Perkembangan

Operasinya.

www.portalkalbe/files/ckd/06.1971. Diakses 1 februari 2012


Ilyas, Sidharta, SpM. 2005. Ilmu Penyakit Mata. edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.Jakarta. Hal 200-211.

SMF Ilmu Penyakit Mata, Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata edisi 2. Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga, Hal 26-34.


Resnikoff S, pascolini D, moriotti P. S, pokharel P. P. (2008) global magnitude of visual

impartment cause by uncorrected refractive error in 2004. Bulletin of World Health


5

Organization. Volume 86. Number 1. U.S.A.


Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi umum. Bab.20 lensa hal 401-406.

Edisi 14. Widya medika : Jakarta.


Astuti, Puji. Katarak Senilis.

senilis.html. diakses 27 januari 2012


Bagian/SMF Ilmu Penyakit Mata, 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi. SMF Ilmu

Penyakit Mata. RSUD dr. Soetomo. Edisi III. Surabaya. Hal. 47-49
Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart, New York,

http://blognyauti.blogspot.com/2007/11/katarak-

2000, hal 173-185.


9 Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery,Penerbit Springer, Germany, 2005, hal 19.
10 Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, diakses 28 januari 2012
11 Ocampo, Vicente Victor D, Senile Cataract, 2009, available at www.emedicine.com/ last
diakses 28 januari 2012..
12 Gurung, Reeta. Small Incision Cataranct Surgery : tips for avoiding surgical
complications. http://www.cehjournal.org/0953-6833/21/jceh_21_65_004.html. Diakses
29 januari 2012
13 Astuti, Puji.

Katarak

Senilis.

http://blognyauti.blogspot.com/2007/11/katarak-

senilis.html. diakses 29 januari 2012


14 Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at www.cera.unimelb.edu, diakses 27
januari 2012.

TINJAUAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Albert A.H
Usia
: 66 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl Margesari ponten no. 12 Surabaya
Pekerjaan
: tidak bekerja
Pendidikan
: SMA
Pemeriksaan : 25 Januari 2012

II.

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Pandangan kedua mata kabur
Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Poli mata Rumah Sakit Haji Surabaya dengan keluhan
pandangan kedua mata kabur sejak 4 bulan yang lalu, seperti melihat
kabut atau embun, pandangan kabur dirasakan sama, baik siang maupun
malam, kabur saat melihat dekat maupun jauh, Kabur timbulnya secara
perlahan lahan, silau (-). kadang disertai mata berair, mata merah (-),
gatal (-), kemeng (-), keluar kotoron /cairan (-) Riwayat trauma (-).
Pandangan menyempit (-) Sebelumnya pasien pernah berobat k poli mata
dan diberikan obat tetes tetapi pasien lupa namanya dan obat tidak
dibawa. Pasien pernah memakai kaca mata baca, tetapi lupa ukurannya
dan kaca mata tidak dibawa. Kaca mata baca sudah lama tidak terpakai
karena dirasakan sudah tidak cocok lagi dipakai.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penggunaan obat-obat tetes mata steroid jangka panjang

III.

disangkal
Riwayat sakit mata berulang disangkal
Riwayat alergi dan trauma disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat sakit katarak di keluarga disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Visus :
VOD : 5/60
VOS : 1/300 PI baik segala arah

Segmen anterior okuli dextra sinistra:


o Palpebra
: oedema -/-, hiperemi -/o Konjungtiva : CVI -/-, PCVI -/-, subconjunctival bleeding -/-, sekret
-/-, kemosis -/-, hipertrofi papil dan hipertrofi folikel -/- pterygium +/
o

+
Kornea

: jernih + / +, oedem - / -

o
o
o

BMD
Iris
Pupil

: dalam + / +, jernih + / +
: reguler + / +, iris shadow + / +
: refleks pupil + / +, bulat + / +,

3mm
Lensa

: kesan agak keruh +/+

Tonometri
TOD = 12,2 mmHg
TOS = 12,2 mmHg

OD
Segmen posterior okuli dextra sinistra :

OS

isokor, 3 mm /

Fundus Reflek
Papil N.II

Retina

IV.

Makula

:+/+

: batas tegas +/+, warna normal +/+


CD ratio 0,3/0,4
: perdarahan -/-,
eksudat -/-,
mikroaneurisma -/-.
Arteri : vena 2:3: +/+
: refleks fovea sde /sde

RESUME
Pasien , 72 tahun dengan pandangan kedua mata kabur sejak 4 bulan
yang lalu, seperti melihat kabut atau embun, pandangan kabur dirasakan
sama, baik siang maupun malam, kabur saat melihat dekat maupun jauh,
Kabur timbulnya secara perlahan lahan, kadang disertai mata berair,
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan :
Visus :
VOD : 5/60
VOS : 1/300 PI baik segala arah
Segmen anterior okuli dextra sinistra:
- Palpebra superior dan inferior
: dbn
- Konjungtiva
: pterygium +/+
- Kornea
: dbn
- BMD
: dbn
- Iris
: dbn, iris shadow + / +
- Pupil
: dbn
- Lensa
:agak keruh/ keruh
Tonometri : TOD dan TOS : dalam batas normal
Segmen posterior okuli dextra sinistra : Dbn/dbn
DIAGNOSIS
OD katarak imatur
OS katarak nuklear
OD Pterygium grade III
OS Pterygium grade II
PLANNING
Diagnostik : Biometri
BSN, GD 2 jam PP
Konsul jantung
Terapi
: Ekstraksi Katarak + IOL dilakukan pada satu mata secara

V.

VI.

Monitoring

bergantian (mata kiri dahulu)


Vasacon A 2 x 1 tetes perhari
Cendo lyters 6 x 1 tetes perhari
: Keluhan
Visus

Segmen anterior
Segmen posterior
Edukasi :
Informasi pada pasien bahwa penanganan katarak yang pasti adalah
dengan operasi sesuai indikasi
Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur operasi
Periksa lab dan jantung dahulu, bila hasil baik operasi
Pakai kacamata ultraviolet
Hindari asap rokok dan debu
Ekstirpasi pterygium jika mengganggu penglihatan dan sering mengeluh
mata berair dan silau

Anda mungkin juga menyukai