Anda di halaman 1dari 23

BAB I

STRATEGI PERANCANGAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai
sepanjang mencapai 81.290 km lebih dan menempatkan Indonesia pada posisi
kedua sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah
Kanada. Fakta fisik bahwa dua per tiga wilayah Indonesia berupa laut, maka
sumber daya alam di laut memiliki potensi yang sangat besar. Selain
mengandung minyak, gas, mineral dan energi laut non-konvesional, serta harta
karun yang sudah mulai digali meskipun masih terbatas, laut juga menghasilkan
ikan yang potensi lestarinya diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun [1].
Udang merupakan komoditas andalan dan bernilai ekonomis sebagai salah
satu hasil perikanan utama Indonesia. Ekspor udang meningkat selama periode
2006-2012 sebesar 4,15% yaitu dari 137.636 ton pada 2006 menjadi 160.797 ton
pada tahun 2012. Peningkatan volume ekspor tersebut mendorong peningkatan
nilai produksi udang, yaitu dari US$ 2,3 850,222 jua pada 2006 menjadi US$
1,048 miliar pada tahun 2012. Nilai ekspor udang ini mencapai hampir 50% dari
nilai ekspor perikanan sebesar US$ 2,3 miliar. Selain itu produksi udang juga
meningkat sebesar 16,9% selama periode 2006-2012 yaitu dari 192.926 ton pada
2006 menjadi 352.220 ton pada tahun 2012. [2]
Sekitar 80-90% ekspor udang dilakukan dalam bentuk udang beku tanpa
kepala dan kulit sehingga menghasilkan limbah yang bobotnya mencapai 25-30%
dari bobot udang utuh. Limbah udang dapat didayagunakan sebagai sumber
bahan mentah penghasil kitin, kitosan dan turunan keduanya yang berdaya guna
serta bernilai tinggi.
Kulit udang merupakan bahan baku penghasil kitin dan kitosan. Kitosan
adalah kitin yang telah diasetilasi. Kitosan merupakan polisakarida dengan
struktur yang mirip dengan selulosa. Pemanfaatan limbah-limbah tersebut hingga
saat ini masih sangat terbatas. Pemanfaatannya antara lain untuk pembuatan
1

petis, terasi, flavor, dan sebagai bahan pakan. Limbah udang dan kepiting
merupakan sumber kitin dan kitosan yang sangat potensial kitin dapat diolah dari
cangkang dengan menggunakan proses demineralisasi dan deproteinasi.
Selanjutnya kitin tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi kitosan dengan
proses deasetilasi [3].
Nano kitosan adalah biocompatible polimer yang memiliki ukuran nano
partikel yaitu 1 x 10-9 m. ukuran partikel yang kecil tersebut mengakibatkan luas
permukaan keseluruhannya menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan massa
yang sama pada ukuran partikel normal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan sifat kimia, fisika dan biologi. Diantaranya daya serap dan
kemampuan nano kitosan, lebih baik daripada kitosan dengan ukuran biasa.
Produk nano kitosan dapat digunakan sebagai produk alami untuk mengawetkan
makanan seperti sayur, buah, daging dan hasil laut. Penggunaan nano kitosan
deewasa ini sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Beberapa produk
nano kitosan sudah banyak digunakan oleh banyak industri di dunia, diantaranya
pada industri pengolahan air, industri tekstil, industri makanan, dan industri
farmasi [4].
1.2 Penetapan Kapasitas
Penetapan kapasitas pabrik Nano Kitosan ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu :

1. Kebutuhan Indonesia
Tabel 1. Kebutuhan Kitosan di Indonesia [5]
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008

Jumlah (ton)
308
343
384
431
484
2

2009
2010
2011
2012
2013

543
610
684
766
857

Analisa secara metode least square untuk memperkirakan kapasitas


produksi nano kitosan adalah sebagai berikut :
Pada metode least square persamaan yang digunakan, yaitu : y = ax + b
Tabel 2. Data perhitungan Kebutuhan Kitosan Menggunakan Metode Least square
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tahun (xi)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Jumlah (ton)
(yi)
308
343
384
431
484
543
610
684
766
857

Jumlah

20085

5410

A=
A=

A = 60,59
B=
B=
3

(xi.yi)
(xi2)
617232
4016016
687715
4020025
770304
4024036
865017
4028049
971872
4032064
1090887 4036081
1226100 4040100
1375524 4044121
1541192 4048144
1725141 4052169
10870984 40340805

(yi2)
94864
117649
147456
185761
234256
294849
372100
467856
586756
734449
3235996

B = -121154,015
Maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = Ax + B
Y = 60,59x-121154,015
Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh proyeksi kebutuhan akan kitosan untuk 12
tahun yang akan datang yaitu :
Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Kitosan Menggunakan Least Square
Tahun
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

Kebutuhan (ton/tahun)
874.316
934.91
995.504
1056.098
1116.692
1177.286
1237.88
1298.474

2. Produksi Kitosan di Indonesia


Menurut kementerian perindustian tahun 2015 produksi kitosan di Indonesia
hanya sebesar 18 ton/tahun. Jika Selanjutnya data produksi kitosan tersebut dianggap
tidak mengalami penambahan maka data kekurangan kitosa di Indonesia dapat kita
olah sebagai berikut.
Dari data kebutuhan dan produksi yang telah diuraikan diatas bisa diperoleh
nilai total kekurangan kitosan di Indonesia.
Kekurangan kitosan = Kebutuhan kitosan tahun 2021 Produksi di Indonesia
= 1298,474 ton/tahun 18 ton/tahun
= 1280,474 ton/tahun
Dari data kekurangan kitosan yang diproyeksikan pada tahun 2021 tersebut kami
kemudian mengambil 20% untuk kapasitas pabrik yang akan didirikan, sehingga
diperoleh nilai 256,0948 ton/tahun.
1.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
1.3.1 Spesifikasi Bahan Baku
a. Kitin
Tabel 4. Sifat Fisik Kitin [7]
4

Rumus molekul

(C8H13NO5)n

Berat molekul

483.47 g/mol (n=3)

Warna

Putih kekuningan

Bau

Amis

Bentuk

Serbuk

Specific gravity

0,956

Melting
point
Rumus
molekul

211CNapada
5P3O1
10atm

Boiling point
Berat molekul
Harga
Titik didih

>211C pada 1 atm


367,864 g/gmol
USD$15 /ton
622 C

Densitas

2,52 g/cm3 (Solid)


1100 kg/m3 (liquid)

Fase

Solid

Warna

Putih

Sifat

Berbau tajam (khas ammonia)

Titik lebur

97,72C

Kelarutan dalam air (25 C) 14,5 g / 100 mL


Harga

US$ 780 /ton


Mampu mengikat logam seperti Fe, Cu, Cd dan Hg.
Dapat mengikat racun dalam tubuh

b. TPP (Tripolifosfat)
Tabel 5. Sifat Fisik TPP (Tripolifosfat) [8]

Sifat
kimia :

c. Sodium Hidroksida
Tabel 6. Sifat Fisik Sodium Hidroksida [9]
Rumus molekul

NaOH

Berat molekul

40 g/mol

Titik didih

1390 C

Titik leleh

318 C

Temperatur kritis

2546,85 C

Tekanan kritis

253,31 bar

Bentuk

Padat

Tekanan uap (739 C)

1 mmHg

Harga

US$ 300/ton

Sifat kimia :

Dengan asam membentuk garam dan air :


6

H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 H2O

Dengan etanol akan menghasilkan Na Etoksida :


C2H5OH + NaOH NaOC2H5 + H2O

d. Hidrogen Klorida
Tabel 7. Sifat Fisik Hidrogen Klorida [9]
Rumus molekul

HCl

Berat Molekul

36.47 g/mol

Titik leleh

-114,22 C

Titik didih

-85,05 C

Temperatur kritis

51,54 C

Tekanan kritis

8,316 MPa

Volume kritis

0,069 L/mol

Heat capacity, liquid at 163.16 K

60,378 J/mol K

Viscosity, liquid at 118.16 K

0,405 cP

Density, liquid at 118.16 K

1,045 g/cm3

Harga

US$ 200/ton

Sifat Kimia:
Merupakan asam kuat, bereaksi dengan logam menghasilkan
hidrogen yaitu gas yang dapat mudah terbakar

e. Asam Asetat
Tabel 8. Sifat Fisik Asam Asetat [9]

Sifat

Rumus molekul

CH3COOH

Berat molekul

60.50 g/mol

Titik beku

16,635 C

Titik didih

117,87 C

Densitas (20 C)

1,0495 g/mL

Temperatur kritis

592,71 K

Tekanan kritis

4,53 MPa

Entalpi (25 C)

-485,50 kJ/mol

Viskositas (20 C)

11,83

Harga

US$ 500/ton

kimia :
Reaksi

Safonifikasi
Asam asetat ila direaksikan dengan NaOH menghasilkan Natrium
asetat.
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Esterifikasi
Asam asetat bila direaksikan dengan alcohol menghasilkan ester.
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
f. Kitosan
Tabel 9. Sifat Fisik Kitosan [7]

Sifat

Rumus molekul

(C6H11NO4)n

Berat molekul

483.47 g/mol (n=3)

Warna

Putih

Bau

Tidak berbau

Bentuk

Serbuk

Specific gravity

0,728

Melting point

150C pada 1 atm

Boiling point

>150C pada 1 atm

Harga

US$ 26/kg

Kimia :
Kitosan dapat

larut dalam larutan asam organik tetapi tidak larut dalam pelarut
organik lainnya seperti dimetil sulkfoksida dan juga tidak larut

pada pH 6,5.
Pelarut yang baik adalah asam asetat.

g. Tween 80
Tabel 10. Sifat Fisik Tween 80
Rumus molekul

C32H60O10

Berat molekul

604.81 g/mol

Warna

Kuning

Boiling point

100C

Flash point

>113C

Densitas

1.064 g/cm3

Rumus molekul

C32H60O10
9

Harga

US$ 7/kg

h. Etanol
Tabel 11. Sifat Fisik Etanol [9]
Rumus molekul

C2H5OH

Berat molekul

46.06844 g/mol

Densitas

0.7893 g/ml

Freezing point

-114.1 C

Boiling point

78.32 C

Viskositas

1.17 cP

Specific Heat

2.42 J/g. C

Harga

US$ 510/ton

1.4 Lokasi Pabrik


Lokasi pabrik sangat menentukan awal keberadaan suatu proyek industri,
baik segi komersial maupun pengembangan yang akan dilakukan di masa yang
akan datang. Banyak hal yang dapat dipertimbangkan untuk memilih lokasi
pabrik. Lokasi pabrik yang baik akan menentukan hal-hal sebagai berikut :
Kemampuan untuk melayani konsumen dengan memuaskan.
Kemampuan untuk mendapatkan bahan mentah yang berkesinambungan
dan harganya sampai di tempat cukup murah.
Kemudahan untuk mendapatkan tenaga karyawan.
Oleh karena itu, pemilihan tempat bagi berdirinya suatu pabrik harus
memperhatikan beberapa faktor yang berperan yaitu faktor primer dan faktor
sekunder.
a. Faktor Primer
Faktor ini secara langsung mempengaruhi tujuan utama dari usaha pabrik
yaitu meliputi produksi dan distribusi produk yang diatur menurut macam
dan kualitasnya. Yang termasuk dalam faktor primer menurut Bernasconi
(1995) adalah :
Letak pasar pabrik
10

Yang letaknya dekat dengan pasar dapat lebih cepat melayani


konsumen, sedangkan biayanya juga lebih rendah terutama biaya

angkutan.
Letak sumber bahan baku
Idealnya, sumber bahan baku tersedia dekat dengan lokasi pabrik. Hal
ini lebih menjamin penyediaan bahan baku, setidaknya dapat
mengurangi keterlambatan penyediaan bahan baku, terutama untuk
bahan baku yang berat. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai
bahan baku adalah :

Lokasi sumber bahan baku


Besarnya kapasitas sumber bahan baku dan berapa lama sumber

tersebut dapat diandalkan pengadaannya


Cara mendapatkan bahan baku tersebut dan cara transportasinya
Harga bahan baku serta biaya pengangkutan
Kemungkinan mendapatkan sumber bahan baku yang lain

Fasilitas pengangkutan
Pertimbangan-pertimbangan kemungkinan pengangkutan bahan baku
dan produk menggunakan angkutan gerbong kereta api, truk, angkutan
melalui sungai dan laut dan juga angkutan melalui udara yang sangat

mahal.
Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja menurut kualifikasi tertentu merupakan
faktor pertimbangan pada penetapan lokasi pabrik tetapi tenaga terlatih
atau skilled labor di daerah setempat tidak terlalu tersedia. Jika
didatangkan dari daerah lain diperlukan peningkatan upah atau

penyediaan fasilitas lainnya sebagai daya tarik.


Pembangkit tenaga listrik
Pabrik yang menggunakan tenaga listrik yang besar akan memilih

lokasi yang dekat dengan sumber tenaga listrik.


b. Faktor Sekunder
Faktor sekunder merupakan faktor yang membantu menunjang tujuan
utama didirikannya pabrik, faktor sekunder antara lain adalah :
11

Harga tanah dan gedung


Harga tanah dan gedung yang murah merupakan daya tarik tersendiri.
Perlu dikaitkan dengan rencana jangka panjang. Jika harga tanah
mahal mungkin hanya dapat diperoleh luasan tanah yang terbatas,
sehingga perlu dipikirkan untuk membuat bangunan bertingkat

walaupun pembangunan gedungnya lebih mahal.


Kemungkinan perluasan
Perlu diperhatikan apakah perluasan di masa yang akan datang dapat
dikerjakan di satu tempat atau perlu lokasi lain, apakah di sekitar
sudah banyak pabrik lain. Hal ini menjadi masalah tersendiri dalam

hal perluasan pabrik di masa mendatang.


Fasilitas finansial
Perkembangan perusahaan dibantu oleh fasilitas finansial, misalnya
adanya pasar modal, bursa, sumber-sumber modal, bank, koperasi
simpan pinjam dan lembaga keuangan lainnya. Fasilitas tersebut akan
lebih membantu untuk memberikan kemudahan bagi suksesnya dalam

usaha pengembangan pabrik.


Persediaan air
Suatu jenis pabrik memerlukan sejumlah air yang cukup banyak,
misalnya pabrik kertas. Karena itu, di daerah lokasi diperlukan adanya
sumber air yang kemungkinan diperoleh dari air sungai, danau, sumur

(air tanah), laut.


Peraturan daerah setempat
Peraturan daerah setempat perlu dipelajari terlebih dahulu, mungkin
terdapat beberapa persyaratan atau aturan yang berbeda dengan daerah

yang lain.
Masyarakat daerah
Sikap, tanggapan dari masyarakat daerah terhadap pembangunan
pabrik perlu diperhatikan dengan seksama, karena hal ini akan
menentukan perkembangan pabrik di masa yang akan datang.
Keselamatan dan keamanan masyarakat perlu dijaga dengan baik. Hal
ini

merupakan

suatu

keharusan

masyarakat.
12

sebagai

sumbangan

kepada

Iklim di daerah lokasi


Suatu pabrik dtinjau dari segi teknik, ada kalanya membutuhkan
kondisi operasi misalnya kelembaban udara, panas matahari, dan
sebagainya. Hal ini berhubungan dengan kegiatan pengolahan,
penyimpanan bahan baku atau produk. Disamping itu, iklim juga
mempengaruhi gairah kerja dan moral para karyawan. Keaktifan kerja

karyawan dapat meningkatkan hasil produksi.


Keadaan tanah
Sifat-sifat mekanika tanah dan tempat pembangunan pabrik harus
diketahui. Hal ini berhubungan dengan rencana pondasi untuk alatalat, bangunan gedung, dan bangunan pabrik.

1.4.1 Layout Lokasi Pabrik


Berikut ini merupakan peta rencana lokasi pabrik nano kitosan
Gambar 1. Peta Rencana Lokasi Pabrik Nano Kitosan

Secara geografis, penentuan lokasi pabrik


sangat menentukan kemajuan serta kelangsungan dari suatu industri kini dan pada
masa yang akan datang karena berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi
dari pabrik yang didirikan. Pemilihan lokasi pabrik harus tepat berdasarkan
perhitungan biaya produksi dan distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi
dan budaya masyarakat di sekitar lokasi pabrik [10].

13

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka pabrik pembuatan nano kitosan ini


direncanakan berlokasi di daerah Karawang, Jawa Barat. Dasar pertimbangan dalam
pemilihan lokasi pabrik adalah :
Bahan baku pembuatan nano kitosan terdiri dari bahan baku kitin dari
cangkang udang, NaOH, HCL, asam asetat, natrium poliposfat, Tween 80
dan etanol. Nano kitosan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan didalam
negeri dan diluar negeri. Nano kitosan sendiri banyak digunakan di
industri yang

berada di Indonesia salah satunya untuk bidang medis

sebagai drug delivery, bahan pengganti antiseptik, serta dibidang pangan

biasanya digunakan untuk bahan pengawet makanan.


Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja yang terampil akan memperlancar proses
produksi. Penyediaan tenaga kerja di Karawang tidak sulit, karena jumlah
angkatan kerja di provinsi Jawa Barat memiliki pengangguran yang masih
cukup banyak. Berikut data angkatan kerja dan pengangguran di Jawa
Barat.
Tabel 12. Data Angkatan Kerja dan Pengangguran di Jawa Barat [12]
Keterangan

2012

2013

Angkatan Kerja (orang)

20.140.000

20.390.000

Bekerja (orang)

18.170.000

18.570.000

Pengangguran (orang)

1.69.010

1.815.270

Sebagai kawasan industri, daerah ini merupakan salah satu tujuan para
pencari kerja. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja yang produktif dari
berbagai tingkatan baik yang terdidik maupun yang belum terdidik. Tingkat
pendidikan di Banten juga cukup tinggi sehingga akan menghasilkan
tenaga kerja yang terdidik, terampil dan berkualitas. Tersedianya sekolahsekolah kejuruan yang berkualitas melalui peningkatan kerja sama dengan

perusahaan-perusahaan.
Transportasi
14

Secara geografis wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 070-021070-40 B dan 50-56-60-34 LS, termasuk daerah dataran yang relative
rendah, mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0 - 1.279 meter di
atas permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 - 2 %, 2 - 15 %, 15 - 40
% dan diatas 40 %. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau
175.327 Ha, 3,73 % dari luas Propinsi Jawa Barat dan memiliki luas seluas
4 Mil x 73 Km. Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa
kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City KIIC,
Kawasan industri mitra (kecamatan Ciampel), Kawasan Surya Cipta,
Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur Cikampek (Karawang).
Sehingga fasilitas transportasi baik bahan baku ataupun pemasaran telah
didukung oleh fasilitas-fasilitas yang menunjang.
Transportasi pembelian bahan baku dan penjualan produk dapat dilakukan
melaui jalur darat dan jalur laut. Lokasi yang dipilih dalamrencana
pendirian pabrik ini merupakan kawasan industri, yang telah memiliki
sarana pelabuhan dan pengangkutan darat sehingga pembelian bahan baku
dan pemasaran produk dapat dilakukan melalui jalan darat maupun laut.
Transportasi darat
Transportasi darat penunjang mobilitas orang dan barang di provinsi
Jawa Barat, khususnya daerah Karawang yang merupakan salah satu
kota industri di Jawa terus meningkat setiap tahun dari segi jumlah

maupun pelayannya.
Transportasi laut
Transportasi laut juga memegang peranan penting, karena daerah
Karawang yang berada di pinggiran laut barat pulau Jawa sehingga
memudahkan aktivitas pengiriman bahan baku ataupun pengiriman
produk untuk di ekspor keluar negeri.

1.5 Pemilihan Proses


Pembuatan Nano Kitosan dapat dibuat dengan 2 tahapan, yaitu tahapan
pembuatan produk kitosan dan tahapan pengurangan ukuran partikel menjadi
bentuk nano partikel.
1.5.1 Proses-proses pembuatan kitosan
15

Proses pembuatan kitosan terdiri dari 2 proses yaitu proses deasetilasi


dan proses fermentasi. Baik proses deasetilasi dan fermentasi kitosan
ini sama-sama menggunakan kitin sebagai sumber bahan bakunya,
namun perbedaan yang mendasar sumber kitinnya yang berbeda dan
penggunaan

bahan

pereaksinya

masing.

Proses

deasetilasi

menggunakan bahan kimia alkali sebagai pereaksi, sedangkan proses


fermentasi menggunakan bakteri sebagai pereaksi kitin menjadi

kitosan.
Proses deasetilasi

Cangkang Udang
Size Reduction
HCL0,25 M

Demineralisasi

NaOH 1 M

Deproteinasi

NaOH 40%

Deasteliasi

Asam Asetat 0,3 %


Tween 80 0.2%

Nano Proses

Tripolifosfat 0.1%

Spray Dryer
Gambar 2. Proses Nano
Deasetilasi Nano Kitosan
16

kitosan

Proses desetilasi adalah proses pereaksian kitin menjadi kitosan yang


terjadi akibat adanya reaksi adisi, dimana reaksi masuknya gugus (OH -)
kedalam gugus didalam kitin sehingga menyebabkan lepasnya gugus asetil
dengan menghasilkan produk natrium asetat dan kitosan sebagai produk
utama. Berikut adalah tahapan proses pembuatan nano kitosan :
Size reduction.
Merupakan proses memperkecil ukuran dari cangkang udang dengan

alat grinder sampai dengan ukuran 20 mm [7].


Demineralisasi.
Proses penghilangan kandungan mineral yang ada pada cangkang
udang dengan cara melarutkannya pada larutan HCL 0,25 M selama
30 menit [13]. Berikut adalah proses reaksinya :

Gambar 3. Reaksi Demineralisasi

.
Deproteinasi
Merupakan proses penghilangan kandungan protein dalam cangkang
udang dengan cara menambahkan larutan NaOH 1 M pada cangkang
udang dengan temperatur 70oC selama 6 jam. Proses ini menghasilkan
kitin dengan kandungan sebesar 90.20%[13]. Berikut adalah proses
reaksinya :

+ Na-R
Gambar 4. Reaksi Deproteinasi.

Deasetilasi
17

Kitin yang sudah diisolasi kemudian diproses menjadi kitosan pada


proses deastilasi. Dengan direaksikan menggunakan NaOH 40%
selama 2 jam dalam reaktor alir tangka berpengaduk (RATB) dengan
temperatur 120 oC. Proses ini akan menghasilkan kitosan ebesar 82%
dengan karakteristik derajat deasetilasi sebesar 95,5% [13]. Berikut
proses reaksinya:

+ CH3COONa
Gambar 5. Reaksi Deasetilasi.

Nano Kitosan
Produk kitosan yang telah jadi kemudian dimasukkan kembali
kedalam tangki berpengaduk untuk dikecilkan partikelnya menjadi
ukuran partikel nano. Kedalam tangki tersebut ditambahkan larutan
asam asetat 0.3% untuk melarutkan kitosan kemudian dilakukan
metode pengadukan cepat untuk mendapatkan ukuran partikel nano
kitosan ditambahkan larutan Tween 80 sebagai surfaktan dan larutan
TPP sebagai larutan pengikat silang. Kemudian dilakukakan spray
dryer dengan agar produk akhir nano kitosan yang terbentuk dapat
dibuat menjadi padatan.

Proses Fermentasi

1,8x108 spores/ml
Absidia Butleri NCIM
100 ml Potato Dextrose Agar

Inocullum

Glukosa 1,58 %
Tripton 1,61%
Ragi
1,11%
NaOH 1 N
(1:40,
w/v)

Isolasi
18 Biomassa

H2O

Washing
H2O
NaOH 1 N

CH3COOH 2%
Etanol 95% v/v
Aseton 95% v/v
NaOH 2M

Fermentasi

Filtrasi

H2O
Etanol 95% v/v
Aseton 95% v/v

Drying
H2O
Etanol 95% v/v
Aseton 95% v/v

Washing

CH3COOH 0.3%
Tween 80 0.2%
TPP 0.1%

Nano Partikel
Proses

Spray Dryer

Gambar 7. Proses Fermentasi


Nano Kitosan
Nano Kitosan
Proses fermentasi kitosan adalah proses produksi kitosan dengan
menggunakan jamur mycelia yang dikembangbiakan dengan penggunaan
bakteri. Pengembangbiakan jamur mycelia ini menggunakan bakteri
absidia butleri NCIM 977 pada media tertentu. Media tersebut dibuat
dengan menggunakan potato dextrose agar (PDA) sebanyak 100 ml dan
digunakan

pula

beberapa

bahan

untuk

mendukung

proses

pengembangbiakan ini agar mendapatkan hasil yang maksimal yaitu,


glukosa 1,58% sebagai sumber karbon yang berfungsi sebagai bahan
pembentuk selulosa yang akan dihasilkan pada proses fermentasi dalam
jamur mycelia selain itu karbon juga digunakan sebagai sumber energi
pada proses fermentasi. Dalam proses fermentasi ini digunakan tripton
19

1,6% dan ragi 1,1% sebagai sumber nitrogen yang digunakan sebagai
nutrien untuk mensintesis kitin dan kitosan. Bahan pendukung tersebut
digunakan

masing-masing

sebanyak

200

ml

pada

proses

pengembangbiakan. Proses pembuatan media ini dilakukan pada


temperatur 30oC selama 16 jam dan dilakukan dengan pengadukan dengan
kecepatan 180 rpm. Setelah media pengembangbiakan jamur ini jadi,
ditambahkan sebanyak 1,8x108 spores/ml bakteri absidia butleri NCIM
977 kedalam media tersebut dan difermentasikan selama 10 hari pada
temperatur 30oC . Produk jamur yang dihasilkan in disimpan pada ruang
penyimpanan dengan temperatur 40C.
Produk jamur mycelia yang dihasilkan dari proses fermentasi ini
memiliki pH sekitar 3 sehingga dilakukan pretreatmen dahulu untuk
meningkatkan pH menjadi 5,5 dengan menggunakan NaOH 1 N sebanyak
(1:40, w/v) kemudian dimasukkan kedalam tangki berpengaduk selama 20
menit pada temperatur 121oC untuk menghasilkan biomass yang akan
digunakan sebagai bahan pembuat kitosan dan dilanjutkan dengan proses
pencucian dengan air sampai pH netral. Kemudian dilakukan treatment
selanjutnya dengan menggunakan asam asetat 2% (1:40,w/v) pada
temperatur 95oC selama 6 jam yang selanjutnya dipisahkan padatannya
dengan proses sentrifugasi dan ditingkatkan pHnya sampai kurang lebih
10 dengan penambahan NaOH 2 M selama 15 menit dan dilakukan
pengadukan dengan kecepatan 10000 rpm . Setelah itu dilakukan
pencucian dengan air sampai pH 7 dan diikuti dengan etanol 95% w/v
(1:20) dan aseton 95% w/v (1:20) kemudian produk kitosan yang telah
jadi diproses kedalam reaktor nano partikel dengan penambahan asam
asetat 0,3%, tween 80 0.2% dan TPP 0.1% . Kemudia dilakukan proses
pengeringan dengan menggunakan spray dryer untuk mendapatkan
padatan nano kitosan. produk nano kitosan dengan % yield sebesar
1.5.2

80,68% dengan karakteristik derajat deasetilasi sebesar 79,89% [14].


Seleksi proses
Tabel 13. Perbandingan Proses Pembuatan Kitosan
20

Nama Proses
Parameter

Fermentasi

Deasetilasi

Bahan Baku

Jamur mycelia

Kontinyuitas bahan

Didapat dari jamur tumbuhan, didapat dari limbah industri

Bahan pembantu

Kitin dari kulit udang

tergantung pada kondisi alam.

pengolahan udang

Bakteri A. niger, PDA, NaOH

HCl, NaOH,etanol

1N,Asam asetat, Aceton,


Etanol.
Suhu operasi

121 C

120 C

Waktu operasi

6 jam

2 jam

Instalasi peralatan

1. Unit pembuatan media


kulturiasi jamur
2.Unit kulturisasi jamur
3.Tangki fementasi
4.Tangki isolasi biomass
5.Tangki pembuatan kitosan

%yield

1. Crusher
2. Tangki demineralisasi
3.Tangki deprotein
4.Tangki deasetilasi

80.68%
Dari kedua proses yang telah dijelaskan,

82%
kami mrmilih proses

deasetilasi sebagai proses produksi nano kitosan pada pra-rancangan


pabrik nano kitosan ini, dengan factor pertimbangan :
a. Bahan baku mudah didapat karena merupakan limbah dari industri
pengolahan udang.
b. Investasi lebih ekonomis mengingat bahan pembantu yang
digunakan lebih sedikit
c. Proses yang digunakan lebih sederhana dan cepat.
d. Instalasi yang lebih sederhana
e. Yield produk cukup besar yaitu 82%.
1.6 Deskripsi Proses
Pada metode deasetilasi ini sumber bahan baku yang digunakan adalah
cangkang udang yang memiliki kandungan kitin sebesar 25,7%. Proses
pembuatan kitosan secara umum dilakukan dengan 3 tahapan inti yaitu proses
21

demineralisasi, proses deproteinasi, dan proses deasetilasi. Proses demineralisasi


dilakukan selama 1 jam untuk menghilangkan kandungan mineral pada cangkang
udang tersebut. Proses demineralisasi ini dilakukan dengan menambahkan HCl
0,25 M tangki pengaduk yang berisi cangkang udang hasil treatment awal selama
1 jam pada temperatur ruang. Kemudian dilakukan pemisahan antara larutan HCl
sisa proses demineralisasi dengan cangkang udang yang sudah didemineralisasi
dan dilakukan pencucian cangkang udang dengan air demineralisasi selama 1
jam dan dipisahkan dari air demineralisasi. Setelah proses demineralisasi tersebut
dilakukan proses deproteinasi guna menghilangkan kandungan protein yang ada
pada cangkang udang. Cangkang udang hasil proses demineralisasi ini kemudian
di tambahkan NaOH 1 M selama 6 jam dengan temperatur 70 oC. hasilnya
cangkang udang dipisahkan dari larutan deproteinasi dan dicuci dengan air
demineralisasi selama 1 jam yang dilanjutkan dengan memisahkan cangkang
udang tersebut dari air demineralisasi yang digunakan. Kemudian sebelum
memasuki proses deasetilasi , cangkang udang yang sudah diisolasi kandungan
kitinnya ini dihilangkan kandungan air didalamnya dengan cara ditekan pada alat
filter press dan dipanaskan pada rotary dryer. Proses deastilasi dilakukan dengan
cara menambahkan cangkang udang tersebut kedalam reaktor alir tangki
berpengaduk dan menambahkan larutan NaOH 40% dengan temperatur 120 oC
selama 120 menit. Produk kitosan yang terbentuk akan dipisahkan dengan larutan
deasetilasinya dengan menggunakan filter press yang kemudian di cuci dengan
air demineralisasi selama 1 jam dan dipisahkan antara kitosan dan air
demineralisasinya dengan filter press kembali sehingga terbentuklah produk
kitosan yang akan digunakan untuk proses nano partikel kitosan.
Proses nano partikel kitosan dilakukan dengna melarutkan kitosan pada asam
asetat 0.3%. Proses ini dilanjutkan dengan pemisahan larutan kitosan dengan
padatan yang tidak terlarut Laruta kitosan ini kemudian di perkecil ukuran
partikelnya menjadi ukuran nano dengan metode pengadukan cepat, dengan
kecepatan pengadukan 600 rpm. Ukuran partikel nano ini dipertahankan
bentuknya dengan penambahan larutan surfaktan tween 80 0.2% dan
22

ditingkatkan matriksnya dengan menggunakan larutan Tripolifosfat 0.1% .


Larutan nano kitosan ini akan dibentuk menjadi serbuk dengan dimasukkan
kedalam spray dryer dengan temperatur operasi 120oC dengan laju alir udara 130
L/menit. Sehingga didapatkan nano kitosan serbuk yang disimpan pada silo
penyimpanan [15]

23

Anda mungkin juga menyukai