Anda di halaman 1dari 12

Nama Kelompok 2

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nibras Fadhlillah
Rifqian Noer Mulki
Seika Marlina
Nuranisa Ayu Prasanti
Irfan Nur Hidayat
Rizqi Agus Saputro
Yusro Adi A. P.

Mata Kuliah : Teknologi dan Informasi dalam Hubungan Internasional

Cyberattack: Hacktivism dalam Hubungan Internasional


I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Dengan semakin mudahnya akses cyberspace di kalangan masyarakat umum, tidak
dapat ditampikkan lagi apabila cyberspace kini telah memiliki perananan penting dalam
hubungan

internasional.

Dengan

berbagai

fasilitas

yang

ditawarkan

cyberspace,

ketergantungan masyarakat modern akan cyberspace ini semakin meningkat yang cyberspace
ini digunakan untuk memfasilitasi berbagai fungsi-fungsi yang cukup penting bagi
masyarakat internasional saat ini. Hal tersebut kemudian menyebabkan adanya peningkatan
aktivitas penggunaan cyber dalam cyberspace yang mana hal tersebut juga dapat
meningkatkan aktivitas-aktivitas yang dapat mengancam keamanan individual ataupun
keamanan negara, seperti cyberterrorism, cyberwarfare, hacktivism, dan lain sebagainya.
Hacktivism merupakan penggabungan hacking dengan aktivisme, dimana hacking
diperuntukan pada operasi yang mengeksploitasi komputer dengan berbagai macam cara
namun lebih bersifat illegal melalui perangkat lunak atau hacking tools.1 Hacktivism, yang
termasuk di dalamnya adalah electronic civil disobedience, membawa metode pemberontakan
masyarakat sipil ini ke dalam ruang lingkup cyberspace.2 Berbeda dengan hacker biasa,
aktivis online hacktivism yang tersebar dalam berbagai bentuk, baik itu individual ataupun
1 Dorothy E. Denning. Activism, Hacktivism, and Cyberterrorism : The internet as a Tool for
Influencing Foiregn Policy., hal. 263 diakses melalui
http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR1382/MR1382.ch8.pdf pada 14
November 2013
2 Ibid

berbentuk dalam kelompok-kelompok kecil dan besar, memiliki tujuan yang lebih fokus
kepada tujuan politik dan sosial yang lebih besar.3 Terdapat empat jenis operasi dalam
hacktivism diantaranya maya sit-ins, blokade, bom email otomatis, web hacks dan komputer
break-in, virus komputer dan worm.4
Budaya hacking ini pertama kali dilakukan pada tahun 1950-an hingga 1980an di
Massachusetts Institute of Technology, yang mana istilah hacking tersebut pertama kali
diciptakan oleh anggota Tech Model Railroad Club universitas tersebut.5 Hacking yang pada
awalnya dilakukan mahasiswa hanya untuk membuat lelucon terhadap sesama temannya
kemudian membawa mereka pada penemuan bahwa peluit mainan menghasilkan frekuensi
yang tepat bagi mereka untuk dapat menembus sistem telepon Ma Bell yang memungkinkan
mereka untuk melakukan panggilan jarak jauh dengan gratis.6
Seiring dengan perkembangan zaman, aktivitas hacking ini terus berkembang
mengikuti semakin canggihnya teknologi dunia. Pada November 1994, sebuah kelompok
aktivis, Zippies, yang mayoritas anggotanya berasal dari Inggris, melakukan penyerangan
DDoS (Denial of Service) terhadap website pemerintah Inggris dan meluncurkan bom
email terhadap pemerintahan Inggris untuk memprotes kebijakan yang diterapkan Perdana
Menteri John Major yang melarang menampilkan musik dengan nada berulang ketukan. 7 Hal
tersebut kemudian berlanjut dengan munculnya sebuah website wikileaks pada tahun 2010
yang mana menerbitkan ratusan dokumen-dokumen rahasia milik Amerika Serikat di dunia
maya. Melihat kejadian tersebut, Wikileaks dilihat sebagai sebuah ancaman terhadap
keamanan nasional negara-negara dunia karena mencuri data-data rahasia milik negara dan
menyebarluaskannya ke masyarakat umum dengan menggunakan fasilitas yang ada dalam
cyberspace.8

3 Mark Milone. Hactivism: Securing the National Infrastructure., hal. 77 diakses melalui
http://apps.americanbar.org/buslaw/newsletter/0007/materials/hack.pdf pada 14 November 2013
4 Dorothy, loc.cit.
5 Ty Mccormick.2013. Hacktivism: A Short Story. Diakses melalui
http://www.foreignpolicy.com/articles/2013/04/29/hacktivism?page=0,0 pada 16 November 2013

6 Ibid
7 Ibid

Penggabungan antara aktivitas hacking dengan kepentingan politik ini kemudian


dapat memunculkan banyaknya ancaman terhadap keamanan internasional, khususnya
keamanan nasional suatu negara. Tujuan awal para aktivis hacking yang awal mulanya hanya
bertujuan untuk mencuri informasi atau mengotori sebuah situs web, kini mereka tidak
hanya berusaha untuk mencuri informasi-informasi saja, akan tetapi mereka juga dapat
memata-matai suatu negara ataupun mengahancurkan sistem komunikasi dan keamanan suatu
negara, seperti yang terjadi pada salah satu perusahaan minyak di Saudi Arabia, Saudi
Aramco, yang mana sistem jaringannya komputernya sebanyak 30.000 komputer telah
dirusak oleh para aktivis hacktivism.9
I.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana peranan hacktivism dalam hubungan internasional?
b. Bagaimana respon pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman
cyber?

II.

PEMBAHASAN

II.1 Hacktivism Dalam Hubungan Internasional


Hacktivism, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan sebuah penggabungan
antara aktivitas politik dan hacking komputer yang mana hacktivism juga mengkombinasikan
antara politik transgressif dari pemberontakan masyarakat sipil dengan teknologi dan teknik
computer hackers.10 Dengan mengunakan teknik hacking komputer, para aktivis hacktivism
8 Simek Jakub.2012. Hacktivists and Whistleblower- an Emerging Hybrid Threat?. Diakses melalui
http://cenaa.org/analysis/hacktivists-and-whistleblowers-an-emerging-hybrid-threat/ pada 16
November 2013
9 Eugene Ka Spersky. 4 Digital Threats To Worry About. Diakses melalui
http://www.foreignpolicy.com/articles/2012/11/26/cyberscary_4_digital_threats_to_worry_about pada
16 November 2013
10 Alexandra Whitney Samuel. Hacktivism and the Future of Political Participation., hal. 1-2
diakses melalui http://www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire.pdf
pada 14 November 2013

ini melakukan penyerangan sebagai bentuk protes dan pemberontakan mereka terhadap suatu
aturan yang tidak disetujuinya. Berbeda dengan aktivitas hacking ataupun cyberterrorism,
hacktivism merupakan gerakan yang berfokus pada isu-isu politik dan sosial dan tidak
menggunakan cara-cara kekerasan yang dapat membahayakan umat manusia seperti yang
dilakukan oleh cyberterrorism yang dapat menghilangkan nyawa banyak orang dengan
mengganggu dan merusak cara kerja suatu sistem, sehingga menyebabkan suatu kecelakaan
ataupun kejadian yang membahayakan.11
Hacktivism dilihat sebagai salah satu cara masyarakat untuk mengeluarkan aspirasinya
mengenai isu-isu sosial politik yang ada. Dengan kata lain hacktivism merupakan salah satu
perwujudan dan representasi dari ideologi demokrasi yang memberikan hak terhadap setiap
manusia untuk dapat mengeluarkan aspirasinya.12
Hacktivism ini juga kemudian memunculkan sebuah istilah baru, yaitu Anonymous,
yang mana merupakan sebutan untuk para aktivis cyberspace yang tidak diketahui nama dan
asalnya. Kebanyakan para aktivis hacktivism ini kemudian menggunakan istilah anonymous
tersebut untuk mengaburkan identitas aslinya. Karena itu jaringan hacktivism, yang terdiri
dari individual ataupun kelompok-kelompok yang berkepentingan, membutuhkan waktu yang
lama dan sulit untuk dilacak. Dapat kita lihat pada kasus Arab Spring yang tengah melanda
negara-negara Timur Tengah. Cyberspace memiliki peranan yang cukup siginifikan dalam
gerakan pemberontakan revolusioner yang menginginkan adanya revolusi pemerintahan di
negaranya tersebut, seperti yang terjadi di Tunisia dan Mesir.13 Dapat kita lihat pada
November 2012 lalu, ketika Presiden Mesir, Morsy, diancam oleh sekelompok hacker
anonymous melalui video-video pemberontakan berjudul Anonymous #OpEgypt yang diupload melalui media sosial, youtube, tentang adanya cyberwarfare yang akan terjadi apabila
Presiden Morsy tidak melepaskan jabatannya.14 Kejadian tersebut bukanlah hal yang pertama
bagi pemerintah Mesir. Kejadian pengancaman oleh sekelompok pemberontak anonymous
11 Ibid
12 Simek, loc.cit.
13 Sulome Anderson. Anonymous threatens Morsy with cyberwarfare. diakses melalui
http://blog.foreignpolicy.com/posts/2012/11/28/anonymous_threatens_morsy_with_cyberattacks pada 16
November 2013

14 Ibid

bukan lagi menjadi hal yang baru bagi pemerintah Mesir yang mana sebelumnya sekelompok
pemberontak tersebut juga telah mengancam akan menyerang dan menutup situs resmi dari
kelompok persaudaraan muslim yang sangat mendominasi pemerintahan Mesir.15
Tidak hanya pada masa pemerintahan Morsy, gerakan hacktivism ini juga telah ada
sejak masa pemerintahan presiden Mesir sebelumnya, Hosni Mubarrak, dan berperan penting
terhadap pemberontakkan yang dilakukan masyarakat Mesir untuk melakukan revolusi
pemerintahan Mesir. Sekelompok aktivis hacktivism tersebut berhasil menyerang berbagai
situs resmi pemerintahan dan memberikan bantuan teknik dalam melakukan black-out
terhadap internet institusi pemerintahan.16 Selain Mesir, gerakan hacktivism ini juga secara
aktif bergerak di negara-negara Timur Tengah lainnya, seperti Tunisia dan Suriah.
Cyberattack yang dilakukan oleh para hacktivism ini kemudian muncul sebagai bentuk
pemberontakan aktivis yang cukup populer dalam konflik-konflik yang ada di Timur Tengah
saat ini.
Selain dari gerakan hacktivism yang ada di Timur Tengah, hacktivisme juga dapat kita
lihat dari munculnya kelompok hacktivismo yang ada di Amerika Latin. Hacktivismo
merupakan sekelompok hacktivist yang muncul sebagai kelompok cabang dari kelompok
hacker terkemuka yang berbasis di Texas dan organisasi media DIY, the Cult of the Dead
Cow (cDc).17 cDc memiliki reputasi sebagai elit dunia hacker dan merupakan salah satu
kelompok hacker tertua yang ada di dunia.18 Kelompok hacktivismo inilah yang pertama kali
mengeluarkan agenda politik khusus untuk hacking dengan mengeluarkan kode etik untuk
pemberontakan masyarakat sipil online yang mengacu pada Deklarasi Universal PBB tentang
Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.19 Hacktivismo
melihat bahwa akses internet merupakan bagian dari hak asasi manusia, tidak hanya itu saja,
15 Ibid
16 Ibid
17 Tessa Jade Houghton.2010. Hacktivism and Habermas: Online Protest as an Neo-Habermasian
Counterpublicity., hal. 204 diakses melalui
http://ir.canterbury.ac.nz/bitstream/10092/5377/1/thesis_fulltext.pdf pada 14 November 2013
18 Ibid
19 Ty., Loc.cit

mereka juga berusaha untuk menjaga internet bebas sensor dari pemerintah negara dan semua
manipulasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta agar dapat terbukanya semua
informasi yang ada dalam masyarakat. 20 Untuk menjadikan internet bebas sensor tersebut,
kelompok hacktivismo ini berusaha untuk mengintervensi dan membalikkan gelombang
sensor yang dilakukan oleh negara melalui penggunaan kode-kode inventif dan teknologiteknologi penggangu.21
Selain membalikkan gelombang sensor internet yang dilakukan negara, hacktivismo,
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, berusaha untuk membuat sebuah agenda politik
yang bernama Peekabooty Project yang kemudian terealisasikan sebagai Hacktivismo
Declaration atau Deklarasi Hacktivismo.22 Peekabooty Project merupakan sebuah proyek
hacktivismo yang mana akan mendistribusikan aplikasi jaringan yang mana mengizinkan
pengguna internet untuk dapat melewati firewalls (pembatas) pemerintah dan perusahaanperusahaan besar, namun proyek ini pada akhirnya tidak terealisasikan dikarenakan adanya
konflik internal yang terjadi antar sesama anggota hacktivismo.23
Meskipun gagalnya Peekabooty Project, hacktivismo, sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan kelompok mereka dan mission statement yang telah menjadi dasar acuan mereka
bahkan sejak sebelum adanya proyek peekabooty, kemudian bekerja sama dengan cDc
mengeluarkan Hacktivismo Declaration sebagai pengganti gagalnya proyek peekabooty
sebelumnya dan untuk mewujudkan terciptanya kebebasan dalam cyberspace.24 Melalui
Deklarasi Hacktivismo ini, hacktivismo dan cDc menegaskan akan adanya hak kebebasan
dalam berpendapat dan berekspresi, juga menyatakan tujuan komunitas hacker untuk
mengembangkan teknologi untuk melawan sensor yang dilakukan oleh pemerintah negara.25

20 Tessa., Loc.cit
21 Ibid, hal. 206
22 Ibid, hal. 208
23 Ibid, hal. 208
24 Ibid, hal. 209
25 Ty., Loc.cit

Deklarasi Hacktivismo ini merupakan salah satu bentuk ketidaksukaan dan


penentangan mereka terhadap penyensoran internet yang dilakukan oleh pemerintah.
Deklarasi Hacktivismo ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mengutip Pasal 19 dari
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Pasal 19 dari Kovenan Internasional tentang Hak
Sipil dan Politik yang mana kedua dokumen tersebut telah diakui secara internasional dan
memiliki kesamaan statement yang menyatakan adanya penyamaan akses informasi dengan
hak asasi manusia dan politik, sehingga kelompok hacktivismo menyatakan dengan tegas
bahwa akses informasi secara bebas merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia dan
mereka berusaha untuk menciptakan situasi bebas berpendapat tersebut di dalam cyberspace.
Berbagai kasus ataupun aktivitas hacktivism yang ada dalam kedua wilayah negara
tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak kasus dan pergerakan dari kelompok
hacktivism yang ada di dunia. Hacktivism dapat dikatakan sebagai representasi dari tujuantujuan politik, juga merepresentasikan berbagai kepentingan politik yang ada dalam
hubungan dan perpolitikan internasional. Selain dari bentuk protes yang dilakukan terhadap
kebijakan ataupun sistem yang dijalankan pemerintahan suatu negara saja, akan tetapi
aktivitas hacktivism ini juga dapat berupa bentuk protes terhadap perusahaan privat ataupun
hal lainnya yang masih termasuk dalam konteks politik. Dapat kita lihat dengan terjadinya
penyerangan DoS (Denial of Service) dan DDoS (Distributed Denial of Service) terhadap
sistem website WikiLeaks pada tahun 2010. 26 Walaupun hacktivism lebih dilihat sebagai
kelompok gerakan masyrakat yang merepresentasikan pemberontakan masyarakat sipil
online, namun hacktivism juga merepresentasikan kepentingan-kepentingan politik suatu
politik yang tidak terbatas hanya pada kalangan masyarakat dalam meberontak
pemerintahannya saja. Di China, hacktivism dihubungkan dengan kampanye pendidikan
patriotik China dalam menyatukan masyarakat China dan menghasut masyrakat China untuk
melawan dari tekanan asing.27 Kampanye pendidikan patriotik ini dirancang untuk
memberikan informasi secara mendetail tentang pengalaman traumatis China dalam
menghadapi serangan Amerika Serikat dan Jepang.28

26 Noah C.N. Hampson.2012.Hacktivism: A New Breed of Protest in a Networked World., hal. 511
diakses melalui http://lawdigitalcommons.bc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1685&context=iclr pada
16 November 2013
27 Michael Yip. Hacktivism: a Theoretical and Empirical Exploration of Chinas Cyber Warriors.,
hal. 3 diakses melalui http://eprints.soton.ac.uk/272350/1/59_paper.pdf pada 15 November 2013

II.2 Respon Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat Menghadapi Hacktivism


Dengan meningkatnya gerakan hacktivism sebagai salah satu bentuk penentangan secara
online yang digabungkan dengan teknik hacking dalam cyberspace, hal tersebut kemudian
menjadi salah satu ancaman bagi keamanan nasional negara. Untuk itu setiap negara perlu
melakukan pengawasan terhadap penggunaan internet dalam negaranya untuk dapat
mendeteksi dan mencegah serangan hacktivism terhadap sistem infrastruktur nasional
negara.29 Gerakan hacktivism tersebut tidak hanya akan mengancam pemerintah untuk
menuruti apa yang diinginkan para pemberontak masyarakat sipil online seperti yang
dilakukan kelompok hacktivism terhadap pemerintahan Mesir, seperti yang telah dijelaskan di
atas, namun juga dapat mengganggu sistem infrastruktur negara, sistem komunikasi negara,
bahkan dapat membuat internet black-out di wilayah setempat dalam waktu beberapa
lamanya, seperti yang terjadi di New Zealand.30 Setiap negara memiliki pandangan dan
caranya masing-masing dalam menyikapi aktivitas hacktivism, khususnya setelah adanya
kasus Arab Spring pada tahun 2011 lalu yang mana hacktivism memegang peranan penting di
dalamnya.31
Di Indonesia, dalam menghadapi hacktivism dan berbagai permasalahan dalam cyberspace
lainnya yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah Indonesia
bekerjasama dengan CERT (Computer Emergency Response Team) dari Amerika Serikat dan
Direktorat Keamanan Informasi.32 CERT merupakan lembaga keamanan informasi yang juga
merupakan tim gabungan yang dibentuk untuk mengkaji kerentanan dan kelemahan terhadap
sistem keamanan internet dan memberikan bantuan kepada institusi pemerintah, perusahaan

28 Ibid
29 Mark, Loc.cit., hal. 81
30 Tessa. Loc.cit., hal. 244
31 Sulome. Loc.cit.
32 Diakses melalui http://kemhubri.dephub.go.id/pusdatin/files/materi/2012/rakordatin/paparankaminfo-makassar.pdf pada tanggal 15 November 2013

privat, dan lain sebagainya yang menjadi sasaran aktivitas hacking maupun hacktivism.33
CERT ini kemudian dikembangkan lebih lanjut melalui RFC 2350 dengan nama CSIRT
(Computer Security Incident Response Team) dan telah tersebar di negara-negara lainnya.
Koordinasi CERT/CSIRT lintas negara ini biasanya dilakukan melalui forum regional
APCERT (Asia Pacifik CERT) untuk wilayah Asia Pasifik.34
Tidak berbeda dengan Indonesia, dalam mengahadapi berbagai gerakan hacktivism yang ada
dan berbagai permasalahan cyber serta berbagai cyberattack yang muncul, Amerika Serikat
berusaha memanfaatkan para aktivis cyber yang ahli dibidang dalam pembentukan
cybertroops atau cyberwarriors-nya dalam mengamankan sistem keamanan telekomunikasi
dan sistem infrastruktur Amerika Serikat dari serangan hacktivism ataupun berbagai
cyberattack lainnya.35 Dalam menghadapi serangan-serangan hacktivism, cyberattack,
ataupun spionase yang meningkat seiring dengan perkembangan zaman, Pemerintah Amerika
Serikat memberikan perintah untuk menambah jumlah pasukan cyberwarriors Amerika
sebanyak 3000 hingga 4000 pasukan cyberwarriors baru untuk memperkuat sistem
pertahanan cyber Amerika Serikat.36 Pemerintah juga meningkatkan anggaran dari 800 juta
dollar Amerika menjadi 4,7 milyar dollar Amerika hanya untuk anggaran pertahanan cyber.37
Hal tersebut memperlihatkan bahwa pertahanan akan sistem keamanan dalam cyberspace
atau cybersecurity menjadi suatu hal yang sangat penting dalam suatu negara mengingat
dapat terganggunya sistem infrastruktur negara tersebut.

III.

KESIMPULAN

Dengan semakin mudahnya meningkatnya akses penggunaan cyberspace, tidak dapat


dipungkiri apabila aktivitas akan adanya hacking, hacktivism, cyberattack, dan berbagai
33 Ibid
34 Diakses melalui http://www.cert.or.id/tentang-kami/id/ pada 15 November 2013
35 Diakses melalui http://www.insurancejournal.com/news/national/2013/06/07/294731.htm pada 15
November 2013

36 Ibid
37 Ibid

permasalahan cyber lainnya juga akan mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas cyber
tersebut dapat mengganggu keamanan nasional negara dan menjadi ancaman yang dapat
mengganggu ataupun merusak sistem infrastruktur nasional negara.
Hacktivism merupakan salah satu aktivitas dalam cyberspace yang dapat menjadi
salah satu ancaman bagi keamanan nasional negara. Berbeda dengan aktivitas hacking biasa,
hacktivism merupakan penggabungan dari teknik metode hacking dan aktivisme yang mana
tujuan dari gerakan kelompok ini lebih mengacu pada isu-isu sosial politik. Dapat dikatakan
apabila hacktivism merepresntasikan banyak kepentingan politik yang menjadi dasar
berjalannya gerakan hacktivism ini. Tidak hanya itu saja, pemberontakan masyakat sipil
online juga termasuk dalam bagian dari hacktivism. Salah satu contohnya adalah konflik
Arab Spring yang terjadi di negara-negara Timur Tengah pada tahun 2011 yang mana gerakan
hacktivism memiliki peranan yang sangat penting di dalamnya.
Selain dengan munculnya gerakan-gerakan revolusi di Timur Tengah yang juga dipicu
dengan adanya gerakan hacktivism dalam menentang pemerintahan setempat, di Amerika
Latin, gerakan hacktivism berkembang dengan sangat pesat, terlihat dengan munculnya
gerakan hacktivismo di Texas yang dibentuk dan disponsori oleh cDc (the Cult of the Dead
Cow) yang merepresentasikan dirinya sebagai kelompok elit hacker dunia dan merupakan
salat satu kelompok hacker tertua di dunia. Gerakan hacktivismo ini memperjuangkan akan
adanya kebebasan berpendapat dan mendapatkan informasi dalam cyberspaceI tanpa adanya
sensor yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga swasta lainnya.
Dalam mengahadapi aktivitas hacktivism yang terus meningkat seiring dengan
berkembangnya zaman, kebanyakan negara di dunia kemudian membangun pasukan
cybertroops atau cyberwarriors untuk mempertahankan sistem keamanannya dari gangguan
aktivitas hacktivusm dan cyberattack ataupun spionase yang dilakukan oleh negara lain. Hal
tersebut kemudian menjadikan cybersecurity masuk kedalam ranah high politic dan menjadi
fokus penting pertahanan negara.

Daftar Pustaka
Anderson, Sulome. Anonymous threatens Morsy with cyberwarfare. diakses melalui
http://blog.foreignpolicy.com/posts/2012/11/28/anonymous_threatens_morsy_with_cyberatta
cks pada 16 November 2013

Denning, Dorothy E. Activism, Hacktivism, and Cyberterrorism : The internet as a Tool for
Influencing Foiregn Policy., diakses melalui
http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR1382/MR1382.ch8.pdf
pada 14 November 2013
Hampson, Noah C.N.2012.Hacktivism: A New Breed of Protest in a Networked World., hal.
511 diakses melalui http://lawdigitalcommons.bc.edu/cgi/viewcontent.cgi?
article=1685&context=iclr pada 16 November 2013
Houghton, Tessa Jade.2010. Hacktivism and Habermas: Online Protest as an NeoHabermasian Counterpublicity. diakses melalui
http://ir.canterbury.ac.nz/bitstream/10092/5377/1/thesis_fulltext.pdf pada 14 November 2013
Jakub, Simek.2012. Hacktivists and Whistleblower- an Emerging Hybrid Threat?. Diakses
melalui http://cenaa.org/analysis/hacktivists-and-whistleblowers-an-emerging-hybrid-threat/
pada 16 November 2013
Mccormick, Ty.2013. Hacktivism: A Short Story. Diakses melalui
http://www.foreignpolicy.com/articles/2013/04/29/hacktivism?page=0,0 pada 16 November
2013
Milone, Mark. Hactivism: Securing the National Infrastructure. diakses melalui
http://apps.americanbar.org/buslaw/newsletter/0007/materials/hack.pdf pada 14 November
2013
Samuel, Alexandra Whitney. Hacktivism and the Future of Political Participation. diakses
melalui http://www.alexandrasamuel.com/dissertation/pdfs/Samuel-Hacktivism-entire.pdf
pada 14 November 2013
Spersky, Eugene KA. 4 Digital Threats To Worry About. Diakses melalui
http://www.foreignpolicy.com/articles/2012/11/26/cyberscary_4_digital_threats_to_worry_ab
out pada 16 November 2013
Yip, Michael. Hacktivism: a Theoretical and Empirical Exploration of Chinas Cyber
Warriors., hal. 3 diakses melalui http://eprints.soton.ac.uk/272350/1/59_paper.pdf pada 15
November 2013
http://www.cert.or.id/tentang-kami/id/ pada 15 November 2013

http://www.insurancejournal.com/news/national/2013/06/07/294731.htm pada 15 November


2013
http://kemhubri.dephub.go.id/pusdatin/files/materi/2012/rakordatin/paparan-kaminfomakassar.pdf pada tanggal 15 November 2013

Anda mungkin juga menyukai