F1I011005
Blok Cepu yang dianggap dapat memberikan keuntungan kepada Indonesia jika diolah oleh
Pertamina. Menurut Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden Indonesia pada era tersebut, jika Blok
Cepu berhasil diolah oleh Pertamina akan mendatangkan keuntungan 9,2 juta dollar AS per
hari (pada saat itu harga minyak per barrel 60 Dollar AS) Cepu memiliki potensi untuk
memproduksi minyak lebih dari 170 ribu barel per hari. Jika produksi Cepu lancar, terjadi
peningkatan antara 17-20 persen per hari terhadap produksi minyak nasional. Keuntungan
ekonomi dan peningkatan produksi minyak Indonesia yang didapat dari Blok Cepu jelas
membuat gelisah Amerika Serikat, karena jika Indonesia mampu memenuhi kebutuhan
minyaknya tanpa harus mengimpor maka Indonesia tidak akan tergantung lagi pada Amerika
Serikat sedangkan keuntungan ekonomi yang diperoleh jika berhasil mendapatkan blok Cepu
membuat Indonesia tidak tergantung lagi pada bantuan ekonomi yang ditawarkan Amerika.
Masalah Blok Cepu menjadi kontroversi setelah salah satu wilayah yang memiliki
cadangan migas terbesar di Indonesia itu akhirnya jatuh dalam pengelolaan ExxonMobil.
Meskipun dalam kesepakatan disebutkan ExxonMobil duduk bersama dengan Pertamina
sebagai pengelola melalui struktur kerja sama operasi bersama (joint operating agreement),
kendali penguasaan pada tingkat praktik sebenarnya tetap berada di tangan ExxonMobil,
mengingat wakil-wakil ExxonMobil duduk di posisi kunci seperti General Manager dan
beberapa divisi strategis. Jatuhnya Blok Cepu ke tangan ExxonMobil membuat kesempatan
negara untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari kekayaan migas di wilayah
tersebut lenyap. Akibat kebijakan itu, diperhitungkan, negara hanya menerima 54 % dari
pendapatan total Blok Cepu (yang dapat mencapai 165,74 miliar dolar AS atau sekitar Rp
1500 triliun), jauh dari yang dipublikasikan selama ini yaitu sebesar 93,5 %. Padahal,
Pertamina memiliki kemampuan untuk mengelola sendiri blok tersebut. Secara finansial
maupun teknis, tidak ada kendala yang dapat menghambat Pertamina beroperasi di wilayah
tersebut. Lapangan Blok Cepu yang terletak di darat merupakan medan yang sangat dikuasai
Pertamina. Karena itu, Pertamina, melalui Direktur Utamanya, telah berulang kali
menyatakan kesanggupan untuk mengelola blok ini. Ini membuktikkan Indonesia tidak dapat
berbuat apa-apa ketika ExxonMobil jelas-jelas telah menipu Indonesia dengan pembagian
pendapatan Indonesia yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan yaitu 93,5%, Selain itu
ExxonMobil berhasil memaksa Pemerintah Indonesia agar Pertamina selaku Perusahaan
Nasional Indonesia tidak mengolah blok Cepu yang dapat memberikan keuntungan bagi
perekonomian nasional Indonesia.
Praktek Korupsi di Indonesia juga mendorong pengambilalihan Blok Cepu oleh
Exxon Mobil. Salah satu indikasi dari praktik KKN tersebut adalah diserahkannya secara
tiba-tiba lapangan Cepu dari Pertamina kepada Humpuss Patragas (HPG). Padahal, pihak
Pertamina sesungguhnya telah bersiap-siap untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi di
wilayah tersebut. Setelah diberikan kepada HPG, HPG menjual sahamnya kepada Ampolex
(Pihak asing), hal tersebut terasa sangat janggal karena sebelumnya Technical Assistant
Contract/ TAC tidak mengijinkan pihak asing untuk memilikinya namun KKN yang sangat
kental di Indonesia membuat isi TAC ini berubah sehingga dapat dialihkan.
Dari studi kasus mengenai ExxonMobil di Indonesia, dapat kita lihat betapa besar
peran aktor transnasional dalam politik internasional saat ini. Walaupun Exxon Mobil sendiri
merupakan milik publik dan perusahaan swasta asal Amerika Serikat namun tetap saja akan
berorientasi terhadap kepentingan Amerika, apalagi Exxon Mobil memiliki kedekatan politik
dengan elit politik Amerika. Oleh karena itu peran MNC yang begitu kompleks melalui studi
kasus sengketa Blok Cepu ini menunjukkan bahwa MNC tidak hanya mempengaruhi
ekonomi negara yang diduduki tetapi juga politiknya, tujuan terselubung beserta cara-cara
yang tidak sehat sekalipun akan digunakan untuk mencapai tujuan politik dari negara asal
MNC tersebut. Dari kasus ini pun juga dapat terlihat bagaimana Exxon Mobil yang
merupakan milik individu atau dapat dikatakan non state actor dapat mempengaruhi
kebijakan di Indonesia sehingga menguntungkan Exxon dan Amerika yang merupakan
Negara asal Exxon itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://iress.web.id/2010/09/memanfaatkan-sumber-daya-alam-untuk-sebesar-besarnyakemakmuran-rakyat/ diakses pada tanggal 18 Desember 2012
http://gajiku.blogspot.com/2008/05/nasionalisasi-industri-pertambangan.html
diakses pada tanggal 18 Desember 2012
http://archive.kaskus.us/thread/2146305 diakses pada tanggal 18 Desember 2012
http://www.suarakarya-online.com/news.html diakses pada tanggal 18 Desember 2012
http://iress.web.id/2010/09/memanfaatkan-sumber-daya-alam-untuk-sebesar-besarnyakemakmuran-rakyat diakses pada tanggal 18 Desember 2012
Moeliono, Anton M., dkk. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.