Limbah Pabrik Kopi
Limbah Pabrik Kopi
% Bahan Kering
BK (%)
23
90
PK
12.8
9.7
SK
24.1
32.6
Abu
9.5
7.3
LK
2.8
1.8
BETN
50.8
48.6
menghilangkan
aflatoksin
dan
pelaksanaannya
sangat
mudah.
Zat Nutrisi
Bahan Kering
Lemak Kasar
Serat Kasar
Protein Kasar
Abu
Kadar Air
Kandungan (%)
Setelah diamoniasi
94.85
1.93
27.52
8.67
8.47
5.15
Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah
perkebunan dengan menambahkan bahan kimia berupa kaustik soda, sodium
hidroksi atau urea. Umumnya masyarakat lebih banyak menggunakan urea ini
sebagai bahan kimia yang digunakan karena lebih mudah untuk memperolehnya.
Dibanding
(Siregar, 1995)
dan domba yang diberi hijauan pakan potongan memilih bagian daun yang
umumnya lebih tinggi kecernaannya dibandingkan batang. Pemilihan daun
dibandingkan batang mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dari
tanaman tersebut. Daun yang berbulu mungkin tidak akan dikonsumsi yang
berarti bahwa pemilihan terjadi bukan hanya karena faktor gizi, tetapi juga
dipengaruhi
perbedaan
tekstur
yang
mempengaruhi
palatabilitas
Jumlah
27,91
10,62
8,33
23,25
47,56
9,98
4,32
Ransum Domba
Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24
jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan
selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya
dapat memenuhi beberapa persayaratan berikut.
a. Mengandung gizi yang lengkap, protein, karbohidrate, vitamin dan
mineral. Makin banyak ragam bahan makin baik.
b. Digemari oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum
hendaknya sesuai dengan selera ternak atau mempunyai cita rasa yang
sesuai dengan lidah ternak.
c. Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan yang lain.
d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan.
e. Harganya murah dan terdapat di daerah setempat.
(Lubis, 1998).
Tabel 4. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba
BB
Kg
5
10
15
20
25
30
BK
Kg
% BB
0.14
0.25
0.36
0.51
0.62
0.81
2.5
2.4
2.6
2.5
2.7
Energi
ME
TDN
(Mcal)
(Kg)
0.6
0.61
1.01
1.28
1.37
0.38
1.8
0.5
1.91
0.53
2.44
0.67
Protein
Total
DD
(g)
51
41
81
68
115
92
150
120
160
128
204
163
Ca
(g)
1.91
2.3
2.8
3.4
4.1
4.8
P
(g)
1.4
1.6
1.9
2.3
2.8
2.3
Kandungan (%)
92.6 a
15.4 a
2.4 a
16.9 a
72 b
Dedak Padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah
menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan
bagian penutup beras. Hal ini yang mempemngaruhi tinggi atau rendahnya serat
kasar dedak. Bila dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat digantikan
serat kasarnya tinggi (Rasyaf, 1992).
Tabel 6. Kandungan nilai gizi dedak padi
Uraian
Berat Kering
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Kandungan (%)
91.86
10.54
12.44
14.97
Onggok
Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioca dihasilkan limbah yang
disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan
mutu ubi kayu yang diolah menjadi tapioka, ekstraksi pati tapioka Moertinah
(1984) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan 15-20 % dan
5-20 % onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan 70-79 %.
Kandungan (%)
81.7
0.6
0.4
12
76
Molases
Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan
ternak walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molasses terletak
pada aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa
memperbaiki aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996).
Tabel 8. Kandungan nilai gizi molasses
Uraian
Berat Kering
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
TDN
Kandungan (%)
67.5
3-4
0.08
0.38
81
Urea
Murtidjo (1990) menyatakan bahwa pemberian Nitrogen Non Protein
(NPN) pada makanan domba dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea cukup
membantu ternak untuk mudah mnegadakan pembentukan asam amino esensial.
yang diproduksi, 85% diabsorbsi melalui epitelium yang berada pada dinding
retikulo-rumen (Blakely and Bade, 1982).
Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan mikroorganisme yang paling
sesuai dan dapat hidup dapat ditemukan didalamnya. Tekanan osmos pada rumen
mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 38-42C, pH
dipertahankan dengan adanya absorbsi asamlemak dan amonia. Saliva yang
masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mmpertahankan
pH tetap pada 6,8. Hal ini disebabakan oleh tingginya kadar ion HCO3 dan PO4
(Arora, 1995).
Cairan rumen segar didapat dengan memeras isi rumen. Cairan
ditempatkan ke dalam termoa yang telah dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu
39C. Cairan rumen ditambahkan gas CO2 supaya kondisi anaerob sampai
dilakukan inokulasi (Afdal dan Erwan, 2007).
Peran Mikroba Rumen
Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan ruminanasia
terdiri dari bakteri, protozoa, dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi
tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng, 1987).
Mikroba rumen berpengaruh sangat besar terhadap status nutrisi ternak
ruminansia karena selain mencerna pakan juga merupakan sumber zat nutrisi
utama yaitu protein. Bakteri rumen banyak jenisnya dan populasinya berkisar
antara109 -1012 sel /ml isi rumen (Stewart, 1991). Menurut Baldwin dan Allison
(1983) lebih kurang 80% bakteri rumen membutuhkan amonia untuk proses
pertumbuhannya.
sangat
tergantung
pada
ketersediaan
nitrogen
dan
energi
jumlah
karbohidrat
yang
mudah
difermentasi
akan
mikroba
rumen.
Peningkatan
populasi
mikroba
sangat
mengalir ke usus. Produksi amonia yang dapat memenuhi kebutuhan tidak akan
merugikan sintesis mikroba rumen, sebaliknya jika produksi amonia rendah akan
mempengaruhi produksi sintesis mikroba rumen. Sutardi (1977) menyatakan
amonia dalam rumen diproduksi terus-menerus walaupun sudah terjadi akumulasi
dan agar NH3 dapat dimanfaatkan oleh mikroba penggunaannya perlu disertai
dengan sumber energi yang mudah difermentasi.
Ternak Domba
Domba dan kambing pada hakekatnya merupakan dua genus dari bovidae
yang berdekatan. Namun demikian ada perbedaan yang mencolok yakni domba
dan kambing tidak dapat di kawin silangkan, hal ini berkaitan dengan domba yang
memiliki kelenjar yang terdapat di bawah yang terbuka serta mengecilkan sekresi
yang ada kalanya berlebihan, sehingga domba sering mengeluiarkan air mata.
Disamping itu juga terdapat kelenjar dicelah-celah kukunya yang menghasilkan
sekresi yang bersifat minyak serta memiliki bau yang khas. Kelenjar ini memberi
petunjuk bagi domba yang tersesat dari kawanannya. Ciri khas yang lain dari
domba adalah tanduknyayang berpenampang segitiga yang tumbuh melilit seperti
spiral (Murtidjo, 1992).
Akan tetapi domba yang kiat sekarang merupakan hasil domestikasi
manusia yang sejarahnya diturunkan dari tiga jenis domba liar, yakni:
1. Mouflon (Ovis Musimon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari
Eropah Selatan dan Asia Kecil.
2. Argoli (Ovis Ammon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia
Tengah dan memiliki tubuh besar yang mencapai tinggi 1,20 meter.
3. Urial (Ovias Vignei), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia
(Sugeng, 1992).
Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki
karakteristik yang sama. Semua adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan
yang termasuk Phylum : Chordata, Kelas : Mamalia, Ordo : Artiodactyla, Famili :
Bovidae, Genus : Ovis aries (Blackely dan Bade, 1998).
Menurut Sodiq dan Abidin (2002), beberapa kelebihan domba yang dapat
diperoleh, antara lain :
-
Pada waktu laktasi, penggunaan energi untuk produksi air susu dapat lebih
efisien dibandingkan dengan ternak lain.
Daya adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang keras cukup tinggi,
sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis pakan hijauan.
dan angka sementara populasi domba tahun 2009 sebanyak 10,471,991 ekor, di
Sumatera Utara pada tahun 2008 sebanyak 268,291 ekor dan angka sementara
populasi
domba
tahun
2009
sebanyak
268,479
ekor