Anda di halaman 1dari 4

Artikel Opini:

APAKAH UN MASIH DIPERLUKAN?

Oleh Wahyuni Mulia Helmi


Penulis alumni Pascasarjana Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP), ketua Lembaga
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Padang (LPE2P)

Peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini menjadi salah satu agenda penting bagi
pemerintah. Hal ini disebabkan karena pendidikan mempunyai peran besar dalam menciptakan
manusia Indonesia yang berkualitas, yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis
serta bertanggung jawab, seperti yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003. Sehubungan
dengan peningkatan kualitas pendidikan, berbagai upaya telah dilakukan, antara lain meliputi
peningkatan kualitas tenaga pengajar, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan
alokasi dana pendidikan serta pelaksanaan kegiatan evaluasi pendidikan yang
berkesinambungan.
Kita ketahui bahwa evaluasi pendidikan, khususnya di sekolah meliputi evaluasi program
pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Melalui evaluasi program
pembelajaran dapat diketahui apakah kegiatan pembelajaran yang berlangsung sekarang telah
sesuai dengan tujuan pelaksanaan program pembelajaran. Melalui evaluasi terhadap proses
pembelajaran dapat diketahui secara tepat berbagai kekuatan dan kelemahan serta hambatan
yang terjadi dalam proses pembelajaran, selain itu evaluasi terhadap proses pembelajaran ini
akan memberikan masukan pada lembaga beserta jajaran pelaksana pendidikan di dalam instansi
pendidikan. Disamping evaluasi program pendidikan dan evaluasi proses pembelajaran, evaluasi
hasil belajar juga mempunyai peran yang tak kalah penting. Evaluasi hasil belajar selalu
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
dalam batas waktu tertentu.
Bukankah evaluasi hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang telah terjadi pada diri peserta didik.
Apabila ditinjau dari proses penyusunan dan pelaksanaannya, evaluasi hasil belajar dapat
dikelompokkan atas evaluasi oleh peserta didik, evaluasi oleh satuan pendidikan dan evaluasi
oleh pemerintah (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Indonesia).
Ujian nasional (UN) yang telah dilaksanakan untuk tingkat SMA merupakan bentuk
evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah, begitu juga halnya dengan ujian akhir sekolah
berstandar nasional (UASBN) yang diberikan kepada siswa SD. UASBN yang dilakukan

1
pertama kali pada tahun 2008 ini pada hakikatnya adalah ujian akhir sekolah yang digabungkan
dengan ujian nasional pada mata pelajaran tertentu dan dalam permen disebutkan bahwa UASBN
ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
bahasa Indonesia, matematika dan ilmu pengetahua alam.
Selaras dengan tujuan pelaksanaan UN berdasarkan Permen Diknas No 39, pelaksanaan
UASBN SD ini bertujuan untuk (a) pemetaan mutu satuan pendidikan, (b) dasar seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya, (c) penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan
(d) pembinaan dan bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan.
Terkait dengan tujuan dan pelaksanaan ujian ini perlu dicermati apakah benar dengan
satu kali pelaksanaan ujian ini (baik UN atau UASBN) akan memberikan data yang akurat, yang
dapat digunakan sebagai dasar pemetaan mutu pendidikan? Karena seperti yang kita lihat
disetiap akhir episode ujian tersebut selalu diakhiri dengan pengumuman peringkat kelulusan di
masing-masing daerah sehingga ada kecendrungan agar semua siswa di daerah tersebut lulus
ujian ini. Apakah jumlah kelulusan ini mewakili keadaan yang sesuangguhnya ada di dunia
pendidikan tersebut? Sesungguhnya hasil yang didapatkan dari ujian tersebut sangat bias dan
tidak dapat digunakan sebagai dasar pemetaan mutu pendidikan karena tidak bisa dipungkiri
bahwa setiap daerah mendapat tekanan untuk menjadi yang terbaik sehingga disinyalir berbagai
usaha dilakukan agar siswa peserta ujian dapat lulus 100%. Jika pemerintah ingin mendapatkan
peta mutu pendidikan, sesungguhnya tidaklah perlu mengikutkan seluruh siswa sebagai objek
sumber data dan tidak perlu juga untuk melaksanakan ujian tersebut setiap tahunnya. Beberapa
sekolah dapat dipilih sebagai sumber data yang cukup mewakili untuk seluruh daerah di
Indonesia. Melalui sekolah sampel ini dapat dikumpulkan data yang dapat digunakan sebagai
dasar pemetaan mutu pendidikan di Indonesia, tentu saja pemilihan sampel sekolah tersebut
harus betul-betul mewakili keseluruhan sekolah yang ada di negara ini. Bayangkan berapa dana
yang bisa dipangkas apabila sistem seperti ini diterapkan.
Seterusnya, apakah pelaksanaan UN dan UASBN ini dapat dijadikan sebagai dasar
kelulusan dan dasar seleksi untuk masuk pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Seperti
yang kita ketahui bahwa evaluasi hasil belajar tersebut pada dasarnya dilakukan adalah untuk
mengetahui perubahan tingkah laku peserta didik baik itu secara kognitif, afektif dan psikomotor.
Sejauh ini tes yang diberikan melalui UN dan UASBN ini belum memenuhi ketiga aspek
tersebut. Sedangkan kurikulum yang digunakan menuntut adanya perubahan pada ketiga aspek
tersebut. Disamping itu tidak sedikit pula sekolah lanjutan yang menerapkan ujian saringan
masuk sekolah sendiri-sendiri, dimana sekolah tersebut juga memberikan kriteria tertentu bagi
calon siswanya. Dengan adanya fenomena tersebut maka dirasa tidaklah tepat apabila hasil UN
dan UASBN dijadikan sebagai satu-satunya dasar kelulusan dan dasar penerimaan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan pelaksanaan selanjutnya adalah untuk pembinaan dan bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Pemberian pembinaan dan bantuan
kepada satuan pendidikan tersebut hanya dapat dilakukan apabila didapatkan data yang akurat
mengenai mutu pendidikan di wilayah Indonesia. Hal ini juga terkait dengan pembahasan tujuan
pada poin pertama di atas. Kebijakan pemberian pembinaan dan bantuan kepada satuan
pendidikan tersebut tepat sasaran apabila kegiatan dilakukan berdasarkan data akurat mengenai
kondisi mutu pendidikan. Data yang akurat ini hanya bisa didapatkan melalui pengambilan data
yang cermat dengan menggunakan instrument yang tepat sehingga berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bagaimana kondisi pendidikan sesungguhnya. Dan berdasarkan data tersebut
dapat diambil kebijakan-kebijakan yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
Lalu selanjutnya yang perlu kita pertanyakan adalah, untuk apa sesungguhnya UN dan
UASBN ini dilaksanakan? Telah kita ketahui bahwa pelaksanaan UN dan UASBN ini tidak
efektif digunakan jika kita ingin memenuhi tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Ketidakefektifan ini dikarenakan masing-masing tujuan tersebut mempunyai cara
pelaksanaannya masing-masing yang dipandang lebih cocok. Lalu betulkah UN dan UASBN ini
tidak penting untuk dilakukan? Apakah sebaiknya UN dan UASBN ini dihapuskan saja?
Pelaksanaan evaluasi penting dilakukan dan sandar kompensi minimum ilmu
pengetahuan perlu ditetapkan. Artinya, sebuah evaluasi terstandar terhadap peserta didik yang
bersifat nasional tetap diperlukan, terlepas apakah namanya tetap UN dan UASBN atau tidak.
Evaluasi hasil belajar yang dimaksudkan ini bukanlah evaluasi hasil belajar seperti yang ada
sekarang. Evaluasi ini bukanlah bertujuan sebagai dasar pemetaan mutu pendidikan dan bukan
pula sebagai instrumen yang menentukan kelulusan siswa. Evaluasi ini lebih menitikberatkan
pada kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang siswa (manusia Indonesia) pada tingkat
pendidikan tertentu. Sehingga dapat diberi patokan apabila seorang siswa telah lulus ujian ini,
siswa tersebut telah memiliki pengetahuan dasar/minimal untuk ukuran pendidikan tersebut, dan
ujian tersebut tidak harus diadakan pada akhir masa pendidikan. Sehingga siswa dapat
mengambil mata ujian tersebut apabila ia sudah mampu untuk itu dan tentu saja ketika siswa
menamatkan satu jenjang pendidikan ia telah menyelesaikan ujian standar miniamal tersebut.
Akan tetapi ujian ini sama sekali tidak menentukan kelulusan siswa dari satu tingkatan
pendidikan. Ujian ini hendaknya dikelola oleh masing-masing daerah dengan standar nasional
(bukan berarti instrument yang digunakan untuk seluruh Indonesia harus sama). Agar
tercapainya tujuan dari ujian ini maka setiap guru di masing-masing daerah perlu dipersiapkan.
Persiapan tersebut meliputi kelengkapan bahan mengajar sampai dengan peningkatan
kemampuan dalam membuat instrumen evaluasi yang baik dan berkualitas. Dilaksanakannya
evaluasi dengan sistem ini akan memberi ruang yang lebih nyata pada setiap guru sesuai dengan
semangat KTSP yang diterapkan pemerintah.
Lalu bagaimana dengan ujian akhir sekolah (UAS)? Ujian akhir tetap perlu dilakukan
sebagai salah satu bentuk evaluasi hasil belajar. Hasil dari evaluasi akhir sekolah ini digunakan
sebagai bahan untuk melengkapi dokumen perubahan tingkah laku siswa yang selaras dengan
tujuan pendidikan. Seperti yang kita ketahui inti dari proses pendidikan adalah perubahan
tingkah laku peserta didik kearah yang lebih baik. Karena yang perlu diamati dalam melihat
keberhasilan proses pendidikan pada seorang siswa adalah perubahan tingkah laku, maka suatu
institusi sekolah perlu memiliki dokumen yang lengkap mengenai seorang peserta didiknya.
Dokumen ini haruslah meliputi pengamatan dan data perubahan siswa dari pertama kali
mengikuti pendidikan di sekolah tersebut sampai akhir masa pendidikan yang ditetapkan. Jadi
masing-masing siswa mempunyai catatan yang lebih kompleks dari sekedar raport sekolah yang
ada sekarang. Catatan perkembangan tersebut harus meliputi ketiga aspek yang dinilai,
sedangkan instrument evaluasi yang digunakan dapat bervariasi, bukan hanya berbentuk tes saja.
Sehingga serangkaian penilaian yang dilakukan dari awal hingga ujian akhir sekolah menjadi
satu kesatuan dalam rangka untuk memberi rekomendasi lulus atau tidaknya seorang siswa
dalam satu proses jenjang pendidikan.
Akhirnya, pada tahun akan datang masihkan UN dan UASBN akan kembali dilaksanakan
dengan hakikat yang sama dengan UN dan UASBN pada tahun sekarang ini? Semoga
pemerintah juga melakukan evaluasi terhadap proses evaluasi yang dilakukannya, sehingga

3
dihasilkan kebijakan-kebijakan yang akan membawa dunia pendidikan negeri ini pada kondisi
yang lebih baik dan cita-cita untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas, yaitu yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab, seperti yang tertuang
dalam UU No. 20 tahun 2003 dapat diwujudkan. ***

Anda mungkin juga menyukai