editorial …………………………………...... 04
Kondisi Indonesia yang baru akan memulai dan
menggunakan mekanisme perlindungan saksi ini, tentunya
membutuhkan masukan penting dari berbagai studi, riset,
dan pengalaman berbagai negara yang telah lebih dulu
melakukan program perlindungan saksi.
Potret Umum Kondisi Saksi dan Korban Sebagai suatu lembaga baru, tentu saja LPSK harus
di Daerah: Belajar dari Pengalaman mendapat dukungan dari semua pihak, baik lembaga
Pelaporan Kasus Dugaan Korupsi di pemerintah - khususnya lembaga penegak hukum - maupun
Jawa Timur dari “civil society," mengingat pentingnya peran lembaga ini
untuk membantu para korban dan saksi dalam mewujudkan
hak-hak mereka yang dimuat dalam UU No 13 Tahun 2006.
suara komisioner …….... 18 - 20
F u n g s i d a n Tu ga s , L e m b a ga
Perlindungan Saksi dan Korban dalam fokus ………………………................…………… 09 - 13
Pandangan Ketua LPSK
Pentingnya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
dalam Upaya Penegakan Hukum dan HAM dI Indonesia
pernyataan pers …………… 21
Selama ini, hukum pidana (termasuk hukum acara pidana)
Kartini Masa Kini adalah Survivor melupakan kepentingan saksi dan korban. Faktanya, pelaku
Kekerasan dan Pendamping yang tindak pidana selalu menjadi satu-satunya orientasi serta
Berjuang demi Keadilan, Demokrasi, ditempatkan sebagai satu-satunya pihak yang
dan HAM berkepenting-an dalam proses peradilan pidana.
Dewan Redaktur:
Abdul Haris Semendawai, S.H., LL.M. Kamala Chandrakirana
I Ktut Sudiharsa, S.H., M.Si. (Ketua Komnas Perempuan)
Lies Sulistiani, S.H., M.H.
Lili Pintauli, S.H.
Dra. Myra Diarsi, M.A. Komnas Perempuan mengucapkan “Selamat Bekerja” kepada segenap
R. M. Sindhu Krishno, Bc.IP, S.H., M.H. Anggota LPSK. Besar harapan kami agar kerja-kerja LPSK dapat
Dr. H. Teguh Soedarsono, SIK., S.H., M.Si.
Drs. Aidi Rusli, M.M. membantu perempuan korban segala bentuk kejahatan untuk bisa
menikmati pemenuhan hak-haknya atas kebenaran, keadilan dan
Sekretaris Redaksi: pemulihan. Kami yakin LPSK akan membuka sejarah baru dalam upaya
Raimondus Arwalembun, S.S.
penegakan keadilan di Indonesia jika terbangun mekanisme
Reporter: kerjasama yang efektif dan akuntabel dengan semua pihak yang
Ni’matul Hidayati, S.S. selama ini bekerja dan berjuang demi keadilan, baik lembaga-lembaga
Pascalis Risdiana, S.E.
Rista Magdalena Situmorang, S.H.
dari lingkungan Negara maupun masyarakat sipil, termasuk komunitas
korban dan pendampingnya. Sebagai pihak yang ikut menggagas
Sirkulasi/Distribusi: konsep perlindungan bagi saksi dan korban yang menjadi spirit UU
Syafrinal Ainul
Gunawan A. Nugroho
Perlindungan Saksi dan Korban, Komnas Perempuan siap berbagi
pengalaman dan bekerjasama dengan LPSK guna mengembangkan
Desain dan Tata Letak: sebuah sistem yang peka terhadap kerentanan-kerentanan khas
Pascalis Risdiana, S.E.
perempuan.
Penerbit:
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Trimedya Panjaitan, S.H., M.H.
Alamat Redaksi:
(Ketua Komisi III DPR RI)
Gedung Perintis Kemerdekaan (Gedung Pola) Lantai 1
Jl. Proklamasi No. 56 Jakarta Pusat 10320 Selamat atas penerbitan Buletin LPSK. Sebagai salah satu lembaga
Telp/Fax: 021 -31927881
hukum baru yang yang perannya cukup strategis dalam mendorong
Email: penegakan hukum, sudah saatnya LPSK memiliki Buletin. Melalui
buletinlpsk_hdh@yahoo.co.id Buletin ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui tugas,
Website: kewenangan LPSK dalam memberi-kan perlindungan dan bantuan
www.lpsk.go.id kepada Saksi dan Korban. Sebagai Ketua Komisi III DPR RI, kami akan
tetap mendorong agar LPSK lebih eksis dalam kinerja seperti yang
diharapkan masyarakat. Sekali lagi, selamat dan sukses. Merdeka......!
Belakangan ini berita terkait perlindungan saksi Perlindungan terhadap saksi dan korban terutama
banyak mencuat di media. Misalnya saja, kasus untuk meminimalisasi kelemahan-kelemahan yang
penembakan yang terjadi pada Nasarudin mungkin timbul dalam proses implementasi UU
Zulkarnaen (NZ), yang diberitakan sebagai saksi
kasus tindak pidana korupsi yang terjadi pada Keberadaan LPSK
BUMN. Kasus-kasus intimidasi lainnya seperti kasus
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang
Arifin Widiyanto, kasus Endin Wahyudi, kasus Maria
diamanatkan oleh UU No. 13 Tahun 2006 tentang
Leonita, kasus Romo Frans, Kasus Kalep Situmorang
Perlindungan Saksi dan Korban memberi ‘angin segar’
dan lain sebagainya juga telah membuktikan bahwa
terhadap perlindungan saksi dan korban, terutama
praktik perlindungan saksi dan korban menjadi hal
dalam hal menuju proses dan sistem peradilan pidana
yang penting untuk segera diterapkan serta dijamin
yang jujur dan adil.
undang-undang.
Sebagai lembaga publik yang bersifat
Minimnya perhatian terhadap saksi dan
mandiri, tentunya LPSK mempunyai kewenangan
korban dalam sistem peradilan pidana di Indonesia
dalam upaya perlindungan saksi dan pemberian
kini telah mencapai stadium akut. Hal ini sulit bantuan terhadap korban. Tentu saja, kehadiran
dipungkiri sebab ‘ruh’ yang terdapat dalam Kitab LPSK tidak terlepas dari berbagai tantangan,
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) hanya kendala dan hambatan dalam melayani masyarakat.
memberikan hak terhadap tersangka/terdakwa saja. Oleh karena itu keberadaan LPSK dan fungsi yang
Beberapa literatur menyebutkan, hampir di melekat, perlu mendapat dukungan yang positif dari
seluruh dunia, status saksi bisa dikatakan telah berbagai pihak.
dilupakan. Di Amerika Serikat sendiri, sebagai Akhirnya, saksi termasuk saksi korban jelas
negara yang dikenal pertama kali melakukan merupakan salah satu pihak yang berkepen-tingan
program perlindungan saksi yaitu dimulai tahun dalam sistem peradilan pidana. Indonesia sebagai
1970-an, sedangkan di Inggris baru dilakukan pada negara hukum yang menjunjung tinggi asas equality
awal tahun 80-an, dan di negara lainnya seperti before the law, seharusnya sangat menyadari bahwa
Jerman, Australia, Afrika Selatan, dan Kanada juga para saksi pun mempunyai hak untuk mendapat
menggambarkan kecenderungan yang sama. perlindungan sebagaimana halnya
Sejak adanya ketetapan MPR No.VIII tahun tersangka/terdakwa. Kontribusi mereka dalam
2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pem- proses peradilan, baik semata-mata sebagai warga
berantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan masyarakat yang membantu aparat penegak hukum
Nepotisme yang menyatakan perlu adanya sebuah maupun sebagai korban yang dirugikan secara
undang-undang yang mengatur tentang perlindung- langsung oleh pelaku, selayaknya mendapatkan
an saksi, tepatnya pada tanggal 18 Juli 2006, jaminan agar kesaksian mereka dapat diberikan
sebuah Undang-undang yang mengatur perlindung- dengan baik. Dengan kesaksian semacam itu,
an saksi akhirnya dilahirkan yakni Undang-undang diharapkan peradilan dapat dilaksanakan dengan
No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan layak, jujur, dan adil, tidak hanya dapat mencapai
Korban (UUPSK). Dengan demikian, Indonesia meski keadilan yang bersifat prosedural, tetapi juga
agak terlambat kini telah mempunyai peraturan keadilan yang substantif.
untuk melindungi saksi dan korban.
Kondisi Indonesia yang baru akan memulai
dan menggunakan mekanisme perlindungan saksi
ini, tentunya membutuhkan masukan penting dari
berbagai studi, riset, dan pengalaman berbagai
Salam,
negara yang telah lebih dulu melakukan program Pemimpin Redaksi
perlindungan saksi.
Harapannya, pembelajaran terkait kelem-
bagaan perlindungan saksi dan korban di berbagai
negara bisa menjadi bahan pelengkap untuk me-
nemukan cara yang lebih efektif dalam memberikan
Jakarta - Sebagai lembaga yang baru terbentuk (8 baik lembaga pemerintah - khususnya lembaga
Agustus 2008), Lembaga Perlindungan Saksi dan penegak hukum - maupun dari civil society,
Korban (LPSK) harus segera menemukan sistem mengingat pentingnya peran lembaga ini untuk
yang tepat bagi kerja-kerjanya dalam memberikan membantu para korban dan saksi dalam
perlindungan terhadap saksi dan korban. Untuk itu, mewujudkan hak-hak mereka yang dimuat dalam
pada tanggal 17-19 Maret di Jakarta, LPSK UU No 13 Tahun 2006.
bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kanada di Seminar sehari yang mengangkat tema
Indonesia menyelenggarakan serangkaian kegiatan “Tantangan Pelaksanaan Perlindungan Saksi di
b e r u p a S e m i n a r ya n g m e n ga n g ka t te m a Indonesia: Posisi dan Hubungan Kerja LPSK dalam
“Tantangan Pelaksanaan Perlindungan Saksi di Menjalankan Tugas dan Fungsi Perlindungan Saksi
Indonesia: Posisi dan Hubungan Kerja LPSK dalam dan Korban” ini menghadirkan para pembicara
Menjalankan Tugas dan Fungsi Perlindungan Saksi yang kompeten di bidangnya masing-masing. Para
dan Korban;" Workshop dengan tema "Posisi dan pembicara itu adalah Panusun Samosir Pakpahan
Peran LPSK dalam Pelaksanaan Perlindungan Saksi
dan Korban;" dan "Rencana Tindak Lanjutnya."
Adapun seminar dan workshop yang di-
laksanakan LPSK ini bertujuan untuk menjaring
pemikiran-pemikiran mengenai mekanisme atau
tata cara perlindungan saksi dan korban dari
berbagai perspektif baik dari kalangan penegak
hukum maupun pemangku kepentingan lainnya,
menggali masukan dari narasumber serta peserta
yang hadir (baik dari dalam maupun luar negeri)
untuk menginventarisasi berbagai problem yang
saat ini dan yang akan dihadapi LPSK serta
bagaimana formulasi pemecahannya, khususnya
dok: LPSK
dalam kerangka posisi hubungan kerja LPSK dengan
berbagai pihak.
Serangkaian kegiatan ini dimulai dengan (Bareskrim POLRI bidang Produk dan Analisis
seminar sehari (Hotel The Acacia Jakarta, 17 Maret Hukum), Aminur Rasyid Rambe (Direktur RAN HAM,
2009). Seminar ini diawali dengan sambutan oleh Kejaksaan Agung), Teguh Sudarsono (Komisioner
Weldon Epp dari Kedutaan Besar Kanada di LPSK bidang Kerjasama), dan dua orang pakar
Indonesia dan kemudian dibuka secara resmi oleh perlindungan saksi korban, yakni Steve Sullivan
Ketua LPSK, Abdul Haris Semendawai. Dalam (Federal Ombudsman for Victims of Crime Canada)
sambutannya, Dawai mengatakan bahwa kehadiran dan Beth Heinz (Senior Policy Analyst, Policy Centre
UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi for Victim Issues, Department of Justice Canada)
dan Korban untuk melengkapi kekurangan- yang didatangkan langsung dari Kanada oleh
kekurangan (khususnya tentang peran penting saksi Kedutaan Besar Kanada di Indonesia.
dan korban) dalam sistem peradilan pidana di Dari diskusi, baik sesi I dan sesi II, pihak
Indonesia. Menurutnya, saksi dan korban memilki Kejaksaan dan Kepolisian menyatakan siap bekerja-
peran sangat penting dalam peradilan karena itu sama dengan LPSK. Ke depan, Kepolisian, Kejaksaan
LPSK hadir untuk memberikan jaminan per- dan LPSK sepakat untuk menyamakan persepsi
lindungan hukum bagi saksi dan korban dengan tentang jalur dan sistem kerjasama seperti apa
cara mengajak semua lembaga terkait (khususnya yang akan dipakai untuk perlindungan saksi dan
Kejaksaan dan Kepolisian) untuk menemukan korban dengan membuat MoU bersama. Selain itu,
mekanisme yang tepat bagi program perlindungan LPSK juga mendapat masukan yang sangat berharga
saksi dan korban. Senada dengan Ketua LPSK, Ibu dari dua pakar perlindungan saksi korban dari
Harkristuti Harkrisnowo (Dirjen Perlindungan HAM, Kanada Steve Sullivan dan Beth Heinz yang
DEPKUMHAM), selaku keynote speaker, mengata- kan membagi pengalaman tentang cara dan mekanisme
bahwa sebagai suatu lembaga baru, tentu saja LPSK perlindungan terhadap saksi dan korban yang telah
harus mendapat dukungan dari semua pihak, dilakukan di Kanada.
Persoalan saksi dan korban dalam hukum pidana dan sistem peradilan pidana
merupakan persoalan yang sangat kompleks, karena menyangkut persoalan sosial
dan kemanusiaan serta dampak yang luas
Peran saksi dan korban sangat penting dalam Oleh karena itu, sejatinya parameter
pengungkapan suatu kejahatan. Dalam hal ini, keadilan dalam sistem peradilan pidana pun tidak
keterangan yang diberikan oleh saksi dan korban melihat pada seberapa berat pelaku dikenai pidana,
merupakan alat bukti yang sangat diperlukan untuk tapi bagaimana saksi dan korban dapat berperan aktif
membuktikan kesalahan terdakwa dan menemukan dalam proses peradilan serta memperoleh pen-
kebenaran materiel. Tidak dapat dipungkiri, selama yelesaian kasusnya sesuai dengan apa yang menjadi
ini penegak hukum seringkali menemukan kesulitan haknya, artinya hak-hak saksi dan korban dihormati
karena tidak dapat menghadirkan saksi dan korban. dan dipenuhi.
Banyak saksi dan korban yang ketakutan karena
mendapat ancaman serta intimidasi. Untuk itu, Konsep Penegakan Hukum dan HAM Saat ini
perlu adanya perlindungan bagi saksi dan korban
agar mereka dapat memberikan keterangan dengan Selama ini, hukum pidana (termasuk hukum acara
rasa aman. Saksi dan korban yang secara faktual pidana) melupakan kepentingan saksi dan korban.
tidak bersalah, bahkan perlu diperhatikan dan mem- Faktanya, pelaku tindak pidana selalu menjadi satu-
peroleh hak-hak yang dibutuhkannya, seperti mem- satunya orientasi serta ditempatkan sebagai satu-
peroleh bantuan medis, kompensasi, maupun satunya pihak yang berkepentingan dalam proses
restitusi. peradilan pidana. Pelaku dipahami sebagai pencari
Selama ini, penegakan hukum dan HAM di keadilan yang berhadapan dengan negara karena
Indonesia terutama dalam sistem peradilan pidana telah melakukan pelanggaran terhadap negara.
seringkali mengabaikan keberadaan saksi dan Artinya, perbuatan pelaku itu semata-mata di-
korban. Sebut saja, dalam hukum acara pidana pandang sebagai perbuatan yang melanggar hak
(KUHAP), saksi dan korban justru menjadi pihak negara. Di sisi lain, saksi dan korban justru sama
yang terlupakan karena sistem yang dibangun oleh sekali tidak dipandang sebagai pihak yang juga
hukum lebih berorientasi pada pelaku (offender memiliki kepentingan karena telah menderita
oriented) dan belum berorientasi pada korban (victim kerugian akibat perbuatan pelaku dan telah
oriented). berperan dalam mengungkap kejahatan yang di-
Persoalan saksi dan korban dalam hukum lakukan pelaku.
pidana dan sistem peradilan pidana adalah
persoalan yang sangat kompleks karena menyang-
kut persoalan sosial dan kemanusiaan serta dampak
yang luas. Secara asasi, setiap orang memiliki hak
untuk memperoleh keadilan, sebagaimana di-
sebutkan dalam Pasal 17 UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yaitu: “setiap orang
tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan cara mengajukan permohonan,
pengaduan, dan gugatan baik dalam perkara pidana,
perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
proses peradilan yang bebas tidak memihak, sesuai
dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan
yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk
dok: LPSK
memperoleh putusan yang adil dan benar.”
Munculnya inisiatif dari kelompok masyarakat tersebut terjadi karena pada saat yang
sama juga bermunculan kasus-kasus intimidasi terhadap saksi atau pelapor,namun
respon aparat hukum negara untuk menyelesaikan kasus-kasus ini masih sangat minim
Munculnya Undang-Undang Perlindungan Saksi dan dan Program Pidana FH UI akhirnya mendorong
Korban di Indonesia bisa dikatakan cukup unik. mereka berinisitif untuk mengeluarkan naskah
Berbeda dengan beberapa Negara lainnya, inisiatif akademis RUU Perlindungan Saksi pada April tahun
untuk membentuk Undang-Undang perlindungan 2000. Meski titik tekan RUU versi ini korban dan
bagi saksi dan korban bukan datang dari aparat perlindungannya hanya diberikan pada tindak pidana
hukum, polisi, jaksa, ataupun Pengadilan yang selalu tertentu, namun bisa dikatakan inilah cikal bakal dan
berinteraksi dengan saksi dan korban tindak pidana, sumber inspirasi dari berbagai naskah rancangan
melainkan justru datang dari kelompok masyarakat undang-undang perlindungan saksi dan korban yang
yang memiliki pandangan bahwa saksi dan korban akan lahir kemudian.
sudah saatnya diberikan perlindungan dalam sistem Munculnya inisiatif dari kelompok
peradilan pidana. Di samping itu, minimnya masyarakat tersebut terjadi karena pada saat yang
perhatian yang serius oleh aparat penegak hukum sama juga bermunculan kasus-kasus intimidasi
terhadap saksi-korban membuat RUU ini harus terhadap saksi atau pelapor, namun respon aparat
selalu didesakkan hampir setiap tahun sejak 2001 hukum negara untuk menyelesaikan kasus-kasus ini
hingga 2005 agar masuk dalam rencana Prolegnas. masih sangat minim. Memang, setelah reformasi
Memang dalam kurun waktu yang singkat- upaya penegakan hukum pidana dalam kasus-kasus
sejak reformasi sistem politik dan hukum paska yang menjadi sorotan publik mulai mencuat tetapi
1998 - sejumlah peraturan perundang-undangan tidak didukung oleh instrumen yang memadai dan
yang dilahirkan telah mengadopsi beberapa kultur aparat hukum yang masih bias terhadap posisi
ketentuan mengenai perlindungan saksi dan korban. saksi-korban. Sulitnya proses penyelidikan kasus
Diawali dengan Undang-Undang Pengadilan HAM kerusuhan dan perkosaan Mei di Jakarta, penculikan
tahun 2000, UU Tindak Pidana Korupsi, UU Tindak aktivis di Jakarta, kasus Bank Bali di Jakarta, kasus 27
Pidana Terorisme, UU Penghapusan Kekerasan Juli, kasus pembunuhan dan teror di Ciamis, kasus
Dalam Rumah Tangga, hingga berbagai peraturan Tengku Bantaqiah di Aceh, dan kasus-kasus lainnya
organik dibawahnya. Sayangnya, pengaturan menjadi motif dasar munculnya inisiatif masyarakat
undang-undang tersebut masih parsial sehingga untuk mendorong RUU perlindungan saksi pada
ketentuan-ketentuannya belumlah komprehensif, masa-masa tersebut.
implementasi-nya pun jauh dari harapan, sehingga
masih dibutuhkan sebuah UU payung yang mengatur
perlindungan saksi dan korban secara khusus.
Paling tidak, ada beberapa peristiwa atau
pra-kondisi khusus yang menjadi dasar dilahirkan-
nya Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban.
Masing-masing peristiwa dan pra-kondisi tersebut
saling berhubungan menuju arah lahirnya Undang-
Undang Perlindungan Saksi di Indonesia.
Pada tahun 2000-an ide untuk reformasi
sistem hukum pidana yang pro terhadap saksi dan
korban mulai digalang oleh beberapa organisasi dan
individu yang memiliki perhatian terhadap situasi
dan kondisi yang dihadapi oleh para saksi-korban di
Indonesia dengan membuat RUU versi masyarakat
sipil. Sebuah hasil studi awal bersama antara ICW,
hanya difokuskan pada saksi saja belum mencakup dok: portal.mahkamahkonstitusi.go.id
YLBHI, dan Program Pidana FH UI akhirnya YLBHI,
Program perlindungan saksi dan korban di Kanada narkotika dan obat-obatan terlarang sebagai salah
memiliki sejarah yang lumayan panjang setidaknya satu trend kejahatan internasional dan kejahatan
dimulai pada awal tahun delapan puluhan, yang yang terorganisasi. Merespon pada kondisi saat itu,
juga bisa disebut sebagai fase awal pembentukan RCMP mendirikan satu program perlindungan saksi
program perlindungan saksi di Kanada. Perlu ditilik yang diperuntukkan bagi siapa saja yang mau
bahwa Amerika Serikat melalui program WITSEC bekerjasama dengan penegak hukum guna
melaju lebih awal satu dekade sebelumnya, sekitar memberantas kejahatan perdagangan narkotika,
awal 1970 ditandai dengan diundangkannya khususnya. Pada masa itu, RCMP telah memiliki
O r g a n i z e d C r i m e s C o n t r o l A c t . P ro g ra m infrastruktur yang memadai dengan staf-staf yang
perlindungan saksi di Amerika Serikat tersebut tentu telah ber-pengalaman dan terdapat jalinan kontak di
memberikan pengaruh besar bagi pembentukan seantero Kanada. Untuk itulah program-program
program perlindungan saksi di Kanada. Hal lainnya relokasi dan perubahan identitas, serta penyediaan
yang penting diungkap adalah latar belakang berbagai macam dokumen autentik yang diperlukan
pembentukan program perlindungan saksi di untuk kelancaran program telah dapat dilayani secara
berbagai negara (termasuk Indonesia), memiliki alas baik oleh RCMP.
pikir dan argumentasi yang cenderung seragam, Sebagaimana diketahui bahwa Kanada
yakni bagaimana aparatur administrasi peradilan merupakan negara federal, di mana pada perkem-
pidana menghadapi banyak kendala dalam bangan berikutnya, di tingkat provinsi (negara
mengungkap suatu tindak pidana disebabkan bagian) dan daerah satuan-satuan kepolisian di
intimidasi dan tidak terjaminnya keamanan saksi tingkatan tersebut juga membentuk berbagai
dalam menjalankan perannya di dalam proses program perlindungan saksi sesuai dengan
peradilan pidana. kewenangannya (meskipun pada praktiknya RCMP
Program perlindungan saksi di Kanada tidak juga berperan besar di propinsi-propinsi yang ada di
bisa lepas dari peran Royal Canadian Mounted Kanada dan terotori lainnya). Seperti halnya pada
Police (RCMP), di mana RCMP memiliki otoritas di Propinsi Ontario dan Propinsi Quebec yang memiliki
tingkat federal untuk menangani berbagai jenis sendiri program perlindungan saksi sesuai dengan
kejahatan federal sebagaimana terdapat dalam kewenangan hukum di propinsinya. Program-program
KUHP Kanada. Selain itu, RCMP juga menyediakan di masing-masing propinsi dan daerah, dalam
beragam layanan di tingkatan nasional, seperti praktiknya tetap memiliki sendiri p r o g r a m
labaratorium forensik dan Canadian Police
Information Center di mana di dalamnya semua
informasi mengenai data kriminal dan informasi
mengenai badan-badan penegakan hukum secara
sistemik telah terkomputerisasi. RCMP dipimpin
oleh seorang Komisioner yang bertanggung jawab
kepada Menteri Keamanan Publik/Departement
Public Safety. (Sebelum tahun 2005 RCMP
bertanggung jawab kepada the Solicitor General of
Canada).
Terdapat dua fase atau periode krusial
dalam pengembangan program perlindungan saksi
di Kanada, yakni periode pertama: tahun 1984-1994
dan periode kedua: tahun 1994-1996. Di tahun
1984, permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
dunia saat itu adalah maraknya perdagangan dok: rcmpabbotsford.blogspot.com
Apakah menjadi saksi itu mudah? Pengalaman beberapa kasus di Jawa Timur menunjukan saksi/pelapor dan
keluarganya kerap kali mendapatkan perlakuan yang mengancam