Anda di halaman 1dari 62

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

ASI DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM DAN ASI EKSKLUSIF

DI KELURAHAN PURWOYOSO KECAMATAN NGALIYAN

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1


Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Nama : Tri Rahayuningsih


NIM : 6450401092
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat S1
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
SARI

Tri Rahayuningsih, 2005. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


Ibu Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif Di
Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan.

Upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan modal perwujudan


kesejahteraan keluarga terutama dalam perbaikan gizi. Untuk kelompok bayi
antara lain ditempuh melalui program pemberian ASI yang tepat dan sesuai
dengan perkembangan fisiologis bayi, yaitu dengan pemberian kolostrum dan ASI
eksklusif pada bayi sampai usia 4 bulan atau yang paling lama 6 bulan. Adakah
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian
kolostrum dan ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI
eksklusif dan keeratan hubungannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi
berusia 4-6 bulan di Kelurahan Purwoyoso. Sampelnya sebanyak 32 ibu yang
memenuhi kriteria tertentu, diambil secara Purposive Sampling. Pengambilan data
menggunakan kuesioner, untuk wawancara secara langsung dengan responden.
Dalam penelitian ini data dianalisis dengan Chi Square Test, sedangkan untuk
melihat keeratan hubungan dengan Contingency Coefficient.
Hasilnya adalah bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara
pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum, dengan P value
sebesar 13,014 dan nilai Contingency Coefficient sebesar 0,538 (berada pada
rentang 0,40-0,59). Juga ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu
tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif, dengan P value sebesar 10,473 dan
nilai Contingency Coefficient sebesar 0,497 (berada pada rentang 0,40-0,59). Ini
membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang
ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif.
Dalam penelitian ini, untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif
secara tepat dan sesuai maka promosi sosialisasi tentang ASI yang menyangkut
pemberian kolostrum dan ASI eksklusif perlu digalakkan dan ditingkatkan oleh
petugas kesehatan untuk memotivasi ibu-ibu atau calon ibu yang akan melahirkan.

Kata kunci : Pengetahuan ibu, kolostrum dan ASI eksklusif.

.
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Penguji Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. ER. Rustiana, M. Si dr. Mahalul Azam


NIP. 131472346 NIP. 132297151

Mengetahui,
Ketua Jurusan IKM

dr. Oktia Woro KH, M.Kes


NIP. 131695159
PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi


Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Kamis


Tanggal : 18 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris

Drs. Sutardji, M.S Drs. Herry Koesyanto, M.S


NIP. 130523506 NIP. 131571549

Dewan Penguji,

1. dr. Oktia Woro KH, M.Kes (Ketua)


NIP. 131695159

2. Dra. E.R. Rustiana, M.Si (Anggota)


NIP. 131472346

3. dr. Mahalul Azam (Anggota)


NIP. 132297151
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
• “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran

bagimu” (Al Baqarah ayat 185).

Persembahan:

• Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan semangat, dorongan dan

membiayai kuliah saya sampai selesai.

• Kak Agus dan dik Nur yang saya rindukan serta kak Aris selalu saya sayangi

dan cintai yang menjadi sumber inspirasi saya.

• Jurusan IKM tempat saya menimba ilmu, beserta segenap dosen dan

karyawannya.

• Teman-temanku di Jurusan IKM angkatan I tahun 2001 yang selalu saya

rindukan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif Di Kelurahan

Purwoyoso Kecamatan Ngalian.

Berbagai hambatan dan kesulitan yang muncul dalam penyusunan dan

penulisan skripsi ini, akhirnya dapat diatasi berkat kerja keras, bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1) Dekan FIK UNNES Drs. Sutardji, M.S. yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian.

2) Ketua Jurusan IKM FIK UNNES dr. Oktia Woro KH, M. Kes. yang telah

memberikan ijin mengadakan penelitian.

3) Pembimbing I Dra. E. R. Rustiana yang telah banyak memberikan petunjuk

serta bimbingan sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

4) Pembimbing II dr. Mahalul Azam yang telah banyak memberikan petunjuk

serta bimbingan sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

5) Kepala Puskesmas Purwoyoso dr. Emelia Widyastuti yang telah

memberikan ijin penelitian.


6) Saudara-saudara, rekan-rekan dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang telah membantu dalam penelitian.

Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan hasil dalam penelitian ini dapat

memberikan sumbangan yang berarti dan berguna bagi perkembangan

kependidikan dan peningkatan kesehatan masyarakat khususnya bayi dan ibu.

Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari skripsi ini sangat

diharapkan. Hasil yang dituangkan dalam skripsi ini semoga bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Semarang, 8 Agustus 2005

Tri Rahayuningsih
NIM. 6450401092
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL LUAR ......................................................................................... i

SAMPUL DALAM ..................................................................................... ii

SARI ............................................................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iv

PENGESAHAN .......................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Permasalahan ........................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori ........................................................................ 6

2.2 Hipotesis ................................................................................. 20


BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi ................................................................................... 21

3.2 Sampel .................................................................................... 21

3.3 Variabel Penelitian .................................................................. 22

3.4 Batasan Operasional ................................................................ 23

3.5 Rancangan Penelitian .............................................................. 24

3.6 Teknik Pengambilan Data ........................................................ 24

3.7 Prosedur Penelitian .................................................................. 25

3.8 Instrumen ................................................................................ 27

3.9 Analisis Data ........................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden .................................................. 31

4.2 Pembahasan ............................................................................. 43

4.3 Keterbatasan Penelitian............................................................ 47

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................. 48

5.2 Saran ...................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

LAMPIRAN ................................................................................................ 50
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi kolostrum, ASI dan Susu Sapi Per 100 Gram ......................... 10

2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ............................................... 31

3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................... 32

4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang ASI................. 34

5. Distribusi Responden Berdasarkan Persalinan ......................................... 35

6. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kolostrum ....................... 36

7. Dtstribusi Responden Berdasarkan Informasi tentang Kolostrum ............ 37

8. Distribusi responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ................... 38

9. Distribusi Responden Berdasakan Informasi Tentang ASI Eksklusif ....... 39

10. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Tentang ASI

Dengan Pemberian Kolostrum................................................................. 40

11. Chi Square Tests .................................................................................... 40

12. Symmetric Measures .............................................................................. 41

13. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Tentang ASI

Dengan Pemberian ASI Eksklusif .......................................................... 41

14. Chi Square Tests ..................................................................................... 42

15. Symmetric Measures ............................................................................... 42


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ....................................................................................... 18

2. Kerangka Konsep .................................................................................... 19

3. Grafik Umur ........................................................................................... 32

4. Grafik Pendidikan ................................................................................... 33

5. Grafik Pengetahuan ASI.......................................................................... 34

6. Grafik Persalinan .................................................................................... 35

7. Grafik Pemberian Kolostrum................................................................... 36

8. Grafik Informasi Kolostrum .................................................................... 37

9. Grafik Pemberian ASI Eksklusif ............................................................. 38

10. Grafik Informasi ASI Eksklusif ............................................................... 39


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner ............................................................................................... 51

2. Skor Pengetahuan Ibu Tentang ASI ........................................................ 58

3. Data Hasil Uji Coba Instrumen Skor Pengetahuan Ibu Tentang ASI ........ 59

4. Tabel Hasil Penelitian ............................................................................. 62

5. Deskripsi Umur Dan Pendidkan Responden ............................................ 63

6. Output Olah Data .................................................................................... 65

7. Tabel Product Moment Dan Chi Square .................................................. 69

8. Surat Ijin Penelitian................................................................................. 71


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, lebih mandiri, sejahtera, cerdas dan

produktif dalam bekerja. Upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan

modal bagi perwujudan kesejahteraan keluarga (Balai Pelatihan Kesehatan,

2000:151) terutama dalam perbaikan gizi, karena potensi ibu mempunyai

kedudukan srategis dalam perkembangan bayi.

Selama dalam kandungan, janin yaitu calon bayi tumbuh dan

berkembang dengan mendapatkan makanan dari ibu lewat ari-ari (plasenta).

Ketika bayi lahir, alam menyediakan makanan dalam bentuk ASI. ASI telah

dipersiapkan ibu pada waktu hamil, sehingga pada saat bayi lahir dapat diproduksi

oleh ibu dan secepatnya dapat disusukan ke bayinya. Menyusukan merupakan

suatu kegiatan yang dianjurkan oleh kitab suci Al Quran (Suharyono, Rulina

Suradi, 1992:101). Satu jam pertama setelah melahirkan, ASI dapat segera

diberikan pada bayi. Pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan

dapat membantu rahim ibu menghentikan perdarahan dan kembali normal.

Sentuhan kulit antara ibu dan bayi, serta isapan bayi akan membantu

memperlancar produksi ASI.


Menyusui telah dikenal dengan baik sebagai cara untuk melindungi,

meningkatkan dan mendukung kesehatan bayi. Menyusui akan membantu dalam

meningkatkan perkembangan mulut bayi yang sehat dan membangun hubungan

yang saling percaya antara ibu dan bayi. ASI merupakan sumber nutrisi yang

sangat penting bagi bayi, karena sumber nutrisi yang terdapat dalam ASI

digunakan untuk menjamin pertumbuhan tubuh bayi. ASI mengandung zat-zat

gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi, baik zat pembangun, zat pengatur

dan zat tenaga dengan komposisi ASI yang sesuai untuk memelihara pertumbuhan

dan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan dan faal tubuh secara optimal, dan

faktor yang vital untuk pencegahan penyakit terutama diare dan infeksi saluran

nafas (Pneumonia). Bayi yang diberi ASI tidak akan mudah terkena infeksi,

karena dalam ASI terutama kolostrum mengandung protein globulin.

Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, pemberian ASI harus benar

dan tepat. Praktek pemberian ASI yang tepat dan sesuai dengan perkembangan

fisiologis bayi adalah dengan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif pada bayi

sampai usia 4 bulan dan yang paling bagus sampai 6 bulan.

Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pula peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama

yang mendasar seperti menyusui justru terlupakan. Di masa sekarang ibu yang

mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah keatas terutama di perkotaan,

dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan tepat

dan sesuai dengan praktek pemberian ASI yaitu pemberian kolostrum dan ASI
eksklusif terhadap bayi. Praktek pemberian ASI eksklusif di kota besar

mengalami penurunan.

Dari penelitian terhadap 900 ibu disekitar JABOTABEK (1995)

diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya

5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga

didapatkan bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tidak pernah mendapatkan

informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar

informasi tentang ASI eksklusif (Utami Roesli, 2000:2). Kurangnya informasi

tentang ASI menyebabkan ibu-ibu percaya kepada mitos-mitos bahwa ASI yang

keluar pertama kali itu kotor, hal ini meyebabkan adanya kebiasaan dikalangan

ibu untuk membuang kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) (Utami Roesli,

2000:66).

Kelurahan Purwoyoso terletak di Kecamatan Ngaliyan, dengan jumlah

balita usia 0-4 bulan sebanyak 1.699 jiwa (Data Puskesmas). Ibu-ibu yang yang

ada pada Kelurahan Purwoyoso mempunyai tingkat pendidikan yang cukup.

Tetapi dengan pendidikan yang cukup justru tidak memberikan ASI secara tepat

dan sesuai, dari hasil observasi Ibu baru melahirkan sudah memberikan makanan

pada bayinya serta mengganti ASI dengan susu formula. Pernyataan dari bidan di

Kelurahan Purwoyoso, banyak ibu yang memberikan susu forrnula pada bayinya

karena beranggapan dengan pemberian susu formula dapat membuat badan bayi

gemuk dan pemberian makanan sebelum waktunya merupakan anjuran dari orang

tua, fenomena tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

masih kurang. Maka peneliti mengambil judul “Hubungan antara tingkat


pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif di

Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan”.

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang di atas maka permasalahannya adalah “Adakah

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian

kolostrum dan ASI eksklusif ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI.

1.3.2.2 Mendeskripsikan pemberian kolostrum oleh ibu di kelurahan Purwoyoso

kecamatan Ngaliyan.

1.3.2.3 Mendeskripsikan pemberian ASI eksklusif oleh ibu di kelurahan

Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan.

1.3.2.4 Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pemberian kolostrum.

1.3.2.5 Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pemberian ASI eksklusif.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi institusi Pendidikan

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan

memberikan informasi bagi dunia pendidikan tentang pentingnya pemberian

kolostrum dan ASI eksklusif bagi bayi.

1.4.2 Bagi institusi kesehatan

Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan bahwa pemberian kolostrum dan

ASI eksklusif pada bayi dapat menurunkan angka kejadian diare pada bayi.

1.4.3 Bagi Masyarakat

1) Bagi ibu yang memberikan kolostrum dan ASI eksklusif dapat

mempertahankan tindakan tersebut dan lebih yakin bahwa dengan pemberian

kolostrum dan ASI eksklusif, bayi dapat hidup sehat dan cerdas.

2) Bagi ibu yang tidak memberikan kolostrum dam ASI eksklusif dapat

termotivasi untuk memberikan kolostrum dan ASI eksklusif pada anak

berikutnya.

3) Bagi Kader kesehatan di kelurahan Purwoyoso, agar lebih efektif dalam

memberikan penyuluhan tentang arti pentingnya pemberian kolostrum dan

ASI eksklusif.

1.4.4 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan

penelitian ilmiah dalam bidang gizi dan kesehatan masyarakat.

1.4.5 Bagi Peneliti lain

Dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih lanjut di masa yang akan datang.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (Mammae), sebagai

makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997:20). ASI (Air Susu Ibu) sebagai

makanan yang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan

oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya yang

sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga mengandung zat pelindung yang

dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit.

ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam

jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan

pertama.

Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 240/Men Kes/ Per/ V/85

tentang Pengganti ASI, ASI adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi dan oleh karena itu

penggunaannya perlu dilestarikan (Soetjiningsih, 1997: 181).

Keuntungan ASI yaitu :

1) Tidak memerlukan persiapan khusus.


2) Terlindung dari kotoran dan penularan kuman–kuman penyakit (Asal ibu

sehat dan pandai menjaga kebersihan).

3) Mudah dihisap oleh anak.

4) Suhu sudah sesuai dengan kebutuhan bayi apabila ibu dalam keadaan sehat.

5) Mengandung beragam zat penolak penyakit yang tidak terdapat pada air susu

buatan.

6) Terjalin hubungan batin yang bersifat perlindungan dan kasih sayang secara

langsung antara ibu dan bayi.

7) Ekonomis dan praktis, karena tak usah menyisihkan anggaran khusus untuk

membeli (Sajogyo dkk, 1994:80).

Air susu ibu menurut stadium laktasi (masa mengeluran air susu) dibagi menjadi

tiga (Soetjiningsih,1997:21) yaitu sebagai berikut :

1) Kolostrum yaitu air susu ibu yang berwarna kekuning-kuningan, disekresi

pada hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh.

2) Air susu transisi atau peralihan yaitu air susu ibu peralihan dari kolostrum

sampai menjadi ASI matur, disekresi dari hari ketujuh sampai hari keempat

belas.

3) Air susu matur atau matang yaitu air susu ibu yang keluar pada hari keempat

belas sampai seterusnya.


2.1.2 Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibanding dengan susu matur (ASI yang kelur pada hari

ke-14 sampai seterusnya). Di sekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama

sampai hari keempat atau hari ketujuh. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke

hari selalu berubah. Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, tidak jarang

kita mendengar seorang ibu baru mengatakan, “ASI saya belum keluar”.

Meskipun ASI yang keluar pada hari pertama sedikit, tetapi volume kolostrum

yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2

hari.

Walaupun ASI yang keluar sedikit tetap disusukan, karena isapan bayi

akan merangsang ujung saraf di daerah punting susu dan di bawah daerah yang

berwarna kecoklatan (Areola). Rangsangan isapan bayi akan mengirimkan sinyal

ke bagian depan kelenjar hipofisa di otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin.

Hormon prolaktin ini akan merangsang sel-sel di pabrik susu untuk membuat ASI.

Selain itu, isapan bayi juga akan merangsang bagian belakang kelenjar

hipofisa untuk membuat hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan menyebabkan

sel-sel otot yang mengelilingi pabrik susu mengerut atau berkontraksi sehingga

ASI terdorong keluar dari pabrik ASI dan mengalir melalui saluran susu ke dalam

gudang susu yang terdapat di bawah daerah yang berwarna coklat. Volume

kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam 1 (Utami Roesli, 2000:20).


Keuntungan kolostrum yaitu:

1) Merupakan suatu pencahar yang ideal untuk membersihkan selaput usus bayi

yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

2) Kadar protein terutama globulin (Gamma Globulin) tinggi sehingga dapat

memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

3) Mengandung zat anti infeksi (Antibodi) 10-17 kali, sehingga mampu

melindungi tubuh dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6

bulan.

4) Mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi.

Menyusui sebaiknya dilakukan segera setelah bayi lahir, dan setelah itu

setiap kali bayi menginginkannya. Beberapa alasan agar ibu menyusui bayinya

segera setelah lahir sebagai berikut:

1) Menyusui bayi akan memberikan kepuasan dan ketenangan pada ibu.

2) Hisapan air susu akan mempercepat proses kembalinya uterus (Rahim) ibu ke

ukuran normal, serta mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada

ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk

konstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan cepat

berhenti.

3) Bayi yang disusui segera setelah lahir (60 menit setelah lahir) jarang

menderita infeksi dan keadaan gizinya dalam tahun pertama usianya jauh

lebih baik dibandingkan bayi yang terlambat diberi ASI.

4) Produksi ASI akan lebih lancar (Merangsang produksi ASI) (Depkes RI,

1999:15).
2.1.3 Komposisi Kolostrum, ASI, Dan Susu Sapi

Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi per 100 gram dapat dilihat pada

tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1
Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi Per 100 gram

Susu
Gizi Kolostrum (1-5 hr)
(100 gr)
ASI Susu Sapi
(100 gr) (100 gr)
1 2 3 4
Energi (Kal) 58 77 65
Protein (g) 2,7 1,1 3,5
Lemak (g) 2,9 4,0 3,5
Karbohidrat (g) 5,3 9,5 4,9
Kalsium (mg) 31 33 118
Fosfor (mg) 14 14 93
Besi (mg) 0,09 0,1 -
Vit A (SI) 296 240 140
Thiamin (mg) 0,015 0,01 0,03
Riboflavin (mg) 0,029 0,04 0,17
Niacin (mg) 0,075 0,2 0,1
Asam Askorbat 4,4 5 1
Sumber : F. G. Winarno (1992:78)

2.1.4 ASI Eksklusif

Pada awal kehidupan, seorang bayi akan menggatungkan hidupnya

kepada makanan berupa ASI sampai usia 6 bulan. Biasanya tidak terdapat

gangguan pertumbuhan dalam usia 6 bulan, kecuali jika anak menderita penyakit.

ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan selama jangka waktu minimal

empat bulan dan akan lebih baik apabila diberikan sampai bayi berusia enam

bulan serta bayi tanpa diberi tambahan cairan lain seperti: susu formula, jeruk,
madu, air teh, bahkan air putih dan tidak diberi makanan padat lain seperti :

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain (Utami Roesli,

2001:1).

Sampai usia 4 bulan atau maksimal 6 bulan sebaiknya bayi hanya diberi

ASI saja. Meskipun pada usia satu bulan kemungkinan bayi sudah mampu

mencerna karbohidrat rantai pendek, tetapi mengingat besar peluang

terkontaminasi oleh kuman penyakit, maka sebaiknya tidak diberikan makanaan

apapun sampai usia minimal 4 bulan dan maksimal 6 bulan (Muhilal, 1993:14).

Dalam usia 4 bulan pertama sejak bayi lahir keseluruhan kebutuhan zat

gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan kembangnya tubuh bayi dapat dipenuhi

oleh ASI. Seorang bayi sepenuhnya diberi ASI saja, tidak akan kurang gizi selama

6 bulan pertama kehidupan, jika bayi tidak menderita penyakit atau infeksi.

Bahkan bagi ibu yang gizinya kurang baik sekalipun masih dapat memberikan

ASI yang cukup tanpa makanan tambahan selama 4 bulan pertama (F. G Winarno,

1992:16).

Bayi yang diberi ASI eksklusif tidak akan alergi dan diare, karena dalam

ASI terdapat protein alfa-laktalbumin yang tidak menyebabkan alergi. ASI dalam

suasana asam di dalam usus bayi akan menstimulir pertumbuhan Laktobasilus

bifidus (Bifidobacteria) yaitu bakteri yang menguntungkan. Laktobasilus bifidus

dalam usus bayi akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat

sehingga suasana usus lebih asam. Suasana asam pada usus akan menghambat

pertumbuhan kuman Escherichia coli (E. coli) (suatu jenis kuman yang sering

menyebabkan diare pada bayi) dan Enterobacteriaceae (Soetjiningsih, 1997: 30).


Manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi (Utama Roesli, 2001:31) yaitu:

1) Sebagai nutrisi terbaik karena sumber gizi yang ideal dengan komposisi

seimbang yang sesui dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung berbagai zat antibodi

yang mencegah terjadinya infeksi.

3) Meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung asam lemak (DHA,

AA/arachidonic acid, omega-3, omega-6) yang diperlukan untuk pertumbuhan

otak.

4) Meningkatkan jalinan kasih sayang.

5) Berfungsi menjarangkan kelahiran.

6) Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

7) Bayi yang menyusu pada ibunya, pertumbuhan gigi gerahamnya lebih baik.

8) Buah dada ibu telah diciptakan sedemikian rupa sehingga waktu bayi

menghisap, kemungkinan bayi akan tersedak lebih kecil.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pemberian ASI

Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi

kaya akan zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi. Tetapi

karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru

melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Mereka berpendapat dan

percaya bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak (F. G

Winarno, 1992:54).
Sedangkan diberbagai daerah, kolostrum sengaja diperas dengan tangan

dan dibuang. Menurut Suhardjo kebanyakan ibu membuang kolostrum karena

bayi belum dapat menghisap, dianggap kotor, bila diberikan bayi membuat

muntah, diare dan demam atau disarankan dukun.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan pemberian ASI

eksklusif yaitu faktor kejiwaan ibu, faktor dari bayi sendiri, faktor lingkungan dan

faktor kelainan payudara.

Faktor kejiwaan ibu dapat berasal dari faktor internal dan eksternal.

Faktor kejiwaan ibu yang berasal dari faktor internal (Utami Roesli, 2000:20)

yaitu :

1) Rasa percaya diri atau keyakinan ibu bahwa ASI yang diberikan secara

eksklusif kepada bayi tidak cukup sehingga ibu ingin cepat memberikan susu

formula atau bubur yang terbuat dari tepung biji bijian kepada bayinya.

2) Kepribadian ibu yang selalu mengalami tekanan batin karena tidak mendapat

dukungan dari suaminya apabila memberikan ASI secara eksklusif.

3) Tingkat kecemasan karena ibu takut apabila hanya diberi ASI sampai usia 4

bulan atau selebihnya 6 bulan saja bayi tidak dapat tumbuh besar.

4) Kestabilan emosional, ibu takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita

karena dengan menyusui akan membuat bentuk payudara kurang bagus

sehingga membuat emosional ibu meningkat.

5) Sikap ibu lebih tertarik terhadap penerangan dan dorongan tentang promosi

susu formula.

6) Pengalaman menyusui, ibu yang mempunyai anak satu akan berbeda dengan

ibu yang mempunyai anak dua dalam hal menyusui.


Faktor kejiwaan ibu yang berasal dari faktor eksternal (Utami Roesli,

2000:40) yaitu :

1) Hubungan keluarga, ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian

ASI eksklusif dengan jalan memberikan dukungan secara emosional kepada

istri dan memberikan bantuan-bantuan praktis, seperti mengganti popok atau

penyendawakan bayi.

2) Lingkungan pekerjaan, dimana tempat ibu bekerja tidak mendukung apabila

ibu memberikan ASI eksklusif nantinya akan mengganggu produktivitas

dalam bekerja.

Faktor dari bayi sendiri adalah anak yang lahir sebelum waktunya

(Prematur) atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah, anak sakit dan

berbagai penyakit macam cacat bibir.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi penggunaan pemberian ASI

eksklusif adalah faktor perubahan sosial budaya seperti ibu bekerja, meniru teman

, tetangga dan orang terkemuka yang memberikan susu formula, serta merasa

ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, bukan alasan untuk

menghentikan pemberian ASI eksklusif, meskipun cuti melahirkan hanya 3 bulan.

Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI eksklusif dengan cara memerah ASInya

sehari sebelum ibu pergi. Karena ASI dapat tahan simpan selam 24 jam didalam

termos es yang diberi es batu, tahan selama 6-8 jam diudara bebas dan didalam

lemari es selama 48 jam dan juga 3 bulan-6 bulan dalam freezer. Untuk karyawati

disediakan tempat kerja sayang ibu yaitu tempat kerja yang memungkinkan
karyawatinya menyusui secara eksklusif selama 4 bulan atau sampai 6 bulan, akan

lebih mendukung usaha ibu untuk memberikan ASI eksklusif (Soetjiningsih,

1997: 17).

Faktor kelainan payudara pada ibu seperti puting susu nyeri atau lecet,

payudara bengkak, saluran susu tersumbat, radang payudara dan kelainan

anatomis pada punting susu ibu sehingga membuat ibu kesukaran dalam

memberikan ASI secara eksklusif.

Puting susu nyeri /lecet Penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik

menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara. Bila bayi

menyusu hanya pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena

gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus sedangkan pada ibu akan

terjadi nyeri atau kelecetan pada puting susu. Selain itu puting susu yang lecet

dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu

ibu. Serta akibat pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritasi lainnya untuk

membersihkan payudara dapat menyebabkan puting lecet.

Payudara bengkak terjadi karena ASI tidak disusukan dengan adekuat,

sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya

pembengkakan. Pembengkakan terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu

melahirkan.

Saluran susu tersumbat disebabkan oleh air susu yang terkumpul tidak

segera dikelurkan sehingga menjadi sumbatan (Soetjiningsih, 1997:105).


2.1.6 Pengetahuan ibu tentang ASI

Seorang ibu yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu menyusun

makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang yang lebih

tinggi pendidikannya. Sekalipun berpendidikan rendah kalau seorang ibu rajin

mendengarkan TV, radio serta dalam penyuluhan ikut serta tidak mustahil

pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja perlu dipertimbangkan bahwa

faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan

memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh (Suharyono, Rulina Suradi,

1992:19).

Sebagian besar kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu

mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur

makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat ketidaktahuan ibu

mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Keadaan ini akan membawa

pengaruh buruk terhadap tingkat gizi bayi (Sjahmien Moehji, 1992:12).

Pengetahuan ibu menggenai keunggulan ASI dan cara pemberian ASI

yang benar akan menunjang keberhasilan menyusui. Menurut Rulina Suradi

menunjukkan bahwa ibu dari semua tingkat ekonomi mempunyai pengetahuan

yang baik tentang kegunaan ASI dan mempunyai sikap yang positif terhadap

usaha memberikan ASI, tetapi dalam prakteknya tidak sejalan dengan

pengetahuan mereka (Suharyono, Rulina Suradi, 1992:71).


2.1.7 Hubungan pengetahuan ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI

Eksklusif

Menurut Green sebagaimana dikutip Sarlito Sarwono & Soekidjo

Notoatmodjo (1996:24), perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain yang terwujud dalam pengetahuan, keyakinan dan

nilai yang dianut ibu tentang pemberian ASI pada bayi.

Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI dan cara pemberian ASI

yang benar akan menunjang untuk berhasil menyusui. Wanita dari semua tingkat

ekonomi mempunyai pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan

mempunyai sikap positif terhadap usaha memberikan ASI, tetapi dalam

prakteknya tidak selalu sejalan dengan pengetahuan mereka.

Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi

kaya akan zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi. Tetapi

karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru

melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Meraka berpendapat dan

percaya bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak.

Dengan meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan yang benar, diharapkan ibu-

ibu yang baru melahirkan memberikan kolostrum pada bayinya.


2.1.8 Kerangka Teori

Dari landasan teori maka dapat digambarkan kerangka teori secara

sistematis sebagai berikut :

Faktor Bayi : Pemberian ASI : Faktor Lingkungan :


Bibir Sumbing − Kolostrum Sosial Budaya (Promosi
Bayi sakit − ASI Eksklusif susu formula)

Faktor ibu
1. Faktor kejiwaan
a) Faktor Eksternal
− Pengetahuan Gizi
− Hubungan Keluarga
− Lingkungan
pekerjaan
b) Faktor Internal
− Kepribadian Ibu
− Rasa percaya diri
− Kestabilan mental
− Tingkat kecemasan
− Sikap Ibu
2. Faktor kelainan payudara
- Bekas operasi payudara
- Puting masuk
- Puting lecet

Gambar 1
Kerangka Teori

Keterangan

Secara teoritis ada hubungan dan diteliti

2.3 Secara teoritis ada hubungan tetapi tidak diteliti


2.1.9 Kerangka konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-

hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat

langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui

konstruk atau yang lebih dikenal dengan variabel. Jadi variabel adalah simbol atau

lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah

sesuatu yang bervariasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:68).

Secara sistematis, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Pemberian ASI:
Tingkat Pengetahuan a) Kolostrum
Ibu Tentang ASI b) ASI Eksklusif

Gambar 2
Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dalam penelitian ini meliputi :

1) Pengertian kolostrum dan ASI eksklusif.

2) Manfaat kolostrum dan ASI eksklusif.

3) Akibat pemberian makanan tambahan sebelum usia 4 bulan atau 6 bulan.


2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002:72). Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian maka dalam

perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini

adalah :

1) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian

kolostrum.

2) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian

ASI eksklusif.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi

Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti adalah populasi

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Dalam penelitian ini mengambil populasi ibu-

ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan

Ngaliyan.

3.2 Sampel

Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi adalah sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79).

Sampel penelitian ini diambil secara Purposive Sampling didasarkan pada suatu

pertimbangkan yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum objek penelitian pada populasi

target dan populasi terjangkau (Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael, 1995:22)

sebagai berikut:

1) Primipara adalah wanita yang pernah hamil satu kali dan melahirkan anak

yang hidup.

2) Ibu rumah tangga.

Kriteria eksklusi adalah sebagian objek yang tidak memenuhi kriteria

inklusi harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab, antara lain:
1) Janda.

2) Bayi kembar.

3) Ibu menderita sakit ≥ 1 minggu dalam 4 bulan pertama setelah melahirkan.

4) Bayi cacat bawaan (Bibir Sumbing).

5) Bayi sakit.

6) Kelainan payudara.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Dalam penelitian ini

digunakan satu variabel bebas (Variabel Independen) dan dua variabel terikat

(Variabel Dependen).

1) Variabel bebas (Variabel Independen) adalah variabel yang mempengaruhi

atau variabel yang menjadikan sebab timbulnya atau berubahnya variabel

terikat (Variabel Dependen) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan.

2) Variabel terikat (Variabel Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah pemberian kolostrum dan pemberian ASI eksklusif.


3.4 Batasan Operasional

3.4.1 Tingkat Pengetahuan Ibu adalah kemampuan ibu menjawab pertanyaan

yang berhubungan dengan ASI meliputi kolostrum dan ASI eksklusif yang

tertuang dalam kuesioner sebanyak 17 pertanyaan, diklasifikasikan menjadi:

1) Kurang bila nilai X - 1 Sd (Mean – 1 Standar Deviasi).

2) Cukup bila nilai X (Mean).

3) Baik bila nilai X + 1 Sd (Mean + 1 Standar Deviasi) (Agus Irianto,2004:45).

Skala : Ordinal

Ukuran : Kurang, cukup, baik

3.4.2 Pemberian kolostrum adalah pemberian ASI yang pertama kali keluar

dan berwarna kekuningan kuningan, yang disekresi pada hari pertama setelah

melahirkan sampai hari keempat atau ketujuh, mengandung lebih banyak

laktalbumin dan laktoprotein daripada air susu biasa (Kamus Kedokteran,

2000:65).

Skala : Nominal

Ukuran : Memberi kolostrum, tidak memberi kolostrum

3.4.3 Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI, tanpa tambahan cairan

lain, seperti susu formula, jeruk , madu, air teh, bahkan air putih dan juga

makanan padat lain seperti :pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur tim, dan

lain-lain untuk jangka waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik lagi

apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Utami Roesli, 2001:1).

Skala : Nominal

Ukuran : Memberi ASI eksklusif, tidak memberi ASI eksklusif


3.5 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Explanatory Research yang

menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui

pengujian hipotesis (Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 1989:5), serta

menggunakan pendekatan Cross Sectional karena antara variabel bebas dan

variabel terikat diukur secara bersamaan dalam satu waktu.

3.6 Teknik Pengambilan Data

3.6.1 Data

Penelitian ini dalam pengambilan data bersumber dari data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung atau bercakap-

cakap berhadapan muka dengan responden (Face to face) serta menggunakan

kuesioner. Kuesioner atau angket (Questionnaires) adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang telah disusun dengan baik, sudah matang yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi

responden atau hal-hal yang responden ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:180).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu kuesioner

penyaringan dan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang

ASI yang berisi:

1) Identitas responden berisi identitas ibu dan bayi, yang meliputi nama,

tempat/tanggal lahir, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.

2) Pengetahuan gizi yang berisi tentang pengetahuan ASI kaitanya dengan

kolostrum dan ASI eksklusif.

3) Pemberian ASI yang meliputi pemberian kolostrum dan ASI eksklusif.


Kuesioner penyaringan berfungsi untuk mencari calon sampel dalam

suatu populasi. Dalam kuesioner penyaringan berisi:

1) Identitas responden berisi identitas ibu dan bayi, yang meliputi nama,

tempat/tanggal lahir, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.

2) Kriteria sampel.

3.6.2 Waktu Dan Lokasi Pengambilan Data

1) Waktu

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 April

2005 sampai 14 April 2005.

2) Lokasi

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan di tiap Posyandu yang

terdapat pada tiap RW (Rukun Warga) di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan

Ngaliyan.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Persiapan Penelitian

1) Mengajukan surat ijin penelitian pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,

selanjutnya surat ijin dari Jurusan tersebut dibawa ke KESBANGLINMAS

(Kesatuan Bangsa Dan Pelindung Masyarakat) Kota Semarang, kemudian surat

ijin dari KESBANGLINMAS ditujukan pada Kepala Puskesmas Purwoyoso.

2) Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala Puskesmas, selanjutnya

menyiapkan dan menyediakan instrumen yang berupa kuesioner atau angket

pertanyaan, kuesioner atau angket pertanyaan dalam penelitian ini berbentuk


tertutup dan terbuka, untuk kemudian diuji cobakan pada populasi sebanyak 10

orang ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan. Uji coba instrumen ini berguna

untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat ukur layak dan

dipercaya untuk penelitian.

3) Menyediakan instrumen yang berupa kuesioner penyaringan. Kuesioner

penyaringan diberikan pada populasi untuk mencari dan menetapkan calon sampel

penelitian.

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian

Sampel yang telah didapatkan dari kuesioner penyaringan, dilakukan

langkah selanjutnya yaitu:

1) Mendatangi rumah sampel dengan door to door.

2) Memberikan kuesioner yang berisi angket pertanyaan tentang pengetahuan

gizi, pemberian kolostrum dan ASI eksklusif yang sebelumnya telah diuji

cobakan pada populasi. Kuesioner atau angket pertanyaan pengetahuan ASI

berbentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dan terbuka. Pertanyan tertutup

yaitu kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan sampel

tidak diberikan kesempatan jawaban lain (Masri Singarimbun, 1989:177).

Pertanyaan terbuka (Open Ended) yaitu bentuk pertanyaan yang memberikan

kebebasan menjawab bagi sampel, tetapi sudah sedikit diarahkan atau

diberikan kata kunci (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:123).

3) Memberikan penjelasan kepada sampel tentang tata cara pengisian angket.


3.8 Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

penelitian dalam mengumpulkan data, agar pekerjaan pengumpulan data lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 1998:151). Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket pertanyaan (Kuesioner) yang diuji

cobakan pada populasi, untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen

menggunakan program komputer.

Langkah-langkah uji validitas dan reliabilitas instrumen (Singgih Santoso,

2000:274) sebagai berikut :

1) Nilai dari tiap item yang ada pada kuesioner masukkan pada data editor yang

ada pada layar komputer.

2) Setelah data selesai buka menu Analyze pilih submenu Scale kemudian pilih

Reliability Analysis.

3.8.1 Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

(Suharsimi Arikunto, 1998:160).

Berdasarkan hasil uji validitas angket dengan menggunakan progran

komputer, pengambilan keputusan jika r hasil > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid, sebaliknya jika r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut

tidak valid. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 25 butir angket

pengetahuan gizi yang diuji cobakan terdapat 2 butir yang tidak valid yaitu nomor

4 dan 13 karena memiliki r hasil < r tabel (0,632) yaitu yang terlihat pada kolom

Corrected Item Total Correlation diperoleh nilai untuk soal nomor 4 (0,3092) dan

soal nomor 13 (0,4044) untuk α=5 % dengan n=10.

Selanjutnya 2 butir angket yang tidak valid tidak dipergunakan sebagai

alat pengumpul data.

Hasil uji validitas angket pemberian kolostrum dan ASI eksklusif pada

lampiran seluruhnya memperoleh harga hasil > r tabel (0,632) yaitu yang terlihat

pada kolom Corrected Item Total Correlation untuk α=5 % dengan n=10 dengan

demikian seluruh butir soal tersebut valid dan dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data.

3.8.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

(Suharsimi Arikunto, 1998:170). Dikatakan reliabel (Andal) jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas angket dengan menggunakan program

komputer, pada lampiran menujukkan bahwa dari 25 butir angket pengetahuan

gizi yang diuji cobakan diperoleh nilai alpha 0,9525 > 0,632 maka instrumen itu

dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena r hasil > r tabel.
Hasil uji reliabilitas angket dengan menggunakan program komputer,

pemberian kolostrum dan ASI eksklusif pada lampiran diperoleh nilai alpha

0,8520 > 0,632 maka instrumen dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian diolah yang meliputi:

1) Editing dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang

sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan

konsistensi dari setiap jawaban.

2) Coding, setiap data diteliti, selanjutnya adalah memberikan kode pada

jawaban ditepi kanan lembar pertanyaan. Pengisian berdasarkan jawaban

responden.

3) Skoring, setelah dilakukan pengkodean kemudian pemberian nilai sesuai

dengan skor yang ditentukan. Bila jawaban benar diberi skor 2, salah diberi

skor 1 dan tidak tahu diberi skor 0.

4) Tabulasi data adalah kelanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan

data. Hal ini dilakukan agar lebih mudah penyajian data dalam bentuk

distribusi frekuensi.

5) Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan deskriptif.

Setelah data diolah dianalisis dengan komputer dengan analisis Chi Square

Test untuk membuktikan hipotesis ada hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat, selanjutnya untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan yang

ada dilanjutkan dengan uji Contingency Coefficient.


Langkah-langkah analisis data (Singgih Santoso, 2000:232) sebagai berikut:

1) Pengisian data untuk masing-masing variabel yaitu pengetahuan ASI,

pemberian kolostrum, pemberian ASI eksklusif.

2) Setelah data selesai, pilih menu Analyze pilih submenu Descriptive Statistics,

lalu pilih Cross Tabs.

3) Dari Cross Tabs pilih uji Chi Square Test dan Contingency Coefficient.

Untuk dasar pengambilan keputusan dibedakan atas dua macam yaitu:

1) Berdasarkan perbandingan Chi Square Tests, jika Chi Square hitung < Chi

Square tabel maka HO diterima (tidak ada hubungan), sebaliknya jika Chi

Square hitung > Chi Square tabel maka HO ditolak (ada hubungan).

2) Berdasarkan probabilitas, jika probabilitas > 0,005 maka HO diterima (tidak

ada hubungan), sebaliknya jika probabilitas < 0,005 maka HO diterima (ada

hubungan) (Singgih Santoso, 2000:235).

Untuk mengukur keeratan hubungan yang sudah ada dengan Contingency

Coefficient, kriteria keeratan dikategorikan menjadi 4 (Sugiyono, 2004:216) yaitu:

1) 0,00-0,19 : hubungan sangat lemah.

2) 0,20-0,39 : hubungan lemah

3) 0,40-0,59 : hubungan cukup kuat

4) 0,60-0,79 : hubungan kuat

5) 0,80-1,00 : hubungan sangat kuat


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden

4.1.1 Umur

Umur responden pada saat penelitian yang termuda berumur 20 tahun

sebanyak 5 orang sebesar 15,6 % sedangkan yang tertua berumur 36 tahun

sebanyak 1 orang sebesar 3,1 %. Adapun distribusi frekuensi umur responden

dapat dilihat padsa tabel 2.

Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 20 5 15.6 15.6 15.6
21 2 6.3 6.3 21.9
22 3 9.4 9.4 31.3
23 3 9.4 9.4 40.6
24 2 6.3 6.3 46.9
25 5 15.6 15.6 62.5
26 3 9.4 9.4 71.9
27 3 9.4 9.4 81.3
28 2 6.3 6.3 87.5
30 2 6.3 6.3 93.8
31 1 3.1 3.1 96.9
36 1 3.1 3.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

31
Umur
20

10
Percent

0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 30 31 36

Umur
Gambar 3
Grafik Umur

4.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan responden merupakan salah satu unsur penting yang ikut

menentukan keadaan gizi keluarga. Responden paling banyak dengan tingkat

pendidikan SMA yaitu 10 orang (40,6 %) dan tingkat pendidikan perguruan

tinggi/akademi hanya 1 orang (3,1 %). Adapun distribusi frekuensi umur

responden dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid DIII 1 3.1 3.1 3.1
SMA 13 40.6 40.6 43.8
SMK 8 25.0 25.0 68.8
SMP 6 18.8 18.8 87.5
SD 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pendidikan
50

40

30

20

10
Percent

0
DIII SMA SMK SMP SD

Pendidikan
Gambar 4
Grafik Pendidikan

4.1.3 Pengetahuan Tentang ASI

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 15,6 % (5 orang) responden

mempunyai pengetahuan kurang tentang ASI dan 40,6 % (13 orang) mempunyai

pengetahuan cukup, dan 43,8 % (14 orang) mempunyai pengetahuan baik. Untuk

rentang nilai sebagai berikut :

1) Pengetahuan kurang bila total skor ≤ 8, diperoleh dari M-1SD

2) Pengetahuan cukup bila total skor 9-16, diperoleh dari M

3) Pengetahuan baik bila total skor ≥ 17, diperoleh dari M+1SD.

Keterangan Mean sebesar 16,00 dan Standar Deviasi sebesar 7,72.


Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang ASI dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang 5 15.6 15.6 15.6
Cukup 13 40.6 40.6 56.3
Baik 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pengetahuan ASI
50

40

30

20

10
Percent

0
Kurang Cukup Baik

Pengetahuan ASI

Gambar 5
Grafik Pengetahuan ASI
4.1.4 Persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, waktu

persalinan dibantu oleh bidan diklinik bersalin sebanyak 19 orang (59,4%),

sedangkan waktu persalinan dibantu oleh dokter di RS (Rumah Sakit) sebanyak

13 orang (40,6%). Distribusi responden menurut persalinan dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Persalinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Bidan 19 59.4 59.4 59.4
Dokter 13 40.6 40.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

Persalinan
70

60

50

40

30

20
Percent

10

0
Bidan Dokter

Persalinan

Gambar 6
Grafik Persalinan
4.1.5 Pemberian Kolostrum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang responden

(65,6%) menyatakan memberi kolostrum kepada bayinya dan sisanya 11 orang

responden (34,4%) menyatakan tidak memberikan kolostrum. Responden yang

menyatakan memberikan kolostrum dengan alasan kesehatan sebanyak 13 orang

(61,91%), karena ASI yang pertama kali keluar banyak mengandung vitamin

yang bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi, dan sisanya karena anjuran petugas

kesehatan sebesar 38,09% (8 orang). Sedangkan yang tidak memberikan

kolostrum dengan alasan karena warna kolostrum keruh dan kotor sebesar 63,64%

(7 orang), dan 36,36% (4 orang) dengan alasan anjuran orang tua. Distribusi

responden menurut pemberian kolostrum dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kolostrum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Diberi 21 65.6 65.6 65.6
Tidak diberi 11 34.4 34.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pemberian Kolostrum
70

60

50

40

30

20
ercent

10
P

0
Diberi Tidak diberi

Pemberian Kolostrum

Gambar 7
Pemberian Kolostrum
4.1.6 Informasi Tentang Kolostrum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden yang pernah

mendengar istilah kolostrum hanya 7 orang (21,9%) dan sisanya 25 orang (78,1%)

tidak pernah mendengar istilah kolostrum. Responden yang pernah mendengar

istilah kolostrum bersumber dari petugas kesehatan 5 orang (15,63%), media

massa 2 orang (6,25%). Responden yang tidak pernah mendengar istilah

kolostrum karena tidak pernah mendapatkan penyuluhan sebanyak 25 orang

(78,1%). Distribusi responden berdasarkan informasi tentang kolostrum dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Tentang Kolostrum
Istilah Kolostrum n Persen (%)
Pernah mendengar 7 21,9
Tidak Pernah Mendengar 25 78,1
Jumlah 32 100

Informasi Kolostrum
100

80

60

40

20
Percent

0
Pernah mendengar Tidak Pernah Mendeng

Informasi Kolostrum

Gambar 8
Grafik Informasi Kolostrum
4.1.7 Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan responden yang menyatakan memberikan

ASI eksklusif sebanyak 9 orang (28,1%) karena alasan kesehatan sebesar 55,56 %

(5 orang), karena anjuran petugas kesehatan sebesar 11,11% (1 orang), dan karena

alasan takut apabila bayi diberi susu formula bisa diare sebesar 33,33% (3 orang).

Sedangkan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 23 orang (71,9%),

karena alasan bayi rewel atau nangis sebanyak 14 orang (60,87%), alasan bila

bayi diberi ASI saja tidak gemuk sebanyak 4 orang (17,39%), dan karena anjuran

orang tua sebanyak 5 orang (21,74%). Distribusi responden berdasarkan

pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Diberi 9 28.1 28.1 28.1
Tidak diberi 23 71.9 71.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pemberian ASI Eksklusif


80

60

40

20
Percent

0
Diberi Tidak diberi

Pemberian ASI Eksklusif

Gambar 9
Grafik Pemberian ASI Eksklusif
4.1.8 Informasi Tentang ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukan bahwa 32 responden yang pernah

mendengar istilah ASI eksklusif hanya 15 orang (46,9%) dan sisanya tidak pernah

mendengar istilah ASI eksklusif sebanyak 17 orang (53,1%). Responden yang

pernah mendengar istilah ASI eksklusif berasal dari petugas kesehatan sebanyak 9

orang (60%), yang bersumber dari saudara/anggota keluarga/teman/tetangga

sebanyak 4 orang (26,67%) dan bersumber dari media massa sebanyak 2 orang

(13,33%). Distribusi responden berdasarkan informasi tentang ASI ekslusif dapat

dilihat pada tabel 9.

Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Tentang ASI Eksklusif
Istilah ASI Eksklusif n Persen (%)
Pernah Mendengar 15 46,9
Tidak Pernah Mendengar 17 53,1
Jumlah 32 100

Informasi ASI Eksklusif


60

50

40

30

20

10
Percent

0
Pernah Mendengar Tdk Pernah Mendengar

Informasi ASI Eksklusif

Gambar 10
Grafik Informasi ASI Eksklusif
4.1.9 Hubungan Antara Pengetahuan Tentang ASI Dengan Pemberian

Kolostrum

Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Tentang ASI
Dengan Pemberian Kolostrum
Pemberian Kolostrum
Pengetahuan Memberi Tidak Memberi n Persen
Tentang ASI n % n % (%)

Kurang 2 9,52 3 27,27 5 15,63


Cukup 5 23,81 8 72,73 13 40,62
Baik 14 66,67 0 0 14 43,75
Jumlah 21 100 11 100 32 100
Berdasarkan tabel 10 diatas diketahui bahwa, ibu yang mempunyai

pengetahuan baik tentang ASI dan memberikan kolostrum sebanyak 14 orang

(66,67%), pengetahuan cukup tentang ASI dan memberikan kolostrum sebanyak 5

orang (23,81%) dan pengetahuan kurang tentang ASI tetapi memberikan

kolostrum sebanyak 2 orang (9,52%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square Tes

didapatkan P value sebesar 13,041 maka 13,041 > 5,99 (P tabel) atau

pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas yaitu yang terlihat pada kolom

Asymp Sig/Asymptotic Significance diperoleh nilai 0,001 maka menunjukkan nilai

0,001 < 0,05 adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pemberian kolostrum yang bermakna dengan tingkat signifikansi (α) 5%,

derajat kebebasan (df) 2 dan n=32., dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11
Chi-Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-quare 13,041 2 ,001
Likelihood Ratio 17,130 2 ,000
Linear-by-Linear Association 9,683 1 ,002
N of Valid Cases 32
Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan

pemberian kolostrum terlihat pada Contingency Coefficient adalah 0,538 dengan

nilai Approx. Sig sebesar 0,001. Hal ini berarti, benar-benar ada hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum karena nilai

Approx. Sig sebesar 0,001 di bawah 0,05 (nilai probabilitas) dan hubungan

tersebut ternyata cukup kuat karena nilai pada Contingency Coefficient 0,538

berada pada rentang 0,40-0,59, dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,538 ,001
N of Valid Cases 32

4.1.10 Hubungan Antara Pengetahuan Tentang ASI Dengan Pemberian


ASI Eksklusif
Tabel 13
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Tentang ASI
Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif


Pengetahuan Memberi Tidak n Persen
Tentang ASI Memberi (%)
n % n %
Kurang 0 0 5 21,74 5 15,63
Cukup 1 11,11 12 52,17 13 40,62
Baik 8 88,89 6 26,09 14 43,75
Jumlah 9 100 23 100 32 100

Berdasarkan tabel 13 diatas diketahui bahwa, ibu yang mempunyai

pengetahuan baik tentang ASI dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 8 orang

(88,89%), dan pengetahuan cukup tentang ASI tetapi memberikan ASI eksklusif

sebanyak 1 orang (11,11%)


Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square Tes

didapatkan P value sebesar 10,473 maka 10,473 > 5,99 (P tabel) atau pengambilan

keputusan berdasarkan probabilitas yaitu yang terlihat pada kolom Asymp

Sig/Asymptotic Significance diperoleh nilai 0,005 maka menunjukkan nilai 0,005

< 0,05 adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan

pemberian ASI eksklusif yang bermakna dengan tingkat signifikansi (α) 5%,

derajat kebebasan (df) 2 dan n=32, dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14
Chi-Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-quare 10,473 2 ,005
Likelihood Ratio 11,852 2 ,003
Linear-by-Linear Association 8,703 1 ,003
N of Valid Cases 32

Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian

ASI eksklusif terlihat pada Contingency Coefficient adalah 0,497 dengan nilai

Approx. Sig sebesar 0,005. Hal ini berarti, benar-benar ada hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif karena nilai

Approx. Sig sebesar 0,005 di bawah 0,05 (nilai probabilitas) dan hubungan

tersebut ternyata cukup kuat karena nilai pada Contingency Coefficient 0,497

berada pada rentang 0,40-0,59, dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,497 ,005
N of Valid Cases 32
4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengetahuan ASI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan

tentang ASI kurang sebanyak 5 orang (15,63%), yang diteliti meliputi

pengetahuan kolostrum dan ASI eksklusif. Seorang ibu yang hanya tamat SD

belum tentu tidak mau memberikan ASI pada bayinya karena ibu mempunyai

pengetahuan yang baik tentang ASI dan memahami arti penting ASI bagi

perkembangan bayi. Pengetahuan ibu tentang ASI baik, secara otomatis apabila

anak maupun ibu tidak sakit dapat memberikan ASI secara eksklusif pada

bayinya.

Ketidaktahuan mereka tentang kolostrum dan ASI eksklusif disebabkan

kurang penyuluhan dari petugas kesehatan yang ada pada Kelurahan Purwoyoso..

Serta dokter dan bidan yang ada di klinik bersalin dan RS tidak memberikan

pengertian tentang manfaat ASI terutama kolostrum dan ASI eksklusif, tetapi ibu

yang baru melahirkan disodori dan dianjurkan menggunakan susu formula.

Dengan begitu menghambat penggunaan kolostrum dan ASI eksklusif. Dari hasil

penelitian yang menyatakan dianjurkan bidan menggunakan susu formula

sebanyak 20 orang, karena ibu merasa ASI yang keluar sedikit.

Untuk itu promosi sosialisasi pemberian kolostrum dan ASI eksklusif

oleh petugas kesehatan perlu ditingkatkan, karena keberadaan petugas kesehatan

mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam menyukseskan gerakan

pemberian kolostrum dan ASI eksklusif. Petugas kesehatan yang berada pada tiap
kelurahan menjadi ujung tombak dalam aktivitas kesehatan ibu dan anak, dimana

dalam kesehariannya harus banyak berinteraksi dengan masyarakat terutama ibu.

4.2.2 Pemberian Kolostrum

Hasil penelitian menunjukkan 65,63% (21 orang) memberikan kolostrum

pada bayi. Besarnya responden yang memberikan kolostrum kepada bayi karena

alasan ASI yang pertama keluar merupakan ASI yang paling bagus untuk

kekebalan bayi sebesar 61,91% (13 orang) ini menunjukkan ibu mengetahui arti

penting dari kolostrum.

Pemberian kolostrum segera setelah melahirkan (60 menit setelah bayi

lahir), maka bayi jarang menderita infeksi dan keadaan gizi bayi dalam tahun

pertama usianya jauh lebih baik dibandingkan yang terlambat memberikan ASI.

Pemberian kolostrum segera pada bayi akan memperlancar ASI, karena hisapan

bayi pada payudara ibu akan mempengaruhi hormon prolaktin untuk

memproduksi ASI dengan lancar (Depkes RI, 1999:12).

Pemberian kolostrum pada bayi akan memberikan perlindungan pada

bayi terhadap infeksi dalam jangka waktu 6 bulan, karena warna kuning

kekuningan pada kolostrum mengandung protein Globulin (Gamma Globulin)

yang tidak menyebabkan alergi atau diare pada bayi. Bayi yang baru lahir sistem

pencernaannya belum sempurna, sehingga Laxantia (suatu pencahar yang

terkandung dalam kolostrum) yang berfungsi membersihkan selaput usus bayi

yang baru lahir, sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan

(Soetjiningsih, 1997:21).
4.2.3 Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar responden tidak

memberikan ASI eksklusif {71,87% (23 orang)} kepada bayinya sampai usia 4

bulan atau paling lama 6 bulan. Tingginya persentase yang tidak memberikan ASI

eksklusif disebabkan responden memang benar-benar tidak tahu arti pentingnya

ASI eksklusif bagi kesehatan bayi.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI penuh tanpa makanan tambahan

lain atau cairan lain selama kurun waktu minimal 4 bulan dan yang paling bagus 6

bulan. Pemberian ASI eksklusif tidak akan membuat bayi kurang gizi selama 6

bulan pertama kehidupan, bahkan ibu yang gizinya kurang baik sekalipun masih

dapat memberikan ASI yang cukup tanpa makanan tambahan lain (F. G. Winarno,

1992:16).

Manfaat dari pemberian ASI eksklusif adalah meningkatkan kecerdasan,

menjalin hubungan kasih sayang yang erat antara ibu dan anak, pertumbuhan gigi

geraham pada bayi lebih baik (Utami Roesli, 2001:31).

4.2.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan ASI Dengan Pemberian

Kolostrum

Tingkat pengetahuan gizi yang rendah merupakan salah satu faktor yang

menghambat perbaikan gizi. Kolostrum yang terdapat ASI dalam jumlah yang

tidak banyak tetapi kaya akan zat-zat gizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi.

Tetapi karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah, banyak ibu

yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya.


Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan ibu yang baik akan

memberikan kolostrum, karena dalam kolostrum terkandung protein Globulin

(Gamma Globulin) yang memberikan daya kekebalan dan perlindungan terhadap

infeksi. Pengetahuan yang baik akan mengetahui manfaat warna kuning

kekuningan pada kolostrum yang mengandung karoten dan vitamin A yang tinggi

sehingga baik untuk kesehatan mata dari bayi.

4.2.5 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan ASI Dengan Pemberian

ASI Eksklusif

Sebagian besar kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu

mempunyai pengetahun yang baik tentang cara memelihara dan mengatur

makanan anak. Buruknya gizi anak dapat saja terjadi akibat ketidaktahuan ibu

mengeanai tata cara pemberiab ASI kepada anaknya.

Adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI terhadap

pemberian ASI eksklusif berati tingkat pengetahuan yang dimiliki seseoarang

mempengaruhi prakteknya sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Green,

bahwa pengetahuan seseorang merupakan faktor predisposisi untuk bertindak.

Pengetahuan tertentu tentang kesehatan, misalnya tentang ASI eksklusif

merupakan hal yang penting sebelum seseorang melakukan tindakan. Hal ini

disebabkan tindakan seseorang cenderung berdasarkan pengetahuan yang

dimilikinya, jadi dengan pengetahuan yang baik tentang ASI diharapkan

seseorang mau memberikan ASI eksklusif pada bayinya.


4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:

1) Faktor internal ibu dan hubungan keluarga yang tidak dapat dikendalikan,

kemungkinan berpengaruh terhadap kejiwaan ibu dalam memberikan ASI

kepada bayinya.

2) Kelainan payudara ibu tidak diperiksakan yang kemungkinan juga akan

berpengaruh dalam pemberian ASI kepada bayinya.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam pengujian hipotesis didapatkan simpulan sebagai berikut:

1) Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum.

2) Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif.

5.2 Saran

Bagi institusi kesehatan sebagai berikut :

1) Bagi petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Purwoyoso untuk

meningkatkan promosi sosialisasi tentang pemberian ASI eksklusif kepada

ibu-ibu yang ada di Kelurahan Purwoyoso.

2) Bagi petugas kesehatan yang ada pada Kelurahan Purwoyoso agar

memberikan motivasi pada ibu rumah tangga dan calon ibu untuk

memberikan ASI yaitu kolostrum dan ASI eksklusif, karena dengan

pemberian kolostrum dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi serta ASI

eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

3) Bagi dinas kesehatan untuk dapat menyebarluaskan istilah kolostrum dan ASI

eksklusif baik melalui media massa (TV, radio, majalah, koran).


DAFTAR PUSTAKA

A. August Burns dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan.


Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Agus Irianto. 2004. Statistik Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta : Prenada
Media.

Balai Pelatihan Kesehatan. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di


Puskesmas. Magelang : Podorejo Offset.

Depkes RI. 1999. Pedoman Penyuluhan Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta :
JICA.

F. G. Winarno. 1992. Gizi Dan Makanan Bagi Bayi Dan Sapihan. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.

Handrawan Nadesul. 2002. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara.

Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta :


LP3ES.

M. C. Widjadja. 2003. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak Dan Kesehatan


Balita. Jakarta : Kawan Pustaka.

Med. Ahmad Ramali, Pamoentjak. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta :


Djambatan.

Muhilal. 1993. Gizi Yang Tepat Mulai Dalam Kandungan Sampai Usia Lanjut.
Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi.

Sajogyo dkk. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata Dipedesaan Dan Dikota.
Yokyakarta : Gajah Mada University Press.

Sarlito Sarwono, Soekidjo Notoatmodjo. 1996. Pengantar Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Universitas Indonesia.

Singgih Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT


Elex Media Komputindo.
Sjahmen Moehji. 1992. Pemeliharaan Gizi Bayi Dan Balita. Jakarta : Bhratara
Karya Aksara.
Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : Buku


kedokteran EGC.

Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.

Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : CV


Alfabeta.

Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta


: PT Rineka Cipta.

Suharyono, Rulina Suradi dkk. 1992. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Universitas Negeri Semarang. 2004. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa


Program Strata I. Semarang : FIK UNNES.

Utami Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Utami Roesli. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Makanan Pendamping
Tepat dan Imunisasi Lengkap. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai