Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENELITIAN

HARAPAN KARYAWAN SWASTA TERHADAP CALON PEMIMPIN DAN


KEPEMIMPINAN MASA DEPAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sosial

disusun oleh :

Giana Pahila (0800451)

Dwi Widya Mutiara (0802561)

Enok Dyah (0807019)

Dely Tumanggor (0807011)

Dedi Setiawan (0802643)

Erga Maulana (0802644)

Dodih Afindani (0809630)

Firman Firdaus (0802950)

Dewi Eka Priatna (0800992)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2009

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan sering diidentikan dengan otoritas, wewenang, pengaruh, dominan


dan tentu saja materi. Wajar jika banyak orang yang meniru hal-hal yang menyenangkan,
banyak orang yang mengancamnya, yang berebut, berambisi untuk meraihnya. Namun, hanya
sedikit orang-orang yang benar-benar bisa menjalaninya dengan efektif.secara normatif, agar
kepemimpinan berjalan efektif seseorang perlu memahaminya terlebih dahulu hakikat
kepemimpinan yang sebenarnya.

Kepemimpinan adalah amanah yang harus harus dipertanggung jawabkan, Adanya


upaya proses membimbing dan mengarahkan orang-orang yang dipimpin menuju keadaan
yang lebih baik, Adanya ujian konerensif yang meliputi ujian kesabaran, keuletan, ketekunan
dan sebagainya bukan sesuatu yang elitis yang dengan mudah bisa dijangkau oleh semua
orang .

Pada kenyataannya menjadi pemimpin itu tidak semudah yang dibayangkan. Di


tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita membutuhkan
kehadiran para pemimpin, baik pemimpin formal kenegaraan maupun informal. Pemimpin
merupakan pemandu, sekaligus panutan bagi yang dipimpin. Ketiadaan pemimpin membuat
masyarakat menjadi kacau, berseteru satu sama lain. Kehadiran mereka amat diperlukan,
untuk mempersatukan dan mengelola berbagai potensi konflik yang ada, dalam bingkai
kebersamaan sehinga menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan. Karenanya, disadari,
betapa tidak mudanya menjadi pemimpin. Tidak sembarang orang dapat tampil menjadi
pemimpin, kecuali melalui serangkaian ujian kepemimpinan, dari yang sederhana hingga
yang rumit. Pemimpin elite yang telah teruji di tengah-tengah komunitasnya.

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di era reformasi


ini, semakin terasa sekali dibutuhkan hadirnya pemimpin-pemimpin yang mumpuni di
bidangnya masing-masing, serta memiliki komitmen dan wawasan kebangsaan yang tinggi.
Hal yang sama juga kita butuhkan dalam bidang politik.

2
Pada saat ini kita berada di dalam era politik yang demokratis, dimana sistem politik
ketatanegaraan, sistem pemilu, dan sistem kepartaiannya, sudah amat berbeda secara
mendasar dibandingkan dengan era Orde Baru

Dengan Berbagai pembaharuan dalam sisten ketatanegaraan Indonesia saat ini


seharusnya sudah mampu menghasilkan jalannya kepemimpinan yang baik, namun yang
terjadi saat ini justru tidak demikian, kepemimpinan selalu saja menuai ketidakpuasan rakyat
dari segala pihak. Ketidakmerataan perhatian pemimpin menjadi penyebab ketidakmerataan
kesejahteraan rakyat. Tentunya masyarakat membutuhkan pembaharuan kepemimpinan yang
lebih ideal di masa yang akan datang dan hal itu pasti menjadi keinginan dan harapan setiap
orang.

Meninjau hal tersebut maka kami merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai
harapan masyarakat terhadap calon pemimpin di masa yang akan datang. Maka dari itu
dilakukanlah penelitian lapangan melalui wawancara yang hasilnya dituangkan dalam
laporan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kepemimpinan saat ini dan dampaknya terhadap masyarakat


luas pada umumnya dan karyawan swasta pada khususnya?

2. Bagaimana harapan karyawan swasta terhadap calon pemimpin dan


kepemimpinan tahun 2009/2012

3. Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki pada kepemimpinan dimasa yang akan
datang.

3
1.3 Tujuan Penelian

Sesuai dengan topik yang diteliti maka secara spesifik tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi kepemimpinan saat ini dan dampaknya terhadap


masyarakat luas pada umumnya dan karyawan swasta pada khususnya.

2. Untuk mengetahui harapan karyawan swasta terhadap calon pemimpin dan


kepemimpinan tahun 2009/2012.

3. Untuk mengetahu hal-hal yang perlu diperbaiki pada kepemimpinan dimasa


yang akan datang.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Bagi Lembaga

1. Memberikan contoh laporan penelitian yang baik dan benar.

2. Mencetak mahasiswa yang kreatif ,aktif dan peduli kepemimpinan serta


berprestasi dan bertanggung jawab.

 Bagi Penyusun

1. Menambah kemampuan dan keterampilan dalam pembuatan laporan


penelitian.

4
2. Menambah wawasan mengenai kepemimpinan yang ideal.

3. Menerapkan dan mengintegrasikan teori-teori dan berbagai ilmu yang telah


diterima pada materi perkuliahan dengan kehidupan masyarakat di lapangan

 Bagi Pembaca

Memberi gambaran mengenai kondisi kepemimpinan bangsa pada saat ini


sekaligus mencetak masyarakat yang peduli dan tanggap terhadap kinerja
pemimpinnya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Arti Kepemimpinan

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa kepemimpinan muncul pada


abad ke-18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung
melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang
diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok
atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan)
pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai
tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

5
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa
kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun
masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam
susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

 Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai
tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang
pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang
tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif
membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama .
2.2 Pemimpin Yang Ideal

Seorang pemimpin harus selalu lebih memiliki kelebihan dan keunggulan dari pada
rakyatnya. Kita bisa simak bersama beberapa petikan pendapat para pakar Negara
keppemimpinan:

1. “Pemimpin adalah pengaruh”. John Mawell deskripsi satu kata yaitu Kepemimpinan
adalah suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain.

2. “Karakter adalah kekuasaan”. Booker T. Washington. Kepemimpinan berwawasan


luas dibangun dari karakter yang hakiki. Kepercayaan dan keterlibatan pengikut akan
paralel dengan level karakter kita (pemimpin).

3. Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan.

4. Nasib merupakan sisa dari rancangan. Branch Rickey selanjutnya menyatakan : Orang
bilang; " Nasib baik terjadi ketika peluang sesuai dengan persiapan ".

5. Gunakan kekuasaan untuk membantu orang. George Bush.

Ciri-ciri pemimpin berkarakter adalah sebagai berikut:

6
1. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Jujur dengan kekuatan diri dan
kelemahan dan usaha untuk memperbaikinya.

2. Pemimipin harusnya berempati terhadap bawahannya secara tulus.

3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman
dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas
dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya.

4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing dan belajar dari mereka
dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya.

5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara


professional keilmuan dalam jabatannya.

6. Memiliki rasa kehormatan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan
mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya.

7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ", kreatif, percaya
diri, inovatif dan mobilitas.

2.3 Kondisi Kepemimpinan yang baik

Menilai kualitas suatu kepemimpinan nasional tentu memerlukan beberapa tolak ukur
tersendiri. Karena, kepemimpinan nasional tentu berbeda dengan kepmimpinan di tingkat RT,
RW sampai di tingkat daerah sekalipun. Apalagi mengingat bagaimana beratnya kondisi
Negara saat ini akibat banyaknya permasalahan memasuki era reformasi nasional yang
tampak tidak dapat diselesaikan dengan baik, seperti krisis kepercayaan rakyat dan krisis
demokrasi sendiri.

Suatu kondisi nasional yang setiap harinya dapat dianggap makin meburuk dan terjadi
secara revolutif, dapat dilihat dari semakin beratnya beban kehidupan rakyat. Dan semakin
cepatnya akumulasi ketidakpuasan masyarakat, tentu memerlukan penilaian yang tepat, yaitu
dari mana bangsa ini akan memulai upaya perbaikan kondisi buruk tersebut. Apakah dimulai

7
dari kondisi terburuk dari salah satu aspek kehidupan nasional ? Memperbaiki kondisi
nasional dengan memilih suatu aspek kehidupan nasional yang terburuk, tentu seharusnya
dikaitkan dengan dampak timbal baliknya secara positif pada aspek kehidupan nasional yang
lain. Artinya, kita tidak seharusnya memilih dampak positif yang terbanyak pada aspek-aspek
kehidupan nasional lainnya.

Permasalahannya adalah bagaimana proses terwujudnya semacam kesepakatan


nasional untuk memilih aspek kehidupan nasional mana yang paling buruk dan jika akan
diperbaiki melalui reformasi akan mempunyai dampak positif terbanyak pada aspek
kehidupan lainnya.

Kualitas pemimpin nasional yang kita butuhkan adalah seorang pemimpin yang
mampu menunjukkan suatu bentuk kepemimpinan nasional yang dapat menggalang semua
potensi bangsa ini untuk dapat menyelesaikan krisis nasional. Kita dapat menyebutkan
beberapa persyaratan klasik dari kepemimpinan, baik itu dilihat pada nilai-nilai
kepemimpinan umum maupun didasarkan pada nilai-nilai dalam ajaran semua agama.

2.4 Hubungan kepemimpinan terhadap kesejahteraan masyarakat

Di sektor Kesejahteraan rakyat, sejumlah permasalahan bangsa masih belum hilang:


Angka kemiskinan tinggi. Pendidikan dan kesehatan mahal. Anak-anak busung lapar belum
hilang dari angka statistik. Untuk urusan bencana, begitu lambat penanganannya. Ini adalah
wujud minimnya rasa empati negara terhadap kesengsaraan rakyatnya.

Belum lagi konflik horizontal, baik yang bermotif sara ataupun bermotif ekonomi. Ini
pertanda negara tidak hadir di saat rakyat membutuhkan sebagai lembaga yang memiliki
otoritas mengatur ketertiban.

Kenapa itu semua terjadi ? Banyak faktor yang menjadi sebabnya. Tapi, ada satu
faktor mendasar yang menjadikan itu semua terjadi, yaitu kegagalan para elite kita memimpin
bangsa ini. Sejatinya seorang pemimpin adalah orang yang secara berani mengambil alih
masalah orang lain menjadi tanggung jawab dirinya. Ia problem solver masalah
lingkungannya. Celakanya, beberapa dekade kepemimpinan bangsa ini justru diemban bukan
oleh seorang problem solver. Jika pun ada, masih malas berpikir. Tidak kreatif dalam mencari
solusi. Setidaknya masih tambal sulam. Akibatnya, tidak ada satu masalah bangsa pun yang
terselesaikan secara tuntas. Kenyataan itu bisa kita dapati dalam potret keseharian

8
masyarakat, tercetak di surat kabar, dan terekspose di kotak kaca televisi di ruang keluarga
rumah kita.

Siapapun presidennya, rakyat selalu harus antre minyak tanah untuk kompor mereka.
Siapapun gubernur di ibukota, macet dan banjir adalah penyakit akut yang entah kapan akan
enyah dari kehidupan keseharian warga kota.

Repotnya lagi jika pemimpin yang terpilih justru menjadi problem bagi bangsa ini.
Setiap hari rakyat digempur dengan masalah-masalah yang tidak perlu tapi dibuat pemimpin
jenis ini. Sehingga tak heran jika hampir semua pemimpin di negeri ini masa akhir jabatannya
adalah tragedi. Soekarno sebelumnya dielu-elukan rakyat, akhir masa jabatannya tercatat
begitu suram. Ia digoyang dan dijatuhkan oleh rakyat. Mati dalam kesendirian.

Begitu juga Soeharto. Bapak Pembangunan ini pun tersungkur di masa akhir
jabatannya. Bahkan, Presiden Abdurrahman Wahid lebih menyedihkan lagi. Hanya seumur
jagung memerintah. Kursinya dicopot beramai-ramai lewat sebuah mekanisme yang hampir
tidak masuk akal. Tak heran jika akhirnya masalah-masalah yang membelit bangsa ini jadi
bertumpuk dan tidak pernah diselesaikan. Sebab, kepemimpinan yang ada hanya sibuk
membangun benteng kekuasaan dengan permainan citra. Semua masalah bangsa diselesaikan
dengan retorika, iklan di media massa, atau setidaknya dengan kata “akan” lewat statemen di
forum kenegaraan.

Dengan kata “akan” itu seolah-olah masalah telah terselesaikan. Padahal tidak. Persis
seperti seorang ABG yang mendempul wajahnya dengan bedak tebal guna menutupi bopeng
bekas jerawat. Wajahnya terlihat mulus memang. Tapi, bopeng di wajahnya masih tetap ada.

Karena itu, bangsa ini memerlukan pemimpin baru. Pemimpin yang menjadi problem
solver. Pemimpin seperti ini tentu lahir dari generasi baru. Bukan dari generasi lawas pewaris
kepemimpinan pola lama. Bukan juga berasal dari individu yang terlibat dan menyangga
kepemimpinan masa lalu.

Itulah hukum besi suatu perubahan. Sesuatu berubah dan menjadi baru karena
memang diganti dengan yang baru. Banyak cara melakukan perubahan. Ada yang mengambil
jalan radikal revolusioner. Perubahan radikal. Terbuka juga model persuasif gradual. Hanya
saja cara terakhir ini ternuansa kompromi. Di tahun 1998 bangsa ini memilih cara kompromi.

9
Reformasi adalah buah kompromi rejim Orde Baru yang membuka ruang bagi kaum reformis
untuk tampil di tingkat nasional. Yang terjadi kemudian dan itu kenyataan hari ini—
kompromi itu menghasilkan simbiosis yang aneh yang kemudian menjadi paradoks gerakan
reformasi. Tak jelas lagi siapa yang reformis dan siapa yang antireformasi.

Perubahan baru yang signifikan baru akan terjadi jika terjadi perubahan
kepemimpinan yang cukup radikal. Bangsa ini membutuhkan pemimpin baru. Pemimpin
yang menjadi antitesis karakteristik kepemimpinan gaya lama. Tapi, tentu saja kepemimpinan
baru itu tidak berpola pikir nihilis. Pasti ada sisi-sisi positif yang dihasilkan dari kerja
kepemimpinan masa lalu. Hal-hal positif itu tentu saja batu pijakan yang bagus untuk
memulai step baru bagi perjalan bangsa ini ke depan.

Proses kelahiran kepemimpinan baru saat ini sangat memungkinkan. Syarat-syarat


yang ada, baik berupa kondisi sosial, ekonomi, dan politik sudah lengkap. Tinggal satu faktor
penting yang belum ada: munculnya aktor yang berinisiatif menjadi penggerak perubahan.
Perlu orang yang berani, jujur dengan cita-cita perjuangan, memiliki komitmen dan
keteguhan terhadap ideologi dan cita-cita perjuangan, serta sabar dalam berjuang. Aktor
perubah berkarakter seperti itulah yang dibutuhkan sebagai pemimpin di hari ini. Jangan
sampai bangsa ini seperti keledai. Selalu mengulang kesalahan yang sama: memilih
pemimpin bertipe makelar yang hanya mencari untung bagi kepentingan pribadinya sendiri.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut (Sugiyono, 1999:1)…”Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan


untuk mencapai suatu tujuan penelitian”, Metode penelitian atau metode pengumpulan data
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mendapatkan data untuk pemecahan
masalah yang di teliti dengan menggunakan teknik dan alat tertentu, adapun penelitian ini
menggunakan metode deskriptif .

Metode deskriptif yaitu metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara


sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena
10
yang ada di daerah penelitian. Penelitian dekskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data itu sendiri.
Metode deskriptif juga dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan sekarang, seperti yang
dikemukakan oleh Surachmad (1985:139) bahwa …”Penyelidikan deskriptif tertuju pada
pemecahan masalah yang ada sekarang”.

Metode deskriptif, pada teknik pengumpulan datanya dapat ditampilkan dalam bentuk
tabel, bagan, grafik, daftar dan peta, sehingga analisis dan interpretasi data tersebut memilki
makna dan akhirnya membuat kesimpulan-kesimpulan penelitian lebih lanjut. Surachmad
(1985:139) menyatakan bahwa:

Metode deskriptif esensinya membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena-


fenomena tertentu, lalu mengambil studi komparatif atau mengukur suatu dimensi seperti
dalam berbagai bentuk studi kuantitatif, angket,tes, interview dan lain-lain atau mengdakan
klasifikasi, ataupun mengadakan penelitian, penetapan standar (normatif), menetapkan
hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur yang lainnya.

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menganalisa


data hasil penelitian yang diperoleh dari masalah yang ada dilapangan. Hal ini tentunya
dilakukan atas dasar asumsi bahwa penelitian ini dirancang dengan tujuan mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan status gejala pada saat penelitian dilakukan.

Menurut Singarimbun dan Efendi (1989:3) mengartikan bahwa “…penelitian survey


adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpul data yang pokok”.

Alasan digunakannya metode deskriftif karena pada wawancara ini kami bermaksud
mengambil data dan sampel dari para pegawai swata.

Melalui Teknik survey, kami dapat memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual baik mengenai masalah-masalah yang akan
terjadi, dan juga pembenaran terhadap keadaan yang sedang berlangsung, juga dikerjakan
perbandingan-perbandingan terhadap pemimpin - pemimpin masa depan, dan yang akan
dating. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap masalah tersebut?

Penyelidikan dengan menggunakan Teknik survey dilakukan kami dalam waktu yang
bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, dengan menggunakan sampel. Penulisan

11
mengenai masalah yang diteliti ini menggunakan data dari hasil wawancara dan observasi
terhadap pegawai swasta.

Dalam wawancara ini, kami mengambil atau mempergunakan metode yang sudah
kami catat di atas untuk memudahkan kita melakukan wawancara terhadap apa yang sedang
kami tanyakan terhadap narasumber (pegawai swasta), dan masalah-masalah yang sedang di
hadapi juga apa solusi untuk menghadapi masalah tersebut.

3.2 Waktu dan Lokasi Wawancara

Waktu yang kami ambil saat wawancara pada :.

Hari : Sabtu

Tanggal : 17-18 Januari 2009

Lokasi : Lokasi tempat kami mengumpulkan sumber data, yaitu di daerah Buah Batu
tepatnya di daerah Bandung Tengah. Karena tempat tersebut meruapakan
sentra dari para pegawai swasta.

Di saat para pegawai kantor sedang libur kerja atau pada saat jam istirahat agar kami mudah
untuk melakukan wawancara, dan tidak mengganggu aktivitas mereka.

Waktu : Pukul 08.00 s.d. selesai

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi menurut Sumaatmadja (1988:12). …“Populasi adalah keseluruhan kasus,
gejala, dan masalah yang diteliti, yang ada di daerah penelitian dan menjadi objek penelitian
geografi”. Sedangkan menurut Suharto (1990:100) adalah …“keseluruhan objek penelitian
berupa manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola, sikap, dan tingkah laku dan lain
sebagainya yang menjadi objek penelitian."

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Indonesia/raktyat yang dipimpin

2. Sampel
Menurut Pabundu Tika (2005:24) sampel adalah sebagian dari objek atau individu-
individu yang mewakili suatu populasi. Kriteria ini dari keseluruhan sifat-sifat atau

12
generalisasi yang ada pada populasi yang harus dimiliki sampel yaitu karyawan swasta di
wilayah Bandung Tengah – Buah Batu

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dilakukan beberapa cara yaitu :

a. Observasi Lapangan yaitu cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan untuk mendapatkan gambaran yang aktual secara
sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian yang sesuai
dengan masalah yang ditelit.

b. Teknik Wawancara, Menurut Nasution (1997:75) wawancara adalah“suatu bentuk


komunikasi verbal. Jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi”.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang
dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara ini
dilakukan untuk memperoleh data berupa apa yang dinginkan atau diharapkan para
pegawai swata untuk pemimpin bangsa di masa depan . Dengan teknik ini diharapkan
dapat membantu pewawancara dalam menyaring data penelitian secara langsung dan
benar.

c. Studi Lapangan yaitu cara dan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
mendapatkan data komparasi dari hasil wawancara di derah atu tempat yang berbeda.
Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan mengenai keinginan
atau harapan para pegawai swasta terhadap pemimpin bangsa di masa depan.

d. Studi pustaka

Studi pustaka yang dimaksud adalah dengan membaca buku-buku yang menunjang
dan berhubungan dengan masalah yang diambil oleh pewawancara.

3.5 Analisis Data

13
Menurut Sumaatmadja (1988:14),…“analisis data merupakan; pengolahan dan
interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik kesimpulan hasil
penelitian”.

Secara sistematis langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Kami melkukan pengelompokan terhadap setiap tempat yang ada di Buah Batu,
Bandung yang akan di jadikan patokan untuk melakukan wawancara.
2. Kami berangkat dari UPI kedaerh yang telah kami spakati sebelumnya.
3. Setelah kami sampai ketempat yang kami tuju, kami langsung meminta izin
kepada narasumber untuk diwawancarai mengenai masalah yang kami tanyakan
atau yang kami ajukan kepada nara sumber.
4. Setelah melakukan wawancara kamipun mengumpulkan data yang telah ada untuk
membuat satu kesimpulan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan
kepada narasumber.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Kepemimpinan Saat ini dan Dampaknya Terhadap Kehidupan


Masyarakat Luas Pada Umumnya dan Karyawan Swasta Pada Khususnya

Kondisi kepemimpinan saat ini dirasakan oleh sebagian besar masyarakat pada
umumnya masi sangat memprihatinkan.karen pada kenyataannya sebagian masyarakat
merasakan kinerja pemerintah masih jauh dari apa yang di harapkan.dirasakan perhatian
14
pemerintah pada setiap kalangan,di segala tempat dan segala bidang tidak efektif dan masih
diskriminatif.

Sebagai contoh dari hasil survey yang turut merasakan keadaan ini adalah masyarakat
sektor swasta (karyawan swasta). Sebagai contoh di bidang kesehatan, pelayanan yang di
dapat karyawan swata dan pegawai negri dengan adanya askes, pegawai negeri mendapatkan
jaminan kesehatah yang lebih tinggi dari pada karyawan swsta.padahal kesehatan, merupakan
aspek yng sangat penting untuk menunjang kesejahteraan suatu bangsa. Contoh lain yaitu
dari segi ekonomi, dinilai para pegawai negri lebih memeliki kehidupan yang layak dengan
jaminan dari pemerintah daripada karyawaan swasta skala kecil, misalnya terdapat beberapa
tunjangan dan beberapa keistimewaan yang didapat para pegawai pemerintah namun tidak
didapatkan oleh pegawai swasta.

Buruknya kondisi kepemimpinan saat ini tercrmin pula dari tumbuhnya


kepemimpinan yang materialistis dan berlomba-lomba untuk berkuasa bukannya peduli dan
benar-benar memperhatikan nasib rakyat. Munculnya kelicikan seperti korupsi justru terjadi
di kalangan pemimpin yang tanpa rasa bersalah memakan hak rakyatnya, sehingga
terlihatlah jurang yang sangat dalam antara pemimpin dan rakyat yang terabaikan. Saat ini
kondisi hukum juga sudah tidak kondusif segala-galanya dapat dikendalikan oleh
uang,sehingga keadilan sudah menjadi bahan injakan.

Yang paling memprihatinkan adalah kehidupan masyarakat kecil yang sama sekali
tidak tersentuh perhatian pemerintah, salah satunya karyawan swasta skala kecil yang rata-
rata berpenghasilan rendah dan tidak mencukupi tanggungan kebutuhan hidupnya, sehingga
muncullah berbagai permasalahan sosial. Yang akan terus merembet pada masalah-masalah
lainnya. Pemerintah tidak terlalu tanggap terhadap kondisi seperti ini karena selalu dianggap
hal kecil, padahal setiap individu yang membentuk suatu bangsa memiliki hak yang sama
terhadap perhatian pemimpinnya.

4.2 Harapan Karyawan Swasta terhadap calon pemimpin dan kepemimpinan

15
Dimasa era reformasi ini sangat sulit mencari sosok seorang pemimpin yang sangat
ideal untuk menjadi pemimpin yang kita inginkan. Sebagai karyawan di sebuah instansi
swasta kami hanya berharap agar kiranya nanti seorang yang menjadi pemimpin kita mau
melihat bahwa kami yang bekerja di instansi swasta juga memerlukan suatu perhatian dari
pemerintah agar kami dapat dianggap, tidak dipandang sebelah mata. Dan juga agar lapangan
pekerjaan semakin luas terbuka. Dan angka pengangguran semakin berkurang.

4.3 Hal-Hal yang Perlu Diperbaiki Pada Kepemimpinan di Masa yang Akan
Datang

Adapun hal-hal yang selanjutnya perlu diperbaiki di masa yang akan datang sesuai
dengan harapan masyarakat luas pada umumnya dan karyawan swasta pada khususnya adalah
sebagai berikut:

1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan harus ditingkatkan dan berhak di dapatkan secara adil dan
merata oleh seluruh rakyat dengan tidak memperhatikan lapisan social

2. Program Pendidikan

Pendidikan merupakan hak setiap orang,jadi setiap bangsa Indonesia layak


memperoleh pendidikan karena untuk membangun suatu bangsa yang maju,kualitas
pendidikan masyarakatnya harus baik

3. Sarana Sosial

Peran pranata social serta berbagai sarananya harus lebih di tingkatkan sehingga
terasa manfaatnya oleh setiap masyarakat

4. Penanganan Penyimpangan Sosial

Pemimpin harus member contoh yang baik dan tanggap dalam mengatasi
penyimpangan social untuk menjunjung tinggi moral dan akhlak rakyat yang di
pimpinnya juga untuk menumbuhkan kepatuhan.

16
5. Penanggulangan Penganggurans memperhatikan

Pemerintah harus mampu mengatasi penganguran dengan membuka kesempatan kerja


di segala bidang bagi rakyatnya

6. Transparansi Penyelenggaraan Negara

Penyelanggaraan Negara harus transparan tidak ada yang di tutup tutupi serta penuh
kesungguhan dengan keyakinan kepemimpinan adalah suatu amanah.

7. Penanganan dan Pencegahan Tindak Korupsi

Segala tindak korupsi harus diberi sanksi yang lebih tegas serta penanganan dan
pencegahannya harus lebih ditingkatkan

8. Pemerataan Pembangunan

Pembangunan di segala bidang harus lebih merata,dan terasa dampaknya.

9. Kinerja KPK

Kinerja KPK harus benar-benar menghasilkan.

10. Perbaikan di Sektor Ekonomi

Seluruh sector ekonomo harus mendapat pengawasan dan perhatian langsung dari
pemerintah

11. Kesempatan Investasi

Kesempatn berinvestasi harus lebih diawasi.

12. Harga-Harga Kebutuhan Pokok

Pemerintah harus mempunyai pertimbangan dan member keputusan terbaik dalam


menentukan harga-harga kebutuhan pokok.

13. Keseriusan Penegakan Hukum

Keseriusan dan asas-asas keadilan harus benar-benar ditegakan dalam pelaksanaan


hokum

17
14. Eksekusi Terpidana Mati

Penegak hokum harus sungguh-sungguh dalam mengambil keputusan dan jalannya


hokum terutama eksekusi terpidana mati

15. Penegakan HAM

HAM harus ditegakan dan dilindungi oleh pemerintah.

16. Kebijakan Menangani Lembaga-Lembaga yang Melanggar Hukum Namun Belum


Tersentuh Oleh Hukum

Segala yang melanggar hukumharus mendapat konsekwensi yang setimpal,dan


pemerintah harus mengawasi semua benar-benar tercapai.

18
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terjadi degradasi perilaku kepemimpinan nasional, yang ditandai dengan maraknya;


saling hujat, saling fitnah, provokasi, agitasi para pengikutnya, pengingkaran kebenaran,
saling jegal, menjadi pengadu domba, menjadikan massa pengikutnya setia sampai mati
tanpa peduli kebenaran, keadilan dan budaya, pokoknya membalas lawan tanpa etika,
menjadi pemimpin kharismatik yang memiliki pengikut fanatik.
2. Para pemimpin sebagian besar tidak mencegah pengikutnya melakukan pelanggaran :
konstitusi, norma agama, adat, sosial dan etika profesi. Bahkan norma dan tata pergaulan
dunia/keprotokolan diterjang tanpa malu.
3. Tidak peka ( sensitive ) terhadap aspirasi masyarakat, bahwa rakyat memerlukan
ketenteraman, kenyamanan dan keadilan bukan wacana politik yang terus meruncing.
4. Tidak melakukan pendidikan politik bagi para pengikutnya, dibuktikan dengan
pemahaman yang sempit terhadap keputusan politik seperti ; memorandum, penyelesaian
GAM, OPM dll.
19
5. Setelah duduk diberbagai jabatan negara ternyata masih memposisikan diri sebagai utusan
golongan, parpol dan kelompoknya, sehingga kepekaan rasa nasionalisme-nya tipis.
Bahkan cenderung primodial, etnosentris dan tidak berusaha menjadi politikus maupun
negarawan multicultural atau kosmopolitan.
6. Paradigma dan mind-set yang kolusif, nepotis dan koruptif semakin menjadi. Konon
melebihi tindak penyimpangan di jaman ORBA yang dikecam dan dijadikan agenda
reformasi untuk diberantas.
7. Keteladanan berperilaku ; ucapan, pernyataan, diplomasi dan penyelesaian masalah
mendasar yang dihadapi bangsa kurang. Sense-of crisis hampir-hampir punah karena
dominasi kepentingan ( interest ) pribadi, kelompok, partai dan golongan, bisnis dan rasis.
8. Tidak dapat membedakan tindakan tegas terhadap pelanggaran kedaulatan negara
dengan tindakan pelanggaran HAM, adanya pro dan kontra penindakan terhadap
pemberontak dan kaum separatis. Para pemimpin yang bertanggung jawab seolah tak
perduli, tapi justru mengomentari bidang tugas pemimpin lain yang tak ada sangkut paut
dengan kepemimpinannya.
9. Para pemimpin partai-partai, orsospol, LSM dan OKP, membungkus aktifitas politik
dengan nuansa keagamaan yang cenderung memicu pertikaian antar etnik, antar sesama
warga masyarakat, bahkan sesama penganut agama namun berbeda aliran politik. Dengan
demikian rakyat awam sulit membedakan dengan akal rasionya mana kegiatan agama atau
politik.
10. Keberagaman tingkat pendidikan formal, jurusan / profesionalisme dan legalisasi
kerancuan profesionalitas dalam kepemimpinan negara ditingkat atas / Kabinet dengan
mendudukkan menteri yang tak sesuai dengan bidang keahlian dan keprofesionalan. Ingat
konstitusi mengharuskan berdirinya Kabinet Ahli bukan koalisi, aliansi ataupun pelangi,
indikator kualitas perilaku kepemimpinan diatas membawa bangsa dan negara dalam krisis
kepercayaan dan perangkap dunia ( global trap ) yang sangat parah, konon mendudukkan
Indonesia diperingkat 130-an kualitas SDM di dunia.

5.2 Saran

1. Seraya menjalankan peranannya sebagai negarawan yang dipercaya oleh Rakyat melalui
pemilu era reformasi yang semua pihak mengakui sebagai pemilu yang paling
demokratis selama Indonesia merdeka, maka para negarawan harus dapat
mengimplementasikan “Karakter kepemimpinan KONSTITUSIONAL“. Yakni suatu
20
karakter kepemimpinan yang berdisiplin, demokratis, memiliki sifat hangat dalam
bergaul tanpa meninggalkan etika berkomunikasi antarpersona. Suatu karakter
kepemimpinan yang memiliki daya dorong bangkitnya INSPIRASI membentuk kerangka
kerja pemerintahan yang memahami bahwa undang-undang harus jelas dan cukup
spesifik untuk membantu terciptanya bentuk masyarakat yang ideal.
2. Dengan penuh keterbukaan pemimpin berprestasi menyalin komunikasi dua arah antar
sesama pemimpin maupun dengan pengikutnya. Saat inilah pendidikan politik dapat
diberikan kepada para pengikut. Seni dasar demokrasi dipersemaikan sejak dini oleh para
pemimpin kepada para pengikutnya.
3. Pemimpin berkarakter tegas dalam menjalankan kewajiban kepemimpinannya.,
melakukan persuasi dalam membangun konsensus dengan seni mempengaruhi
( persuasif ). Mereka harus mampu memimpin orang untuk bekerja dengan cara yang
tepat dan melakukan hal yang tepat.
4. Efek riak kepemimpinan merembet dan menular ke strata kepemimpinan yang
dibawahnya, maka tidak heran bila para elite telah berhenti bertikai kata dan
bersilaturahmi, ternyata dibawah dan daerah yang jauh dari rentang kendali organisasi
pertikaian baru dimulai. Ini harus dicegah melalui pendidikan politik dengan keteladanan
pemimpin yang bijak, mengendalikan lidah dan mulutnya.
5. Pemimpin berkarakter memiliki gaya emosi yang istimewa, senang bergaul, secara emosi
lebih ekspresif dan dramatis, lebih hangat dan lebih sosial, bebas dari prasangka buruk
terhadap lawan politik, lebih kooperatif, lebih menyenangkan, lebih apresiatif dan dapat
dipercaya, bahkan lebih lembutdaripada pemimpin biasa.
6. Pemimpin yang berkarakter menonjol positif memiliki kemampuan visioner yang
komprehensif terhadap pola-pola yang mencolok ditengah-tengah informasi yang Chaos
(kacau dan membingungkan ), chaos yang tercipta secara otomatis akibat perbuatan
buruk pemimpin dapat menimbulkan chaos baru yang lebih vandal dan vulgar.
7. Pemimpin berkarakter mampu memadukan realitas emosi dengan apa yang mereka
lihat, sehingga dapat menghasilkan pengaruh yang mendalam bagi pengikutnya dan
menjadikan visi yang mampu membangkitkan inspirasi (Bill Newman ; The Ten Laws of
Leadership).
8. Pemimpin berkarakter terbaik memiliki ; “ Kecakapan yang dapat membangkitkan
daya cipta orang lain, dan mengilhami mereka untuk bergerak kearah yang dikehendaki
“, seperti dikatakan oleh Robert E. Kaplan dari Center for Creative Leadership.

21
9. Pemimpin berkarakter terbaik mampu mengalirkan Energi. Seperti Ronald Reagan
yang dikenal sebagai, “ Komunikator Ulung “ selama masa kepresidenannya, ia adalah
aktor professional. Daya emosi dalam karismanya menonjolkan kemampuan
mempengaruhi pendengarnya dalam debat terbuka melawan Walter Mondale.
10. Sisi negatif pemimpin berkarakter kharismatik adalah mudahnya tersebar emosi
kepada kelompok pengikut fanatiknya. Disini berlaku pepatah “ Ikan membusuk dari
kepalanya dulu “. Perangai kasar, angkuh dan sembarangan akan mampu menjatuhkan
moral kelompoknya. Birgitta Wistrand menyebutnya sebagai ; “ Ketidak mampuan
menahan emosi “, ( emotional incontinence ), untuk menularnya emosi merusak yang
datangnya dari atas kebawah.

LAMPIRAN

DRAFT WAWANCARA PRAKTIK LAPANGAN PENGANTAR ILMU


SOSIAL

HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP PEMIMPIN DI MASA DATANG

A. IDENTITAS WAWANCARA

1. Nama : Cecep Syaifuddin

Usia : 32 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMA

Asal : Subang

22
Lama Tinggal di Bandung : 13 tahun

2. Nama : Bunga Indriyani

Usia : 28 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Palembang

Lama Tinggal di Bandung : 8 tahun

3. Nama : Hartati Sirait

Usia : 26 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Medan

Lama Tinggal di Bandung : 7 tahun

4. Nama : Sunar Adi Wibowo

Usia : 29 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Gombong, Kebumen

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

5. Nama : Neni Aprilya


23
Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S.Pd

Asal : Nganjuk

Lama Tinggal di Bandung : 6 tahun

6. Nama : Lidya Lumintang

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : SMA

Asal : Manado

Lama Tinggal di Bandung : 3 tahun

7. Nama : Nunung Koswara Arif

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal :Bandung

Lama Tinggal di Bandung : 25 tahun

8. Nama : Ade Heryawan Kusumaatmadja

Usia : 23 tahun

Jenis kelamin :laki-laki


24
Pendidikan Terakhir : S1

Asal :Semarang

Lama Tinggal di Bandung : 2 tahun

9. Nama : Karina Natasha Malik

Usia : 23 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir :S.Ikom

Asal :Jakarta

Lama Tinggal di Bandung : 4 tahun

10. Nama : Fariz Kharisma

Usia : 24 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMK

Asal :Cirebon

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

11. Nama : Wendy Wiryawan

Usia : 27 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMA

Asal :Padang

Lama Tinggal di Bandung : 8 tahun


25
12. Nama : Shandy Kusumadewa

Usia : 29 tahun

Jenis kelamin :laki-laki

Pendidikan Terakhir : SE

Asal : Jakarta

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

13. Nama : Melisa Anggraini

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : SMK

Asal : Garut

Lama Tinggal di Bandung : 3,5 tahun

14. Nama : Akram Irawan

Usia : 21 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S.T


26
Asal : Madura

Lama Tinggal di Bandung : 1 tahun

15. Nama : Dini Wulandari

Usia : 28 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Bandung

Lama Tinggal di Bandung : 10 tahun

16. Nama : Kiki Setyawan

Usia : 29 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Brebes

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

17. Nama : Puji Hariyanto

Usia : 23 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S.Pd

Asal : Surabaya

Lama Tinggal di Bandung : 6 tahun


27
18. Nama : Sheila Monica

Usia : 24 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Tangerang

Lama Tinggal di Bandung : 3 tahun

19. Nama : Berry Nugraha

Usia : 27 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal :Bandung

Lama Tinggal di Bandung : 27 tahun

20. Nama : Ayu Ningtyasih

Usia : 29 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Solo

Lama Tinggal di Bandung : 7 tahun

21. Nama : Rama M.

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : laki-laki


28
Pendidikan Terakhir : S.E

Asal : Subang

Lama Tinggal di Bandung : 6 tahun

22. Nama : Taufan Ismail

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMA

Asal : Jakarta

Lama Tinggal di Bandung : 3 tahun

23. Nama : Triyono

Usia : 35 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Solo

Lama Tinggal di Bandung : 9 tahun

24. Nama : Wahyu Adi

Usia : 29 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMK

Asal : Cilacap

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

29
25. Nama : Ferry Siregar

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Medan

Lama Tinggal di Bandung : 6 tahun

26. Nama : Khusnul Amalia

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : SMA

Asal : Malang

Lama Tinggal di Bandung : 3 tahun

27. Nama : Arief Budiman Setio

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Jakarta

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

28. Nama : Guntur Berlian

Usia : 24 tahun

Jenis kelamin : laki-laki


30
Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Lampung

Lama Tinggal di Bandung : 5 tahun

29. Nama : Zakaria Ramadhan

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Batam

Lama Tinggal di Bandung : 6 tahun

30. Nama : Deviana Annisa

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : SMA

Asal : Makassar

Lama Tinggal di Bandung : 3 tahun

31. Nama : Mutiara Maharani

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : wanita

Pendidikan Terakhir : S1

Asal : Padang

Lama Tinggal di Bandung : 2 tahun


31
B. PERTANYAAN

1. Bagaimana layanan kesehatan saat ini di Negara kita apakah sudah dirasakan
baik?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan di Negara kita saat ini apakah sudah tepat ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

3. Menurut anda, apakah sarana sosial yang ada saat ini di Negara kita sudah
memadai ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

32
4. Bagaimana penanganan berbagai penyimpangan social saat ini oleh pemerintah
sudah tepat ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan Tanggapan, alasan & harapan !

5. Menurut anda, apakah langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi


pengangguran pada saat ini sudah tepat ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

6. Apakah menurut anda transparansi dalam penyelenggaraan Negara saat ini sudah
baik?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

7. Menurut anda, apakah cara penanganan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah
pada saat ini sudah tepat ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

8. Bagaimana pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini sudah


tepat dan berjalan dengan baik atau belum ?

A. Ya

33
B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

9. Apakah Anda setuju langkah pemerintah membentuk lembaga KPK dalam


menangani masalah korupsi di Negeri ini ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

10. Menurut Anda apakah ekonomi di Negara kita saat ini sudah lebih baik ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

11. Apakah Anda setuju pemerintah membuka kesempatan investasi yang kian
terbuka ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

12. Apakah harga barang-barang kebutuhan pokok sudah sesuai dengan harapan ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

13. Menurut anda, apakah bahan makanan pokok yang di sediakan oleh pemerintah
saat ini sudah dapat mencukupi kebutuhan masyarakat kita ?

A. Ya

B. Tidak
34
Berikan tanggapan, alas an & harapan anda !

14. Menurut pendapat Anda apakah pemerintah serius dalam menegakan hukum ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

15. Menurut anda, apakah anda setuju dengan di lakukannya eksekusi terpidana mati
yang ada di Negara kita ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

16. Bagaimana pendapat anda tentang penegakan Hak Asasi Manusia yang di lakukan
pemerintah saat ini ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda !

17. Menurut anda, apakah masih terdapat pihak-pihak atau lembaga yang melanggar
hukum tetapi tidak tersentuh oleh hukum ?

A. Ya

B. Tidak

Berikan tanggapan, alasan & harapan anda?

35
DAFTAR PUSTAKA

Tersedia Online : http://www.ppsdms.net/

Siagian, Sondang P, 1979. Peranan staf dalam management. Jakarta: Gunung

Agung.

Stoner, James [and] A.F. Freeman, 1996. Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.

Tersedia Online : info@prakarsa-rakyat.org

Tersedia Online : http://at-tafqir.blogspot.com/

Tersedia Online : http:/Wordpress.com

36

Anda mungkin juga menyukai