Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Wilayah merupakan suatu arena dimana terjadinya atau berlangsungnya hubungan


interaksi antara aspek-aspek sosial (manusia) dengan berbagai unsur lingkungan fisikal yang
berskala lokal. Permukaan bumi sebagai lingkungan hidup dimana manusia menjadi bagian
integral di dalamnya, tentu saja mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, dan
sebaliknya, manusia memiliki kemampuan atau merubah lingkungan hidupnya. Penyebaran
manusia dipermukaan bumi tidak terlepas dari upaya mencari, memanfaatkan, dan
merekayasa ruang.
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan
segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal
pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi,
perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki
oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya
manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai
pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya terhadap lingkungan sekitarnya dan juga sebagai modal dasar dalam
pembangunan.
Pertimbangan Kearifan Lokal dalam Perencanaan Wilayah, merupakan salah satu
pengisian pelibatan sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia
dalam perencanaan pembangunan wilayah, karena di dalamnya ada landasan pengetahuan
lokal (local knowledge) yang diperkirakan telah berkembang sebagai potensi perencanaan
wilayah bagi masyarakat setempat dalam menghadapi persoalan wilayahnya.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


BAB II
PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Perencanaan Tata Ruang Wilayah


Perencanaa tata ruang wilayah adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak
dengan tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya
kepada masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan. Penataan ruang
menyangkut seluruh aspek kehidupan, sehingga masayarakat perlu mendapat akses dalam
proses perencanaan tersebut. landasan penataan ruang di Indonesia adalah Undang-Undang
penataan ruang (UUPR No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang) penataan ruang wilayah
dilakukan pada tingkat nasional (RTRWN) tingkat propinsi dan tingkat kabupaten. Setiap
rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakan makro pemanfaatan ruang :
• Tujuan pemanfaatan ruang
• Struktur dan pola pemanfaatan ruang
• Pola kendali pemanfaatan tuang
Tujuan penataan ruang adalah menciptakan hubungan yang serasi antara berbagai
kegiatan di berbagai sub wilayah agar tercipta hubungan yang harmonis dan serasi. Dengan
demikian, hal itu mempercepat proses tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestarian
lingkungan hidup. Struktur ruang menggambarkan pola pemanfaatan ruang dan kaitan antara
berbagai ruang berdasarkan pemanfaatannya serta hirarki dari pusat pemukiman dan pusat
pelayanan.
Pola pemanfaatan ruang adalah tergambarkannya pemanfaatan ruang secara
menyeluruh. Pola pengendalian pemanfaatan ruang adalah kebijakan dan strategi yang perlu
ditempuh agar rencana pemanfaatan ruang dapat dikendalikan menuju sasaran yang
diinginkan. Pada level kabupaten atau kota, pengendalian sudah berupa ketentuan dan arahan
untuk setiap kawasan beserta cara monitoring dan pengawasannya.

2. Faktor budaya dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah


Budaya merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor yang mempengaruhi
perencanaan wilayah karena budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi
terhadap lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. sehingga Suatu kebudayaan
memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


1) Adat Istiadat
Adat adalah aturan,kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu
masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
masyarakat penduduknya. Di Indonesia aturan tentang segi kehidupan manusia
tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat. Adat
telah melembaga dalam kehidupan masyarakat, baik berupa tradisi, adat upacara dan
lain-lain yang mampu mengendalikan perilaku warga masyarakat dengan perasaan
senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh masyarakat menjadi
cukup penting.
Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat
sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita,
karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya
pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian, apabila terjadi perceraian maka
tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau tercemar, tetapi seluruh
keluarga atau bahkan masyarakat.
Indonesia merupakan negara multi etnis dengan banyak adat istiadat yang
beragam dan sebagian warga masyarakat masih menjunjung adat istiadat budaya
tersebut, baik itu pola prilaku maupun dalam pembangunan. Setiap wilayah memiliki
peraturan adat yang mengikat setiap bentuk perencanaan pembangunan yang ada
didalamnya termasuk juga perencanaan wilayah itu sendiri.
Sebagai contoh kita dapat melihat daerah Bali
“pengaruh adat bali terhadap lingkungan alam”
Desa adat di Bali bisa menjadi contoh hubungan yang selaras antara
komponen-komponen lingkungan, yaitu komponen biotik, abiotik, dan kultural.
Biosentrisme merupakan paham yang menganggap setiap kehidupan dan makhluk
hidup memiliki nilai dan berharga pada dirinya sendiri dan perlu diperlakukan secara
moral tanpa mengingat apakah memiliki nilai bagi manusia atau tidak. Sedangkan
ekosentrisme adalah paham perkembangan dari biosentrisme. Pada ekosentrisme,
etika lingkungan diperluas mencakup keseluruhan komunitas ekologis. Ekosentrisme
memperhatikan seluruh aspek lingkungan baik biotis maupun abiotis karena
semuanya saling terkait satu sama lain. Dari teori tersebut, muncul istilah Deep
Ecology yang berisi tentang suatu etika yang berpusat pada keterkaitan makhluk
hidup seluruhnya dan semua komponen ekologis untuk mengatasi masalah
lingkungan hidup dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


Sebenarnya, dari dulu masyarakat adat merupakan contoh dari penerapan paham
biosentrisme dan ekosentrisme atau deep ecology. Menurut Keraf (2002: 282), pada
dasarnya masyarakat adat memandang dirinya, alam dan relasi di antara keduanya
dalam perspektif religious, perspektif spiritual. Dari pemahaman tersebut, masyarakat
adat menganggap alam sebagai sesuatu yang sakral. Mereka ingin menciptakan
keselarasan hubungan antara manusia dengan alam karena hal tersebut merupakan
nilai yang sangat penting dalam hubungan kosmis. Mereka memahami bahwa ada
hubungan saling ketergantungan antara mereka dengan alam.
Berbekal paham yang dimiliki masyarakat adat tersebut, mereka secara natural
memiliki tuntutan moralitas terhadap alam. Bagi mereka, sikap hormat terhadap
sesama manusia dan alam merupakan hokum moral kehidupan. Mereka meyakini
bahwa perlakuan yang salah terhadap alam akan merusak hubungan manusia dengan
alam. Kesalahan semacam itu diyakini akan menyebabkan malapetaka seperti bencana
alam. Biasanya akan diadakan upacara adat sebagai permintaan maaf terhadap alam.
Maka dari itu diiharapkan terjadi kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat,
dan investor untuk menjaga kondisi alam di Bali. Peraturan yang tegas dari
pemerintah perlu ditekankan sehingga tidak ada masalah lingkungan yang terjadi
kedepannya. Peraturan yang diciptakan ditujukan baik kepada swasta maupun
masyarakat, bahkan pemerintah itu sendiri. Selain itu desa adat juga diharapkan
menjadi pilar pertahanan alam di era modernisasi ini dan tidak justru ikut arus yang
mengakibatkan degradasi lingkungan. Peningkatan kesadaran paham biosentrisme dan
ekosentrisme dirasa sangat baik bagi masyarakat sebagai pelaku utama interaksi
dengan alam.

2) Sikap Masyarakat
Koentjaraningrat (1984) menegaskan bahwa secara ideal kebudayaan dapat disebut
sebagai adat tatakelakuan atau adat istiadat. Kebudayaan berfungsi sebagai tata-
kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan
perbuatan manusia dalam masyarakat. Ada tiga wujud kebudayaan yang mengatur
kehidupan manusia pada umumnya, yaitu:
a. sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya;
b. sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat;
c. sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


Sikap masyarakat terutama partisipasi juga sangat berpengaruh terhadap perencanaan
tata ruang wilayah. Dalam menerima pengaruh asing, bangsa Indonesia jangan bersifat pasif
atau menerima begitu saja pengaruh tersebut. Bangsa Indonesia harus bersifat aktif
menyeleksi pengaruh tersebut. Kebudayaan asing diakulturasikan secara serasi dengan
kebudayaan asli sehingga menghasilkan kebudayaan yang bercorak khas. Kebudayaan
material dan gaya hidup kebarat-baratan cenderung lebih cepat menjalar dan diterima oleh
masyarakat. Kesalahpahaman mengartikan “hidup modern” akan membawa kita dalam
kehidupan yang tanpa moral dan hilangnya kepribadian bangsa. Individualisme,
konsumerisme berlebihan, minuman keras, hidup bebas, obat terlarang, brutalisme, dan
atheisme adalah sikap dan gaya hidup yang harus dihindarkan akibat negative dari
globalisasi.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila dalam proses pembangunan sosial budaya bangsa
akan dapat berfungsi sesuai dengan landasan dan sekaligus sebagai dasar pembangunan. Oleh
karena itu, nilai budaya Indonesia diharapkan tidak ada tergeser dan nilai hakikinya, yaitu
nilai kekeluargaan dan kegotongroyongan. Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan bangsa, khususnya perkembangan budaya.
Kedatangan setiap teknologi baru harus kita terima dengan pikiran terbuka dan penuh
kewaspadaan. Selain itu, sifat kebudayaan kita yang tertutup dan membuat orang
merahasiakan apa yang diketahuinya, padahal sangat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bangsa dengan tujuan agar tetap unggul secara individu.
Sasaran terakhir dari pelaksanaan pembangunan adalah tercapainya tujuan
pembangunan yang diikuti dengan tumbuhnya peran serta masyarakat terhadap program
pembangunan. Semua pembangunan ditujukan untuk masyarakat dengan maksud untuk
membangun masyarakat agar mempunyai kekuatan sendiri. Salah satu komponen
pembangunan erat kaitannya dengan usaha membangkitkan partisipasi masyarakat adalah
partisipasi masyarakat. Jadi, bisa dikatakan pembangunan erat kaitannya dengan usaha
membangkitkan partisipasi masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa masyarakat tidak
akan pernah lepas dari pembangunan. Sehingga masyarakat mempunyai hak dan dapat
berperan aktif dalam mensukseskan kebijakan pemerintah baik pusat atau daerah sehingga
tujuan pembangunan itu dapat tercapai. Siagian mengungkapkan hal yang sama yaitu
“Partisipasi dari masyarakat harus mutlak diperlukan. Oleh karena itu mereka mereka itulah
yang pada akhirnya melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan, rakyat banyak
memegang peranan sekaligus sebagai objek dan subjek pembangunan” (Khairuddin : 125).

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


Dari pengertian yang dikemukakan oleh Siagian di atas, di mana masyarakat itu adalah objek
dari pembangunan dan sekaligus menjadi subjek pembangunan.
Maka pembangunan itu memerlukan partisipasi dari masyarakat. Tanpa adanya
partisipasi dari masyarakat maka tujuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
atau daerah tidak akan tercapai atau bahkan bisa mengalami kegagalan. Oleh karena itu
masyarakat sangatlkah penting dalam proses pembangunan. Korten melalui Kesesuian (The
fit model) mengemukakan tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
program pembangunan, yaitu :
a. Faktor pertama, yaitu program itu sendiri. Program yang ideal ditandai dengan perhatian
terhadap kebutuhan penerima program sehingga program merupakan hasil dari tuntutan
kebutuhannya dan kemanfaatannya dapat dirasakan. Isi program harus berkualitas,
benar-benar dapat memberikan hasil sesuai dengan yang dilakukan penerima program.
b. Faktor kedua, yaitu penerima program. Penerima program harus memiliki sarana
pengungkapan kebutuhan agar menjadi beban bagi organisasi pelaksana dalam proses
pengambilan keputusan organisasi sehingga akhirnya akan ditandai dengan adanya
kesesuaian hasil program dengan kebutuhan penerima program.
c. Faktor ketiga yaitu organisasi pelaksana harus mempunyai kemampuan khusus sesuai
dengan persyaratan tugas dari program dan mempertimbangkan kebutuhan penerima
program dalam proses keputusan organisasi (Korten dan Syahrir, 1988 : 240-242).

3) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir
seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca
kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka
sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih
berarti daripada pendidikan formal. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran
yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka --
walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


Pendidikan akan menentukan kualitas Sumber daya manusia suatu wilayah,
yang mana nantinya kualitas sumber daya manusia akan mempengaruhi
perkembangan IPTEK dalam pembangunan. Sumber daya manusia akan memberikan
pemikiran terhadap perencanaan wilayah dalam suatu daerah, baik itu perencanaan
tata kota, tata desa, maupun perencanaan tata ruang wilayah tersebut. Apabila
didukung oleh tenaga terampil dan profesional maka perwujudan perencanaan
wilayah yang ideal akan terlaksana dengan maksimal. Sebagai contoh tata ruang
wilayah di Jepang, dimana tata ruang wilayahnya sungguh teratur. Walaupun luas
wilayah dan kepadatan penduduk yang tinggi, namun bisa kita lihat setiap tat ruang
kota terdeasain dengan baik. Tidak hanya bentuk tata ruang kota yang baik tetapi juga
kawasan budi daya dan kawasan budidaya, penyangga, dan kawasan lindung pun
tertata rapi. Keteraturan ini tak lain adalah perencanaan wilayahnya yang matang serta
didukung oleh SDM dan teknologi yang mutakhir. Ini salah satu contoh yang
menunjukan bahwa perencaan suatu wilayah harus didukung dengan SDM dan
teknologi yang berkualitas juga.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


BAB III
PENUTUP

Pembangunan wilayah di Indonesia perlu direncanakan atas dasar potensi geografis


secara utuh yang mencakup fisik, biotis dan sumberdaya manusia serta sosio – kulturnya.
Visi pembangunan wilayah di Indonesia perlu dimantapkan kearah masa depan yang kuat
sebagai negara pertanian yang didukung oleh Agro produksi, industri, bisnis, teknologi,
tourisme dan sosio-kultur. Zonasi wilayah geografis dan sebaran penduduk dapat dijadikan
sebagai kebijakan pembangunan spasial –sektoral yang berkelanjutan agar segera tercapai
kesejahteraan bangsa. Peningkatan sumberdaya manusia dan IPTEKS merupakan sasaran
utama pembangunan agar keberlanjutan pembangunan dan manfaatnya dapat segera
dirasakan oleh rakyat dengan pengurangan resiko kerusakan lingkungan dan bencana alam.

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2007. Statistik Indonesia Tahun 2007. Jakarta.

Soetaryono, R., 1998, Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup
dalam Pembangunan Jangka Panjang kedua, Kantor Menteri Negera Lingkungan Hidup,
Jakarta.

Worosuprodjo, S., 2007. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berbasis Spasial Dalam


Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.

Van Hoeve, 1997. Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi. Jakarta

Soekanto, Soejono.1990. Sosiologi. Raja Grafindo persada: Jakarta

Mutakin, Awan. 2007. Geografi Prilaku. FPIPS: Bandung

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara: Jakarta

Rahayuningsih, Sri Utami . 2008. Psikologi Umum 2 . Bab 1: Sikap (Attitude) 4

Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta : Pusat perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 67 – 70.

http://blogs.unpad.ac.id/tencommunity/?page_id=188

http://irfanoktaviandy.multiply.com/journal/item/11

http://putracenter.net/2009/01/26/tantangan-dalam-era-otonomi-daerah/

http://kulimijit.blogspot.com/2010/02/sikap-terhadap-pengaruh-globalisasi.html

Makalah Perencanaan Wilayah Kelompok 5 (Budaya) 1

Anda mungkin juga menyukai