Anda di halaman 1dari 1

Fenomena Terkait Budaya pada Kasus Skizofrenia

Setelah Menghilang dan Dianggap Meninggal (studi kasus)

I. Latar Belakang
Kasus orang hilang yang tiba-tiba muncul kembali setelah waktu lama, pada masyarakat kita sering
dihubungkan dengan hal-hal gaib seperti disandera roh halus atau sejenisnya. Benarkah fenomena seperti itu
sepenuhnya benar dan tidak dapat dijelaskan secara ilmiah?

II. Tujuan
Untuk mengetahui adanya faktor-faktor mental maupun organik yang mungkin mendasari fenomena sindroma
terkait budaya yang serupa dengan skizofrenia.

III. Metode
Dilakukan pengamatan observasional dengan wawancara mendalam terhadap seorang penderita yang
mengalami gejala perubahan perilaku serupa skizofrenia setelah hilang 5 tahun yang diduga tenggelam di laut.
Juga dilakukan wawancara terhadap keluarga dan lingkungan, pemeriksaan laboratorium serta imaging untuk
menyelidiki latar belakang organiknya. Pasien diikuti secara longitudinal sejak bulan Februari 2010 dan masih
berlangsung hingga saat ini.

IV. Hasil
Seorang laki-laki, 39 thn, menikah, tamat SMA, karyawan hotel, Hindu, Bali ditemukan kembali dalam
keadaan bingung dan berperilaku aneh setelah hilang selama + 5 thn. Penderita tiba-tiba hilang saat sedang
memancing di pantai, pencarian selama 2 minggu hanya menemukan barang-barang miliknya di laut.
Penantian selama 2 tahun juga tidak ada hasil hingga keluarga menganggapnya telah meninggal. Keluarga
memutuskan untuk dilaksanakan upacara ngaben. Tanpa disangka penderita tiba-tiba muncul kembali namun
dalam kondisi bingung dan berperilaku aneh.
Pemeriksaan fisik didapatkan bekas luka lama pada dada dan punggung berbentuk tanda tambah (+), serta
beberapa pada lengan dan wajah bagian kiri.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan penderita senyum dan berbicara sendiri, terganggu konsentrasi
dan perhatian, berhitung, berpikir abstrak, serta daya ingatnya. Penderita kehilangan seluruh ingatan akan
riwayat hidup sebelum dirinya hilang baik namanya sendiri, istri, anak, dan orang tuanya. Bahkan mengaku
sebagai seorang yang lain dari dirinya yang sebenarnya. Kehilangan kemampuan mengenal huruf, angka, serta
pemahaman benda dengan score 13 pada MMSE. Mood/afek yang tumpul, proses pikir asosiasi longgar
dengan waham bizzare, halusinasi auditorik dan visual, serta depersonalisasi.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan bilirubin direk, SGOT, SGPT, Gamma GT, dan alkali
phosphatase. Foto thorax, BOF, dan CT scan kepala dengan kontras tidak ditemukan kelainan.

V. Kesimpulan
Dengan pemberian antipsikotik, beberapa gejala serupa skizofrenia pada penderita dapat mengalami perbaikan
walaupun belum cukup memuaskan. Dengan demikian, kiranya perlu untuk ditinjau lebih lanjut adanya faktor
mental dan organik pada fenomena terkait budaya yang serupa gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai