Anda di halaman 1dari 46

LESSON STUDY: A HANDBOOK OF

TEACHER-LED INSTRUCTIONAL CHANGE


(JILID 1)
-CATHERINE C. LEWIS-

Alih Bahasa:
Dr. Abdul Gofur, M.Si
Moch. Haikal, S.Si

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
JULI 2007

0
KONTRIBUTOR

Lynn Liptak, Kepala Sekolah Paterson 2 di Paterson, New Jersey. Beliau


adalah anggota Kelompok Studi Matematika di sekolah tersebut yang merintis
lesson study di Amerika Serikat. Sekolah Paterson saat ini menyelenggarakan
lesson study di semua kelas dalam matapelajaran matematika. Beliau dapat
dihubungi lewat lliptak3@aol.com

Tad Watanabe, seorang Calon Profesor di bidang pendidikan di Pennsylvania


State University. Sebelumnya beliau mengajar matakuliah Matematika di
Towson University. Selama bulan Juni tahun 2000 hingga Januari tahun 2001,
Watanabe berada di Jepang selama 7 bulan untuk mengamati berbagai
pertemuan lesson study. Di Amerika Seikat beliau berpartisipasi sebagai
komentator research lesson di Sekolah paterson 2, dan bersama seorang guru
dari Jepang menyusun rencana, melakukan pengajaran, menyusun revisi, dan
melakukan pengajaran kembali di kelas 4 pada materi segitiga. Beliau dapat
dihubungi lewat txw@psu.edu.

Makoto Yoshida, seorang presiden Global Education Resources (GER) yang


berbasis di New Jersey. Lembaga ini bergerak di bidang konsultasi pendidikan
yang bertujuan melakukan pemberdayaan pengajaran dan pembelajaran
matematika di SD dan SMP. Kegiatan GER saat ini adalah memberikan
bantuan implementasi lesson study, implementasi problem solving dan
pendekatan open-ended, serta pengembangan berbagai produk untuk
menunjang pemberdayaan pengajaran matematika. Disertasi Yoshida yang
mengulas etnografi lesson study di sebuah sekolah di Jepang, dijadikan
sebagai referensi untuk sebuah bab dari buku The Teaching Gap. Bab tersebut
mengulas tentang lesson study dan akan dipublikasikan dalam buku tersendiri
yang disusun oleh Lawrence Erlbaum Associates. Beliau dapat dihubungi lewat
myoshida@globaledresources.com dan melalui website beliau
www.globaledresources.com.
DAFTAR ISI

halaman
BAB I. APAKAH LESSON STUDY ITU? .................................................... 1
Lesson Study Berbasis Sekolah di SD Komae 7............................... 3

BAB II. MENGAPA LESSON STUDY DAN MENGAPA SAAT INI?........... 7


Mewujudkan Tujuan dan Standar Pendidikan di Kelas Secara
Nyata................................................................................................. 7
Membangun Pemberdayaan Berbasis Data...................................... 9
Mengarahkan Kualitas Siswa yang Menunjang Proses Belajar ........ 10
Menciptakan Kebutuhan Dasar Pemberdayaan................................ 11
Menghargai Guru .............................................................................. 12

BAB III. DARI NEW JERSEY KE CALIFORNIA:


KEBANGKITAN LESSON STUDY DI AMERIKA SERIKAT....................... 14
Metamorfosis: Dari Kelompok Belajar Matematika hingga
Lesson Study di Sekolah Umum Paterson 2 ..................................... 14
Pengembangan Lesson Study oleh Guru dan Pemerintah di San Mateo,
California ........................................................................................... 19
Persamaan dan Perbedaan Lesson Study di Sekolah Paterson
dan Sekolah San Mateo .................................................................... 20
Macam Lesson Study........................................................................ 22

BAB IV. YANG DIHARAPKAN DARI LESSON STUDY............................. 27


Menentukan Secara Seksama Tujuan dari Pelajaran, serta
Tujuan Tiap Bab Dan Topik Pembahasan?....................................... 28
Mempelajari dan Mengembangkan Mata Pelajaran .......................... 29
Memperdalam Pengetahuan Guru .................................................... 30
Berpikir Secara Mendalam Tujuan Jangka Panjang untuk
Para Siswa ........................................................................................ 34
Merencanakan Pembelajaran Secara Bersama................................ 36
Mengamati Kegiatan Belajar dan Perilaku Siswa.............................. 37
Mengembangkan Keterampilan Mengajar Yang Lebih Baik.............. 39
Mengamati Cara Mengajar Diri Sendiri Berdasarkan Pengamatan Rekan
Guru dan Siswa................................................................................. 41
Rangkuman....................................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman
1. Siklus Lesson Study................................................................................. 3
2. Aktivitas Guru dalam Pemberdayaan Pendidikan .................................... 9
3. Perbandingan Pandangan Pendidikan..................................................... 12
4. Macam Lesson Study di Jepang .............................................................. 23
5. Refleksi Lesson Study ............................................................................. 27
6. Peran Pakar Pendidikan pada Lesson Study di Jepang .......................... 34
7. Pengumpulan Data selama Research Lesson: Contoh Pertanyaan
Utama ...................................................................................................... 38
8. Sifat-Sifat Pendidikan Profesional Efektif ................................................. 42
BAB I
APAKAH LESSON STUDY ITU?

Pembinaan siswa di kelas dikendalikan oleh guru dan


berfokus pada siswa. Lesson study meliputi kedua hal
tersebut.
- Lynn Liptak, Kepala Sekolah Paterson 2

Buku ini memperkenalkan lesson study, yaitu pendekatan


pembelajaran dari Jepang yang menarik perhatian di Amerika Serikat.
Lesson study adalah suatu siklus kegiatan dimana guru berupaya
menetapkan target jangka panjang untuk siswa, mewujudkan target
tersebut di dalam “research lesson”, selanjutnya secara bersama
mengamati, mendiskusikan, lalu menerapkan hasilnya dalam
pembelajaran di kelas.
Dengan dukungan Yayasan National Science sejak 1993, research
lesson telah dijalankan di 50 sekolah dan mewawancarai 100 orang guru
seluruh Jepang. Pelaksanaan lesson study juga telah dilakukan di hampir
semua wilayah AS, khususnya Sekolah San Mateo.
Lesson study adalah konsep yang sederhana. Bila Anda ingin
memberdayakan pembelajaran di kelas, cukup dengan mengajak rekan
guru untuk merencanakan, mengamati, dan merefleksikan hasil
pembelajaran. Namun proses lesson study cukup rumit, karena harus
ditunjang penentuan tujuan secara bersama, pengumpulan data proses
belajar siswa, dan protokol pembahasan hal-hal yang rumit. Oleh karena
itu memerlukan buku panduan.
Bab pertama buku ini mengulas garis besar lesson study dan
pelaksanaannya pada tingkat sekolah dasar di Jepang. Bab 2 mengulas
mengapa lesson study menjadi penting dan mengapa harus sekarang.
Bagian berikutnya menjelaskan praktek lesson study dan menganalisa
harapan guru tentang lesson study pada Bab 4. Bab 5, 6, dan 7 mengulas
cara menyusun jadual, mengarahkan, dan mendukung lesson study. Dua

1
bab terakhir membahas berbagai kesalahan konsep tentang lesson study
dan masa depan lesson study di AS.
Saat penulis meneliti tentang aktivitas belajar di Jepang pada suatu
SD, penulis banyak belajar tentang sains. Penulis terpikat dengan
rangkaian kegiatan percobaan siswa dan debat mereka tentang fisika.
Penulis bertanya pada guru yang sesungguhnya bukan pakar sains
tentang bagaiman cara mengajar mereka agar dapat menciptakan
hubungan antara pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Jawaban
mereka adalah “research lesson”.
Pada 8 tahun terakhir penulis meneliti 70 kegiatan research lesson
di kelas yang dirancang, diamati, dan didiskusikan sekelompok guru yang
mencoba konsep pendidikan mereka di kelas. Research lesson adalah inti
dari lesson study, yaitu siklus pemberdayaan pembelajaran yang terpusat
pada guru seperti pada gambar 1. Dalam lesson study guru bekerja sama
untuk:
• Menyusun tujuan pembelajaran siswa dan pengembangan jangka
panjang.
• Merencanakan research lesson untuk mewujudkan tujuan yang
disepakati.
• Mengarahkan pembelajaran, dimana seorang guru mengajar dan
lainnya mencatat aktivitas dan perkembangan siswa.
• Mendiskusikan hasil catatan selama pembelajaran, lalu dipakai
untuk mengevaluasi pembelajaran dan materi yang dibahas.
• Menerapkan hasil evaluasi pada kelas selanjutnya, bila perlu hasil
lesson study pada kelas tersebut dievaluasi lagi.
Research lesson telah diterapkan di berbagai lembaga pendidikan
di Jepang. Lesson study bisa diterapkan di sekolah, workshop, dan
lembaga lainnya. Pertama kita mengulas lesson study di lembaga
pendidikan yang utama dan punya berbagai tipe, yaitu sekolah.

2
2. Research Lesson

Satu orang tim


mengajar di kelas,
sementara anggota
yang lain
mengumpulkan data
aktivitas siswa saat
berpikir, belajar, dan
berinteraksi, dll

1. Perencanaan dan 3. Diskusi Pembelajaran


Penentuan Tujuan
Berbagi dan menganalisis
Identifikasi tujuan data research lesson.
pembelajaran dan
pembenahan jangka Bukti hasil pemberdayaan
panjang. dan pembelajaran siswa
yang dicari.
Rencana pembelajaran
untuk mewujudkan tujuan Perbaikan yang perlu
yang melibatkan research dilakukan pada materi dan
lesson pengajaran.

4. Pemberdayaan
Pembelajaran

Bila perlu dilakukan


perbaikan proses
belajar mengajar, lalu
diterapkan kembali di
kelas. Tulis laporan
yang dilampiri rencana
pembelajaran, catatan
siswa, dan refleksi

Gambar 1. Siklus Lesson Study

Lesson Study Berbasis Sekolah di SD Komae 7


SD Komae 7 di pinggiran kota Tokyo adalah sekolah yang melayani
warga kelas menengah. Lembaga Pendidikan Komae mengutamakan

3
lesson study pada bidang sains berpikir tentang 2 hal untuk menentukan
arah lesson study, yaitu:
• Kualitas apa yang seharusnya dimiliki siswa saat lulus pada kelas
enam?
• Kualitas apa yang sesunguhnya dimiliki siswa saat ini?
Guru di sekolah tersebut memberikan pendapat mereka dengan
menulis pada sebuah papan tulis yang telah disediakan tentang “ciri siswa
ideal” dan “ciri siswa saat ini”. Pada kolum “ideal” mereka tuliskan ciri
seperti senang belajar, suka bergaul, terdorong untuk belajar,
mengungkapkan ide mereka. Sedang pada kolom “saat ini” mereka
tuliskan ciri seperti ramah dan baik hati, hobi main game, tidak punya
teman, egois.
Dengan membandingkan kedua tabel tersebut guru mendiskusikan
perbedaan ciri siswa dari kedua tabel. Seorang guru menceritakan bahwa
ingin melihat siswanya mengembangkan ide dan pendapat mereka, tetapi
sesungguhnya siswa lebih suka diam dan membiarkan temannya yang
pandai untuk berbicara.
Sebagian guru berpendapat hal ini sebagai pengaruh video game,
komputer, dan televisi. Hal tersebut menyita waktu siswa sehingga mereka
lebih banyak menghabiskan waktu untuk diri sendiri ketimbang
berinteraksi dengan orang lain. Dari hasil diskusi tersebut guru di lembaga
Komae menentukan arah research mereka, yaitu “Siswa bisa
memperbesar rasa kasih antar sesama, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menyukai sains”.
Beberapa bulan kemudian guru di lembaga Komae melakukan
rapat dalam 3 kelompok berbeda, guru SD, SMP, dan SMA. Tiap
kelompok menentukan mata pelajaran sains yang akan dipakai dalam
lesson study, lalu merencanakan research lesson pada kelompok mereka,
dimana hasilnya akan dirapatkan oleh seluruh pengurus sekolah Komae.
Dalam merencanakan materi pelajaran dan research lesson mereka
berupaya mewujudkan tujuan jangka panjang lembaga dalam tema
research (kasih sayang, kegemaran akan sains, dan pengembangan

4
kemampuan berpikir), tujuan pembelajaran sains, dan pada topik sains
tertentu seperti yang tercantum dalam Garis Besar Pendidikan Nasional.
Saat guru kelas 5 dan 6 merencanakan research lesson, mereka
berpendapat bahwa siswa dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya saat menghadapi soal yang sulit dan berusaha mengatasi
seorang diri. Oleh karena itu guru memutuskan untuk mengawali unit
(tentang pengungkit) dengan menyuruh siswa mengangkat beban yang
sangat berat sehingga mereka dapat melihat kekuatan pengungkit
sesungguhnya. Guru merencanakan pelajaran dengan memerintahkan
siswa mengangkat karung pasir seberat 100 kg. Sebuah pengungkit
disediakan untuk menjelaskan konsep pengungkit pada pertemuan
berikutnya setelah siswa mengamati cara kerja pengungkit.
Dalam pendekatan yang lain guru tidak menyediakan tongkat dan
penumpu. Guru hanya memerintahkan siswa untuk menggerakkan karung
pasir dengan tujuan siswa menemukan sendiri cara mereka (seperti
memakai katrol atau kereta). Inovasi lain mendorong siswa berpikir sendiri
dengan cara siswa diberi tugas untuk menemukan cara mereka sendiri
menggerakkan karung pasir tidak dengan berkelompok. Cara terakhir
adalah siswa bekerja dengan siswa yang telah menemukan cara
memindahkan karung pasir. Cara ini menguatkan kemampuan berpikir
mereka saat menemukan cara yang mereka tentukan.
Research lesson dirancang oleh tim dari guru kelas 5 dan 6 dan
dipantau oleh seluruh guru lembaga Komae. Tiap anggota mengamati
dan mencatat aktivitas kelompok siswa tertentu. Dengan berbagai macam
cara akhirnya siswa kelas 5 berhasil mengangkat karung pasir dengan
metode yang mereka rancang dengan katrol, pengungkit, dan tali. Guru
pengamat membuat catatan segala ide, diskusi dan aktivitas tiap
kelompok, pertisipasi tiap anggota kelompok, dan cara siswa membagi
pengalaman mereka. Pada saat pertemuan tingkat lembaga, semua guru
memakai data mereka untuk merefleksikan kekurangan dan kelebihan
pada pembelajaran terkait dengan tujuan research, yaitu kasih sayang,
pengembangan kemampuan berpikir, dan kegemaran akan sains. Para

5
guru mengetahui seberapa kekurangan dan kelebihan selama proses
pembelajaran untuk ditindak lanjuti. Sebagai contoh, data mereka
mengungkapkan paling tidak ada 5 siswa yang pendiam ternyata bersedia
berbicara dan aktif dalam kelompok, mungkin karena desain pembelajaran
yang menuntut tiap siswa berusaha mengangkat karung. Di sisi lain
terungkap tidak semua kelompok belajar dari metode kelompok lain, dan
berkesimpulan bahwa pertukaran informasi antar kelompok bisa
menunjang hasil lesson study selanjutnya. Segala catatan, desain
pembelajaran, foto kegiatan, dan contoh hasil kerja siswa, dilampirkan
dalam laporan research lesson untuk sekolah.
Lesson study adalah konsep utama pendidikan professional yang
disukai guru di Jepang. Dalam siklus lesson study guru bekerja sama
menentukan tujuan pembelajaran dan pendidikan, menyusun rencana
pembelajaran untuk mewujudkan tujuan tersebut, dan mendiskusikan
research lesson.

6
BAB II
MENGAPA LESSON STUDY DAN MENGAPA SAAT INI?

Membenahi proses pembelajaran memerlukan dukungan


semua unsur, termasuk siswa, orang tua, dan pemerintah.
Guru harus lebih berperan. Guru lebih memahami kesulitan
siswa dan membantu mengatasi kesulitan mereka.
-James Stigler dan James Hiebert, The Teaching Gap.

Pada saat semua sekolah kesulitan menghadapi reformasi


pendidikan, ternyata lesson study cukup menarik perhatian. Dalam buku
The Teaching Gap, James Stigler dan James Hiebert menyatakan bahwa
lesson study dapat mengisi celah kekurangan dalam proses reformasi
pendidikan, yaitu cara yang efektif untuk memperbaiki kualitas proses
belajar mengajar melalui pembinaan keterampilan mengajar dengan cara
saling berbagi.
Sebagian besar materi buku ini diperuntukkan bagi guru, tetapi bab
ini khusus mengulas wacana yang sangat menarik di kalangan pendidik,
yaitu peran lesson study dalam perubahan sistem pendidikan. Di Amerika
Serikat lesson study dikenal sebagai metode pemberdayaan pembelajaran
di kelas. Sedangkan lesson study di Jepang tidak hanya berperan
meningkatkan keterampilan mengajar, tetapi juga memperbaiki sistem
pendidikan secara umum. Bab ini mengulas cara lesson study untuk:
• Mewujudkan tujuan dan standar pendidikan di kelas secara nyata.
• Membangun pemberdayaan berbasis data.
• Mengarahkan kualitas siswa yang menunjang proses belajar.
• Menciptakan kebutuhan dasar pemberdayaan.
• Menghargai guru.

Mewujudkan Tujuan dan Standar Pendidikan di Kelas Secara Nyata.


Amerika Serikat memiliki beragam teks pedoman pemberdayaan
pembelajaran di kelas. Manakah di antara pedoman tersebut yang terbaik

7
untuk diterapkan? Mandat secara top-down dan high stakes assesment
terbukti tidak menguntungkan, dan sebagian besar pola pendidikan
professional berdampak kecil terhadap kualitas pembelajaran.
Video Secret of Trapezes yang menampilkan guru di Jepang
mendesain pembelajaran dengan cara siswa tidak mengontrol variabel
percobaan mereka. Akibatnya banyak siswa yang gagal dalam percobaan
mereka. Hal ini mengajarkan pada siswa bahwa hasil percobaan yang
tidak terkontrol tidak dapat diterima. Para guru mengetahui ada 2 bentuk
pedoman nasional Jepang yang berbeda yang terkait dengan
pembelajaran ini, yaitu pengkondisian tradisi ilmiah dan pengamatan hal-
hal yang berpengaruh pada gerakan pendulum. Oleh karena itu guru
berupaya menyusun materi mewakili kedua hal tersebut, yaitu dengan
mendorong siswa mengalami pentingnya mengendalikan variabel
percobaan sekaligus mendapat pengetahuan tentang pendulum.
Masyarakat Jepang tidak ingin terikat dengan segala pedoman,
seluruh isi Garis Besar Pendidikan Nasional Jepang hanya sekedar
sebuah buku kecil. Guru di Jepang lebih berfokus pada lesson study, dan
dengan lesson study mereka sudah mewujudkan target dan pedoman
pendidikan di kelas. Sebaliknya di Amerika Serikat guru cenderung
berfokus pada pedoman, mereka kurang mengamati dan memberdaya
pembelajaran di kelas. Pengamat lesson study Clea Fernandez
berkomentar bahwa saat konsep reformasi pendidikan sulit berubah dari
metode ceramah menjadi metode pemberdayaan siswa, seringkali hal ini
dianggap kegagalan sosialisasi pada guru, lalu dilakukan revisi buku
pedoman. Nampaknya bila ada perintah dan contoh yang tepat segala
yang harus dilakukan di kelas, para guru bisa memahaminya.
Gambar 2 menggambarkan perbandingan aktivitas pemberdayaan
pendidikan antara Jepang dan Amerika Serikat. Banyak hal yang
mengatur guru di AS tetap berada di lapisan atas segitiga. Hal ini
menampakkan guru lebih berfokus menulis rencana pembelajaran,
menentukan kurikulum, menyesuaikan kurikulum dengan pedoman negara
bagian atau wilayah, dan menyusun materi pelajaran. Segitiga

8
pemberdayaan pendidikan di AS nampak tidak stabil karena bagian atas
yang lebih besar. Sedikit sekali waktu yang digunakan untuk pengamatan,
diskusi, dan pemberdayaan pembelajaran di kelas. Sebaliknya perbaikan
pendidikan di Jepang lebih terpusat pada pengamatan, diskusi, dan
pemberdayaan pembelajaran di kelas. Lesson study adalah cara untuk
mengubah fokus pada lapisan atas menjadi lapisan bawah, yaitu
perbaikan pendidikan yang terpusat pada pengamatan dan pemberdayaan
pembelajaran.

Amerika Serikat Jepang

Menyusun kurikulum. Menyesuaikan dengan pedoman wilayah


atau negara. Mengembangkan materi berbagai kelas.

Merencanakan pembelajaran secara mandiri

Merencanakan pembelajaran secara gotong royong

Saling mengamati dan membahas berbagai proses pembelajaran

Gambar 2. Aktivitas Guru dalam Pemberdayaan Pendidikan

Membangun Pemberdayaan Berbasis Data


Reformasi pendidikan harus berdasar pada data. Akan tetapi data
yang tersedia untuk diuji dan menampilkan kinerja akademik ternyata
terbatas. Secara kontras selama research lesson guru mengamati secara
seksama dan mengumpulkan data untuk menjawab persoalan berikut:
• Bagaimana pengetahuan dan pemahaman siswa selama di kelas?
• Apakah siswa tertarik pada topik pelajaran atau hanya pasif?

9
• Apakah siswa menampilkan kualitas yang dibutuhkan untuk
belajar? Contohnya adalah apakah mereka disiplin, cukup tanggap,
serta mampu menerima dan merespon ide temannya?
Proses ini serupa dengan pola pengawasan produk industri mobil,
guru menganalisis data sebagai dasar pemberdayaan pembelajaran, tata
laksana kelas, dan suasana kelas. Lesson study menganalisis
pembelajaran siswa, motivasi dan iklim sosial, dan hal lain yang
mempengaruhi kesuksesan pendidikan siswa.
Ujian dan latihan siswa dapat menampilkan informasi mengenai
aspek yang akan diberdayakan, tetapi lesson study mampu mengarahkan
pemberdayaan itu. Berbeda dengan ujian terstandar, umpan balik lesson
study bersifat langsung, mengacu pada kurikulum dan tujuan
pembelajaran, dan berdasar pada pengamatan nyata di kelas.
Pengamatan ini dihasilkan dari orang-orang yang sangat memahami
persoalan siswa dan mampu menawarkan berbagai solusi.

Mengarahkan Kualitas Siswa yang Menunjang Proses Belajar


Bayangkan suatu kelas dan apa yang akan terjadi bila setiap anak
mengawali pendidikannya pada tahun ini dengan disiplin, mematuhi aturan
kelas, mampu berinteraksi dengan guru, dan antusias dengan pelajaran.
Bagaimana hasilnya dibandingkan dengan yang selama ini terjadi. Sifat
pikiran dan jiwa yang menentukan kesuksesan di sekolah dikembangkan
secara kontinu di berbagai kelas. Contohnya seperti ketekunan, kerja
sama, tanggung jawab, dan kerja keras. Seorang guru SD bercerita
bahwa guru tidak dapat meningkatkan kualitas siswa tanpa dukungan
seluruh lembaga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan siswa.
Peneliti dari AS yang berkunjung ke SD di Jepang jauh lebih
terkesan dengan kebiasaan dan kemampuan para siswa, ketimbang
terhadap pelajaran sains yang tidak berbeda jauh dengan keadaan di AS.
Siswa saling mendengarkan dan menanggapi pendapat teman mereka
selama diskusi, bisa menangani peralatan laboratorium yang berbahaya

10
atau mudah pecah, membuat catatan dengan seksama, mudah
berinteraksi dengan teman, membereskan peralatan yang pecah dan
tumpahan air tanpa diperintah. Perilaku siswa tersebut mungkin berasal
dari kebiasaan di rumah, tetapi perilaku tersebut juga hasil pengkondisian
guru selama lesson study. Lesson study tidak hanya bertujuan
pemberdayaan akademik saja. Lesson study memberdayakan kualitas
individu yang dapat mendukung motivasi dan pembelajaran, dan
mengolah seluruh aspek sekolah.
Tujuan jangka panjang lesson study adalah mempersatukan tujuan
sosial dan akademik pendidikan. Bila guru memandang kedua hal tersebut
melalui sudut pandang pemberdayaan kasih sayang dan akademik, maka
guru akan berpusat pada keduanya daripada terpaku mengajar saja.
Sepanjang sejarah pendidikan di AS pernah diwarnai krisis kepentingan
pendidikan yang sebenarnya dapat dihindari bila sekolah secara mandiri
dapat memberdayakan kemajuan akademik sekaligus memberdayakan
kebutuhan dasar siswa sebagai manusia.
Tujuan jangka panjang yang menekankan pemberdayaan sosial
dan akademik bermanfaat menghadapi paham yang mementingkan hasil
tes ketimbang mendorong siswa untuk belajar dan menjadikan sekolah
lingkungan yang menunjang perkembangan siswa.

Menciptakan Kebutuhan Dasar Pemberdayaan


Saat research lesson nampak bahwa siswa kurang bersemangat
dalam kegiatan mengukur berbagai macam lingkaran dan membuktikan
bahwa panjang lingkaran adalah 3 kali panjang diameter. Pada tahap
selanjutnya seharusnya guru dapat menyemangati siswa bagaimana cara
menemukan nilai phi (π).
Melalui research lesson, laporan tertulis, video, dan tukar
pengalaman lesson study dapat diaplikasikan pada berbagai macam topik
pembahasan dan menciptakan sistem untuk belajar. Efek kumulatif
research lesson akan mengalir ke seluruh sistem pendidikan dan diawali
dari tingkat lokal. Sebagai contoh, terinspirasi dari research lesson di

11
tahun 1970-an, guru di Jepang menekankan problem solving untuk mata
pelajaran matematika SD yang selanjutnya menjadi “teaching for
understanding”. Hal ini tetap bertahan 3 dekade terakhir.
Telah diketahui bahwa pendidikan di AS kekurangan program
pendidikan yang bermutu. Ironisnya justru lesson study di Jepang pada
bermula dari guru Jepang yang melakukan studi banding di AS.
Pendekatan ini tersebar ke seluruh Jepang melalui research lesson.
Research lesson dapat memenuhi kebutuhan dasar pemberdayaan
pembelajaran. Seorang guru di Jepang bercerita di awal karirnya terharu
menyaksikan research lesson yang diajarkan rekannya. Research lesson
mengajarkan cara mempelajari proses belajar dan interaksi siswa, serta
memberdaya guru.

Menghargai Guru
Visi pendidikan yang utama adalah menghidupkan ajaran para guru
dalam kehidupan sehari-hari. Lesson study dapat mengenali kelebihan
dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran, selain itu juga dapat
mengimplementasikan segala pedoman pendidkan di kelas. Lesson study
mengarahkan sumber daya dan waktu dalam merencanakan,
mempelajari, dan memberdaya kehidupan di kelas. Lesson study adalah
sistem penelitian dan pengembangan sehingga guru memberdayakan
teori dan praktek melalui pengamatan di kelas, secara berkala menguji
dan memberdayakan best practice. Kepala sekolah yang pertama
memakai lesson study di AS membandingkan sistem pembelajaran
tradisional dengan lesson study pada Gambar 3. Nampak lesson study
meletakkan guru sebagai posisi utama yaitu pengamat.

12
Tradisional Lesson Study
Guru lebih banyak menjawab Guru lebih banyak memberi
pertanyaan pertanyaan
Dikembangkan pihak luar Dikembangkan oleh para guru yang
terlibat
Pelatih lebih dominan dibanding Para guru saling berbagi
guru
Pelatih memiliki status di atas guru Hubungan antar guru berdasar
kesetaraan
Research/penelitian menghasilkan Research berupa praktek
praktek
Gambar 3. Perbandingan Pandangan Pendidikan yang Berbeda

Guru di Jepang sangat terlibat dalam lesson study dan research


lesson menarik perhatian pengamat pendidikan, sehingga banyak buku
ditulis untuk mengulas lesson study. Lesson study menyebabkan guru
menikmati suasana research di kelasnya sementara hasilnya
mempengaruhi seluruh aspek pendidikan secara umum. Seorang guru di
AS berpendapat bahwa lesson study mengembangkan profesionalitas
guru dan sangat bermanfaat. Pada bab berikut akan mengulas 2 tempat
yang menjadi perintis lesson study di AS.

13
BAB III
DARI NEW JERSEY KE CALIFORNIA:
KEBANGKITAN LESSON STUDY DI AMERIKA SERIKAT

Dalam lesson study segalanya terpusat pada guru. Sistem


pendidikan lain hanya seperti seminar. Anda hanya duduk dan
mendengarkan ceramah. Tidak banyak yang bisa dikerjakan
dan banyak informasi yang dijejalkan dalam otak Anda. Dalam
lesson study kita mencari sendiri ilmu yang diinginkan dan
mempraktekkannya.
-Heather Crawford, Guru

Meskipun research lesson dikenal sejak 1993, tetapi jarang sekali


dipraktekkan, hingga diselenggarakannya Third International Mathematics
and Science Study (TIMSS) pada tahun 1995. Saat itu ditampilkan
perbedaan sistem pengajaran matematika di Jepang dan AS, serta hasil
belajar siswa di Jepang yang lebih memuaskan. Buku The Teaching Gap
mengisahkan lesson study dari Jepang yang membawa hasil efektif dan
membuat Makoto Yoshida menjadi terkenal. Sejak saat itu lesson study
mulai dipraktekkan di AS. Bab ini mengulas tentang praktek lesson study
di AS di Sekolah Paterson di pinggiran New Jersey dan sebuah sekolah di
pedalaman dekat San Fransisco, California.

Metamorfosis: Dari Kelompok Belajar Matematika hingga Lesson


Study di Sekolah Umum Paterson 2
Warga AS mempertanyakan apakah lesson study yang diterapkan
di sekolah-sekolah yang homogen di Jepang bisa diterapkan di sekolah-
sekolah yang heterogen di AS. Sekolah Umum Paterson mengulas
bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Sekolah ini berhadapan
dengan masalah ekonomi dan sosial seperti sekolah pinggiran lainnya.
Sekitar 95% dari 720 siswa pre K-8 berstatus kurang mampu dan
sebagian besar tidak fasih berbahasa inggris. Tingkat kemajuan sekolah

14
ini hanya 42% yang berarti hanya 3 orang dari siswa kelas 7 menempuh
pendidikan mulai dari taman kanak-kanak.
Lesson study di Sekolah Paterson dimulai pada musim semi tahun
1997. Saat itu kepala sekolah dan guru kelas 8 mengikuti workshop
wilayah dan melihat tayangan video pelajaran matematika dari TIMSS.
Seorang guru bernama Bill Jackson berkata bahwa setiap saat ia
berusaha memoles metode mengajarnya, metodenya serupa dengan
hampir semua guru AS, akan tetapi cara mengajar guru di Jepang sangat
berbeda.
Sejak saat itu Jackson mencoba metode mengajar cara Jepang.
Jackson mencoba membuat kalimat-kalimat pertanyaan yang menarik,
lalu mengintruksikan muridnya mendiskusikan pertanyaan dan
mempresentasikan hasil diskusi mereka. Pada akhirnya murid-murid
Jackson berhasil menemukan kunci jawaban pertanyaan Jackson dari
hasil diskusi kelas. Jackson merasa gembira menyaksikan muridnya aktif
dalam kegiatan belajar, berdiskusi, dan mengkonstruksi konsep
matematika dengan upaya mereka sendiri tanpa bantuan guru.
Saat musim panas 1997 Jackson dan rekannya Beverly Piekema
mengembangkan model pembelajaran matematika metode Jepang
bersama Lembaga Standar Materi Kurikulum Inti New Jersey. Hasil
pengembangan mereka diaplikasikan pada siswa kelas 8 pada tahun
ajaran 1997/1998. Jackson berpendapat bahwa walau pelajaran ini hanya
berupa simulasi, siswa dapat melangkah lebih dari yang diharapkan. Para
guru mencatat berbagai kelebihan dan kekurangan siswa,
mendokumentasikan kegiatan kelas dalam video, dan menganalisis hal
penting dalam kegiatan mengajar kami. Para guru juga berbicara dengan
kepala sekolah secara berkala tentang kemajuan kegiatan mereka. Para
guru juga berdiskusi dengan guru lain yang tergabung dalam tim studi
matematika yang dipimpin kepala sekolah. Dalam tim ini para guru
bertatap muka tiap minggu membahas hasil research mereka,
mengunjungi dan mengamati research di kelas dan sekolah lain,
merencanakan pembelajaran secara bersama, saling mengamati kegiatan

15
mengajar di antara mereka, dan memberikan saling memberi saran untuk
perbaikan kegiatan mengajar berikutnya.
Kemudian pada Oktober 1997 dibentuk Tim Studi Matematika yang
terdiri atas 10 orang guru kelas 1 hingga 8 beserta Kepala Sekolah Liptak.
Setiap minggu mereka mengadakan rapat selama sekitar 80 menit. Liptak
berpendapat bahwa tidak seperti rapat biasa yang membahas banyak hal
yang tidak berhubungan dengan pengajaran di kelas, Tim Studi
Matematika terasa lebih spesial karena banyak membahas seputar proses
belajar mengajar.
Tim Studi Matematika terus mengadakan pertemuan berkala
sepanjang tahun ajaran 1997/1998. Para anggotanya terus melakukan
melakukan eksperimen, memperbaiki dan memoles pembelajaran yang
mereka kembangkan, dan mendokumentasikan tiap kegiatan mereka.
Liptak mengingat bahwa anggotanya terkesan dengan video metode
pembelajaran Bill Jackson yang memperlihatkan betapa aktifnya para
siswa berpikir tentang matematika. Lembaga Riset Pemberdayaan
Sekolah Patsy Wang-Iverson pada Januari 1998 mulai terlibat dengan Tim
Studi Matematika. Lembaga ini menyediakan bantuan konsultasi dan
teknis dalam bidang pengajaran MIPA serta memberikan umpan balik
pada berbagai kegiatan pembelajaran matematika.
Seorang guru berpendapat bahwa dalam Tim Studi Matematika
dirinya mendapat banyak kesempatan untuk saling mengamati kegiatan
pengajaran di kelas dan merasa mendapat dukungan dari rekan-rekannya.
Seeorang guru yang diwawancarai Wang-Iverson pada musim semi 1998
menyatakan bahwa sebelum terlibat dalam kegiatan ini para guru
tergantung pada buku, tetapi saat ini mereka dapat menggali konsep
secara mandiri. Penulis buku The Teaching Gap, James Hiebert
berkomentar tentang video Bill Jackson bahwa hal yang sangat berkesan
adalah keaktifan siswa dalam berpikir dan mampu berpendapat secara
matematis, hal tersebut adalah aspek utama dalam belajar matematika
sekaligus sulit diimplementasikan. Guru harus menciptakan lingkungan

16
yang mendukung siswa belajar matematika. Hiebert ingin sekali melihat
kegiatan ini secara nyata.
Tim Studi Matematika mulai mengenal research lesson melalui
Wang-Iverson. Mereka diberi buku berjudul “A Lesson Is Like a Swiftly
Flowing River” dan video berjudul “Secret of Trapezes”. Tim Studi
Matematika mengundang pakar lesson study Clea Fernandez dan Makoto
Yoshida untuk mendesain kerja sama antara Sekolah Paterson 2 dengan
Sekolah Jepang Greenwhich. Kerja sama ini terbukti sangat membantu
mempelajari cara melakukan lesson study dan melihat contoh metode
mengajar matematika yang tepat. Sejak Januari hingga Maret tahun 2000,
setiap minggu para guru dari Sekolah Jepang Greenwhich berkunjung
selama satu hari di Sekolah Paterson 2. Mereka bekerja dengan Tim Studi
Matematika merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
research lesson. Tema kegiatan mereka adalah memberdaya siswa untuk
melakukan problem solving dan kemauan belajar matematika. Para guru
membentuk beberapa kelompok berdasar kelas dan tiap kelompok
melakukan research lesson. Mereka mengajar, lalu dievaluasi, dan hasil
evaluasi diterapkan pada kegiatan mengajar berikutnya.
Pada bulan Februari 2000 diadakan research leson secara publik
untuk pertama kalinya di AS. Salah satu kegiatan tersebut diawali kegiatan
pertanyaan perkalian untuk 19 orang siswa kelas 2, yaitu “Bila saya
memiliki 5 bungkus Kit-Kat, tiap bungkus terdapat 4 batang coklat, berarti
saya punya berapa batang coklat? Bagaimana caranya supaya cukup bila
dibagikan untuk tiap siswa di kelas saya?”. Saat siswa bekerja membuat
penyelesaian, para observer berkeliling kelas mencatat aktifitas siswa.
Kemudian guru meminta sebagian siswa menunjukkan cara mereka
menyelesaikan soal di papan tulis. Tiap siswa memiliki cara berbeda
menyelesaikan soal, seperti memakai cara kelipatan 4, membuat 5
kelompok yang tiap kelompok mendapat 4 batang coklat, atau membuat
bilangan 4 dan 8 yang berarti 1 atau 2 batang coklat. Para siswa
menjelaskan dasar pemikiran mereka, sebagai contoh seorang siswa
menjelaskan alasannya bahwa kelipatan 4 sama dengan menjumlahkan

17
beberapa angka 4. Setelah para siswa berdiskusi, mereka diberi soal
pertanyaan ke-2 yang dikerjakan individual. Pada saat itu observer
mengamati apakah kegiatan sebelumnya dapat membantu siswa
menyelesaikan soal yang lebih sulit.
Saat diadakannya lesson study tersebut, sangat mengesankan
bahwa kegiatan research lesson melibatkan banyak orang untuk berbaur.
Proses pembelajaran itu sendiri dirancang secara seksama, menawarkan
berbagai pendekatan konsep perkalian, serta pembelajaran yang efektif
dan memotivasi. Rencana pembelajaran, handout, dan beberapa yang
perlu dicatat tentang siswa dibagikan kepada semua observer pada tiap
kegiatan.
Research lesson juga dibicarakan dengan para kolega tentang
berbagai hal yang perlu diberdayakan. Empat orang guru menyatakan
bahwa mereka telah memodifikasi beberapa media belajar visual setelah
mengajar. Mereka membuat tampilan kemasan coklat Kit-Kat dan isinya.
Cara ini dapat membuat siswa lebih mudah membayangkan angka-angka
dalam soal matematika sebelumnya, yaitu gambaran 5 batang coklat
dengan masing-masing terdiri atas 4 bagian. Siswa kurang termotivasi
untuk mengerjakan soal hanya dengan menghitung angka. Model
pembelajaran yang dimodifikasi adalah salah satu ciri lesson study, yaitu
merencanakan antisipasi reaksi siswa dalam pelajaran.
Research lesson membantu observer mengamati aktifitas dan
interaksi siswa secara langsung, dan melihat pelajaran dari sudut pandang
siswa. Konsep tentang keterampilan matematika siswa kelas 2 telah
berkembang saat mereka berdiskusi dan menemukan bahwa kelipatan 4
sama dengan menjumlahkan 4+4+4.
Kelebihan dari lesson study adalah keterlibatan siswa dalam belajar
matematika dan hal ini sangat menginspirasi para guru untuk lebih
berinovasi dalam mengajar. Kejadian yang mengesankan adalah saat
guru memperbolehkan siswa untuk istirahat sebentar dan memakan coklat
Kit-Kat sebelum menyelesaikan soal ke-2. Kenyataannya justru siswa
malah menunda memakan coklat dan memilih mengerjakan soal ke-2

18
dahulu. Para observer juga terkesan. Seorang pakar yang menyaksikan
hal tersebut bertanya kapan terakhir kali hal ini terjadi?
Sejak kejadian tersebut lesson study makin berkembang di Sekolah
Paterson dan menjadi inti pekerjaan Tim Studi Matematika. Kepala
Sekolah Lynn Liptak berpendapat bahwa lesson study memiliki kelebihan
dalam inkuiri praktek. Lesson study membuat guru terfokus pada pelajaran
sebagai satuan perubahan. Pengembangan, pengujian, diskusi dan
memodifikasi cara mengajar menjadi research mereka. Proses mengajar
yang diatur secara kolaboratif dan reflektif adalah research.
Meski terlalu awal menilai pengaruh Tim Studi Matematika, data
hasil tes dan hasil kelulusan pelajaran aljabar konsisten dengan perbaikan
pengajaran. Paling tidakSekolah Paterson 2 membuktikan guru di AS yang
sangat beragam dan di pinggiran kota mampu melaksanakan lesson study
dan meraih manfaatnya.

Pengembangan Lesson Study oleh Guru dan Pemerintah di San


Mateo, California
Lesson study di Sekolah San Mateo (San Mateo-Foster City School
District/SM-FCSD) berlangsung dengan cara yang berbeda. Seorang guru
kelas 3 bernama Jackie Hurd yang juga seorang pembina mata pelajaran
matematika wilayah mengikuti lesson study pada konferensi matematika di
Jepang selama musim panas tahun 2000. Saat kembali ke San Mateo dia
berbagi informasi tentang lesson study dengan tiga rekan pembina lain.
Kelompok ini telah bekerja selama beberapa tahun memberi bantuan
pemberdayaan pengajaran matematika. Mereka melakukan pendekatan
pada pemerintah untuk bantuan waktu dan dana untuk relawan lesson
study. Pemerintah menyetujui permintaan mereka dan memberikan hibah
dari pemerintah federal dan swasta untuk pengembangan pendidikan
matematika. Para pembina mengirimkan naskah penjelasan lesson study
pada semua guru wilayah San Mateo dan mengundang para relawan yang
berminat mempelajari lesson study. Saat musim gugur tahun ajaran 2000-
2001, terbentuk 7 tim lesson study matematika yang terdiri atas 28 guru

19
yang mewakili 8 sekolah. Semua tim merencanakan, melaksanakan, dan
mendiskusikan lesson study pada akhir tahun ajaran untuk mengetahui
apakah para guru mendapat manfaat lesson study. Sebuah SD wilayah
menyatakan akan menjalankan lesson study dan sebagian guru
merencanakan pelaksanaan lesson study untuk bidang sastra tahun
depan.
Sementara guru Sekolah Paterson bekerja sama dengan guru dan
pakar lesson study dari Jepang, para pembina mata pelajaran matematika
San Mateo menyatakan sejak awal bahwa mereka bukanlah pakar lesson
study, mereka mengajak belajar lesson study bersama. Melalui video,
pedoman Kelompok Riset Lesson Study, mengunjungi Sekolah Jepang
Greenwhich, serta saran sejumlah pakar, para pembina dibimbing
sekaligus terlibat dalam kelompok-kelompok pemerhati lesson study. Pada
penghujung tahun pertama para pembina didampingi suatu tim lesson
study dan pakar matematika telah mengadakan workshop selama 2
minggu di kampus Mills College. Minggu pertama workshop diarahkan
pada studi geometri dan pada minggu ke-2 untuk melakukan research
lesson dengan 20 guru lokal dan pakar pendidikan dari Jepang. Selama
workshop tersebut dilakukan perencanaan, pelaksanaan, dan diskusi
research lesson untuk SD di San Mateo dalam jangka 2 tahun.
Kesempatan melaksanakan lesson study dengan rekan dari Jepang
sangat membantu penyebar luasan pemakaian lesson study di San
Mateo. Pada musim gugur tahun 2001 sejumlah 58 orang guru mengikuti
pelatihan lesson study dan lesson study mulai diterapkan pada pelajaran
sastra.

Persamaan dan Perbedaan Lesson Study di Sekolah Paterson dan


Sekolah San Mateo
Perkembangan leson study di Sekolah Paterson dan Sekolah San
Mateo (SM-FCSD) dalam beberapa aspek berbeda. Upaya
pengembangan di Sekolah Paterson berasal dari sekolah sendiri,
sementara di SM-FCSD pengembangan lesson study diupayakan

20
pembina mata pelajaran wilayah San Mateo beserta sekolah lain dan
beberapa tim dari sekolah. Guru Sekolah Paterson melakukan lesson
study selama jam sekolah dan mendapat honor, sementara guru SM-
FCSD melakukan kegiatan lesson study setelah jam sekolah dan diberi
bantuan dari pemerintah. Kepala sekolah sangat berperan dalam
pengembangan lesson study di Sekolah Paterson, sedangkan guru dan
pembina mata pelajaran adalah pusat dari pengembangan lesson study di
SM-FCSD. Di sisi lain kedua sekolah tersebut memiliki kesamaan.
Kelompok pengembang lesson study di kedua sekolah tersebut terlibat
dalam kerja sama untuk memberdaya pembelajaran matematika. Guru di
kedua sekolah tersebut juga sangat berperan dan mendapat dukungan
dari rekan mereka. Kedua sekolah tersebut juga mengundang pakar dari
luar sekolah untuk mengembangkan system pembelajaran matematika
dan lesson study.
Upaya pengembangan lesson study di kedua sekolah tersebut
memiliki peran yang penting. Kedua sekolah tersebut adalah tempat di
mana para pengamat pendidikan menyaksikan praktek lesson study
secara nyata. Jauh lebih bernilai daripada sekedar menyaksikan rekaman
video lesson study. Kedua sekolah kini menjadi laboratorium bagi guru di
AS untuk mengadaptasi lesson study pada berbagai situasi di sekolah AS.
Seorang kepala sekolah dari Jepang berkata bahwa upaya
mengembangkan lesson study di AS akan banyak memakan waktu. Saat
bekerja sama dengan Sekolah Paterson untuk mengembangkan lesson
study dirinya melihat bahwa pencapaian Sekolah Paterson sangat
menggembirakan dan diperkirakan akan menjadi pusat pengembangan
lesson study untuk seluruh sekolah di AS. Guru Sekolah Paterson
bernama Nick Timpone berpendapat bahwa untuk memahami konsep
lesson study memerlukan waktu. Lesson study berarti mengubah gaya
hidup dan bukan merupakan kerja paruh waktu.

21
Macam Lesson Study
Di Jepang tedapat berbagai macam lesson study seperti yang
tampak pada gambar 4. Bentuk dasar dari lesson study adalah berbasis
sekolah. Hampir semua guru SD di Jepang terlibat dalam bentuk ini.
Seorang guru berpendapat mengapa kita mereka melakukan research
lesson, tentu saja karena tidak ada peraturan yang mengharuskan, akan
tetapi tanpa research lesson mereka merasa bukanlah guru yang sejati.
Guru lain menyatakan tanpa keterampilan mengajar yang baik tidak akan
ada pembelajaran yang baik, meskipun ditunjang dengan rencana
pembelajaran atau buku yang sempurna. Melalui keyakinan tersebut
mereka mengikuti research lesson dan berupaya memberdaya
keterampilan mengajar mereka.

Pengelola: sekolah swasta atau negeri


Contoh: yayasan sekolah menentukan visi dan misi sekolah, lalu
mewujudkannya dalam research lesson yang dilaksanakan para guru.
Kegiatan research lesson diamati dan didiskusikan oleh semua anggota
yayasan.
Pengelola: lembaga swasta guru relawan
Contoh: para guru melakukan pertemuan berkala membicarakan berbagai
kepentingan dan research lesson untuk mewujudkannya. Kepentingan
tersebut dapat berupa:
• Bidang pembahasan (contoh: ilmu sosial)
• Non Bidang Pembahasan (contoh: tatap muka di kelas)
• Filosofi pengajaran (seperti problem solving atau whole language)
• Misi gerakan (seperti pembinaan hubungan antar suku bangsa atau
kesadaran lingkungan)
Anggota lembaga bertemu setelah jam sekolah, menentukan jadual
kegiatan dan berbagai topik lainnya.

22
Pengelola: persatuan guru
Contoh: persatuan guru dapat mengelola lesson study bersama pihak
sekolah atau secara individual. Topik pembahasan utama adalah keadilan
sosial.
Pengelola: pemerintah daerah
Contoh: para guru bergabung dalam kelompok lintas sekolah dan berfokus
pada mata pelajaran atau topik pendidikan tertentu. Para guru bergabung
membentuk kelompok khusus untuk melaksanakan lesson study.
Terkadang kelompok ini menentukan sendiri topik pembahasan mereka.
Pengelola: sekolah swasta atau negeri yang menerima hibah untuk
pengembangan pembelajaran
Contoh: sekolah menerima hibah dari pemerintah untuk kepentingan
tertentu. Hal ini dapat berupa integrasi teknologi dalam kurikulum atau
mengembangkan kurikulum ilmu IPA dan sosial secara terpadu. Dalam
mewujudkan hal tersebut sekolah melaksanakan lesson study melalui
research lesson yang terbuka untuk semua kalangan.
Pengelola: sekolah laboratorium milik perguruan tinggi
Contoh: sekolah mengadakan research lesson secara berkala dan terbuka
untuk semua guru di Jepang. Karena misi sekolah macam ini untuk
memberdaya kurikulum dan pengajaran, maka ribuan guru mengikuti
kegiatan research lesson untuk mengikuti perkembangannya.
Pengelola: organisasi nasional
Contoh: organisasi seperti persatuan guru sastra, matematika, dan sains
mengadakan research lesson sebagai bagian dari kegiatan konferensi
nasional mereka. Kegiatan ini diharapkan bisa menghidupkan visi
pengajaran anggotanya. Tujuannya untuk mendorong diskusi dan
pengembangan lebih lanjut visi anggota.
Gambar 4. Macam Lesson Study di Jepang

Bentuk kedua dari lesson study yang banyak ditemui di Jepang


adalah lesson study yang dibina pemerintah. Pada sebagian besar
wilayah di Jepang, semua guru SD terlibat dalam lesson study yang dibina

23
pemerintah. Para guru juga bergabung dengan berbagai lembaga yang
mengkaji lesson study, di mana mereka mengadakan pertemuan
beberapa kali tiap bulan serta mendapat honor di luar jam sekolah.
Lembaga tersebut umumnya berfokus pada pengajaran mata pelajaran
tertentu (seperti matematika, bahasa jepang, pendidikan jasmani, dan
sebaginya) atau topik lintas ilmu (seperti pendidikan hak asasi manusia,
lingkungan sekolah, atau pendidikan untuk orang asing) secara umum
para guru berkumpul mengembangkan research lesson terbuka untuk
semua kalangan pendidik di wilayah setempat. Kegiatan ini diadakan di
seluruh wilayah dan saat setelah jam sekolah, tentunya kelas yang
digunakan untuk research lesson tidak dipulangkan. Guru yang terlibat
lesson study wilayah umumnya berasal dari masa kerja yang berbeda,
kemudian pemerintah membaurkan mereka dalam kelompok berdasarkan
masa kerja dan jumlah jam sekolah.
Lesson study sering diadakan di sekolah oleh persatuan guru,
lembaga pengkaji mata pelajaran, kelompok relawan, dan lembaga kajian
ilmiah. Sebagai contoh sebuah asosiasi guru yang berfokus pada
“pembelajaran melalui problem solving” telah memiliki pengaruh luas pada
decade terakhir karena sering mangadakan research lesson dengan
memakai pendekatan problem solving untuk mata pelajaran matematika,
sains dan topik yang lain.
Bentuk lain dari lesson study adalah “designated research school”
(sekolah yang terpilih untuk research). Sekolah ini mendapatkan hibah
dari pemerintah untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran baru,
seperti integrasi teknologi ke dalam kurikulum atau pembelajaran lintas
ilmu. Kadang hasil akhir hibah ini adalah research lesson terbuka untuk
semua pemerhati pendidikan, bukannya laporan akhir kegiatan hibah.
Bentuk lesson study berikutnya adalah model sekolah laboratorium
perguruan tinggi yang mengadakan research lesson untuk membentuk
masa depan dunia pendidikan di Jepang. Terkadang kegiatan ini dihadiri
ribuan pendidik yang ingin melihat hasil research lesson. Banyak lembaga
yang bisa mengadakan lesson study. Pada beberapa wilayah guru

24
mengikuti lesson study berbasis wilayah yang dikelola lembaga
pemerintah, persatuan guru, atau lembaga kajian ilmiah. Setiap lembaga
pengelola mengembangkan materi kurikulum sendiri dan diarsiteki para
pakar pendidikan.
Pakar pendidikan matematika Takashi Nakamura berpendapat
bahwa lesson study di Jepang tidak berupa satu macam. Nakamura
membagi menjadi 3 bentuk utama berdasarkan tujuan utama:
• Memberi solusi permasalahan pendidikan melalui pengembangan
kurikulum baru atau pendekatan pembelajaran.
• Mendorong para praktisi untuk menguji dan mengembangkan
keterampilan mengajar mereka.
• Membangun komunitas praktek di antara guru.
Nakamura menjelaskan bahwa tujuan lesson study menentukan
proses lesson study. Contohnya pada sejauh mana lesson study
dilaksanakan secara individual atau berkelompok. Nakamura menekankan
pada bentuk kedua yang berfokus pada pengujian dan pemberdayaan
keterampilan mengajar guru dan mengembangkan sikap reflektif.
Nakamura juga menekankan pentingnya membangun kebersamaan di
antara para guru. Nakamura menempatkan lesson study berbasis sekolah
dan lesson study berbasis wilayah dalam kategori ke-3. Lesson study
bentuk ke-3 bertujuan menciptakan kesadaran mulai dari tingkat individu
hingga warga sekolah, yaitu kesadaran tentang bagaimana
menggembleng anak didik mereka dan bagaimana visi para siswa dalam
belajar matematika.
Umumnya rencana pembelajaran disusun secara bersama dalam
pertemuan guru. Contohnya adalah para guru kelas dasar
mengembangkan rencana pembelajaran untuk kelas-kelas dasar secara
bersama. Peran lesson study adalah menciptakan kesadaran yang
mendorong kelompok guru untuk membangkitkan tujuan dan ide mereka.
Sebagian besar guru hanya mengikuti kegiatan lesson study di
daerah atau sekolah mereka saja. Di sisi lain lesson study bertujuan
menciptakan komunitas praktek dengan melibatkan setiap unsur untuk

25
memajukan kualitas pendidikan di sekolah. Akan tetapi kegiatan research
lesson lokal ini juga dihadiri guru dari sekolah nasional atau lembaga
kajian ilmiah untuk mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran.
Kegiatan research lesson untuk mendorong siswa memahami konsep
matematika yang rumit yang diadakan suatu sekolah nasional atau
persatuan guru kini sudah diabadikan dalam beberapa buku teks. Walau
kegiatan lesson study di AS belum berkembang pesat seperti di Jepang,
research lesson umum yang diadakan di Sekolah Jepang Greenwhich,
Sekolah Paterson, dan Sekolah San Mateo adalah awal yang
menggembirakan.

26
BAB IV
YANG DIHARAPKAN DARI LESSON STUDY

Lesson study membuat saya merasa puas dan selalu


tertantang. Lesson study mempererat hubungan saya dengan
rekan-rekan. Lesson study tidak mengurung siswa dan guru di
kelas.
-Nick Timpone, Guru Sekolah Paterson

Manfaat utama lesson study adalah membuka cakrawala


wawasan siswa.
-Kyouichi Itoh, Kepala SD di Nagoya, Jepang

Sebelum mengulas cara pelaksanaan lesson study (fokus pada bab


berikut), nampaknya penting untuk memandang apakah lesson study
untuk Anda atau sekolah Anda. Bab ini mengulas hal-hal yang diharapkan
dari lesson study. Gambar 5 adalah panduan melakukan refleksi setelah
melakukan lesson study, merangkum cara melaksanakan lesson study
yang baik. Sebelum Anda memutuskan sejalan dengan lesson study, lebih
baik anda mencermati hal berikut. Bab ini mengulas tiap butir dalam
Gambar 5.

Apakah lesson study membantu untuk:


• Menentukan secara seksama tujuan dari pelajaran, serta tujuan
tiap bab dan topik pembahasan?
• Mempelajari dan mengembangkan mata pelajaran?
• Memperdalam pengetahuan guru?
• Berpikir secara mendalam tujuan jangka panjang untuk para
siswa?
• Merencanakan pembelajaran secara bersama?
• Mengamati kegiatan belajar dan perilaku siswa?
• Mengembangkan keterampilan mengajar yang lebih baik?
• Mengamati cara mengajar diri sendiri berdasarkan pengamatan
rekan guru dan siswa?

Gambar 5. Refleksi Lesson Study

27
Menentukan Secara Seksama Tujuan dari Pelajaran, serta Tujuan
Tiap Bab Dan Topik Pembahasan?
Seorang guru dari Jepang menyatakan research lesson sangat
berarti bagi para guru karena selama kegiatan mereka berpikir keras
tentang berbagai hal penting. Contohnya seperti tujuan apakah yang
diharapkan salah satu bab dalam suatu buku pelajaran? Apakah pelajaran
tersebut bermanfaat untuk siswa dan kemajuan sekolah? Bagaimana
kaitannya dengan mata pelajaran lain? Tentunya apakah pelajaran
tersebut bermanfaat bagi guru? Bila kita tidak memikirkan hal tersebut
maka kita tidak akan dapat melaksanakan research lesson. Sebenarnya
hal-hal tersebut sangat penting dalam research lesson. Meskipun guru
tidak memikirkan pelajaran yang ia ajarkan dari buku, sebenarnya guru
masih harus memikirkan hal-hal penting dalam research lesson.
Saat menentukan subjek dan topik untuk lesson study, guru akan:
• Berupaya mengenali kelemahan siswa dalam belajar atau
perkembangan mereka.
• Berupaya mengetahui topik yang dianggap sulit oleh siswa.
• Berupaya mengetahui topik yang senantiasa berkembang seiring
perkembangan zaman seperti pengetahuan baru, teknologi, dan
pendekatan pembelajaran yang baru saja ditemukan.
• Berfokus pada pelajaran bahasa jepang dan matematika setiap
tahun. Hal ini disebabkan kedua pelajaran tersebut merupakan
dasar mempelajari bidang yang lain.
Bab 6 akan menjelaskan lebih detail bahwa lesson study bukanlah
kegiatan mengajar sesaat, tetapi berkaitan erat dengan seluruh unit dan
pembahasan, dan tentu saja berpengaruh pada kemajuan siswa. Tujuan
akademik lesson study adalah berdasarkan Course of Study. Contohnya
adalah Sekolah Komae yang memiliki Course of Study berupa tiga hal
pokok tujuan siswa mempelajari topik pembahasan “Pengungkit”, di sisi
lain guru juga menentukan tema research sendiri berdasarkan hasil rapat
lembaga tentang visi dan misi pendidikan siswa.

28
Seorang guru di AS menceritakan manfaat lesson study, pada
suatu saat dirinya bertanya “Apakah yang saya inginkan saat siswa belajar
topik ini?” Pertanyaan tersebut sesungguhnya belum pernah terlintas di
benaknya sebelum mengikuti lesson study. Kini saat akan mengikuti
kegiatan lesson study ia merasa heran “Apa yang kulakukan selama ini?”
Dirinya sadar bahwa ia selama ini tidak berbuat banyak untuk siswanya.
Rencana pembelajaran memberikan contoh macam tujuan mata
pelajaran, unit, dan subjek untuk dibicarakan selama lesson study. Contoh
tersebut adalah hasil kerja para pendidik di Jepang di berbagai kegiatan
lesson study serta menggambarkan berbagai format rencana
pembelajaran.

Mempelajari dan Mengembangkan Mata Pelajaran


Guru di Jepang merencanakan research lesson dengan
mendapatkan masukan dari berbagai pihak. Mereka menghabiskan
banyak waktu untuk merencanakan kegitan dan berdiskusi daripada
bercakap-cakap. Dalam video “Can You Lift 100 Kilograms?” guru
memulai pelajaran dengan membandingkan beberapa rencana
pembelajaran untuk topik “Pengungkit” dari buku teks, hasil mengajar
sebelumnya, hasil kegiatan kelompok research lesson, dan hasil research
lesson dari buku. Seperti di Sekolah Komae, guru yang lain dapat dengan
mudah menentukan berbagai rencana pembelajaran mulai dari apresiasi
puisi sampai teknik pembagian. Banyak buku tentang lesson study yang
ditulis oleh para guru di Jepang. Isinya berupa tujuan jangka panjang
lesson study dan filosofi mengajar, lalu rencana pembelajaran, contoh
LKS, refleksi kekurangan dan kelebihan selama proses belajar mengajar,
serta panduan bagi guru yang ingin mencoba research lesson. Para guru
yang telah mencoba research lesson telah berhasil memberdaya
pembelajaran di kelasnya.
Tentu saja para guru di AS tidak punya banyak referensi yang
memuaskan tentang lesson study seperti guru di Jepang. Melalui
pengembangan dan berbagi pengalaman seputar lesson study diharapkan

29
akan banyak referensi yang dihasilkan untuk para guru di AS. Guru yang
terlibat lesson study akan dapat menentukan bentuk lesson study mana
yang terbaik lalu berbagi pendapat dengan guru yang lain. Saat saling
berbagi informasi tentang hasil seputar lesson study secara perlahan
lesson study akan banyak mengalami perkembangan. Hal ini selaras
dengan pepatah orang jepang bahwa bila Anda adalah orang jenius bila
memiliki kelompok belajar dengan 3 orang anggota.

Memperdalam Pengetahuan Guru


Seseorang bercanda tentang perasaannya belajar sains pada
tahun pertama kuliah di kedokteran. Nampaknya otak para dosen dipenuhi
segunung pengetahuan tentang medis, saat berada di ruang kelas mereka
tumpahkan semua pengetahuan tersebut ke dalam otak mahasiswa.
Semua pengetahuan itu hanya membuat orang mengantuk. Pada akhirnya
dirinya menyadari bahwa apa yang harus dipelajari oleh dokter adalah
hanyalah mengatasi gejala lalu mengenali penyakit.
Pendapatnya mengungkapkan permasalahan para dokter dan
dosen kedokteran bahwa betapa melimpahnya timbunan hasil riset dan
teori medis yang sudah tidak relevan adalah sangat tidak berguna. Lesson
study dapat membantu para dosen memberdaya mahasiswanya, yaitu
dengan cara mengenali dan mengatur informasi mana yang tepat untuk
mengatasi penyakit pasien.
Pada dekade yang lalu materi tentang energi matahari dimasukkan
dalam kurikulum sains Jepang. Olah karena itu para guru di Jepang
segera melakukan research lesson untuk materi tersebut. Mereka
berdiskusi menentukan informasi apa yang berguna untuk dikembangkan
bagi para siswa. Setelah kegiatan research lesson mereka berdiskusi.
Seorang guru berpendapat bahwa dirinya belum paham mengapa materi
tentang energi matahari dimasukkan dalam kurikulum. Mungkin
harapannya kelak para siswa akan menjadi ilmuwan dan mengembangkan
energi matahari untuk Jepang. Bila tujuannya hanya sekedar
memperkenalkan siswa bahwa cahaya matahari dapat diubah menjadi

30
listrik, maka pelajaran seperti itu bukan hal yang baru. Dirinya ingin tahu
alasan sesungguhnya memasukkan materi energi matahari ke dalam
kurikulum.
Dari diskusi semacam itu guru akan memperoleh masukan apakah
siswa perlu mempelajari materi yang baru dimasukkan dalam kurikulum.
Dalam diskusi tersebut para guru juga mengundang guru sains dari
sekolah lain untuk berpendapat tentang materi kurikulum yang baru.
Seorang guru menanyakan tentang 3 hal, yaitu “meletakkan baterai solar
dekat dengan sumber cahaya”, mencari cahaya dengan intensitas lebih
banyak”, dan “mendapatkan cahaya”. Para ilmuwan menganggap bahwa
ketiga hal tersebut tidak berbeda. Padahal guru tersebut merasa ketiga hal
tersebut adalah konsep yang berbeda. Guru tersebut menanyakan
pendapat para guru sains yang lain.
Sesungguhnya research lesson membantu guru untuk memahami
informasi yang tepat untuk siswa, mengungkap perbedaan pemahaman
para guru, dan memberikan gambaran informasi yang jelas.
Saat bekerja dalam lesson study guru di AS saling berbagi
pengalaman untuk memperdalam pengetahuan mereka. Sebuah
kelompok guru memprediksi kemampuan siswa mengkonstruksi segitiga.
Mereka membicarakan pertanyaan seperti apakah segitiga yang tidak
sama sisi semua sudutnya tumpul? Apakah segitiga siku-siku mempunyai
2 sisi yang sama? Seorang guru berkomentar pertanyaan tersebut
disebabkan bayangan mereka tentang segitiga cenderung terpaku pada
buku saja.
Kemampuan lesson study memacu memperluas wawasan guru
dibuktikan peneliti dari Cina. Guru SD di Cina mendapat pendidikan yang
lebih rendah daripada guru SD di AS. Tetapi terbukti guru di Cina mampu
mempersiapkan contoh konsep matematika yang mendasar. Contohnya
adalah untuk menyusun kalimat soal tentang makna pecahan yang dibagi
dengan pecahan. Pendalaman konsep matematika cenderung lebih
banyak dilakukan dalam lesson study (saat guru menyusun soal dan

31
mengamati kemampuan berpikir siswa) daripada saat mengikuti penataran
matematika yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas guru.
Saat membicarakan lesson study untuk menjembatani perbedaan
pendapat di antara mereka, guru memprediksi dan menganalisis
kemampuan berpikir siswa lalu menggali berbagai informasi dari berbagai
sumber, yaitu dari para kolega; dari buku dan video; dari pakar pendidikan
setempat; dan dari pihak luar seperti para peneliti dari perguruan tinggi
atau lembaga konsultan (perhatikan gambar 6). Guru SD dari Sekolah
Paterson 2 berpendapat tentang lesson study yang berperan
memperdalam pengetahuan guru. Dirinya telah sering berdiskusi tentang
tulisan Liping Ma dan terus memikirkan pengetahuan apa yang
sesungguhnya diperlukan siswa dan mengapa mereka harus bekerja
seperti itu. Melalui lesson study mereka merasa mendapat pencerahan.
Seorang guru lain berkata bahwa seorang guru harus belajar matematika
seperti saat mereka masih di bangku sekolah, dan melalui lesson study
pemahaman mereka semakin tajam.
Lesson study bukanlah gudang pengetahuan. Lesson study adalah
cara bagi guru untuk mengenali kekurangannya, lalu memperbaiki
kekurangan tersebut dengan cara mempersiapkan pembelajaran
denganbaik, memprediksi kemampuan berpikir siswa, mendiskusikan hasil
kerja siswa dengan rekan guru yang lain, serta berkonsultasi dengan para
pakar pendidikan. Liping Ma berpendapat bahwa guru di AS mempelajari
berbagai pengetahuan sebelum merencanakan pembelajaran. Guru di
Cina meraih berbagai pengetahuan bersamaan dengan merencanakan
pembelajaran.

32
Peran Pakar Pendidikan pada Lesson Study di Jepang

Inti dari kegiatan research lesson adalah guru atau kelompok


guru yang merancang pembelajaran. Guru observer juga berperan
penting. Research lesson tidak akan berfungsi tanpa keduanya. Pihak
ketiga yang sering terlibat dalam research lesson adalah para pakar
dari luar sekolah. Pihak ketiga ini dapat berupa seorang guru, kepala
sekolah, atau dosen matematika yang berpengalaman di bidang
matematika. Peran mereka adalah menyumbangkan pikiran tentang
pelaksanaan pembelajaran, memberikan saran, melatih research
lesson, atau memberikan pendapat dalam pertemuan pengurus
sekolah.
Seorang professor pendidikan matematika sering diundang
dalam kegiatan research lesson. Beliau banyak menemukan konsep
penting dalam kegiatan, akan tetapi hanya akan berfokus pada satu
bidang saja. Dalam kegiatan beliau terfokus pada penyederhanaan
tema research lesson. Setiap kelas memiliki perbedaan kualitas, oleh
karena itu pihak luar dibutuhkan untuk menentukan good practice yang
dignakan dalam research lesson dan membantu guru melakukan
kegiatan di kelas mereka.
Terkadang pihak luar sangat berbaur dengan para guru
mengikuti berbagai kegiatan research lesson. Sebagai contoh
Professor S bekerja sama dengan SD negeri lebih dari 2 tahun. Dirinya
berperan sebagai pengamat lesson study. Tiga tahun yang lalu sekolah
tersebut dihadapkan dengan berbagai masalah saat pergantian kepala
sekolah. Kepala sekolah berkeinginan memperbaharui kegiatan lesson
study di sekolah dan mengundang Professor S sebagai pengamat.
Kemudian Profesor S bekerja sama dengan pengurus sekolah
mengembangkan lesson study.

33
Pada saat diadakan open house lesson study yang dihadiri 200 guru,
Profesor S mengingat hal-hal saat pertama kali lesson study diadakan
di sekolah tersebut. Saat itu sebagian besar pengurus sekolah
mengantuk saat rapat lesson study. Hanya Profesor S, kepala sekolah,
dan ketua tim lesson study yang berbicara dalam rapat. Anehnya saat
ini semua guru merasa menikmati kegiatan lesson study. Selama
sekitar 2 tahun Profesor S terlibat dalam lesson study, berbagi
pengalaman, dan memotivasi guru untuk tidak bosan mengikuti lesson
study. Bahkan beliau sendiri yang melakukan lesson study.
Pihak luar dapat berperan dalam beberapa hal. Umumnya
mereka mengamati para peserta dan menangkap segala yang
dipelajari peserta. Sebenarnya peran seperti itu tidak berbeda dengan
peran guru. Hanya saja guru juga harus menilai dan
menanggapi respon siswanya. Saat guru di AS mulai mengembangkan
lesson study, nampaknya perlu diadakan pelatihan kepemimpinan
untuk para pengamat tersebut yang bekerja sama dengan tim lesson
study.
Oleh: Ted Watanabe
Gambar 6. Peran Pakar Pendidikan pada Lesson Study di Jepang

Berpikir Secara Mendalam Tujuan Jangka Panjang untuk Para Siswa


Lesson study disusun berdasarkan research theme atau tujuan
utama, yaitu tujuan pemberdayaan yang disepakati bersama. Seperti
lesson study berbasis sekolah seperti yang dilakukan guru Sekolah
Komae di Bab I, tujuan ditentukan saat guru mengenali kompetensi siswa
yang diharapkan saat mereka lulus sekolah, kompetensi siswa saat ini,
dan perbedaan di antara keduanya. Guru di Jepang umumnya
menentukan tujuan yang luas yang merupakan hasil pembicaraan guru
dari semua kelas dan dari semua pihak. Contohnya adalah berikut.

34
• Menciptakan pembelajaran yang membangkitkan kemampuan
akademik dasar, mengembangkan kepribadian, dan mengenali
kebutuhan siswa.
• Mendorong siswa menikmati persahabatan dan kegiatan belajar.
• Menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan bagi
siswa.
Melalui fokus pada kompetensi siswa di masa yang akan datang,
guru di Jepang menentukan tujuan pendidikan di sekolah dan program
jangka panjang, ketimbang terpaku pada berbagai teori atau pengukuran
berdasarkan tes.
Guru di AS sulit memahami hubungan lesson study dengan
penentuan tujuan jangka panjang pendidikan siswa. Banyak yang tidak
memahami tema lesson study di Sekolah Komae 7, yaitu mendorong
siswa untuk menghargai kasih sayang, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menyukai sains. Sebagain yang merasa skeptis berpendapat
dapatkah pendidikan kasih sayang dan sains berdampingan. Pendidik di
AS cenderung mengutamakan hasil yang dapat diukur dan valid.
Sedangkan guru di Jepang memandang jauh ke depan sekaligus juga
berfokus pada kondisi aktual saat ini. Sebagian besar guru di AS
menganggap tujuan jangka panjang adalah komponen yang hilang dalam
upaya pengembangan dunia pendidikan. Salah seorang guru berpendapat
lesson study berorientasi jangka panjang, sedangkan biasanya guru tidak
peduli dengan apa yang diperlukan siswanya di masa yang akan datang.
Sebagian besar sekolah di AS memiliki visi dan misi pendidikan, tetapi
ternyata tidaka da upaya apapun untuk mewujudkannya. Visi dan misi
tersebut terpampang jelas di gedung sekolah. Namun ternyata tidak ada
tindak lanjut mewujudkannya. Lesson study membantu menemukan visi
dan misi pendidikan sekaligus mewujudkannya.
Lesson study akan menghindarkan sekolah dari sistem pendidikan
yang muluk-muluk dan hanya coba-coba. Visi jangka panjang bagi guru di
Jepang akan selalu mengingatkan pentingnya menanamkan sifat cinta
sains dan kasih antar sesama yang setiap saat dapat luntur dalam

35
kehidupan sekolah. Hal yang penting bagi pendidikan di AS adalah nilai
yang tinggi dan tidak memiliki visi jangka panjang. Visi jangka panjang
lesson study menekankan bahwa beajar dipengaruhi keingintahuan siswa,
motivasi, perasaan kasih antar sesama, dan sifat-sifat lain yang terkait
dengan pikiran dan perasaan. Guru Sekolah komae yang mengajarkan
tentang pengungkit memiliki berbagai data tentang siswa. Sebagian data
tersebut mencatat saat-saat siswa memperhatikan pelajaran dengan
sepenuh hati (mata mereka berbinar) atau saat siswa mengucapkan “aha”
yang bermakna mereka telah memahami materi pelajaran. Guru di AS
juga berpendapat bahwa mata berbinar dan “aha” adalah sangat
bermakna bagi perkembangan siswa.
Pertanyaan yang tepat untuk melukiskan lesson study adalah
“Kualitas siswa seperti apa yang akan dikembangkan?” Pertanyaan ini
sangat memotivasi tiap guru. Pertanyaan ini adalah cara mewujudkan visi
jangka panjang dalam kehidupan sehari-hari. Mengajar bukanlah sekedar
mengajarkan bahasa atau berhitung, yang lebih utama adalah membina
generasi muda dan menciptakan masyarakat di masa mendatang. Lesson
study juga membawa semangat membangun. Seorang guru berpendapat
betapa hal-hal kecil dalam lesson study ternyata sangat bermakna karena
lesson study membawa visi yang luas.

Merencanakan Pembelajaran Secara Bersama


Guru di Jepang dapat mengikuti sekitar 10 kegiatan lesson study
tiap tahun. Sementara guru di AS tidak mendapat kesempatan sebanyak
itu. Oleh karena itu tidak heran seorang pensiunan guru mengingatkan
murid-muridnya selama dia mengajar “Perhatikan apa yang diajarkan
gurumu, karena bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir dalam hidupmu”.
Walau para guru di AS sering bertemu untuk berbagi pengalaman
nyatanya tidak selalu bermanfaat di kelas. Seorang guru yang telah
bergabung dengan tim studi mata pelajaran mengaku tidak banyak
manfaat yang bisa diambil untuk di kelas. Untuk memberdaya

36
pembelajaran lesson study harus dipraktekkan. Hal ini yang membangun
kebersamaan di antara guru sekaligus membawa manfaat di kelas.
Lesson study secara tidak disadari akan mendorong guru
menyelaraskan diri dengan guru yang lain. Guru Sekolah Paterson
bernama Heather Crawford berpendapat sebelumnya dirinya tidak pernah
berpikir apakah pada kelas berbeda memiliki perbedaan hasil belajar.
Sekarang hal tersebut menjadi perhatian para guru. Hal ini penting
menyangkut masa depan siswa.
Kerja sama sangat penting dalam lesson study. Keberhasilan
research lesson tidak dipandang dari apa yang dilakukan, tetapi pelajaran
apa yang bisa diambil saat berkolaborasi dengan guru yang lain.

Mengamati Kegiatan Belajar dan Perilaku Siswa


Selama research lesson mengumpulkan data aktivitas belajar
siswa, motivasi, dan perilaku mereka. Gambar 7 menunjukkan macam
data tersebut dari guru di Jepang. Setiap kelompok data memiliki susunan
data, sebagai contoh guru mencatat perubahan pola berpikir atau segala
pertanyaan yang diajukan siswa. Pada umumnya data yang didapat
berupa bukti aktivitas belajar, perhatian atau motivasi, dan perlakuan
terhadap teman. Data ini menunjukkan bahwa perhatian siswa dan
suasana kelas bersamaan dengan pengetahuan teori berperan
membentuk pola belajar siswa di masa mendatang. Guru dapat
mengumpulkan data dari semua pertemuan kelas seperti saat research
lesson.

37
Tujuan: Pembelajaran Akademik
• Apakah siswa memahami faktor pembagi angka 10?
• Berapa banyak siswa yang beralih dari berhitung sederhana ke
teknik perhitungan yang lebih fleksibel?
• Berapa banyak siswa yang mampu menyusun percobaan terkontrol
dengan baik?
• Dapatkah siswa mendesain 3 percobaan tentang pengungkit,
memberikan dasar penelitian mereka, dan memprediksi hasilnya?
Tujuan: Motivasi dan Interaksi
• Bagaimana nada bicara siswa, gerak tubuh, kelebihan, suara bisik-
bisik, suara “aha”, pandangan mata yang penuh perhatian,
menunjukkan motivasi dan keterlibatan dalam belajar?
• Apakah siswa memakai banyak cara untuk memecahkan soal?
• Bagaimanakah kualitas dan kuantitas siswa dalamk menulis jurnal?
• Seberapa banyak siswa yang mengangkat tangan, mengutarakan
pendapat dalam diskusi, dan bergabung membentuk kelompok?
Berapa banyak siswa laki-laki dan perempuan yang melakukan hal
tersebut?
Tujuan: Perilaku Sosial
• Apakah siswa aktif berbicara dalam kelompoknya?
• Berapa kali siswa menanggapi pendapat temannya?
• Kapan siswa menunjukkan sikap tidak setuju dengan temannya?
Apakah nada suaranya tenang atau lantang?
• Berapa kali siswa yang pendiam berbicara dalam kelompoknya?
Berapa kali teman mereka ditanggapi?
Tujuan: Sikap Siswa terhadap Pelajaran
• Bagaimanakah partisipasi 3 orang siswa yang memiliki perbedaan
minat dan nilai yang berbeda?
• Apakah siswa merasa pelajarannya menarik daripada biasanya?
Apakah yang dianggap menarik atau membosankan? (berdasarkan
kuesioner)
• Perubahan apa yang diharapkan siswa pada pelajaran ini tahun
depan? Apa yang mereka pelajari dan apakah mereka menyukai
topik yang diajarkan?
Tujuan: Informasi yang Diharapkan tentang Keadaan Pembelajaran
• Berapa alokasi waktu tiap komponen pelajaran (pendahuluan,
problem posing, tugas individu, kerja kelompok, diskusi kelas)?
• Apa saja yang ditanyakan guru? Bagaimana guru merespon
jawaban siswa? Siapa saja yang ditunjuk oleh guru?
Gambar 7. Pengumpulan Data selama Research
Lesson: Contoh Pertanyaan Utama

Pengumpulan data membantu guru dalam memandang


pembelajaran dari sudut pandang siswa. Bagaimana pengertian mereka
tentang materi? Apakah siswa makin bersemangat saat berhasil

38
menemukan konsepnya atau hanya mengeluh selama pelajaran? Apakah
mereka mengapresiasi atau mengacuhkan pendapat temannya? Seorang
guru di AS berpendapat bahwa lesson study menghasilkan refleksi untuk
melaksanakan pelajran berikutnya, sangat praktis dan mudah. Panduan
yang tepat mengukur aktivitas dan perkembangan siswa. Jangan sampai
lesson study tamat riwayatnya seperti pembelajaran cooperative grouping,
teknologi, atau teknik manipulatif. James Stigler dan James Hiebert
berpendapat bahwa selama ini peraturan mengarahkan guru pada teknik
mengajar yang benar tanpa disertai konteks yang mendukung
menyebabkan arah tujuan pendidikan yang melenceng. Peraturan ini
dapat menyebabkan guru secara tidak sadar mengalami perubahan, yaitu
lebih menekankan keberhasilan belajar berdasarkan faktor tertentu
ketimbang pemberdayaan pembelajaran jangka panjang.
Teori dan riset adalah awal yang tepat untuk memahami
bagaimana kemampuan mengajar yang benar. Dalam kondisi terkendali
praktek terbaik nampak pada research yang sama di tiap kelas. Akan
tetapi kenyataan menunjukkan bahwa setiap kelas adalah berbeda.
Lessons tudy mengasumsikan bahwa guru perlu memiliki data bukti
aktivitas siswa, motivasi, dan perkembangan mereka di kelas. Lesson
study dapat digunakan sebagai perangkat untuk mengembangkan
keterampilan mengumpulkan data dan memandang pembelajaran dari
sudut pandang siswa. Memperhatikan siswa adalah tujuan lesson study
yang utama.

Mengembangkan Keterampilan Mengajar Yang Lebih Baik


Lesson study akan memperdalam pemahaman tentang teknik
mengajar bersamaan saat guru membina siswanya. Para guru yang diteliti
Makoto Yoshida menyusun daftar sifat-sifat teknik perhitungan. Hal ini
dilakukan saat teknik perhitungan yang diajarkan guru tidak
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Guru yang ditampilkan
dalam video “Can You Lift 100 Kilograms?” menunjukkan bahwa siswa
menunjukkan respon yang berbeda saat siswa memakai kantong pasir

39
sungguhan daripada hanya berupa gambar saja. Dalam lesson studyguru
memikirkan segala pertanyaan, aktivitas, perhitungan, dan alat bantu
visual yang akan dipakai dalam pelajaran. Melalui usaha mengamati siswa
guru akan mengenali segala permasalahan atau pendekatan yang dapat
mengganggu kegiatan belajar.
Melalui lesson study guru mengembangkan strategi mengajar yang
dapt diaplikasikan pada semua bagian kurikulum. Contohnya adalah
melakukan hatsumon atau pertanyaan utama untuk menarik perhatian
siswa selama pelajaran, kemudian bagaimana menggunakan debat untuk
memaksimalkan pertisipasi siswa dalam diskusi, dan bagaimana
mengajak siswa mencatat dan melakukan refleksi pengalaman belajarnya.
Makoto Yoshida menulis tentang seni menulis di papan tulis yang telah
dipakai dalam lesson study. Saat guru mengawasi dan menganalisis
kegiatan research lesson mereka mengenal berbagai istilah seputar hal-
hal pokok dalam belajar dan mengajar. Sebagai contoh, saat ini terdapat
kamus lesson study bahasa jepang yang memuat ratusan istilah seputar
praktek di kelas. Guru di Jepang dapat memberi nama berbagai teknik
yang telah mereka temukan selama research lesson. Contohnya pada
kegiatan dimana guru membuat label nama siswa yang diberi magnet,
oleh karena itu siswa dapat menempelkan namanya di papan tulis, di
papan tulis tersebut terdapat kolom setuju dan tidak setuju mengenai
diskusi hari itu. Selain itu guru membuat teknik lain dimana siswa
melakukan gerakan tangan tertentu untuk menunjukkan sikap setuju, tidak
setuju, dan menyatakan pendapat baru.
Selain hal di atas, guru merasakan bahwa research lesson
mempengaruhi filosofi mengajar mereka. Seorang guru menyatakan
bahwa pada mulanya dirinya memandang pendidikan hanyalah kegiatan
memberikan pengetahuan pada siswa sebagai proses top-down. Selama
dirinya bekerja dalam tim peneliti sains SD pada akhirnya dirinya
menyadari bahwa pendidikan adalah kesempatan bagi siswa untuk
membangun pengetahuan mereka sendiri. Pada mulanya konsep seperti
ini juga sulit diterima dirinya. Saat dirinya menyaksikan kegiatan lesson

40
dimana siswa berusaha membangun konsep pengetahuan mereka sendiri
nampaknya membuang waktu saja. Selanjutnya dirinya mulai menyadari
bahwa konsep yang tidak dibangun sendiri ternyata tidak bermakna.
Pengetahuan yang hanya berupa hafalan tidak tertanam dengan baik
dalam otak siswa.

Mengamati Cara Mengajar Diri Sendiri Berdasarkan Pengamatan


Rekan Guru dan Siswa
Tidak setiap anggota kelompok lesson study berkesempatan
mengajar dalam research lesson setiap tahun. Bahkan di Jepang
kesempatan tersebut tidak menentu. Bagi guru yang berkesempatan
mengajar dalam research lesson akan mendapatkan data dari rekan guru
yang lain untuk menilai kemampuan mengajar dirinya. Hal yang dilakukan
para rekan guru tersebut seperti catatan kegiatan diskusi kelompok kecil,
menghitung jumlah siswa perempuan dan laki-laki yang mengangkat
tangan untuk berbicara, mencatat hal khusus untuk pembina seperti
pertanyaan dan respon dari pembina. Terkadang guru di Jepang memilih
3 orang siswa yang berbeda kemampuannya dan meminta rekannya
untuk mengumpulkan data tentang pelajaran dan unit pembahasan dari
sudut pandang siswa. Selain itu juga mengamati interaksi dan pekerjaan
mereka, dan lain sebagainya. Dengan cara seperti ini guru dapat
menyaksikan kekurangan dan kelebihan kemampuan mengajarnya
melalui siswa. Seorang guru di Jepang mengungkapkan bahwa research
lesson membuat seorang guru dapat menilai kemampuan mengajarnya.
Kegiatan belajar mengajar ibarat sungai yang mengalir. Saat mengajar
guru dapat memberi penilaian dengan mudah untuk orang lain. Tetapi saat
research lesson para pengamat mencatat apa yang dikatakan guru dan
siswa. Melalui cara ini seorang guru dapat menilai dirinya sendiri.

41
Rangkuman
Gambar 8 menunjukkan berbagai sifat-sifat pendidikan professional
efektif dari berbagai riset. Lesson study dapat mengungkapkan kualitas
tersebut. Hal ini terjadi secara nyata, dalam konteks yang menunjang di
kelas, dan berfokus pada permasalahan utama para guru, yaitu harapan
mereka pada pembinaan dan hasil belajar siswa. Research lesson
memberikan metode untuk memberdaya keterampilan mengajar,
memastikan bahwa berbagai ide pengembangan harus diwujudkan dan
tidak cuma didiskusikan. Untuk merencanakan research lesson guru akan
meminta bantuan para ahli dari dalam atau luar sekolah. Kemudian para
guru akan mendapatkan berbagai teknik pembelajaran dari pemerintah
atau seluruh dunia. Selanjutnya mereka dapat mengembangkan teknik
mereka sendiri dengan mengamati siswa secara mendalam. Lesson study
membangun kebersamaan sehingga guru menyadari bahwa pembelajaran
adalah kepentingan bersama, bukan urusan individu.

Pendidikan Profesional yang Efektif


1. Bersifat eksperensial, melibatkan guru dalam tugas mengajar,
menilai, dan mengamati siswa secara nyata.
2. Berdasarkan pertanyaan dan inkuiri para peserta seperti halnya
riset professional.
3. Melibatkan para ahli dari dalam dan luar sekolah.
4. Bersifat kolaboratif, membantu para guru bertukar pengalaman.
5. Terfokus pada pemberdayaan hal-hal di dalam kelas, seperti apa
yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar.
6. Merupakan kepentingan bersama, bukan individu.
7. Merespon bukti-bukti aktivitas belajar siswa dan pembinaan dalam
bidang ini.
8. Berpengaruh pada aspek perubahan sekolah.

Sumber: Adaptasi dari Darling-Hammond, L. 1999. Professional


Development for Teachers: Setting the Stage for Learning from Teaching.
Santa Cruz, CA: Center for the Future of Teaching and Learning
Gambar 8. Ciri Pendidikan Profesional Efektif

42

Anda mungkin juga menyukai