Anda di halaman 1dari 59

PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN

DALAM RANGKA PENATAAN LINGKUNGAN DI


DESA PURWOREJO KECAMATAN KALIORI
KABUPATEN REMBANG

TUGAS AKHIR
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Manajemen Pertanahan
pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Farida Ariani
NIM 3451302510

FAKULTAS ILMU SOSIAL


JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas akhir ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian Tugas Akhir pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I

Drs. Maman Rachman, M. Sc


NIP.130 529 514

Mengetahui:

Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Drs. Eko Handoyo, M. Si


NIP. 131 764 048

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Tugas Akhir

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Tugas Akhir

Ketua Anggota I

Drs. Maman Rachman, M. Sc Drs. Suhadi, M. Si


NIP. 130529514 NIP. 132067383

Mengetahui :

Dekan,

Drs. Sunardi, MM
NIP. 130367998

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam Tugas Akhir ini benar-benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Oktober 2005

Farida Ariani
NIM. 3451302510

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Tiada kepuasan tanpa iman dan perjuangan. Barang siapa yang tidak suka iman dan

perjuangan, dihari tua mereka akan memikul beban kesengsaraan.

2. Kehidupan itu punya tujuan yang utama yaitu bahagia di dunia dan di akhirat. Jalani hidup

ini dengan santai tapi menghasilkan sesuatu yang berguna dan dikenang orang lain.

3. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Berusahalah selama kamu masih bisa.

PERSEMBAHAN

1. Ayah dan Mama (almarhumah) yang

tersayang

2. Kakak- kakakku tercinta

3. Teman-teman Kost Griya Gharini yang

selalu mendukungku yang sangat

kusayangi dan kucintai

4. Teman-teman kelasku Manajemen

Pertanahan

5. Almamaterku

v
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan

judul “ PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM

RANGKA PENATAAN LINGKUNGAN DI DESA PURWOREJO KECAMATAN

KALIORI KABUPATEN REMBANG “. Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi Diploma 3 di Universitas Negeri

Semarang guna meraih gelar Ahli Madya Manajemen Pertanahan, fakultas Ilmu

sosial Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini,Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H.A.T. Soegito, SH,MM, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Perguruan Tinggi ini.

2. Drs. Sunardi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Eko Handoyo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Rustopo, SH, M.Hum, selaku Ketua Program Studi D3 Manajemen

Pertanahan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

5. Drs. Maman Rachman, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam penulisan Tugas Akhir ini.

vi
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen Pertanahan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi

penulis.

7. Keluargaku yang sangat aku sayangi, yang telah ikut mendorong dan membantu

penyusunan Tugas Akhir ini.

8. Rekan-rekan D3 Program Studi Manajemen Pertanahan.

Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT

memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa-jasanya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik..

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

vii
SARI

Farida Ariani.2005. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam Rangka


Penataan Lingkungan di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang.
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Maman Rachman , M.Sc.

Kata Kunci: Konsolidasi Tanah Perkotaan.

Dalam setiap kehidupan manusia tanah senantiasa mempunyai fungsi yang


sangat penting baik sebagai tempat tinggal, tempat usaha ataupun untuk keperluan
lainnya.Kebutuhan tanah untuk tempat tinggal inilah yang sering menimbulkan
permasalahan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat.Tidak jarang terjadi
pemecahan tanah menurut kehendak pemiliknya, sehingga mengabaikan peraturan
yang berlaku terutama penyediaan kawasan perumahan yang beraspek pada penataan
lingkungan, seperti adanya jalan, saluran air, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
Dalam rangka penataan tanah dan lingkungannya yang lebih baik dan teratur
kemudian dikeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 4
Tahun 1991 Tentang Konsolidasi Tanah.Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan
pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta
usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi atau
menghindari kemungkinan timbulnya daerah kurang teratur bahkan kumuh. Jika hal
itu terlanjur dibiarkan maka penanganannya akan lebih sulit dari berbagai aspek.
Kegunaan yang diperoleh dari Konsolidasi Tanah ini dirasakan baik oleh
pemerintah maupun peserta konsolidasi. Bagi pemerintah kegunaannya adalah
memperlancar pembangunan perkotaan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ada karena tidak terhambat oleh penyediaan dana untuk pembebasan tanah;
penghematan dana pemerintah karena tidak perlu menyediakan dana untuk
pembebasan tanah; menciptakan wilayah sesuai dengan area penataan lingkungan
dan tercapainya tertib pertanahan.Bagi peserta konsolidasi adalah tanah yang
dimilikinya menjadi teratur bentuknya, luasnya dan letaknya; tersedianya fasilitas
umum yang dikehendaki; peningkatan manfaat dan nilai tambah karena
meningkatnya harga tanah setelah ditata; adanya jaminan kepastian hak atas tanah
(sertipikat); adanya kepastian untuk dibangun sesuai dengan peruntukan tanah.
Hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan konsolidasi tanah
adalah: dalam pelaksanaan penyuluhan dari semua instansi terkait, tidak semua
pemilik tanah dapat hadir sehingga penyuluhan dilangsungkan beberapa kali,
lambatnya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh warga karena para
warga masyarakat masih belum tertib administrasi kependudukan, pada umumnya
luas yang tercantum dalam buku C desa tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan,
dalam mengumumkan peta desain hasil penataan terjadi beberapa kali perubahan,

viii
guna memenuhi tuntutan warga masyarakat, besarnya kompensasi yang harus
diberikan warga masyarakat, terjadi tarik ulur.
Di Kabupaten Rembang program Konsolidasi Tanah baru berlangsung yang
pertama kali yaitu di desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang. Desa
ini terpilih karena kebetulan desa ini terletak di wilayah pantai utara dan merupakan
desa pemukiman nelayan, jumlah peserta konsolidasi adalah 50 orang (50 bidang).
Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan konsolidasi
tanah perkotaan dalam rangka penataan lingkungan, oleh instansi terkait telah
melakukan upaya-upaya penyelesaian sebagai berikut: penyuluhan dilaksanakan
tidak hanya pada peserta konsolidasi saja tetapi juga pada aparat desa, serta
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan dilaksanakan berulang kali, lambatnya
persyaratan administrasi dapat diatasi dengan jalan aparat desa datang ke rumah para
peserta guna mengurus administrasi mereka, perbedaan luas tanah dalam buku C
desa dengan kenyataan dilapangan dapat diatasi dengan penyelesaian secara damai
dengan menghadirkan para pemilik tanah, juga para tetangga yang tanahnya
berbatasan guna membantu menunjukkan batas-batas tanah yang dimiliki, dalam
penyelesaian ini biasanya langsung dipimpin oleh Kepala Desa dan pegawai
pertanahan yang memberikan argumentasi yang jelas, sehingga masyarakat dapat
menerima.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN.................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

PRAKATA............................................................................................................ vi

SARI .................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 5

D. Sistematika Penulisan...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A. Pengertian Konsolidasi Tanah......................................................... 7

B. Dasar Hukum .......................................................................... 9

C. Tujuan & Sasaran Konsolidasi Tanah............................................. 10

D. Sistim Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan.......................... 11

E. Tata Cara Pelaksanaan Konsolidasi Tanah ..................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 21

A. Lokasi Penelitian .......................................................................... 21

x
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 21

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 21

D. Teknik Analisa Data ....................................................................... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 24

A. Gambaran umum Desa Purworejo .................................................. 24

1. Luas dan Batas Wilayah............................................................ 24

2. Kondisi Geografis ..................................................................... 25

B. Pelaksanaan Konsolidasi di Desa Purworejo .................................. 27

C. Tanggapan Masyarakat Terhadap program Konsolidasi Tanah...... 39

D. Faktor Penghambat dan Upaya untuk Mengatasinya ...................... 42

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 44

A. Simpulan .......................................................................................... 44

B. Saran................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 2. Surat Ijin dari Kantor Kesbang dan Linmas

Lampiran 3. Surat Keterangan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang

Lampiran 4. Prosedur Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Kabupaten Rembang

Lampiran 5. Daftar Nama Peserta Konsolidasi Tanah perkotaan

Lampiran 6. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991

Lampiran 7. Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 143/ 007/ 2000

Lampiran 8. Peta Dasar Teknik

Lampiran 9. Penggunaan Tanah Sekitar

Lampiran 10. Peta Konsolidasi Tanah Perkotaan Sebelum Penataan

Lampiran 11. Peta Desain Konsolidasi Tanah Perkotaan (Sesudah Penataan)

xii
SARI

Farida Ariani.2005. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam Rangka


Penataan Lingkungan di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten
Rembang. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Maman Rachman , M.Sc.

Kata Kunci: Konsolidasi Tanah Perkotaan.

Dalam setiap kehidupan manusia tanah senantiasa mempunyai fungsi yang


sangat penting baik sebagai tempat tinggal, tempat usaha ataupun untuk keperluan
lainnya.Kebutuhan tanah untuk tempat tinggal inilah yang sering menimbulkan
permasalahan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat.Tidak jarang terjadi
pemecahan tanah menurut kehendak pemiliknya, sehingga mengabaikan peraturan
yang berlaku terutama penyediaan kawasan perumahan yang beraspek pada
penataan lingkungan, seperti adanya jalan, saluran air, dan fasilitas-fasilitas umum
lainnya.
Dalam rangka penataan tanah dan lingkungannya yang lebih baik dan
teratur kemudian dikeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor: 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi Tanah.Konsolidasi tanah adalah
kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan
penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan,
untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam
dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi atau menghindari kemungkinan timbulnya daerah kurang teratur
bahkan kumuh. Jika hal itu terlanjur dibiarkan maka penanganannya akan lebih
sulit dari berbagai aspek.
Kegunaan yang diperoleh dari Konsolidasi Tanah ini dirasakan baik oleh
pemerintah maupun peserta konsolidasi. Bagi pemerintah kegunaannya adalah
memperlancar pembangunan perkotaan sesuai dengan rencana tata ruang yang
telah ada karena tidak terhambat oleh penyediaan dana untuk pembebasan tanah;
penghematan dana pemerintah karena tidak perlu menyediakan dana untuk
pembebasan tanah; menciptakan wilayah sesuai dengan area penataan lingkungan
dan tercapainya tertib pertanahan.Bagi peserta konsolidasi adalah tanah yang
dimilikinya menjadi teratur bentuknya, luasnya dan letaknya; tersedianya fasilitas
umum yang dikehendaki; peningkatan manfaat dan nilai tambah karena
meningkatnya harga tanah setelah ditata; adanya jaminan kepastian hak atas tanah
(sertipikat); adanya kepastian untuk dibangun sesuai dengan peruntukan tanah.
Berdasarkan latar belakang di atas Tugas Akhir ini mengangkat
permasalahan : 1. Sejauh manakah pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan
dalam memberikan kontribusi terhadap penataan lingkungan di Desa Purworejo
Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, 2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat
terhadap Program Konsolidasi Tanah Perkotaan di Desa Purworejo Kecamatan

viii
Kaliori Kabupaten Rembang, 3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan tersebut dan cara mengatasinya.
Metode yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Dan
analisa data yang digunakan dalam metode ini adalah analisis data kualitatif.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa konsolidasi tanah diadakan untuk
menata kembali penguasaan dan penggunaan tanah sehingga menjadi teratur baik
bentuk maupun letaknya, serta pelaksanaannya dilaksanakan dengan sistem
swakelola.Tanggapan masyarakat terhadap program konsolidasi ini sangat penting
terutama warga masyarakat di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten
Rembang, walaupun ssedikit ada permasalahan. Hal ini terbukti dengan adanya
peran serta masyarakat peserta konsolidasi karena keuntungan atau manfaat yang
diperoleh sangat besar.Hambatan-hambatan yang timbul dalam program
konsolidasi tanah pemukiman ini dapat diatasi berkat kesadaran masyarakat dan
koordinasi yang baik antara pemerintah dan peserta konsolidasi.
Saran dari penulis, sebaiknya sumbangan tanah dari para pemilik/ peserta
konsolidasi tanah digunakan untuk pembangunan fasilitas umum. Besar kecilnya
sumbangan tanah akan berpengaruh juga terhadap sarana dan prasarana
lingkungan tersebut. Dan supaya program konsolidasi tanah berjalan dengan
lancar hendaknya dibutuhkan kesadaran masyarakat dan koordinasi yang baik
antara pemerintah dan peserta konsolidasi tanah.

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam memasuki era pembangunan dewasa ini tanah semakin penting

kedudukannya dalam kehidupan manusia, karena dalam setiap aktivitas selalu

berhubungan dengan tanah. Selain itu tanah dapat dinilai sebagai harta

kekayaan yang mempunyai sifat permanen dan bernilai ekonomis serta dapat

pula dicadangkan untuk kehidupan masa mendatang.

Didalam hukum adat ada 2 hal yang menyebabkan tanah mempunyai

kedudukan yang sangat penting karena :

1. Sifatnya :

Merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami

keadaan yang bagaimanapun juga masih bersifat tetap dalam keadaannya,

bahkan kadang-kadang malah menjadi lebih menguntungkan.

2. Faktanya :

Tanah merupakan tempat tinggal persekutuan yang memberikan

penghidupan kepada persekutuan yang meninggal dunia.

Dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara fungsi

tanah merupakan sarana yang amat penting. Melihat fungsinya yang amat

besar tersebut, maka dalam mengurus masalah pertanahan pada sasaran dan

usaha yang bertujuan menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan terutama

dalam bidang sosial ekonomi.

1
2

Hubungan antara manusia khususnya bangsa Indonesia dengan tanah

lebih lanjut dinyatakan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945

bahwa, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,

sehingga negara tidak perlu bertindak sebagai pemilik.

Oleh karena itu negara mempunyai kewajiban untuk mengatur

pemilikan tanah dan memimpin penggunaannya sehingga semua tanah seluruh

wilayah kedaulatan bangsa, dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat

baik secara perorangan maupun gotong royong.

Ditegaskan pula dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

bahwa bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung

didalamnya, pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara.

Sejalan dengan lajunya pembangunan yang sedang dilaksanakan,

dirasakan kebutuhan akan tanah semakin meningkat, terutama pembangunan

dibidang perumahan, baik yang dilaksanakan dipedesaan maupun diperkotaan.

Pertumbuhan yang cepat ini mendorong sulitnya memenuhi kebutuhan tanah

untuk tempat tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat disediakan

melalui pembangunan perumahan yang diselenggatakan oleh pemerintah,

swasta maupun kelompok masyarakat dengan memperhatikan alam dan

lingkungan.

Walaupun demikian belum semua dapat terpenuhi karena disamping

permintaan terlalu banyak juga kemampuan daya beli masyarakat serta

lokasinya belum tersedia secara merata. Oleh karena itu kenyataan dilapangan
3

terutama daerah perkotaan banyak terjadi masyarakat pemilik tanah

memanfaatkan tanah miliknya dipecah-pecah menjadi kaplingan tanah untuk

dibangun guna memenuhi kebutuhan rumah tinggal mereka.

Oleh karena pemecahan tanah tersebut menurut selera pemiliknya

sendiri (mengabaikan peraturan perundangan yang berlaku) maka yang terjadi

adalah hal-hal yang tidak sesuai dengan asas penataan lingkungan seperti :

adanya jalan buntu, jalan-jalan setapak, bidang tanah tidak teratur, bidang

tanah tidak memperoleh jalan, tidak tersedianya tanah untuk fasilitas

umum/sosial dan sebagainya.

Hal demikian jika tidak dikendalikan sejak dini maka akan terjadi

lingkungan pemukiman yang tidak teratur bahkan akan menjadi daerah-daerah

slum (daerah kumuh perkotaan). Jika terlanjur demikian maka penanganannya

akan lebih sulit dari berbagai aspek. Untuk mengantisipasi atau menghindari

kemungkinan daerah kurang teratur maka perlu penataan wilayah sedini

mungkin.

Dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun

1991 tentang Konsolidasi Tanah yang menjadi pertimbangan adalah :

1. bahwa tanah sebagai kekayaan bangsa Indonesia harus dimanfaatkan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

2. bahwa untuk mencapai pemanfaatan yang dimaksud dalam point 1, perlu

dilaksanakan pengaturan penguasaan dan penataan tanah melalui

konsolidasi tanah sebagai upaya untuk meningkatkan daya guna dan hasil

guna penggunaan tanah serta dalam rangka pelaksanaan pembangunan.


4

3. bahwa untuk meningkatkan peran serta aktif para pemilik tanah dalam

pembangunan dan upaya pemerataan hasil-hasilnya perlu dilaksanakan

konsolidasi tanah baik diperkotaan dan dipedesaan.

Demikian juga dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun1997 tentang

Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Demikian halnya untuk pemerintah Kabupaten Rembang yang pada saat

ini sedang melaksanakan Program Penataan Lingkungan di desa-desa nelayan

di wilayah kabupaten Rembang, sebagai upaya untuk menciptakan suasana

desa yang bersih, indah, dan sehat dan memelihara sumber daya alam yang

ada serta penataan kepastian hukum Hak Atas Tanah. Program tersebut guna

menghindari timbulnya pemukiman baru yang tumbuh secara alami dan pesat

yang dapat mengakibatkan timbulnya lingkungan kumuh.

Berdasarkan pertimbangan uraian tersebut mendorong penulis untuk

mengadakan penulisan dengan judul :

PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM

RANGKA PENATAAN LINGKUNGAN DI DESA PURWOREJO

KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANG

Penulis menggunakan judul Konsolidasi Tanah Perkotaan di Desa ini

karena walaupun berada di desa tetapi tanah-tanah yang akan di konsolidasi

masuk dalam kategori Konsolidasi Tanah Perkotaan. Maka konsolidasi ini

adalah Konsolidasi Tanah Perkotaan karena sudah termasuk wilayah

pengembangan kota.
5

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh manakah pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dalam

memberikan kontribusi terhadap penataan lingkungan di Desa Purworejo,

Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang?

2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap Program Konsolidasi

Tanah Perkotaan di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten

Rembang?

3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam Pelaksanaan Konsolidasi

Tanah Perkotaan tersebut dan cara mengatasinya?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsolidasi tanah perkotaan dalam memberikan

kontribusi dalam Penataan Lingkungan.

2. Untuk mengetahui Tanggapan masyarakat terhadap Program Konsolidasi

Tanah Perkotaan.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada pada saat pelaksanaan

konsolidasi dan cara mengatasinya

Kegunaan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut ;

1. Penulis mengetahui Konsolidasi Tanah Perkotaan dalam memberikan

kontribusi dalam penataan lingkungan.

2. Penulis mengetahui tanggapan masyarakat terhadap program Konsolidasi

Tanah Perkotaan.
6

3. Penulis mengetahui hambatan-hambatan yang ada pada saat pelaksanaan

konsolidasi dan cara mengatasinya.

D. Sistematika Penulisan

Tugas Akhir ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal Tugas Akhir,

Isi Tugas Akhir dan bagian akhir Tugas Akhir. Bagian awal Tugas Akhir

terdiri dari halaman judul, lembar pengesahan, sari, motto dan persembahan,

prakata, daftar isi, dan daftar lampiran.

Pada bagian inti atau isi Tugas Akhir terdiri dari lima bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah

yang menjadi fokus dalam penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian serta sistematika penulisan Tugas Akhir.

BAB II : Tinjauan pustaka, yang membicarakan tentang pengertian

konsolidasi tanah, dasar hukum, tujuan dan sasaran konsolidasi

tanah, sistem pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan, tata cara

pelaksanaan konsolidasi tanah.

BAB III : Metode Penelitian, yang meliputi lokasi penelitian, fokus

penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang membicarakan tentang

pelaksanaan konsolidasi di Desa Purworejo, tanggapan

masyarakat terhadap program konsolidasi tanah, faktor

penghambat dan upaya mengatasi.

BAB V : Penutup, yang berisi simpulan dan saran.

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsolidasi Tanah

Sebutan tanah dalam bahasa kita dapat dipakai dalam berbagai arti.

Maka dalam penggunaannya perlu diberi batasan agar diketahui dalam arti apa

istilah tersebut digunakan. Dalam Hukum Tanah kata sebutan “tanah” dipakai

arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh

Undang-undang Pokok Agraria (UUPA). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1994) tanah adalah :

1. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali

2. Keadaan bumi disuatu tempat

3. Permukaan bumi yang diberi batas

4. Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas, napal

dan lain sebagainya)

Tanah adalah permukaan bumi, yang dalam penggunaannya meliputi

juga sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan sebagian dari ruang yang

ada di atasnya, dengan pembatasan dalam Pasal 4 yaitu : sekedar diperlukan

untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunan tanah yang

bersangkutan, dalam batas-batas menurut Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. Sedalam berapa tubuh

bumi dan setinggi berapa ruang yang bersangkutan boleh digunakan,

ditentukan oleh tujuan penggunaannya, dalam batas-batas kewajaran,


8

perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya sendiri, kemampuan

pemegang haknya serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia adalah karena kehidupan

manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup di

atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan

tanah. Sejarah perkembangan/kehancurannya ditentukan pula oleh tanah,

masalah tanah dapat menimbulkan persengketaan dan peperangan yang

dahsyat karena manusia-manusia atau suatu bangasa ingin menguasai tanah

orang/bangsa lain karena sumber-sumber alam yang terkandung didalamnya.

Manusia akan hidup senang serba berkecukupan kalau mereka dapat

menggunakan tanah yang dikuasai atau dimilikinya sesuai dengan hukum

alam yang berlaku, dan manusia akan dapat hidup tenteram dan damai kalau

mereka dapat menggunakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan batas-batas tertentu dalam hukum yang berlaku yang mengatur

kehidupan manusia dalam bermasyarakat.

Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan

kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan, meningkatkan kualitas lingkungan dan

pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif

masyarakat.
9

B. Dasar Hukum

Untuk memahami kebutuhan perkembangan pembangunan dalam

rangka penyediaan Tata Ruang, maka peraturan perundangan yang mendasari

pelaksanaan konsolidasi tanah adalah :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok

Agraria

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun1992 tentang Penataan Ruang

3. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan

Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Rugi

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun1997 tentang Pendaftaran Tanah

5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991

tentang Konsolidasi Tanah

6. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-4245 tanggal 7

Desember 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah.

7. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi

Daerah di Bidang Pertanahan

8. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 462-3872 tanggal 22-12-1997 perihal Penetapan Lokasi

Konsolidasi tanah

9. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 410-2084 tanggal 30-06-1998 perihal Peningkatan Pelayanan

Konsolidasi Tanah
10

C. Tujuan dan Sasaran Konsolidasi tanah

Tujuan dari Konsolidasi tanah adalah dapat dimanfaatkan secara

optimal, seimbang dan lestari dengan meningkatkan efisiensi penggunaan

tanah di wilayah perkotaan dan meningkatkan produktifitas penggunaan tanah

di wilayah pedesaan serta pemantapan kepastian hukum hak atas tanah

melalui penataan kembali penggunaan dan penguasaan tanah.

Konsolidasi tanah perkotaan bertujuan :

1. Menertibkan penguasaan dan penggunaan tanah sehingga dapat

meningkatkan : Kualitas lingkungan sesuai dengan prinsip ATLAS

(Aman, Tertib, Lancar, dan Sehat), efisiensi pemanfaatan tanah secara

optimal, tertib administrasi pertanahan.

2. Menyediakan tanah untuk kepentingan pembangunan.

Sasaran Konsolidasi Tanah adalah terwujudnya tatanan penguasaan dan

penggunaan tanah yang tertib dan teratur sesuai kemampuan dan fungsinya

dalam rangka Catur Tertib Pertanahan. Dimana sasaran tersebut ditujukan

pada wilayah-wilayah sebagai berikut :

a. Wilayah Perkotaan

1) Wilayah Pemukiman Kumuh/tidak teratur.

2) Wilayah pemukiman yang tumbuh pesat secara alami.

3) Wilayah yang direncanakan menjadi pemukiman baru.

4) Wilayah yang relatif kosong dibagian pinggiran kota yang

diperkirakan akan berkembang sebagai daerah pemukiman.


11

b. Wilayah Pedesaan

1) Wilayah yang potensial dapat memperoleh pengairan tetapi belum

tersedia jaringan irigasi.

2) Wilayah yang jaringan irigasinya telah tersedia tetapi pemanfaatan

belum teratur.

3) Wilayah yang Pengairannya cukup baik namun masih perlu ditunjang

oleh pengadaan jaringan jalan yang memadai.

D. Sistem Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan

Ada dua sistem dalam pelaksanaan konsolidasi tanah :

a. Sukarela atau swakelola

Sistem sukarela atau swakelola ini dilaksanakan apabila

diperoleh persetujuan dari seluruh pemilik tanah yang terkena konsolidasi

dengan jalan musyawarah. Keuntungan-keuntungan yang dapat diambil

dari sistem ini adalah :

1) Bagi Pemerintah

a. Memperlancar pembangunan di perkotaan sesuai dengan Rencana Tata

Ruang yang telah ada karena tidak terhambat oleh penyediaan dana

untuk pembebasan tanah.

b. Penghematan dana pemerintah karena tidak perlu menyediakan dana

untuk pembebasan tanah.

c. Menciptakan wilayah sesuai dengan azas penataan lingkungan dan dari

segi pertanahan sesuai dengan Catur Tertib Pertanahan.

2) Bagi Peserta konsolidasi tanah


12

a. Tanah yang dimiliki menjadi teratur bentuk, luas dan letaknya.

b. Tersedianya fasilitas umum yang dikehendaki antara lain jalan dan

saluran air.

c. Peningkatan manfaat dan nilai tanah karena meningkatnya harga tanah

setelah ditata.

d. Adanya jaminan kepastian Hak Atas Tanah (sertipikat tanah) dan cara

memperolehnya dalam waktu yang relatif cepat, murah dan mudah.

e. Adanya kepastian untuk dibangun sesuai dengan Peruntukan Tanah.

Kemungkinan kecil untuk adanya sengketa tanah karena sudah melalui

Catur Tertib Pertanahan.

Meskipun demikian masih belum banyak orang yang betul-betul

memahami akan arti pentingnya dan manfaat konsolidasi tanah sehingga perlu

ditanamkan pengertian akan manfaat dan pentingnya konsolidasi tanah, untuk

itu diperlukan pendekatan yang sungguh-sungguh kepada masyarakat dan

dilakukan secara koordinasi dengan unsur-unsur instansi terkait, sehingga

program pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bagi

peserta konsolidasi berkewajiban antara lain :

1. Bersedia menyumbangkan sebagian tanahnya sebagai partisipasinya untuk

penyediaan fasilitas jalan dan fasilitas umum lainnya yang diperlukan.

2. Bersedia membuat pernyataan tertulis untuk menjadi peserta konsolidasi

tanah.

3. Bersedia melepaskan hak atas tanahnya terlebih dahulu, sebagai dasar

pemberian hak baru melalui konsolidasi tanah.


13

4. Apabila tanah dalam sengketa harus diselesaikan dahulu dari kedua belah

pihak menyatakan persetujuan tertulis untuk bersedia ditata dengan cara

konsolidasi tanah perkotaan.

5. Mempunyai surat-surat kepemilikan tanah.

b. Sistem Wajib

Sistem ini dilaksanakan atas dasar ikatan peraturan perundangan

yang berlaku untuk itu pelaksanaan konsolidasi tanah menurut prinsip

penyediaan tanah untuk prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya tanpa

melalui pembebasan tanah. Penyediaan tanah diperoleh melalui

sumbangan sebagian tanah dari pemiliknya yang diistilahkan Sumbangan

Wajib Iuran untuk Pembangunan (SWIP). Dengan sistem yang lazim

digunakan dalam penerapan besarnya SWIP adalah sebagai berikut :

1) Berdasarkan perhitungan luas Tanah.

2) Berdasarkan perhitungan nilai/harga tanah.

3) Berdasarkan perhitungan campur tangan antara luas dan harga tanah.

Pada prinsipnya pelaksanaan konsolidasi tanah dibiayai oleh

pemerintah. Dengan demikian konsolidasi tanah sekaligus merupakan

wahana partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan.

Berkaitan dengan penyediaan tanah untuk kepentingan umum

seperti prasarana jalan dan fasilitas lainnya melalui kegiatan konsolidasi

tanah maka beberapa alternatif kebijaksanaan dapat dikembangkan lebih

lanjut yaitu dengan :


14

1. Pengadaan tanah untuk prasarana dan fasilitas umum begitu juga

pembangunannya dilaksanakan oleh warga masyarakat sendiri,

kebijaksanaan ini merupakan jalur swadaya masyarakat.

2. Pengadaan tanahnya untuk prasarana dan fasilitas umum dilaksanakan

oleh warga masyarakat sendiri sedangkan pembangunannya

dilaksanakan oleh pemerintah melalui APBN/APBD.

3. Pengadaan tanah untuk prasarana dan pembangunannya dilaksanakan

pemerintah, sedang tanah-tanah warga masyarakat yang langsung

dapat dimanfaatkan prasarana dilakukan konsolidasi. Kebijaksanaan

ini termasuk jalur campuran antara pemerintah dan swadaya

masyarakat yang dilakukan dengan konsolidasi tanah.

4. Merupakan jalur kebijaksanaan khusus, yang diterapkan pada tanah-

tanah objek landreform dimana tanah untuk prasarana dan fasilitas

umum serta bidang yang dikonsolidasikan merupakan tanah yang

langsung dikuasai oleh negara sebagai objek landreform.

Dengan mengkaji keempat kebijaksanaan tersebut maka peluang

pengembangannya adalah :

a. Pemilihan alternatif satu merupakan jalur yang sangat ideal dan

mungkin sekali diterapkan. Karena masyarakat berperan aktif dalam

pembangunan, sementara beban pemerintah menjadi berkurang. Hanya

saja pengembangannya masih memerlukan seperangkat aturan guna

memberikan landasan hukum.


15

b. Alternatif dua yang selama ini dilaksanakan adalah merupakan

langkah awal bagi terwujudnya partisipasi masyarakat secara penuh

dalam melaksanakan konsolidasi tanah.

Dalam memilih alternatif yang lebih tepat untuk diterapkan sangat

tergantung kepada kondisi lokasi yang akan dikonsolidasi dengan

mempertimbangkan aspek penguasaan/penggunaan tanah, serta harga

tanah setempat bahkan aspek budaya dan lain-lain.

Sesuai dengan kebijakan pertanahan yang telah ditetapkan maka

konsolidasi tanah sudah harus diintensifkan pula pada penataan tanah-

tanah pertanian, terutama obyek landreform di daerah pedesaan. Pada

tanah-tanah pertanian yang sudah dikonsolidasi harus terdapat

kemudahan-kemudahan yang dapat menunjang kelancaran proses

produksi dan pengangkutan hasil produksi berupa pembangunan jalan dan

saluran irigasi bahkan fasilitas lainnya guna mencapai penggunaan tanah

yang optimal yang dapat berpengaruh pada peningkatan produksi serta

kelestarian sumber daya alam/lingkungan.

E. Tata Cara Pelaksanaan Konsolidasi Tanah

1. Konsolidasi Tanah Perkotaan

Secara formil konsolidasi tanah perkotaan mulai dilaksanakan di

Indonesia sejak tahun 1982, yaitu di Denpasar Bali.

Tata cara pelaksanaan konsolidasi tanah selama ini dilakukan

melalui dua tahap.


16

a. Tahap pertama pada hakekatnya merupakan tahap pemilihan lokasi

dimana didalamnya terdapat suatu phase studi kelayakan yang

dibarengi dengan aktivitas penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan

dapat diartikan suatu kampanye, suatu pembujukan, suatu kondisi agar

masyarakat mengerti dan siap menyumbang tanahnya yang

hakekatnya untuk kepentingan mereka sendiri. Kegiatan selanjutnya

adalah serangkaian survey pendataan dan pemetaan, dengan maksud

agar dapat segera diketahui kondisi pemilikan dan penguasaan tanah

yang ada serta kualitas medan yang akan dikonsolidasikan, sehingga

pra desain tata ruang/blok plan dapat segera dibuatkan. Hasil akhir

pada tahap I adalah Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang

penetapan lokasi yang akan dikonsolidasikan.

b. Tahap kedua pada pokoknya adalah tahap pembuatan Desain Tata

Ruang (DTR) dan penerapannya dilapangan setelah disetujui para

pemilik tanah dengan melaksanakan relokasi, pengurusan administrasi

pertanahan dalam rangka redistribusi/pemberian haknya yang dimulai

pelepasan hak, penetapan sebagian objek konsolidasi tanah,pemberian

hak serta sertipikatnya. Pekerjaan konstruksi seperti pembuatan badan

jalan dapat dilakukan setelah relokasi dilaksanakan. Pekerjaan-

pekerjaan tersebut di atas merupakan kegiatan pengaturan penguasaan

tanah dan penyesuaian penggunaan tanah sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Kota serta penyediaan tanah untuk prasarana jalan dan fasilitas

umum lainnya.
17

Urutan masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

Tahap I :

a. Identifikasi pemilikan penguasaan tanah dan riwayat tanah.

b. Pengukuran keliling yang hasilnya berupa peta keliling lokasi

konsolidasi tanah

c. Pengukuran rincian yang aslinya berupa peta kapling yang

menggambarkan semua ukuran dan bentuk serta posisi tiap bidang

tanah dalam lokasi termasuk bangunan-bangunan yang ada dalam

lokasi.

d. Pencocokan hasil pengukuran dengan luas tanah menurut bukti-bukti

hak yang ada seperti pipil, girik, sertipikat, akte-akte peralihan hak dan

sebagainya. Apabila terdapat perbedaan luas maka yang dipakai

adalah hasil pengukuran kadasteral.

e. Pengukuran/pemetaan detail topografi, dan pemetaan penggunaan

tanah yang digunakan sebagai peta kerja/dasar dalam rangka

pembuatan desain tata ruang lokasi.

f. Penetapan lokasi. Berdasarkan kesepakatan para pemilik tanah dan

hasil pengukuran keliling lokasi maka diterbitkan Surat Keputusan

Bupati/Walikota tentang Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah

Perkotaan

g. Peta Blok Plan Lokasi yang merupakan peta Pra Desain Tata Ruang

Tahap II

Kegiatan Tahap II meliputi :


18

a. Pembuatan peta rencana desain tata ruang, yang disusun berdasarkan

peta keliling, peta detail topografi dan peta penggunaan tanah. Peta

rencana desain tata ruang lengkap dengan bentuk, letak, dan ukuran

kapling-kapling baru dan rencana lokasi prasarana/fasilitas umum

yang dibutuhkan

b. Orientasi lapangan, musyawarah dengan para pemilik tanah mengenai

rencana desain tata ruang dalam rangka relokasi

c. Relokasi meliputi kegiatan pengukuran dan pemasangan pancang-

pancang badan jalan/parit dan prasarana umum lainnya

d. Penyelesaiaan Administrasi tanah : untuk menyelesaikan administrasi

tanah selanjutnya, diperlukan surat pernyataan pelepasan hak dari

pemilik tanah. Atas pernyataan pelepasan hak tersebut, kemudian

diusulkan kepada Kepala Kantor Pertanahan Nasional untuk

ditegaskan sebagai tanah negara objek konsolidasi tanah untuk

pemukiman.

e. Pelaksanaan Konstruksi : selama proses penyelesaian administrasi

berjalan pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan. Berdasarkan hasil

relokasi, maka dilakukan pekerjaan pembuatan badan jalan dengan

menggali parit kiri, kanan jalan

f. Pemberian hak dan sertipikat : pemberian hak (baru) diproses dengan

sistem redistribusi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 224

Tahun 1961. Setelah diterbitkan Surat Keputusan Redistribusi,

kemudian diterbitkan sertipikat haknya, dengan biaya uang pemasukan


19

kepada negara yang menjadi kewajiban penerima hak (kecuali tanah

yang masih berstatus tanah negara) dibebankan pada anggaran proyek

yang bersangkutan. Hal tersebut merupakan imbalan dari partisipasi

aktif mereka yang telah memberikan sumbangan tanah untuk

digunakan prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya.

2. Pelaksanaan

Pembentukan Tim Koordinasi Tanah Kabupaten dibentuk dengan

Surat Keputusan Bupati, anggotanya terdiri dari :

a. Bupati, selaku ketua merangkap anggota

b. Kepala Kantor Pertanahan, sebagai wakil ketua merangkap anggota

c. Kasi Pengaturan Penguasaan Tanah Kantor Pertanahan, sebagai

sekretaris merangkap anggota

d. Ketua BAPPEDA sebagai anggota

e. Kepala DPU sebagai anggota

f. Kepala Dinas Pertanian sebagai anggota

g. Kepala Bagian Tata Pemerintahan sebagai anggota

h. Kepala Seksi Hak Atas Tanah Kantor Pertanahan sebagai anggota

i. Kepala Seksi Penata Gunaan Tanah Kantor Pertanahan sebagai

anggota

j. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan

sebagai anggota

k. Camat setempat sebagai anggota

l. Kepala Desa setempat sebagai anggota


20

m. Dua orang wakil peserta anggota

Tugas Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah antara lain :

a. Memberikan Penyuluhan Kepada Masyarakat

b. Mengevaluasi dan mengarahkan penyusunan Desain Tata Ruang

(DTR)

c. Mengatur dan mengarahkan peruntukan dan penggunaan tanah

d. Memecahkan dan menangani masalah yang timbul dalam pelaksanaan

konsolidasi tanah di desa

e. Mengadakan musyawarah dengan peserta konsolidasi


21

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penulisan Tugas Akhir ini memperoleh data dari hasil penelitian di

Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang yang terletak di jalan Pemuda Km 1

Rembang 59218.

2. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Pelaksanaan Konsolidasi Tanah

Perkotaan dalam rangka penataan lingkungan desa Purworejo Kecamatan

Kaliori Kabupaten Rembang

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan

metode wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dari narasumber atau informan

yaitu Kepala Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah, maupun Kepala Sub

Seksi Penataan Pengaturan Penguasaan Tanah, Kepala Sub Seksi

Pengendalian Pengaturan Penguasaan Tanah

21
22

b. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui arsip-arsip atau dokumentasi hasil konsolidasi

dan surat-surat kesediaan masyarakat terhadap pelaksanaan konsolidasi

tanah yang diserahkan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang.

4. Teknik Analisa Data

Metode analisa data dalam penelitian ini adalah secara kualitatif yang

dilakukan secara bertahap yaitu :

a. Pengumpulan, dilakukan dengan cara pencarian data dan bentuk data yang

ada dilapangan kemudian melakukan pencatatan data di lapangan.

b. Pengeditan data, apabila data yang sudah terkumpul langkah selanjutnya

adalah editing yaitu pemeriksaan kembali informasi-informasi dan berkas-

berkas dari responden. Jika data yang diperoleh kurang lengkap maka data

ditambahkan kembali

c. Verifikasi data, yaitu penyusunan secara berurutan dari data-data yang

telah masuk berdasarkan pemikiran, pendapat dan kriteria-kriteria data

yang diperlukan.

d. Analisis data yang digunakan dalam metode ini adalah analisis data

kualitatif yaitu suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data

dilapangan selanjutnya diperiksa kembali, diatur dan diurutkan,

dikelompokkan dan dikategorikan baru kemudian dianalisis sehingga akan

diperoleh data diskriptif analisis. Apabila dirasa ada data penting yang

belum masuk maka dapat ditampilkan kembali sehingga melakukan


23

tahapan langsung mulai dari pengumpulan data, pemeriksaan kembali dan

seterusnya. Oleh karena itu dalam tekhnik ini merupakan suatu proses

yang mutlak dari suatu tahap berikutnya.

Dengan menggunakan metode atau pendekatan kualitatif data yang

diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka-angka

melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya.

Analisis data yang memberi pemaparan gambaran mengenai permasalahan

yang diteliti dalam bentuk uraian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Purworejo

1. Luas dan Batas Wilayah

Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang terletak

sebelah barat kota Rembang dan masuk wilayah Kecamatan Kaliori, jarak

dari Kecamatan sekitar 3 km, jarak dari kota Kabupaten sekitar 3 km dan

jarak dari kota Propinsi sekitar 100 km. Letak desanya pada posisi strategis

dimana dilalui jalan yang menghubungkan antar propinsi Jawa Tangah dan

Jawa Timur dan yang terkenal dengan jalan pantai utara (Pantura), dengan

batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Laut Jawa

b. Sebelah Timur : Desa Bogoharjo

c. Sebelah Selatan : Desa Karangsekar-Desa Dresi Kulon

d. Sebelah Barat : Desa Tasikharjo

Luas tanah secara keseluruhan adalah 219.860 Ha

Adapun luas daerah secara keseluruhan tersebut, terdiri atas (lihat

tabel 1)

24
25

Tabel 1 : Luas tanah berdasarkan penggunaannya Desa Purworejo Kecamatan


Kaliori

No. Jenis Tanah Luas Tanah Tanah Bengkok Tanah Desa


1. Pertanian 35 Ha 10 Ha -
2. Pertambakan 150.80 Ha 25 Ha -
3. Perkampungan 34.06 Ha - -
4. Tanah Negara - - -
JUMLAH 219.860 35 Ha -

Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang

2. Kondisi Geografis

Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang secara

geografis merupakan desa pantai yang sebagian besar luas wilayahnya

terdiri atas daratan tepi pantai dan tambak-tambak, ketinggian tanah dari

permukaan air laut : 6 m dengan curah hujan rata-rata: 0,6 mm/tahun.

3. Kependudukan dan mata pencaharian

Jumlah penduduk Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupten

Rembang terdiri dari:

a. Laki-laki : 469 orang

b. Perempuan :419 orang

Dari 888 jumlah penduduk terdiri dari 230 Kepala Keluarga dengan

mata pencaharian sebagai berikut:

a. Karyawan/PNS : 14 orang

b. Wiraswasta : 110 orang

c. Petani : 90 orang

d. Pertukangan : 4 orang
26

e. Buruh : 215 orang

f. Pensiunan : 3 orang

g. Nelayan : 180 orang

h. Jasa : 5 orang

Melihat data di atas sebagian penduduk desa Purworejo mata

pencahariannya adalah nelayan, buruh dan petani tambak. Sedangkan

jumlah penduduk menurut usia yang ada berdasarkan catatan tahun 2002

adalah :

a. Kelompok pendidikan

1) Usia TK (4-6 tahun): 50 orang

2) Usia SD (7-12 tahun):45 orang

3) Usia SLTP (13-15 tahun): 32 orang

b. Kelompok Tenaga kerja

1) Usia 20-26 tahun : 65 orang

2) Usia 27-40 tahun : 123 orang

Berdasarkan uraian di atas Pemerintah Kabupaten Rembang

berkeinginan untuk mewujudkan kawasan pemukiman perkotaan yang

bersih, tertib dan teratur serta terpenuhinya sarana dan prasarana umum di

kawasan desa tepi pantai yang sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian nelayan dan petani tambak sebagaimana telah disusun Program

Desa Pembangunan Perkotaan (PDPP) Kabupaten Rembang yaitu penataan

perkotaan tepi pantai di Kabupaten Rembang.


27

B. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Desa Purworejo

Desa Purworejo Kecamatan Kaliori merupakan wilayah target

Kabupaten Rembang dalam pengembangan kota Rembang sebelah barat dan

sekaligus untuk membangun kawasan pemukiman desa pantai. Sudah barang

tentu memerlukan penataan tanah untuk sarana prasarana umum lainnya.

Sehingga hal ini membutuhkan tanah yang dibebaskan guna keperluan

dimaksud, namun karena keterbatasan dana dari pemerintah untuk

pembebasan maka guna mengantisipasi hal tersebut ditempuh dengan sistem

Konsolidasi Tanah Perkotaan. Konsolidasi ini dititik beratkan pada peran serta

masyarakat yaitu berupa iuran tanah, dari jumlah luas tanah yang dimiliki dan

iuran uang untuk sertipikat.

Berpangkal tolak pada Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah, pelaksanaan konsolidasi tanah pemukiman di Kabupaten

Rembang ini khususnya di Desa Purworejo Kecamatan Rembang Kabupaten

Rembang berjalan baik dan lancar berkat koordinasi dengan dinas instansi

terkait di Kabupaten Rembang serta dengan para pemilik tanah peserta

konsolidasi tanah pemukiman.

Pelaksanaan konsolidasi tanah pemukiman ini mencakup tanah seluas

10.850 m2 dari luas desa keseluruhan 219,86 Ha yang terletak di Dukuh

Ndresen, Desa Puworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang.

Konsolidasi tanah pemukiman dalam rangka penataan lingkungan di

Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang di latar belakangi :


28

1. Program Dasar Pembangunan Perkotaan (PDPP) Kabupaten Rembang

tahun 2000, dimana sistem konsolidasi tanah merupakan suatu cara atau

strategi dalam penataan pemukiman dan penyediaan tanah untuk fasilitas

umum yang beraspek pada penataan lngkungan

2. Dalam kenyataan penyediaan tanah untuk prasarana umum sulit

diwujudkan karena keterbatasan dana dari pemerintah.

3. Kebutuhan tempat tinggal di kawasan perkotaan semakin sulit sehingga

perlu penyediaan kawasan siap bangun (KASIBA) di pinggiran kota.

4. Banyaknya perumahan kumuh di desa-desa tepi pantai karena tidak tertata

dengan baik.

5. Karena petak-petak tanah daerah pemukiman bentuknya tidak teratur

sehingga dapat timbulnya wilayah pemukiman secara alami sehingga

dapat berakibat negatif.

Adapun pelaksanaan konsolidasi tanah pemukiman dalam rangka

penataan lingkungan melalui dua tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan pendekataan dengan pihak ketiga dalam rangka

penjajagan sehingga pelaksana/penyandang dana diteruskan dengan

negoisasi-negoisasi apabila diperlukan. Kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan adalah :
29

a. Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan oleh tim koordinasi secara langsung pada

peserta konsolidasi tanah dengan melibatkan pimpinan informal, ketua

RW, Ketua RT dan pemuka masyarakat.

Materi penyuluhan meliputi:

1) Kegiatan konsolidasi tanah secara umum

2) Tujuan dan manfaat konsolidasi tanah

3) Perlunya STUP (Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan)

4) Lain-lain yang berkaitan dengan konsolidasi tanah

b. Persetujuan

Persetujuan peserta dituangkan dalam surat pernyataan persetujuan

konsolidasi tanah yang besarnya ditentukan sesuai kesepakatan yang

digunakan untuk STUP dan proses sertifikasi, dan persetujuan dibuat

secara tertulis dari masyarakat peserta konsolidasi tanah perkotaan,

sekaligus syarat bahwa hak atas tanah yang dilepas kepada negara

untuk kemudian diterbitkan haknya atas nama masing-masing pemilik

dikurangi peran peserta.

c. Pendataan Subyek dan Obyek

Inventarisir dan identifikasi diketahui oleh Kasi PPT Kantor

Pertanahan Kabupaten Rembang, dari hasil inventarisasi desa tanah

yang terkena konsolidasi adalah seluas 10.850 m2 yang semula

merupakan tanah bekas bengkok perangkat desa Purworejo yang sudah

dilepaskan untuk dialihkan statusnya menjadi tanah hak milik


30

masyarakat dengan surat persetujuan Gubernur Jawa Tengah Nomor :

143/19901 tanggal 30 Desember 1999.

d. Pengukuran Keliling

Pengukuran keliling bertujuan untuk mengetahui luas dan bentuk dari

pada keadaan tanah yang akan dikonsolidasi, dengan memasang tugu-

tugu poligon pada titik yang secara teknis diperlukan, dan diikuti

dengan pengukuran, pemetaan serta perhitungan jaringan poligon.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan Tim

Didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Rembang No.

188.4/356/1999 tentang Pembentukan Tim Koordinasi dan satuan

tugas pelaksanaan Konsolidasi Tanah Kabupaten Rembang adalah

sebagai berikut:

1) Bupati Rembang sebagai Ketua merangkap anggota;

2) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang sebagai wakil

ketua merangkap anggota;

3) Ketua Bappeda Kabupaten Rembang sebagai wakil ketua

merangkap anggota;

4) Kepala DPU Kabupaten Rembang sebagai anggota;

5) Kabag. Tata Pemerintahan Setda Rembang sebagai anggota;

6) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Rembang sebagai anggota;


31

7) Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Rembang sebagai anggota;

8) Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Kantor Pertanahan

Kabupaten Rembang sebagai anggota;

9) Kepala Seksi Hak Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten

Rembang sebagai anggota;

10) Camat Kaliori sebagai anggota;

11) Kepala Desa Purworejo sebagai anggota;

12) Wakil/Pemilik tanah (2 orang) sebagai anggota;

13) Kepala Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Rembang sebagai sekretaris merangkap

anggota.

b. Tugas Tim Koordinasi Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Pemerintah

Kabupaten Rembang

1) Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat;

2) Mengevaluasi dan memusyawarahkan penyusunan Desain Tata

Ruang (DTR);

3) Mengatur/mengarahkan peruntukan dan penggunaan Tanah

Pengganti Biaya Pelaksanaan (TPBP);

4) Memecahkan dan menangani masalah yang timbul dalam

pelaksanaan Konsolidasi Tanah;

5) Lain-lain yang dianggap perlu.


32

c. Tugas Satuan Tugas Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan

Kabupaten Daerah Tingkat II Rembang

1) Melaksanakan tugas-tugas pelaksanaan Konsolidasi Tanah;

2) Berfungsi sebagai Panitia Pemeriksaan Tanah A;

3) Berfungsi sebagai Tim Penyelidik Riwayat Tanah.

d. Pengukuran Rincikan

Pengukuran ini dimaksudkan untuk:

1) Mengetahui batas-batas kepemilikan tanah tiap-tiap persil

sekaligus mengetahui luas masing-masing bidang tanah;

2) Mengukur saluran dan jalan-jalan yang sudah ada;

3) Setiap persil tanah diberi nomor, perlu digambar pula jaringan

jalan, saluran air, disertai nama pemiliknya;

4) Hasil pengukuran dipakai sebagai bahan dalam pembuatan desain

tata ruang serta perlu diumumkan kepada masyarakat peserta

konsolidasi tanah dan direvisi apabila ada kekeliruan.

e. Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi digunakan untuk mengetahui ketinggian dan

lereng seluruh areal konsolidasi tanah dalam rangka penyusunan

desain tata ruang, baik mengenai perhitungan biaya pelaksanaan,

maupun kelayakan penempatan persil baru. Kegiatan ini meliputi:

1) Mengukur ketinggian;

2) Memetakan hasil ukur;

3) Membuat garis ketinggian (kontur);


33

4) Menghitung lereng.

f. Penyusunan Desain Tata Ruang Konsolidasi Tanah

Maksud penyusunan/pembuatan desain tata ruang konsolidasi tanah,

adalah untuk merencanakan kapling-kapling tanah yang sudah

disesuaikan dengan rencana blok yang telah disusun dikurangi STUP

(Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan) yang telah diperhitungkan

dengan mengarah kepada keadilan.

Apabila pemilik tanah tidak menghendaki perubahan letak maka

pengkaplingan tanah tersebut diusahakan agar penggeseran atau

pemindahan kapling baru tidak terlalu jauh dengan kapling lama.

Namun demikian apabila perubahan letak tersebut tidak menjadi

masalah. DTR dapat disusun dengan sistem playing plot (letak

kapling yang baru)

Hasil desain tata ruang konsolidasi tanah berupa peta dengan skala 1:

1000 yang menggambarkan :

1) Rencana kapling baru;

2) Rencana jaringan jalan;

3) Jaringan sanitasi, atau jaringan irigasi;

4) Rencana fasilitas umum.

g. Musyawarah

Dari hasil desain tata ruang tersebut dijelaskan dan ditawarkan kepada

masyarakat peserta konsolidasi tanah. Dalam musyawarah ini

dijelaskan secara terperinci tentang :


34

1) Akibat dari relokasi masing-masing kapling peserta akan berubah

bentuk dan luas (akibat dibebani STUP) bahkan mungkin terjadi

pergeseran;

2) Akibat dari pergeseran, mungkin menimbulkan pembongkaran

pagar, bangunan atau tanaman yang ada, meskipun telah

diupayakan untuk menghindarinya.

Apabila dalam musyawarah terjadi perubahan, desain tata ruang

segera direvisi, dan apabila hasil musyawarah telah disepakati segera

dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh anggota satgas

pelaksanaan konsolidasi tanah serta wakil dari para peserta dan peta

desain tata ruang hasil kesepakatan ditandatangani oleh Kepala Kantor

Pertanahan, Ketua Bappeda, Kepala DPU, Kabag. Tata Pemerintahan

Setda Rembang, serta disahkan oleh Bupati Rembang.

h. Relokasi

Relokasi adalah kegiatan untuk mewujudkan desain tata ruang

konsolidasi tanah secara fisik di lapangan dan menunjukkan masing-

masing kapling kepada yang berhak. Penunjukan kapling baru di

lapangan dengan menggunakan/disertai Berita Acara penunjukan

kapling baru. Pelaksanaannya adalah dengan pengukuran rincikan

persil baru dan pemetaan kadasteral ulang, yang dikoordinasikan oleh

Kepala Seksi Pendaftaran Tanah.


35

Di dalam penataan pelaksanaan penataan pemukiman dalam rangka

penataan lingkungan ada beberapa instansi yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi yang berbeda, akan tetapi saling terkait, antara lain :

1. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

Bappeda adalah sebagai unsur penunjang pemerintah daerah yang berada

di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Bappeda mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

penyelenggaraan pemerintah Kabupaten di bidang perencanaan daerah.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Bappeda mempunyai fungsi :

a. Penyusunan pola dasar pembangunan daerah yang terdiri dari pola

umum pembangunan daerah jangka panjang dan pola umum program

pembangunan daerah;

b. Penyusunan program pembangunan daerah Kabupaten dan Program

Tahunan daerah;

c. Pengkoordinasian perencanaan teknis dari dinas-dinas, bagian dan

instansi dalam penyusunan daftar skala prioritas proyek-proyek

pembangunan;

d. Penyusunan hasil penelitian, pengkajian dan pengembangan teknologi

dalam pembangunan daerah;

e. Pengkoordinasian bahan penyusunan rencana, perubahan dan

perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama

bagian keuangan daerah;

f. Pelaksanaan kegiatan tata usaha Bappeda;


36

g. Pelaksanaan kegiatan lain perintah Bupati.

2. DPU (Dinas Pekerjaan Umum)

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) adalah sebagian unsur pelaksana

pemerintah daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai

tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah di bidang

pekerjaan umum.

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan, perencanaan, pengadaan dan pengelolaan sarana dan

prasarana pekerjaan umum;

b. Pelaksanaan pengendalian pekerjaan;

c. Penyusunan dan asistensi perencanaan program, teknis anggaran,

bangunan konstruksi, dan pekerjaan lainnya;

d. Penetapan standar pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana;

e. Pelaksanaan urusan tata usaha di bidang pekerjaan umum.

3. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintahan Non

Departemen. Badan Pertanahan Nasional bertugas membantu Presiden

dalam pengelolaan dan mengembangkan adminintrasi pertanahan, baik

berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria maupun perundangan yang

lain yang meliputi pengaturan penggunaan penguasaan dan pemilikan

tanah, pengurusan hak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah, dan
37

lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Presiden. Fungsi Badan Pertanahan

Nasional adalah :

a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan, penguasaan dan

penyediaan tanah;

b. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan pengaturan dan

pemilikan tanah dengan prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial

sebagaimana diatur dalam UUPA;

c. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah

dalam upaya memberikan kepastian hak di bidang pertanahan;

d. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan

serta pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang

administrasi pertanahan;

e. Melaksanakan pengawasan hak-hak atas tanah dalam rangka

memelihara tertib administrasi pemerintahan.

Sedangkan dalam penyelenggaraan konsolidasi tanah perkotaan

(KTP), Badan Pertanahan Nasional mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota melakukan dan

bertanggungjawab atas pelaksanaan penataan kembali penguasaan dan

penggunaan tanah obyek konsolidasi tanah;

2. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi

mengendalikan pelaksanaan konsolidasi tanah;


38

3. Kepala Badan Pertanahan Nasional melakukan pembinaan

pelaksanaan konsolidasi tanah daerah.

Telah diuraikan dimuka bahwa konsolidasi tanah yang dilaksanakan

secara swadaya oleh masyarakat akan mempunyai beberapa manfaat baik bagi

pemerintah maupun bagi masyarakat, khususnya para peserta konsolidasi

untuk pemukiman. Manfaat-manfaat dan keuntungan-keuntungan yang

didapat dari konsolidasi tanah ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para

peserta konsolidasi.

Diantara manfaat atau keuntungan yang didapat dengan adanya

konsolidasi tanah pemukiman dalam rangka penataan lingkungan adalah :

a. Secara Umum

1) Membantu mempercepat laju pembangunan pemukiman di perkotaan

sesuai dengan rencana kota yang ada;

2) Menyiapkan kawasan siap bangun (KASIBA) bagi masyarakat;

3) Konsolidasi tanah merupakan manifestasi prinsip gotong royong dan

merupakan penerapan dari Pasal 6 UUPA bahwa tanah mempunyai

fungsi sosial;

4) Terwujudnya lingkungan pemukiman yang representatif;

5) Tercapainya tertib administrasi pertanahan;

6) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan tanah dengan membentuk petak-

petak tanah yang teratur.


39

b. Secara Khusus

1) Masyarakat pemilik tanah dapat menikmati keuntungan secara

langsung dari meningkatnya harga tanah;

2) Tanah yang dimilikinya bentuknya menjadi teratur;

3) Tersedianya tanah-tanah untuk fasilitas umum/sosial;

4) Memperkecil kemungkinan sengketa tanah;

5) Bagi Pemerintah tidak memerlukan dana yang cukup besar bagi

pembebasan tanah;

6) Berubahnya status tanah dari tanah pertanian menjadi non pertanian;

7) Adanya sertipikat sebagai bukti hak atas tanah.

C. Tanggapan Masyarakat Terhadap Program Konsolidasi Tanah

Secara umum pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan yang

dilaksanakan di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang

berjalan sesuai yang diharapkan, hal itu terbukti pelaksanaan konsolidasi

tanah berlangsung sesuai jadwal yang telah ditentukan dan memberikan

keuntungan/kepuasan pada masyarakat setempat.

Guna mengetahui seberapa jauh tanggapan warga masyarakat yang

mengikuti konsolidasi tanah perkotaan di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori

Kabupaten Rembang dalam rangka penataan lingkungan, penyusun meminta

pendapat masyarakat khususnya yang tanahnya terkena pelaksanaan

konsolidasi dengan cara melakukan wawancara langsung kepada beberapa

pihak kantor pertanahan konsolidasi tanah.


40

Wawancara yang dilakukan dengan pihak BPN menjelaskan berbagai

tanggapan terhadap pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan telah mencapai

hasil yang cukup baik meskipun pemanfaatan tanah perkotaan belum

maksimal (Joko Handoyo, 8 September 2005). Pendapat lain yang

diungkapkan yaitu konsolidasi tanah perkotaan di lingkungan Desa Purworejo

Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang telah memberikan manfaaat bagi

warga sehingga diharapkan kegiatan seperti ini dapat lebih ditingkatkan.

(Moh. Rifa’i, 8 September 2005 )

Dari dua pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan sementara yaitu

masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang

memiliki tanggapan positif dan dapat menerima adanya konsolidasi tanah di

daerah mereka. Tanggapan positif tersebut diharapkan dapat berjalan sesuai

prosedur serta urutan-urutan yang berlaku tanpa merugikan salah satu pihak

dengan pihak lain tetapi diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada

pihak peserta konsolidasi maupun Pemerintah serta masyarakat Desa

Purworejo pada umumnya. Hal ini sesuai dengan maksud dari konsolidasi

tanah yaitu :

a. Konsolidasi Tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan

kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah

untuk kepentingan pembangunan, meningkatkan kualitas lingkungan dan

pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif

masyarakat.
41

b. Peserta konsolidasi tanah adalah pemegang hak atas tanah atau penggarap

tanah negara obyek konsolidasi.

c. Tanah obyek konsolidasi adalah tanah negara non pertanian dan atau tanah

hak, di wilayah perkotaan atau pedesaan yang ditegaskan oleh Badan

Pertanahan Nasional untuk dikonsolidasi.

d. Sumbangan tanah untuk pembangunan (STUP) adalah bagian dari obyek

konsolidasi yang disediakan untuk pembangunan prasarana jalan, saluran,

dan fasilitas umum lainnya, serta untuk pengganti biaya pelaksanaan.

Adapun tujuan dan sasaran konsolidasi adalah sebagai berikut :

1. Tujuan konsolidasi adalah mencapai pemanfaatan tanah secara optimal,

melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah.

2. Sasaran konsolidasi adalah terwujudnya suatu tatanan penguasaan dan

penggunaan tanah yang tertib dan teratur.

Dalam pelaksanaan pelepasan tanah untuk konsolidasi tanah

pemukiman di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang ini

partisipasi masyarakat sangatlah besar yaitu memberikan tanah yang dikuasai

untuk sarana dan prasarana umum tanpa ganti rugi serta pembayaran biaya

administrasi. Adapun kemudahan/fasilitas yang diperoleh adalah :

1. Diterbitkannya sertipikat hak milik peserta konsolidasi tanah sejumlah 50

bidang atau 50 orang.

2. Status tanah yang semula berupa tanah bengkok perangkat desa berubah

menjadi tanah hak milik warga masyarakat.

3. Status tanah berubah menjadi non pertanian.


42

4. Pembebasan pembayaran ijin mendirikan bangunan bagi peserta

konsolidasi tanah.

D. Faktor Penghambat dan Upaya untuk Mengatasinya

1. Permasalahan

Dalam pelaksanaan konsolidasi tanah pemukiman dalam rangka penataan

lingkungan di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang,

terdapat beberapa kendala-kendala dalam pelaksanaan program tersebut

mulai dari awal sampai keluarnya sertipikat. Namun demikian kendala-

kendala atau permasalahan yang muncul dapat diselesaikan dengan baik

oleh pihak-pihak terkait.

Permasalahan tersebut diantaranya :

a. Dalam pelaksanaan penyuluhan dari semua instansi terkait, tidak

semua pemilik tanah dapat hadir sehingga penyuluhan dilangsungkan

beberapa kali.

b. Lambatnya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh warga,

karena para warga masyarakat masih belum tertib administrasi

kependudukan seperti: KTP, KK dan lain-lainnya.

c. Pada umumnya luas yang tercantum dalam buku C desa tidak sesuai

dengan kenyataan di lapangan.

d. Dalam mengumumkan peta desain hasil penataan terjadi beberapa kali

perubahan, guna memenuhi tuntutan warga masyarakat.


43

e. Besarnya kompensasi yang harus diberikan warga masyarakat, terjadi

tarik ulur.

2. Upaya untuk mengatasinya

Dari berbagai permasalahan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah

pemukiman dalam rangka penataan lingkungan, oleh instansi terkait telah

melakukan upaya-upaya penyelesaian sebagai berikut :

a. Penyuluhan tidak hanya dilaksanakan untuk warga masyarakat peserta

konsolidasi saja, akan tetapi juga aparat desa, serta melibatkan tokoh-

tokoh masyarakat dan dilaksanakan beberapa kali. Penyuluhan

dilakukan pada waktu siang karena mereka ada di rumah/tidak bekerja.

b. Lambatnya persyaratan administrasi dapat diatasi dengan jalan aparat

desa datang ke rumah untuk menguruskan keperluan administrasi

tersebut.

c. Perbedaan luas tanah dalam buku C desa dengan kenyataan di

lapangan dapat diatasi dengan penyelesaian secara damai dengan

menghadirkan para pemilik tanah, juga para tetangga yang tanahnya

berbatasan guna membantu menunjukkan batas-batas tanah yang

dimilikinya. Dalam penyelesaian ini biasanya langsung dipimpin oleh

Kepala Desa dan pegawai pertanahan.

d. Besarnya biaya yang masih harus disosialisasikan oleh pegawai

pertanahan yang memberikan argumentasi yang jelas, sehingga

masyarakat peserta konsolidasi dapat menerima.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Konsolidasi tanah diadakan untuk menata kembali penguasaan dan

penggunaan tanah sehingga menjadi teratur baik bentuk maupun letaknya,

serta pelaksanaannya dilaksanakan dengan sistem swakelola yaitu adanya

peran serta masyarakat dalam memberikan sumbangan tanahnya untuk

kepentingan umum. Dengan dilaksanakan konsolidasi ini secara langsung

akan membantu pemerintah dalam penataan lingkungan di Desa Purworejo

Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang seperti adanya jalan, saluran dan

pembuangan air, dan fasilitas umum lainnya.

2. Tanggapan masyarakat terhadap program konsolidasi ini sangat penting

terutama warga masyarakat di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori

Kabupaten Rembang, walaupun sedikit ada permasalahan. Hal ini terbukti

dengan adanya peran serta masyarakat peserta konsolidasi karena

keuntungan atau manfaat yang diperoleh sangat besar, seperti tanah yang

dimiliki menjadi teratur baik bentuk maupun letak, mempunyai kepastian

hak, karena terbitnya sertipikat, berubahnya status tanah dari tanah ex

bengkok perangkat menjadi hak milik.

3. Hambatan-hambatan yang timbul dalam program konsolidasi tanah

pemukiman ini dapat diatasi berkat kesadaran masyarakat dan koordinasi

yang baik antara pemerintah dan peserta konsolidasi.

44
45

B. SARAN

1. Sebaiknya sumbangan tanah dari para pemilik/peserta konsolidasi

digunakan untuk pembangunan fasilitas umum. Besar kecilnya sumbangan

tanah akan berpengaruh juga terhadap terhadap sarana dan prasarana

lingkungan tersebut.

2. Sebaiknya konsolidasi tanah dilaksanakan secara terprogram dan dapat

terus berjalan di wilayah lain karena konsolidasi tanah memberikan

manfaat yang besar bagi masyarakat sekitarnya dan supaya tidak terjadi

konflik maka harus ada surat pernyataan persetujuan dari para peserta

konsolidasi tanah.

3. Supaya program konsolidasi tanah berjalan dengan lancar hendaknya

dibutuhkan kesadaran masyarakat dan koordinasi yang baik antara

pemerintah dan peserta konsolidasi tanah.

Anda mungkin juga menyukai