Anda di halaman 1dari 2

Pembiayaan pembangunan 2010

Proyek pembangunan hunian vertical yang dicanangkan pemerintah selama lima


tahun sejak 2007 dan dikenal dengan “Proyek Pembangunan 1000 Tower” pada akhir tahun
lalu (2009) mengalami keadaan stuck (terhenti). Menurut Eddy Ganefo, Ketua Umum
Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman pada Antara News mengatakan hal
tersebut disebabkan oleh masalah teknis lapangan dan belum ada dukungan regulasi yang
memadai yang dihadapi oleh pengembang dalam usaha partisipasi program pembangunan
1000 tower. Tetapi pada kenyataannya, dalam perkembangan program inipun menuai
sejumlah permasalahan, seperti sumber dana yang meragukan karena membutuhkan sejumlah
dana yang besar, dan persiapan yang minim.
Proyek Pembangunan 1000 Tower ini dimaksudkan untuk mengatasi kebutuhan akan
rumah oleh masyarakat di seluruh Indonesia yang setiap tahunnya makin meningkat
khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Proyek ini membutuhkan dana sebesar 40
trilliun jika diasumsikan satu menara membutuhkan dana Rp 40 miliar (pembebasan tanah
dan pembangunan fisik), maka pembangunan 1.000 menara di seluruh Indonesia akan
menggunakan dana sebesar Rp 40 triliun. Sumber dana yang digunakan untuk rusunawa
menggunakan dana APBN, sedangkan untuk rusunami pembiayaannya melalui peran swasta
maupun bekerja sama dengan pemerintah. Pemerintah mendorong swasta untuk terlibat
dalam pembangunan rusun dengan memberikan insentif kepada pengembang berupa
keringanan pajak pertambahan nilai dengan kriteria luas 36 meter persegi dan harga
maksimum Rp144 juta. Selain insentif kepada investor, Pemerintah kata Presiden juga
memberikan subsidi kepada masyarakat berpenghasilan rendah agar mampu menjangkau
cicilan harga rusun sederhana.
Tetapi dalam kenyataannya para pengembang telah mengubah konsep pengembangan
menjadi apartemen menengah (nonsubsidi) karena skim pembiayaan perumahan berubah.
Menurut Hiramsyah, pengalihan pola subsidi dari subsidi selisih bunga menjadi bantuan
likuiditas cukup membingungkan konsumen, sehingga banyak yang menunda pembelian.
Demikian pula bagi pengembang, perubahan kebijakan itu menimbulkan ketidakpastian
berinvestasi. perubahan skim pembiayaan sangat besar mempengaruhi pasokan rusunami.
PENDAPAT:
Saya setuju dengan adanya keringanan pajak yang diberikan pada pengembang karena
dengan adanya keringanan pajak tersebut merupakan daya tarik untuk menarik semakin
banyak pengembang untuk ikut berperan serta dalam program pembangunan 1000 tower
sehingga sumber dana pembiayaanpun bertambah dan program ini dapat terselesaikan.

Page 1
Pembiayaan pembangunan 2010
Pemberian keringanan pajak ini saya rasa merupakan kebijakan pemerintah yang
bersumber dari instrument keuangan private-public equity financing (pemerintah bekerja
sama dengan pihak swasta). Dimana pemerintah dan swasta saling bekerjasama untuk
memadukan keunggulan. Keunggulan dari swasta seperti: modal, teknologi dan kemampuan
manajemen dengan keunggulan pemeritah dalam hal kewenangan seperti keringanan pajak
sumber-sumber dan kepercayaan masyarakat. Kewenangan pajak yang dimaksud yaitu pajak
tersebut diatur sedemikianrupa sehingga menjadi alat yag dapat mendorong investasi pada
program 1000 Tower ini sehingga menguntungkan ekonomi dan bisnis. Walaupun telah
diberikan keringan pajak, syarat tetapan pembayaran 1 unit maximal 144 juta masih
dirasakan memberatkan masyarakat berpenghasilan rendah meskipun telah ada pemberian
subsidi dari pemerintah sehingga untuk mendapatkan hak milik dari 1 unit hanya dengan 15-
20% sekitar (21,6-28,8) juta rupiah dirasa masih memberatkan masyarakat berpenghasilan
rendah sehingga tujuan awal dari kegiatan ini tidak dapat tercapai.
Tetapi saya rasa tujuan ini dapat tercapai apabila pemerintah menggunakan metode
dengan memberikan potongan pajak hingga 50% atau tax exempt bagi para pengembang yang
menjual 1 unit rusunaminya dibawah 144 juta rupiah. Kebijakan tersebut dapat memperkecil
selisih bunga sehingga harga jualpun dapat turun sehingga para pengembang yang merasa
ragu untuk berperan serta dalam program inipun menjadi tertarik kembali dan tidak ragu
untuk ikut dalam mensukseskan program ini (menciptakan iklim kondusif untuk
berinvestasi). Sehingga para pengembang yang mengganti apartemen mereka menjadi
berpola non subsidi akan kembali pada peraturan awal menjadi pola bersubsidi karena
peluang masyarakat menengah ke bawah untuk membelipun ada karena harga perunit telah
turun dan adanya pengubahan pola subsidi dari pemerintah yaitu bantuan likuiditas berupa
pemberian kredit pinjaman pada masyarakat berpenghasilan rendah untuk membeli maupun
menyewa unit rusun.
Sedangkan dengan adanya tax exempt maka pajak akan mengalami fluktuasi . Hal
tersebut dapat diatasi dari efek pembangunan 1 tower karena apabila diasumsikan 100 tower
dapat menyerap sekitar 500.000 tenaga kerja maka pembangunan 1 tower dapat menyerap
5000 tenaga kerja maka pemulihan pajak dapat diperoleh dari pajak pendapat masing-masing
tenaga kerja dan dapat membantu perbaikan perekonomian dan menyelesaikan masalah
penganguran. Metode ini dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila adanya regulasi yang
kuat dan aparat pemerintahan ikut serta bekerjasama dan tidak malah mempersulit program
ini sehingga tidak ada kerancuan dalam pelaksanaannya.

Page 2

Anda mungkin juga menyukai