Anda di halaman 1dari 4

Ke Manakah Berkonsultasi, ke Psikiater atau ke Psikolog Klinis?

Oleh Sawitri Supardi-Sadarjoen


(www.kompas.com)

BANYAK orang masih bertanya-tanya, bahkan karena kurang informasi,


mengacaukan penggunaan sebutan psikiater dan psikolog klinis untuk pelayanan
jasa yang memang pada kenyataannya relatif bersinggungan.

Untuk kejelasan dan ketepatan bagi paling tidak terhadap sebutan kedua profesi tersebut
rupanya kita harus menyimak perbedaan latar belakang pendidikan kedua profesi
tersebut.

Psikiater
Psikiatri adalah spesialisasi dalam bidang ilmu kedokteran yang mencakup masalah
pencegahan, diagnosis, dan perawatan, serta riset tentang gangguan mental,
pemilikan perspektif spesifik medis dalam melihat gangguan emosi serta perilaku.

Orang yang mengalami gangguan perilaku dan ketidakseimbangan emosi yang serius
adalah orang yang sakit mental. Dengan demikian, seorang psikiater telah terlatih secara
spesifik dalam masalah abnormalitas perilaku manusia, baik dalam upaya pencegahan
serta proses penyembuhannya.

Praktik psikiatri sangat luas, mencakup aspek-aspek yang terkait dengan medis, seperti
perawatan dengan obat-obatan, electroconvulsive-shock therapy untuk kasus-kasus
tertentu, dan disertai kewenangan memberi perawatan secara institusional, memasukkan
ke rumah sakit (hospitalization) pasien yang mengalami hambatan organik dengan
penyertaan gejala psikologis yang manifes.
Oleh karena pendidikan dasarnya adalah ilmu kedokteran, maka psikiater memiliki
wewenang legal untuk memberi obat-obatan bagi penderita abnormalitas perilaku dan
penderita gangguan mental serius tersebut.
Luasnya cakupan pelayanan jasa psikiater tidak berarti psikiater hanya memberi
pelayanan jasa pada pasien dengan gangguan perilaku dan keseimbangan yang berat
karena psikiater pun memiliki wewenang melakukan terapi modifikasi perilaku,
psikoanalisis, apalagi bila psikiater telah mendapat pelatihan khusus untuk memberikan
pelayanan tersebut.

Perlu diketahui bahwa untuk menjadi psikoanalis yang andal, memperoleh brevet dokter
spesialis psikiatri merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi (Reber, The Penguin
Dictionary of Psychology, 1985). Untuk itu pelayanan jasa psikiatri tidak saja ditujukan
terhadap pasien dewasa, namun juga pasien anak-anak yang mengalami gangguan
perilaku.

Psikologi klinis
Psikologi klinis adalah salah satu bidang terapan psikologi yang memberi jasa
melalui upaya mendefinisikan kapasitas perilaku dan karakteristik perilaku
individu melalui metode pengukuran (assessment), analisis, dan observasi.

Data yang dihasilkan diintegrasikan dengan data yang diperoleh melalui pemeriksaan
fisik serta latar belakang sosial guna memberi saran serta rekomendasi bagi penyesuaian
diri yang tepat bagi individu (Kendall, Clinical Psychology, 1982). Dalam kegiatan ini
tercakup pengukuran psikologi, deskripsi fungsi kepribadian untuk tujuan penegakan
diagnosa, dan penentuan teknik terapi psikologis yang tepat.

Pendidikan dasar bagi seorang psikolog klinis adalah psikologi yang mencakup antara
lain pemahaman proses-proses psikologi (fungsi-fungsi mental) dalam diri individu
normal melalui desain eksperimental yang mencakup teknik pengumpulan data dan
analisis data.
Terapi psikologis yang dilakukan psikolog klinis memang tidak sama dengan terapi
psikiatris yang sering disertai dengan terapi medis karena psikolog klinis sama sekali
tidak memiliki wewenang untuk memberi perawatan medis.
Untuk itu, dapat diutarakan bahwa tujuan terapi psikologis yang dilakukan oleh psikologi
klinis adalah:
a) menjalin relasi menolong dengan klien melalui pendekatan psikologis
b) mendengar aktif terhadap eksplorasi psikis yang dilakukan oleh klien melalui
keluhan-keluhannya
c) menjalin kerja sama dengan klien untuk mencari jalan keluar bagi persoalan
psikologis yang dihadapi klien, sambil sekaligus meningkatkan optimasi potensi
fungsi mental klien
d) mengajarkan keterampilan dalam mengatasi tekanan (stres) dan mengendalikan
otonomi klien dalam meningkatkan efektivitas kehidupannya.

Berbagai sasaran terapi dilakukan baik terhadap klien anak-anak dan klien dewasa yang
bermasalah dalam fungsi psikisnya.

Dalam hal ini kegiatan terapeutik mencakup upaya mengatasi konflik a-sadar
(pendekatan psikoanalitik), membantu penerimaan diri secara optimal (pendekatan
humanistik dengan klien sebagai pusat dalam proses terapi), mengintegrasikan perasaan-
perasaan yang konflik (pendekatan gestalt), mendapat makna kehidupan (pendekatan
existensial), restrukturisasi pola pikir yang cenderung memojokkan diri sendiri (kognitif),
mengajarkan keterampilan untuk perilaku yang lebih efektif (behavioristic) atau
kombinasi dari berbagai teknik tersebut di atas. Namun, kebanyakan psikolog klinis lebih
memilih menggunakan pendekatan eklektik, artinya mengintegrasikan berbagai
pendekatan pada saat yang tepat terhadap klien dan permasalahannya sehingga kecuali
klien yang ditangani tidak terjebak secara ketat dalam keterbatasan teknik terapi dengan
hanya satu pendekatan saja, pemahaman klien sebagai individu yang utuh pun akan dapat
diraih, demi optimasi pelayanan jasanya.
Kerja tim
Psikiater dan psikolog klinis adalah salah satu di antara berbagai keahlian yang
mengarahkan pelayanan dalam bidang psikologi dan kesehatan mental.
Dalam banyak kasus peran berbagai profesional dalam pelayanan jasa bagi kesehatan
mental tumpang tindih dengan keahlian lain yang terkait, seperti psikiater, psikolog
klinis, konselor, pekerja sosial, ahli saraf, perawat kesehatan mental, dan ahli ilmu
kesehatan masyarakat.

Setiap bidang tersebut memiliki fokus disiplin ilmu pengetahuan dan perspektif spesifik
dalam permasalahan kesehatan mental dan fungsi-fungsi mental manusia. Namun,
perbedaan yang ada di antara berbagai disiplin tersebut dapat dipastikan akan berkurang
manakala para profesional dari berbagai disiplin ilmu tersebut bekerja dalam satu tim
multidisiplin untuk penanganan kasus bermasalah dalam kesehatan mental seperti di
pusat kesehatan mental komunitas, rumah sakit, dan sebagainya.

Kerja sama multidisiplin dalam satu tim justru akan lebih memperluas setiap pengetahuan
dan keahlian bagi masing-masing disiplin. Baik psikiater maupun psikolog klinis akan
lebih belajar banyak bila bekerja dalam tim yang ditandai oleh lintas disiplin kesehatan
mental, demi kerja sama itu sendiri serta optimasi manfaat yang dapat diambil bagi
kemanusiaan.

Kecuali itu, sebagai individu yang merasa membutuhkan pelayanan jasa bagi peningkatan
kesehatan mental serta optimasi fungsi mentalnya dalam menjalani kehidupan, akhirnya
pun dapat memilih dengan tepat kepada siapa harus berkonsultasi, ke psikiaterkah atau ke
psikolog kliniskah.*

-----&&&&----

Anda mungkin juga menyukai