Anda di halaman 1dari 23

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KINERJA DOSEN IAIN

ANTASARI DALAM PROSES PEMBELAJARAN



Oleh: H. Amin Jamaluddin dan Hidayat Ma’ruf

Abstrak

A. Latar Belakang
Perguruan Tinggi dewasa ini dihadapkan dengan berbagai tuntutan, salah
satunya adalah perguruan tinggi harus menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Proses ke arah tujuan yang demikian tidak mudah dan tentu
memerlukan usaha keras, sebab banyak hal terkait yang harus dikembangkan
secara terpadu. Menurut Malik Fadjar, perguruan tinggi yang bervisi kualitas
selalu memperbaharui ke arah pengembangan yang lebih baik, dengan tetap tidak
melupakan kesiapan fisik dan non fisik yang ada.1
Pengembangan dari segi fisik dapat berupa pengadaan gedung, fasilitas
pembelajaran, fasilitas praktik sesuai jurusan dan lain-lain, dengan didasarkan
konsep tata ruang yang baik dan mempertimbangkan segi pemanfaatan.
Sedangkan dari segi non fisik berupa pembaharuan semua aspek, dari manajemen
pelaksanaan, materi yang ditawarkan sampai pada penggunaan pendekatan bagi
proses pembelajaran.


Pengurus Center For Institute Teaching and Learning Development (CITLD) IAIN
Antasari Banjarmasin

1
Malik Fadjar, (1998) Visi Pembangunan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI, hal. 157
2

Dalam dunia pendidikan juga, usaha-uasaha yang bersifat inovasi atau


pengembangan menjadi keharusan bila menghendaki pendidikan berada pada
tahap efisiensi dan efektifitas yang baik, terutama dalam proses pembelajaran.
Mengapa demikian? karena “denyut jantung” sebuah lembaga pendidikan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas antara lain sangat ditentukan oleh
sejauhmana efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran dapat terlaksana.
Adapun efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran itu sendiri antara lain sangat
ditentukan oleh kinerja seorang guru atau dosen.
Menurut Abu Ahmadi, proses pembelajaran di perguruan tinggi
dihadapkan kepada keadaan:
1. Cara penyajian,
2. Hubungan dosen dengan mahasiswa,
3. Hubungan antar mahasiswa,
4. Bahan pelajaran,
5. Fasilitas mengajar dan belajar, serta (6) Waktu mengajar dan belajar 2

Kaitannya dengan apa yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi di atas,


khususnya dilihat dari aspek dosen, atau lebih khusus di IAIN Antasari
Banjarmasin belum diperoleh gambaran yang jelas apakah dosen hanya sekedar
mengetahui bahwa tugasnya terbatas sebagai tenaga pengajar, yang dalam desain
pembelajaran, menurut C. Jung cenderung introver 3, artinya dosen cenderung
mengajar berdasarkan pemikiran sendiri tanpa mempertim-bangkan lingkungan
yang mempengaruhi interaksinya, atau mungkin cenderung ekstrovert, artinya
dosen mementingkan lingkungan dan kehendak yang berkembang pada perguruan
tinggi tanpa adanya inovasi dan pengembangan individual atau kelompok.
Aspek lain, dari sisi dosen yang perlu dilihat sehubungan dengan usaha
mendapatkan proses pembelajaran yang efisien dan efektif, diantaranya adalah
sejauhmana dosen memiliki kemampuan dalam membuat perencanaan,
penguasaan materi, kemampuan pengelolaan kelas, melaksanakan evaluasi,
memiliki kepribadian dan kedisiplinan.
Kaitannya dengan pembelajaran, disamping dosen itu sendiri, mahasiswa
adalah orang yang mengalami atau merasakan langsung proses pembelajaran
yang dikelola oleh dosennya. Sebagai subjek pembelajaran dan sekaligus sebagai
2
Abu Ahmadi, (1991) Psikologi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, h. 279–296
3
Ibid.
3

pengguna jasa dari sebuah lembaga pendidikan, maka pandangan mahasiswa patut
dilibatkan untuk mengevaluasi kinerja dosen dalam proses pembelajaran. Dari
sudut pandang mahasiswa tersebut, diharapkan pula bahwa gambaran yang
diperoleh akan lebih bersifat objektif.
Penelitian ini diberi judul: Persepsi Mahasiswa tentang Kinerja Dosen
IAIN Antasari dalam Proses Pembelajaran. Kinerja dosen yang dimaksudkan
dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kemampuan dosen dalam hal
perencanaan, penguasaan materi, pengelolaan kelas, evaluasi, kepribadian dan
kedisiplinan.

B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang pemikiran di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah persepsi mahasiswa tentang kinerja dosen
IAIN Antasari dalam Proses Pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mendapatkan informasi yang akurat dan objektif tentang persepsi ma-
hasiswa terhadap kinerja dosen IAIN Antasari dalam Proses Pembelajaran.
2. Menginventarisir kelemahan atau kekurangan yang menjadi fenomena
umum dosen IAIN Antasari Banjarmasin dalam proses pembelajaran.
3. Memperoleh bahan masukan bagi pengembangan proses pembelajaran
yang lebih efisien dan efektif

D. Signifikasi Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan diharapkan hasilnya dapat:
1. Menjadi bahan rujukan untuk membuat dan melaksanakan program
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dosen dan kepentingan
mahasiswa di IAIN Antasari Banjarmasin
2. Sebagai bahan kajian awal yang masih perlu ditindaklanjuti dengan
penelitian lain bagi mengetahui kondisi riil proses mengajar dan belajar di
IAIN Antasari Banjarmasin atau bahan membuat kebijakan bagi
peningkatan mutu pendidikan
4

E. Tinjauan Teori
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999, perguruan
tinggi mengemban kewajiban untuk melaksanakan tugasnya yang disebut dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di antara Tri Dharma tersebut, yang paling pokok
adalah melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi mahasiswa 1. Sehubungan
dengan kewajiban dan tugas tersebut, maka bagian terbesar keberhasilan sebuah
perguruan tinggi dapat dilihat dari proses belajar-mengajar atau perkuliahan yang
dilaksanakan.
Kelancaran proses perkuliahan secara umum terkait langsung dengan
manajemen akademik, dan secara spesifik terkait langsung dengan manajemen
proses belajar mengajar yakni manajemen perkuliahan yang dikelola langsung
oleh setiap dosen.
Meskipun manajemen akademik yang menjadi tanggung jawab
administrator pendidikan sudah berjalan dengan baik, belum menjamin
terlaksananya proses belajar yang baik tanpa didukung oleh manajemen
perkuliahan yang menjadi tanggung jawab masing-masing dosen. Dan yang
terakhir ini terkait pula dengan manajemen kelas. Proses belajar mengajar yang
baik tersebutlah yang akan menghasilkan output yang sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
Seseorang manajer perguruan tinggi seharusnya menguasai hal-hal yang
berkaitan dengan manajemen akademik, juga menguasai manajemen proses
belajar mengajar, karena disamping dia harus menjalankan fungsi perencanaan,
yang lebih penting lagi adalah menjalankan fungsi pengarahan dan motivasi
kepada para dosen dan karyawannya.
Berkaitan dengan persoalan tersebut dalam kesempatan ini akan
disinggung sedikit mengenai manajemen akademik dan tentu akan lebih banyak
disinggung mengenai manajemen proses belajar mengajar sebagai bagian dari
pembahasan ini.

1
Zaini Hisyam, dkk (2002) Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta:
CTSD, hal. 3 – 217
5

1. Manajemen Akademik dalam Pengelolaan Perguruan Tinggi


Ditinjau dari sudut administrasi dan manajemen, maka terdapat
sejumlah bidang pekerjaan yang harus mendapatkan penataan dan pengaturan.
Bidang-bidang pekerjaan tersebut bila diambil besarannya meliputi :
a. Bidang kependidikan, atau bidang edukatif yang menyangkut
kurikulum, metode, cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
b. Bidang personil yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar
mengajar dan personil lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
belajar mengajar.
c. Bidang alat dan keuangan sebagai alat-alat pembantu untuk
melancarkan situasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan
pendidikan sebaik-baiknya 2

Bidang kependidikan, atau bidang edukatif atau sering pula disebut


bidang akademik secara khusus menangani hal-hal yang terkait dengan proses
terlaksananya belajar mengajar atau perkuliahan. Oleh karena itu, bidang ini
menyiapkan perangkat bagi terlaksananya proses perkuliahan, meliputi :
a. Penataan kurikulum dan silabus
b. Menyusun kalender akademik
c. Menetapkan hal-hal yang terkait dengan tugas dosen seperti pembagian
tugas kuliah, pembagian tugas ekstra kurikuler, tugas pengabdian kepada
masyarakat, praktikum, koordinasi, persiapan perkuliahan dan sebagainya.
d. Penyusunan pedoman sistem kredit, meliputi antara lain: penyusunan mata
kuliah yang ditawarkan berikut silabusnya bagi kurikulum lokal, sistem
penilaian, bobot, predikat kelulusan, pindah kuliah dan sebagainya.
e. Penyusunan pedoman mengenai beban tugas dosen
f. Penyusunan pedoman penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
g. Penyusunan kode etik akademik, tata tertib perkuliahan, dan sebagainya
h. Penyusunan angka kredit dosen
i. Menetapkan hal-hal yang terkait dengan proses jalannya perkuliahan
seperti jadwal, program semester dan pengisian kemajuan mahasiswa.
j. Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar dan laporan hasil evaluasi.
k. Bagi perguruan tinggi yang sudah mempunyai kemampuan berbagai
peraturan akademik dan pedoman akademik biasanya dimasukkan ke
2
M. Rivai, (1977) Pengantar Administrasi Pendidikan, Bandung, hal 38
6

dalam sebuah buku yang disebut dengan buku Panduan Perguruan Tinggi
atau Buku Panduan Akademik.
Disamping berbagai peraturan dan pedoman tersebut, dalam bidang
akademik harus pula dilaksanakan upaya peningkatan kualitas dosen baik
kualitas keilmuan, pengetahuan, sikap dan wawasan kualitas metodologi
pengajaran, penelitian maupun kualitas pengabdian kepada masyarakat.

2. Manajemen Proses Belajar Mengajar


a. Merencanakan Strategi Perkuliahan
Langkah pertama dalam merencanakan strategi perkuliahan adalah
tahap identifikasi mencakup analisis kebutuhan dan analisis karateristik
mahasiswa.
Bagi perguruan tinggi agama Islam, kebutuhan utama adalah
bagaimana produk perguruan tinggi ini mampu menguasai ilmu-ilmu
keislaman secara mendalam, menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris
hingga tingkat penerjemahan buku dan berkomunikasi serta menguasai
bidang keahlian sesuai jurusan yang ditempuh.
Dalam konteks kebutuhan tersebut, mata kuliah tertentu harus
dianalisis untuk mendukung keperluan itu, analisis kebutuhan tersebut
penting dilakukan sebelum mengembangkan kegiatan perkuliahan.
Begitu pula dengan analisis karakteristik mahasiswa, yang
menurut Waridjan dkk, agar dapat menetukan isi dan bobot ajaran, urutan
penyajian dan jenis kegiatan belajar mengajar yang sesuai dan memungkin-
kan mereka untuk mencapai tujuan instruksional secara efesien 3
1). Memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan awal mereka
sehingga dapat menentukan pada tingkat mana kita harus menyampaikan
sajian. Sajian yang terlalu susah bisa membuat putus asa, dan yang
terlalu mudah bisa membosankan. Dengan adanya data tingkat
kemampuan awal, maka pada akhirnya perkuliahan dapat diketahui
berapa banyak kemajuan yang telah dicapai.

3
T. Rake Joni, (1980), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud, hal . 4
7

2). Mengetahui hal-hal yang telah mereka alami, dan berdasarkan


pengalaman itu bisa memberikan contoh-contoh yang tidak asing bagi
mereka.
3). Memperoleh gambaran tentang tingkat kemahiran bahasa mereka, kita
akan dapat menghidarkan pengunaan bahasa yang sulit mereka pahami.
4). Memperoleh gambaran tentang media apa yang cocok bagi mereka,
verbal, atau audivisual.
5). Mengetahui hal-hal khusus yang perlu pelayanan khusus pula.
6). Memperoleh gambaran tentang alat motivasi apa yang cocok untuk
membangkitkan dan mempertahankan gairah belajar mereka.
7). Memperoleh gambaran tentang latar belakang sosio budaya dan nilai-
nilai yang mereka junjung tinggi. Dengan demikian kita akan dapat
menjaga diri agar tidak menyinggung perasaan dan melanggar norma-
norma mereka.
Sering untuk mata kuliah tertentu seorang dosen menggunakan
asumsi tertentu. Misalnya untuk mata kuliah bahasa Arab, bisa dipasang
asumsi bahwa mahasiswa sudah menguasai pokok-pokok ilmu nahu. Jadi
bagi mahasiswa yang mengikuti kuliah bahasa Arab tersebut andai kata ada
diantara mereka yang belum menguasai pokok-pokok ilmu nahu wajib untuk
belajar sendiri, dan bagi dosen tidak berkewajian mengulang perkuliahan
mengenai pokok-pokok ilmu nahu dimaksud.
Setelah melakukan analisis kebutuhan dan analisis karakteristik
mahasiswa, baru kita menentukan strategi belajar mengajar perkuliahan.
Istilah strategi dipakai dalam banyak konteks dengan nama tidak
terlalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum
perbuatan guru di dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar 4. Dalam
pengertian yang lain strategi instruksional ialah kegiatan yang dipilih oleh
guru atau dosen dalam proses belajar mengajar, yang dapat memberikan
kemudahan atau fasilitas kepada mahasiswa menuju keadaan tercapainya
tujuan intruksional tertentu yang telah ditetapkan 5.
4
Ibid
5
Warijan, dkk (1984), Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruk-sional, Jakarta:
Depdikbud, hal 18
8

Di dalam strategi belajar mengajar akan tergambar pendekatan


yang akan digunakan dan metode, serta media yang dipergunakan.
Pendekatan adalah jawaban teoritik terhadap upaya pengajaran
agar materi yang akan diberikan dapat dengan mudah diterima oleh
mahasiswa, sementara metode adalah jawaban praktis bagaimana pengajaran
dilaksanakan agar dapat diterima dengan mudah oleh mahasiswa. Antara
pendekatan dengan metode selalu saja kesesuaian.
Sebelum penetapan pendekatan, maka masih perlu dilakukan
analisis materi perkuliahan, terutama dari sudut ranah yang dikandungnya,
dari sudut sifat materi apakah teknologik atau akademik.
Begitu pula sebelum menentukan metode, maka perlu diperhatikan
bahwa ada materi yang menghendaki pemberian informasi, tetapi ada materi
yang harus didiskusikan.

b. Pengelolaan Proses Perkuliahan


Berkenaan dengan pengelolaan perkuliahan terlebih dahulu disusun
panduan perkuliahan yang memuat tujuan dari mata kuliah, silabus mata
kuliah, pembagian waktu untuk setiap silabus, penentuan materi perkuliahan
yang didiskusikan dan yang diinformasikan, petunjuk menyusun makalah,
petunjuk penugasan, batas waktu penyelesaian tugas, sanksi pelanggaran,
pedoman evaluasi, bobot. referensi dan lain-lain yang terkait.
Setelah panduan perkuliahan disusun disarankan untuk secara
terbuka diberikan kepada mahasiswa, agar bisa dipedomani untuk
kelancaran perkuliahan.
Kemudian dalam proses pengelolaan perkuliahan penting bagi
setiap dosen untuk menyusun satuan acara perkuliahan (SAP), tetapi cukup
memuat strategi proses perkuliahan saja.
Dalam konteks ini guru harus membuat keputusan tentang 3 hal
yakni:
1). Apa yang akan diajarkan
2). Bagaimana cara mengajarkannya, dan
3). Bagaimana menilai untuk mengetahui tujuan telah tercapai
atau tidak 6
6
Zaini Hisyam, dkk, Op. Cit
9

Perlu ditegaskan bahwa setiap mata kuliah pasti mengandung


aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Begitu pula ada sejumlah materi
teknologik dan ada materi akademik. Materi teknologik dapat disamakan
dengan mastery learning, menghendaki pengelolaan yang berbeda baik segi
proses pengajarannya, penyediaan sumber maupun penilaiannya. Sumber
belajar bagi materi teknologik biasanya disusun dalam bentuk modul,
sedangkan untuk materi akademik atau pegetahuan berkembang disusun
dalam bentuk diktat. Cara penilaian bagi materi teknologik adalah acuan
patokan dan materi akademik adalah acuan norma.

c. Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru
dalam praktik pembinaan kelasnya 7.
Bagaimana agar suasana kelas disiplin, tertib, menjadi bergairah,
efisien, dan efektif mencapai tujuan belajar mengajar atau perkuliahan ada-
lah tujuan dari manajemen kelas. Termasuk pula mengenai keindahan, ke-
bersihan, pencahayaan, ventilasi, akustik dan lainnya.
Kelas yang terlalu besar jumlah mahasiswanya kurang tepat bagi
perkuliahan tertentu yang menghendaki pendalaman suatu materi perkulia-
han, tetapi tepat untuk informasi umum.
Pengajaran bahasa asing memerlukan kelas yang dinamis dan dapat
memberikan peluang kepada setiap mahasiswa untuk berperan aktif dalam
berbicara, mengemukakan pendapat dan sebagainya, maka dibutuhkan kelas
yang jumlahnya mahasiswa terbatas, misalnya sekitar 20 orang saja. Untuk
tingkat pascasarjana yang ideal setiap kelas hanya 12 orang dan paling besar
20 orang. Bila lebih besar akan tidak efektif, sebab pada program pasca-
sarjana penekanannya pada seminar yang menghendaki keterlibatan aktif
setiap mahasiswa, bukan perkuliahan biasa apalagi perkuliahan monolog.
Manajemen kelas ini tentu sangat banyak melibatkan bagian
akademik, bagian perlengkapan dan rumah tangga sehigga tidak akan terjadi

7
T. Rake Joni , Op. Cit.
10

overlapping perkuliahan, juga terjamin tersedianya peralatan serta terjamin-


nya kebersihan ruangan.
Disamping semua itu bagi setiap dosen penting memiliki ketata-
usahaan kelas seperti arsip soal, arsip jawaban dan arsip nilai. Hal yang
terakhir ini penting bagi keperluan transparansi, sebab tidak jarang mahasis-
wa menanyakan jawabannya karena mereka merasa ragu terhadap nilai yang
diumumkan. bagi dosen yang baik harus secara terbuka menyapaikannya,
karena prinsip ilmu pengetahuan ilmiah tidak ada yang tertutup. Hal yang
terakhir ini walaupun sederhana tetapi sangat berpengaruh terhadap kinerja
seorang dosen dimata mahasiwa.
Demi kepentingan efesiensi belajar mengajar, maka penting
diadakan pengelompokkan mahasiswa agar mereka menjadi kelompok
belajar, yang berarti mempunyai tujuan yang sama yakni bagaimana agar
belajar berhasil. Dalam konteks ini perlu diperhatikan faktor-faktor pengikat
kelompok belajar, yakni :
1). Adanya tujuan yang sama sehingga memungkinkan tujuan
yang sama itu menjadi tujuan bersama.
2). Adanya rasa persatuan dan kesatuan sehingga mereka
menampilkan keutuhan kelompok.
3). Setiap anggota kelompok belajar merasa mempunyai nasib
yang sama dalam upaya mencapai tujuan bersama.
4). Setiap anggota tidak melakukan tindakan sendiri-sendiri demi
kepentingan perorangan dalam menghadapi masalah kelompok.
5). Baik secara individu maupun kelompok, para anggota
kelompok mempunyai daya tangkal terhadap pengaruh-
pengaruh yang mengancam keutuhan kelompok 8.

Di dalam kelompok belajar mungkin perlu pula dibentuk sub


kelompok, dengan alasan :
1) Bila diantara mahasiswa anggota kelompok belajar mengalami
kecepatan belajar dalam kecepatan waktu yang berbeda, maka perlu
pengelompokkan yang maju dan yang terbelakang, agar dapat diperoleh
bimbingan yang berbeda dan akhirnya semua anggota mampu mencapai
tujuan perkuliahan.

8
Zaini Hisyam, Op. Cit
11

2) Bila ruang lingkup bahan perkuliahan perlu dikaji dari berbagai sudut
pandang.
3) Bila perkuliahan dilaksanakan dengan metode kerja kelompok
4) Bila perlengkapan terbatas jumlahnya
5) Bila penilaian hasil belajar dilakukan dalam banyak tahap sehingga ada
kelompok mahasiswa tidak lulus untuk tiap-tiap tahap penilaiaan.
Perlu diperhatikan bahwa pengelompokkan mahasiwa tidak dibe-
narkan hingga ada kelompok yang paling rendah. Kelompok seharusnya
mencakup dua tingkatan saja yakni kelompok yang sangat maju dan yang
ada di bawahnya
Berjalan tidaknya manajemen belajar mengajar baik dalam arti
makro maupun mikro tergantung dari kepemimpinan seseorang yakni
seseorang yang mampu menyadarkan orang lain agar mendukung segala
gagasan, juga menyadarkan dirinya sebagai seorang dosen atau pendidik.
Kesemua bahasan di atas merupakan panduan umum, yang dalam
proses pendidikan atau penelitian ini akan berusaha mencari gambaran
tentang dosen dari segi perencanaan, penguasaan materi, pengelolaan kelas,
evaluasi, kepribadian dan kedisiplinan.

F. Metode Penelitian
1. Responden
Penelitian ini merupakan penelitian survey terhadap mahasiswa
IAIN Antasari untuk memperoleh gambaran tentang persepsi mereka terhadap
kinerja dosen dalam proses pembelajaran.
Pandangan mahasiswa dalam penelitian ini dijadikan sebagai data
kajian karena mahasiswa sebagai subjek pembelajaran dan sebagai pengguna
jasa dari sebuah lembaga pendidikan. Mahasiswa adalah orang yang
mengalami atau merasakan langsung proses pembelajaran yang dikelola oleh
dosen, karena itu mahasiswa patut dijadikan sebagai responden yang
mengevaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran. Melalui perspektif
mahasiswa, diharapkan akan diperoleh gambaran yang objektif tentang
kinerja dosen-dosen IAIN Antasari Banjarmasin yang meliputi aspek
12

perencanaan, penguasaan materi, pengelolaan kelas, evaluasi, kepribadian,


dan kedisiplinan
Mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa IAIN Antasari yang tersebar pada fakultas Tarbiyah,
Syari’ah, Dakwah dan Ushuluddin yang aktif mengikuti kuliah (terlibat aktif
dalam proses pembelajaran) pada dosen-dosen di semester ganjil tahun
akademik 2003/2004.

2. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut:
a. Angket Tertutup, yaitu sejumlah daftar pertanyaan dimana jawabannya
sudah diarahkan atau ditentukan kedalam beberapa pilihan seperti 1, 2, 3,
4, dan 5, untuk setiap pertanyaan maupun kedalam bentuk pilihan jawaban
“ya” atau “tidak”. Pilihan jawaban 5 mencerminkan sangat baik atau
sangat sering, pilihan 4 mencerminkan baik atau sering, pilihan 3
mencerminkan cukup, pilihan 2 mencerminkan kurang atau jarang dan
pilihan 1 mencerminkan jelek atau sangat jarang. Sedangkan daftar
pertanyaan untuk pilihan jawaban “Ya” maka mencerminkan nilai 1 dan
“Tidak” mencerminkan nilai nol.
b. Angket Terbuka, yaitu pertanyaan yang dibuat dengan cara memberikan
kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban berdasarkan
kondisi riil yang ada, sebagai gambaran dari tugas dan kinerja dosen
dalam proses pembelajaran.

Untuk memelihara objektivitas hasil data, maka angket disebarkan


kepada responden (mahasiswa) tanpa sepengetahuan dosen. Distribusi angket
kepada responden dan pengumpulannya di samping dilakukan oleh para
peneliti, juga dibantu oleh para pengurus BEM Institut dan Fakultas di
lingkungan IAIN Antasari.

3. Desain Penelitian dan Cara Pengukuran


Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain sebagai berikut:
Perencanaan
13

Penguasaan Materi
Pengelolaan Kelas
Evaluasi DOSEN/
TENAGA MAHASISWA
Kepribadian
Kedisiplinan
PENGAJAR

Untuk mendapatkan data penelitian, maka proses pengukuran yang


digunakan adalah dengan mendasarkan pada instrumen yang dinyatakan
memiliki validitas dan reliabilitas tinggi untuk mengukur kinerja dosen pada
proses pembelajaran, dengan indikator bahwa instrumen tersebut melingkupi
aspek-aspek sebagai berikut :
a. Perencanaan. untuk mengukur kemampuan dosen dari segi perencanaan,
ada lima indikator yang dijadikan daftar pertanyaan, seperti daftar
pertanyaan pada nomor 1, 2, 3, 8, dan 12. Dosen dikatakan memiliki
perencanaan yang baik bila memiliki total nilai sebanyak 21 dan dikatakan
memiliki perencanaan jelek bila skor nilai yang didapatkan hanya 4.
b. Penguasaan materi. untuk mengukur kemampuan dosen dari segi
penguasaan materi, ada enam indikator yang dijadikan daftar pertanyaan,
seperti daftar pertanyaan pada nomor 6, 10, 13, 16, 18, dan 19. Dosen
dikatakan memiliki penguasaan materi yang baik bila memiliki total nilai
sebanyak 30 dan dikatakan memiliki penguasaan materi jelek bila skor
nilai yang didapatkan hanya 6.
c. Pengelolaan kelas. untuk mengukur kemampuan dosen dari segi
pengelolaan kelas, ada dua indikator yang dijadikan daftar pertanyaan,
seperti daftar pertanyaan pada nomor 11 dan 14. Dosen dikatakan
memiliki pengelolaan kelas yang baik bila memiliki total nilai sebanyak
10 dan dikatakan memiliki pengelolaan kelas jelek bila skor nilai yang
didapatkan hanya 2.
d. Evaluasi. untuk mengukur kemampuan dosen dari segi evaluasi, ada tiga
indikator yang dijadikan daftar pertanyaan, seperti daftar pertanyaan pada
nomor 4, 5, dan 21. Dosen dikatakan memiliki kemampuan evaluasi yang
14

baik bila memiliki total nilai sebanyak 15 dan dikatakan memiliki


kemampuan evaluasi jelek bila skor nilai yang didapatkan hanya 3.
e. Kepribadian. untuk mengukur dosen dari segi kepribadian, ada tiga
indikator yang dijadikan daftar pertanyaan, seperti daftar pertanyaan pada
nomor 15, 17, dan 20. Dosen dikatakan memiliki kepribadian yang baik
bila memiliki total nilai sebanyak 15 dan dikatakan memiliki memiliki
kepribadian jelek bila skor nilai yang didapatkan hanya 3. Indikator nilai
bukan berkenaan dengan moral tetapi berhubungan dengan kepribadian
yang mencerminkan kompetensi mengajar.
f. Disiplin. untuk mengukur kemampuan dosen dari segi disiplin, ada dua
indikator yang dijadikan daftar pertanyaan, seperti daftar pertanyaan pada
nomor 7 dan 9. Dosen dikatakan memiliki disiplin yang baik bila memiliki
total nilai sebanyak 6 dan dikatakan memiliki disiplin jelek bila skor nilai
yang didapatkan hanya 1.
Dengan demikian, berdasarkan instrumen tersebut dosen memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam proses belajar mengajar bila memiliki
skor nilai 97 dan memiliki kemampuan yang jelek dalam proses belajar
mengajar bila memiliki skor nilai 19

G. Hasil Penelitian
Dari angket yang disebarkan kepada responden (mahasiswa) yang
mengikuti perkuliahan pada semester ganjil tahun akademik 2003/2004, berhasil
terkumpul sejumlah angket yang menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap
kinerja 149 orang dosen IAIN Antasari dalam proses pembelajaran.
Disadari bahwa persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen sangat terbuka
kemungkinan bias, hal ini dimaklumi bahwa persepsi dimaksud akan sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
♦ Tingkat kesulitan mata kuliah
Mata kuliah yang sulit umumnya cenderung tidak diminati mahasiswa. Jika
mahasiswa diminta untuk menyatakan persepsi terhadap kinerja dosen yang
mengasuh mata kuliah dimaksud, maka ada kemungkinan bias pula terhadap
kinerja dosen yang bersangkutan.
♦ Tingkat kemurahan dosen dalam memberi nilai
15

Jika seorang dosen memberikan nilai lebih tinggi, atau sebaliknya lebih
rendah dari yang seharusnya diterima oleh mahasiswa maka akan menimbul-
kan bias bagi penilaian mahasiswa terhadap kinerja dosen tersebut.
♦ Popularitas dosen
Dosen yang sudah mempunyai popoularitas di mata para mahasiswa,
cenderung akan mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen
yang bersangkutan
♦ Tugas kuliah yang dibebankan kepada mahasiswa
Tingkat banyaknya tugas yang diberikan terhadap mahasiswa berpegaruh
terhadap pandangan mahasiswa atas kinerja dosen tersebut. Dosen yang terlalu
banyak memberikan beban tugas mata kuliah terhadap mahasiswanya
cenderung tidak disenangi mahasiswa.
Ada enam aspek yang dijadikan sebagai indikator gambaran kinerja dosen
IAIN Antasari Banjarmasin. Keenam aspek dimaksud adalah: 1) perencanaan, 2)
penguasaan materi, 3) pengelolaan kelas, 4) evaluasi, 5) kepribadian, dan 6)
kedisiplinan. Berdasarkan data yang diperoleh, aspek-aspek tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh
seorang dosen agar proses pembelajaran dapat berjalan baik dan efektif. Tanpa
adanya perencanaan, maka dapat ibaratkan seorang dosen dalam proses
pembelajaran bagaikan mengendarai mobil tanpa tujuan dan berjalan di jalan
yang tidak mempunyai rambu-rambu lalu lintas.
Perencanaan pembelajaran di sebuah perguruan tinggi biasanya
secara umum sudah tergambar dalam setiap silabi masing-masing mata kuliah.
Dalam setiap silabi mata kuliah, yang seharusnya disampaikan pada awal tatap
muka perkuliahan, sudah ditetapkan tujuan atau target apa yang ingin dicapai,
materi apa saja yang akan dibahas, bagaimana metodenya, dan bahkan
disampaikan pula tentang pola evaluasi hasil pembelajaran tersebut.
Secara umum, perencanaan pembelajaran yang terganbar pada
dosen-dosen IAIN Antasari Banjarmasin sudah dilakukan dengan baik, sebab
dari 149 dosen yang diteliti ternyata sebagian besar mereka yaitu 75 orang
16

(50.34%) sudah melakukan perencanaan pembelajaran dengan kategori baik,


42 orang (28.19%) berada pada kategori cukup, dan hanya sebagian kecil
yaitu 32 orang (21.48%) yang berada pada kategori kurang.
2. Penguasaan Materi
Berhasil tidaknya sebuah tujuan yang telah ditetapkan dalam
sebuah pembelajaran sangat terkait dengan penguasaan materi oleh seorang
dosen. Ironis sekali jika seorang dosen yang berusaha membawa
mahasiswanya membahas atau menguasai sebuah materi yang telah ditetapkan
namun ia sendiri belum menguasainya, sebab dalam proses pembelajaran,
walau tidak mutlak dan bukan satu-satunya, seorang dosen dalam hal-hal
tertentu harus dapat menjalankan perannya sebagai sumber belajar.
Jalannya diskusi, tanya jawab, dan penarikan sebuah kesimpulan
yang baik terhadap apa yang telah didiskusikan atau dibahas pada sebuah tatap
muka perkuliahan sekali lagi sangat terkait dengan penguasaan materi oleh
seorang dosen. Oleh sebab itu, agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai, maka mutlak seorang dosen harus menguasai materi dengan
baik.
Seharusnya tidak ada permasalahan dalam penguasaan materi oleh
seorang dosen, idealnya seseorang yang diangkat menjadi seorang dosen
adalah karena dia dinilai sebagai seorang yang sudah menguasai dan punya
wawasan yang baik terutama terhadap mata kuliah yang diasuhnya. Namun
secara umum ternyata masih ada sebagian dosen IAIN Antasari yang belum
menguasai materi dengan baik terhadap mata kuliah yang diasuhnya. Dari 149
orang dosen yang diteliti, ternyata terdapat 80 orang (53.70%) dosen yang
penguasaan materinya berada pada kondisi yang tidak ideal, dari 80 orang
tersebut 23 orang (15.44%) penguasaan materinya dinilai kurang, dan 57
orang (38.26%) penguasaan materinya hanya berada pada kategori cukup.
Adapun dosen yang dianggap ideal dan dinilai sudah menguasai
materi dengan baik hanya sebagian kecilnya saja, yaitu 69 orang (46.31%)
dari 149 orang.
3. Pengelolaan Kelas
17

Kaitannya dengan kelancaran proses pembelajaran, pengelolaan


kelas merupakan hal yang perlu sekali diperhatikan. Hal yang pokok dari
pengelolaan adalah bagaimana kemampuan seorang dosen dalam
menghidupkan suasana perkuliahan.
Agar suasana perkuliahan menjadi hidup, disamping seorang dosen
harus dapat memahami dan terampil bagaimana cara menyampaikan sebuah
materi perkuliahan, seorang dosen juga harus dapat menciptakan suasana kelas
yang disiplin dan tertib, menjadi bergairah, sehingga efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Kelas yang terlalu besar jumlah mahasiswanya kurang tepat bagi
perkuliahan tertentu yang menghendaki pendalaman suatu materi perkuliahan,
tetapi tepat untuk informasi umum. Perkuliahan yang menghendaki
pendalaman materi, menghendaki keterlibatan peran aktif mahasiswa seperti
berbicara, mengemukakan pendapat dan sebagainya menghendaki kelas yang
terbatas jumlah mahasiswanya, dan yang lebih penting lagi menuntut
kemampuan dosen dalam mengelola kelas tersebut.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, kemampuan dosen IAIN
Antasari dalam mengelola kelas secara umum dapat dikatakan masih kurang.
Dari 149 orang dosen, ternyata hanya sebagian kecil yang kemampuan
pengelolaan kelasnya berada pada kategori baik, yaitu berjumlah 44 orang
(29.53%). Sedangkan sebagian besar lainnya, yaitu 52 orang (34.90%) berada
pada kategori cukup, dan 53 orang (35.57%) berada pada kategori kurang.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran
(dunia pendidikan umumnya) yang mutlak harus dilakukan, sebab untuk dapat
mengukur berhasil tidaknya atau tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan memerlukan sebuah kegiatan yang dinamakan evaluasi.
Terdapat berbagai macam jenis atau bentuk evaluasi, demikian
pula halnya dengan sistem atau cara bagaimana evaluasi tersebut dijalankan,
banyak sekali variasinya. Namun hal yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan evaluasi adalah tingkat ke-objektivitas-an proses evaluasi itu sendiri.
18

Dalam sebuah perkuliahan, agar tingkat objektivitas sebuah


evaluasi dapat dipelihara, maka yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
apakah seorang dosen sebelumnya sudah menyampaikan kepada mahasiswa
bagaimanakah pola evaluasi yang akan dijalankan nantinya, apakah semua
penugasan (seperti makalah, pekerjaan rumah, resume, dll.) sesuai dengan
materi perkuliahan, apakah dosen telah menilai secara wajar semua penugasan
tersebut, apakah dosen memberikan komentar atau catatan terhadap paper,
tugas dan diskusi, dan lain-lain.
Sehubungan dengan kegiatan evaluasi tersebut, pelaksanaannya oleh dosen-
dosen IAIN Antasari dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari 149 orang dosen, diperoleh data bahwa terdapat 46 orang
(30.87%) yang sudah melaksanakan kegiatan evaluasi dengan kategori baik,
76 orang (51.01%) pelaksanaan evaluasinya dikategorikan cukup, dan
selebihnya yaitu 27 orang (18.12%) yang kategorikan kurang dalam hal
kemampuan melaksanakan evaluasi.
5. Kepribadian
Seorang guru (dosen), disamping dituntut memiliki kompetensi
profesional seperti penguasaan materi, kemampuan membuat perencanaan,
kemampuan mengelola kelas, dan lain-lain, juga dituntut memiliki kompetensi
personal (kepribadian).
Kepribadian yang ditampilkan oleh seorang dosen secara
psikologis amat berpengaruh dengan suasana perkuliahan atau tatap muka
dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Kepribadian yang
dimaksud diantaranya dapat terwujud seperti dalam bentuk penampilan dan
kerapian dosen dalam perkuliahan, keterbukaan dosen terhadap pendapat atau
pandangan orang lain yang berbeda, dan sebagainya. Hal demikian akan
berdampak pada timbulnya rasa nyaman dan aman dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat oleh para mahasiswa, atau bahkan sebaliknya jika
seorang dosen ternyata menampakkan penampilan dan sikap yang sebaliknya
dari contoh kepribadian yang disebutkan di atas.
Secara umum, kepribadian yang ditampilkan oleh dosen-dosen
IAIN Antasari sudah baik. Dari data yang terhimpun, diketahui bahwa dari
19

149 orang ternyata sebagian besar mereka, yaitu 83 orang (55.70%)


dikategorikan sebagai dosen yang mempunyai kepribadian baik, selebihnya
yaitu 50 orang (33.56%) dikategorikan berkepribadian cukup, dan 16 orang
(10.74%) yang dikategorikan mempunyai kepribadian kurang.
6. Kedisiplinan
Kedisiplinan yang dimaksudkan dalam penelitian hanya
difokuskan pada jumlah atau frekuensi tatap muka perkuliahan, dan ketepatan
waktu bagi seorang dosen dalam memberikan kuliah (memulai dan
mengakhiri kuliah).
Dari data lapangan yang berhasil dihimpun, tingkat kedisiplinan
dosen-dosen IAIN Antasari seperti yang dimaksudkan di atas dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dari 149 orang dosen, diketahui bahwa 81 orang (54.36%)
dikategorikan mempunyai tingkat disiplin baik, 31 orang (20.81%)
dikategorikan mempunyai tingkat disiplin cukup, dan sisanya yaitu 37 orang
(24.83%) mempunyai tingkat disiplin kurang.
Disamping hal di atas, persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen IAIN
Antasari dalam proses pembelajaran yang berhasil dikumpulkan melalui angket
terbuka pada masing-masing fakultas, umumnya berada dalam gambaran sebagai
berikut :
1. Fakultas Tarbiyah
a. Dosen harus dapat menghargai kemampuan mahasiswa, mempunyai buku
rujukan yang banyak sesuai mata kuliah yang diajarkan, disiplin waktu,
tegas, komunikatif, dan bersikap adil dalam memberikan nilai.
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktikan ilmu
yang telah dipelajari dan menghargai perbedaan pendapat.
c. Tidak mencerminkan sikap pemarah, tetapi dengan cara yang baik
memperlakukan mahasiswa.
d. Memberikan bimbingan jalannya diskusi dan memberi penilaian yang baik
e. Bahan yang diberikan supaya sesuai dengan silabus
f. Jangan mencerminkan sikap yang kurang baik, seperti merokok pada saat
memberikan kuliah.
20

g. Hasil ujian diumumkan secara cepat.


h. Menggunakan metode mengajar yang variatif
i. Jangan menggunakan asisten yang tidak berkualitas
j. Dosen harus menguasai materi yang diajarkan
k. Dosen harus punya wawasan mengajar dan mengukur kemampuan diri
secara bijak dan wajar dan jangan memandang mahasiswa hanya sebagai
objek yang tidak mampu menilai
2. Fakultas Syari’ah
a. Strategi perkuliahan supaya diperbaiki
b. Beri contoh dengan kasus-kasus yang konkrit dalam setiap masalah
c. Perbanyak aktivitas diskusi setiap perkuliahan
d. Dosen hendaknya menguasai materi
e. Tidak mengandalkan pendapat pribadi tetapi ada sumber rujukannya
f. Biasakan mahasiswa untuk menguasai sumber-sumber nash dengan cara
menghafal supaya dipersiapkan kualitas mahasiswa
g. Dosen jangan textbook
h. Jangan banyak dikte
i. Jangan terlalu sering libur
j. Harus tepat waktu datang dan keluar perkuliahan
k. Jadwal ujian akhir harus diumumkan
l. Jangan pelit nilai dengan patokan penilaian yang tidak jelas
m. Ciptakan suasana perkuliahan yang menyenangkan dan jangan tegang
3. Fakultas Dakwah
a. Metode perkuliahan terlalu kaku dan menoton
b. Ada keseimbangan pembinaan antara dosen dan mahasiswa supaya proses
belajar berlangsung dua arah
c. Diskusi harus lebih banyak dalam setiap perkuliahan
d. Waktu perkuliahan diperhatikan
e. Ada kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukan pendapat
f. Kalau dosen tidak masuk hendaknya diberitahu dengan mahasiswa
g. Harus terbuka dalam memberikan masukan dan kritikan
h. Mengajar sesuai silabus
21

i. Tidak textbook.
4. Fakultas Ushuluddin
a. Usahakan dalam menyampaikan bahan kuliah suara yang dikeluarkan
jelas terdengan seluruh mahasiswa
b. Penugasan yang diberikan hendak ada nilai yang dapat melatih sikap
kritis mahasiswa dalam berbagai hal
c. Suasana perkuliahan supaa jangan membosankan
d. Perlunya penguasaan materi perkuliahan
e. Nilai secara wajar diberikan kepada mahasiswa
f. Sistem perkuliahan supaya dibedakan antara fakultas yang satu dengan
lainnya, sesuai dengan kajian
g. Supaya tugas lebih bersifat individual, supaya diketahui mana yang
aktif dan tidak
h. Agar dosen yang mengajar lebih dulu memberikan literatur bahan yang
akan dibahas
i. Silabus agar ada perubahan dari waktu ke waktu, baik skop dan
wawasannya
j. 10.Memperhatikan waktu, dan memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengemukakan pendapat.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pada
umumnya persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen IAIN Antasari dalam
proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Perencanaan, penguasaan materi, pengelolaan kelas, evaluasi,
kepribadian dan kedsiplinan dosen pada umumnya barada dalam
gambaran baik, hanya sedikit yang berada pada gambaran cukup dan
kurang
b. Pembelajaran dapat saja dilakukan oleh dosen dengan berbagai
pertimbangan, tetapi pertimbangan itu sendiri selain kebutuhan,
mahasiswa menjadi kunci terjadinya kerjasama untuk proses
22

pembelajaran yang baik, sehingga kemampuan mahasiswa perlu


dihargai dan dimanfaatkan.
c. Variasi Strategi dalam pembelajaran dipahami dan digunakan tidak
sekedar penting tetapi sesuai dengan prosedur yang tepat dalam
penggunaannya.
d. Mengajar bukan karena tugas dosen tetapi ada sejumlah unsur keilmuan
yang harus ditransfer kepada mahasiswa atau mahasiswa kepada dosen,
sehingga setiap aktivitas selalu saja jelas sasaran atau target yang akan
dicapai
e. Pembelajaran bersinergi dengan evaluasi, dan evaluasi yang baik dapat
menentukan kualitas pembelajaran.
2. Saran-Saran
Penelitian yang berjudul Perspesi Mahasiswa tentang Kinerja
Dosen IAIN Antasari dalam Proses Pembelajaran ini digali dengan cara
survey. Tentu dari kajian ini banyak temuan dan saran yang diharapkan
mahasiswa agar melekat pada dosen dalam proses pembelajaran,
diantaranya agar dosen selalu membenahi diri dengan memandang penting
proses pendidikan yang berlangsung dalam situasi dua arah, artinya baik
dosen maupun mahasiswa sama-sama berada pada posisi penting dalam
proses pembelajaran. Sedangkan konteks teknis, agar dosen IAIN Antasari
memandang penting kesepakatan jadwal perkuliahan, silabus yang
diperbaharui, dan memperhatikan atau mempelajari tuntunan belajar dalam
dunia modern.
23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 1991

Fadjar, Malik. Visi Pembangunan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI. 1998

Rivai, M. Pengantar Administrasi Pendidikan, Bandung. 1977

Joni, T. Rake. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud. 1980

Warijan, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruk-sional, Jakarta:


Depdikbud. 1984

Hisyam, Zaini., dkk (2002) Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi,


Yogyakarta: CTSD

Anda mungkin juga menyukai