Anda di halaman 1dari 2

Diagnosa dan Pengobatan

Diagnosis pneumonia dilakukan dengan berbagai cara. Pertama dengan pemeriksaan fisik secara umum.
Setelah itu ada pula pemeriksaan penunjuang seperti rontgen paru dan pemeriksaan darah. Penanganan
pneumonia pun dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya pengobatan dengan pemberian
antibiotik. “Penderita pneumonia dapat sembuh bila diberikan antibiotik yg sesuai dengan jenis kumannya,
hanya saja perlu dosis tinggi dan waktu yg lama,” papar Atilla.

Namun, bakteri Streptococcus pneumoniae mulai resisten atau kebal terhadap beberapa jenis antibiotik.
Bahkan kawasan Asia dinyatakan sebagai hot zone, yakni daerah dengan tingkat resistensi tinggi untuk
bakteri pneumokok. Oleh sebab itu apabila pneumonia yang dialami cukup parah, penanganannya juga
dilakukan dengan cara opname. Dengan perawatan khusus di rumah sakit, pasien bisa mendapatkan
istirahat dan pengobatan yang lebih intensif, atau bahkan terapi oksigen sebagai penunjang. Selain itu
penderita pneumonia juga membutuhkan banyak cairan untuk mencegahnya dari dehidrasi. Cairan ini bisa
diperoleh dengan cara banyak minum air putih maupun melalui infus.

Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski beberapa obat antivirus
telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati dirumah. Biasanya dokter yang menangani
pneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien kembali
normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Soalnya,
serangan berikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain antibiotika, pasien juga akan
mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah
oksigen dalam darah.

Pada beberapa kasus, Atilla menerangkan bahwa pneumonia yang sudah mengalami komplikasi tersebut
bisa meninggalkan berbagai efek samping. “Anak dapat mengalami berbagai efek samping seperti
gangguan kecerdasan, gangguan perkembangan motorik, gangguan pendengaran dan keterlambatan
bicara,” paparnya. Walaupun demikian, Bambang tetap meyakinkan bahwa anak dengan pneumonia juga
bisa sembuh total dan hidup dengan normal.

Pencegahan

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal
masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangannya. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia. Yaitu, usia
dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) dan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.

Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain batuk-pilek biasa, pharyngitis, tonsilitis dan otitis.
Ungkapan klasik bahwa “mencegah lebih baik daripada mengobati” benar-benar relevan dengan penyakit
pneumonia ini. Mengingat pengobatannya yang semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatkan
resistensi bakteri pneumokokus, maka tindakan pencegahan sangatlah dianjurkan.

Pencegahan penyakit IPD, termasuk pneumonia, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi pneumokokus atau
sering juga disebut sebagai vaksin IPD. Menurut Atilla yang juga bertugas di klinik khusus tumbuh kembang
anak RSAB Harapan kita, peluang mencegah Pneumonia dengan vaksin IPD adalah sekitar 80-90%.

Adapun mengenai waktu ideal pemberian vaksin IPD, menurut penjelasan Atilla adalah sebanyak 4 kali,
yakni pada saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan diulang lagi pada usia 12 bulan. Atilla
menguatkan bahwa vaksin itu aman dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti Hib, MMR
maupun Hepatitis B.
Selain imunisasi, pencegahan pneumonia menurut Bambang adalah dengan menjaga keseimbangan nutrisi
anak. “Selain itu, upayakan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, antara lain dengan cara cukup
istirahat juga olahraga,” jelasnya.

Pneumonia oleh Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri
penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniaesudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi
dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut
jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada
kasus yang eksterm, pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan
lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahan
vaksinnya pun sudah tersedia.

Pneumonia oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus
yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-
terutama pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia
jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.

Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan
paru yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk
kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 - 136 jam, napas menjadi sesak, batuk
makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.

Pneumonia mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada
umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga
disebut pneumonia yang tidak tipikal (Atypical Penumonia). Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada
anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.

Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya
muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu
lama.

Pneumonia Jenis Lain

Termasuk golongan ini adalahPneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga disebabkan oleh jamur,
PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada
banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik
akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh
masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan
bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, danpsittacosis. Penyakit-penyakit ini juga
mengganggu fungsi paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya
kecuali diobati sejak dini.

Anda mungkin juga menyukai