BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Kakao (Theobroma cacao L.)..........................................................................................3
B. Sejarah dan Geografi Kakao............................................................................................3
C. Jenis – jenis Tanaman Kakao..........................................................................................7
D. Karakteristik Tanaman Kakao.......................................................................................10
E. Jenis – Jenis Komoditi Cokelat.....................................................................................13
BAB II PASCA PANEN BUAH COKELAT.............................................................................15
A. Panen.............................................................................................................................15
B. Teknik Pemetikan Buah................................................................................................16
C. Organisasi Pemanen......................................................................................................16
BAB III PENGOLAHAN BUAH KAKAO...............................................................................17
A. Pemeraman....................................................................................................................18
B. Pemecahan Buah...........................................................................................................19
C. Fermentasi.....................................................................................................................20
D. Perendaman dan Pencucian...........................................................................................21
E. Pengeringan Biji Kakao.................................................................................................22
F. Sortasi............................................................................................................................22
G. Pengemasan dan Penyimpanan biji...............................................................................23
H. Standarisasi....................................................................................................................23
BAB IV PENGOLAHAN BIJI KAKAO....................................................................................25
A. Pembersihan Biji Kakao................................................................................................26
B. Penyangraian Biji Kakao...............................................................................................26
C. Pemcahan dan Pemisahan Kulit Biji.............................................................................28
D. Alkalisasi.......................................................................................................................28
E. Penggilingan..................................................................................................................29
F. “Cocoa Mass” atau Pasta cokelat (Liquor)....................................................................29
G. Pengepresan...................................................................................................................29
H. Lemak Kakao (Cocoa butter)........................................................................................30
I. Bubuk Kakao (Bungkil kakao/ cacao cake)..................................................................31
Cokelat adalah sebutan untuk makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat
umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan di hari raya. Dengan bentuk, corak, dan
rasa yang unik, cokelat sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau
perhatian. Bahkan sebagai pernyataan cinta. Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa yang
paling populer di dunia, selain sebagai cokelat batangan yang paling umum dikonsumsi,
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Familia : Stercukiceae
Genus : Theobroma
Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin sampai ke Chiapas, bagian paling
situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM.
awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun
selput putih yang terdapat pada biji kokoa lebih condong digunakan sebagai sumber
Residu cokelat yang ditemukan pada tembikar yang digunakan oleh suku Maya kuno di
Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan bahwa Suku Maya meminum cokelat di
sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama yang mendiami daerah Meso-Amerika itu
mengenal pohon “kakawa” yang buahnya dikonsumsi sebagai minuman xocolātl yang
berarti minuman pahit. Menurut mereka, minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari,
entah untuk alasan apa. Namun, tampaknya cokelat juga menjadi simbol kemakmuran.
Cara menyajikannya pun tak sembarangan. Dengan memegang wadah cairan ini
setinggi dada dan menuangkan ke wadah lain di tanah, penyaji yang ahli dapat
membuat busa tebal, bagian yang membuat minuman itu begitu bernilai. Busa ini
sebenarnya dihasilkan oleh lemak kokoa (cocoa butter) namun terkadang ditambahkan
Biji dari pohon kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya
dapat diperolah. Setelah dipanggang dan dibubukkan hasilnya adalah cokelat atau
kakao. Diperkirakan kebiasaan minum cokelat suku Maya dimulai sekitar tahun 450
SM - 500 SM. Konon, konsumsi cokelat dianggap sebagai simbol status penting pada
merah, vanila, atau rempah-rempah lain. Minuman Xocoatl juga dipercaya sebagai
theobromin didalamnya.
Ketika peradaban Maya klasik runtuh (sekitar tahun 900) dan digantikan oleh
bangsa Toltec, biji kokoa menjadi komoditas utama Meso-Amerika. Pada masa
Kerajaan Aztec berkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah yang meliputi Kota
Meksiko saat ini dikenal sebagai daerah Meso-Amerika yang paling kaya akan biji
kokoa. Bagi suku Aztec biji kokoa merupakan “makanan para dewa” (theobroma, dari
bahasa Yunani). Biasanya biji kokoa digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan
sebagai hadiah.
Cokelat juga menjadi barang mewah pada masa Kolombia-Meso Amerika, dalam
kebudayaan mereka yaitu suku Maya, Toltec, dan Aztec biji kakao (cacao bean) sering
digunakan sebagai mata uang. Sebagai contoh suku Indian Aztec menggunakan sistem
perhitungan dimana satu ayam turki seharga seratus biji kokoa dan satu buah alpukat
seharga tiga biji kokoa.Sementara tahun 1544 M, delegasi Maya Kekchi dari Guatemala
Di awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar yang digemari di istana
Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar di antara kaum elit Eropa, kemudian
lewat proses yang demokratis harganya menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu
menjadi minuman yang dinikmati oleh kelas pedagang. Kira-kira 100 tahun setelah
sejenis minuman susu cokelat di Jamaika dan awalnya diminum oleh suku apothekari,
Semua cokelat Eropa awalnya dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847
ditemukan cokelat padat. Orang Eropa membuang hampir semua rempah-rempah yang
mengganti banyak bumbu sehingga sesuai dengan selera mereka sendiri mulai dari
resep khusus yang memerlukan ambergris, zat warna keunguan berlilin yang diambil
dari dalam usus ikan paus, hingga bahan lebih umum seperti kayu manis atau cengkeh.
Namun, yang paling sering ditambahkan adalah gula. Sebaliknya, cokelat Meso-
Cokelat Eropa awalnya diramu dengan cara yang sama dengan yang digunakan
suku Maya dan Aztec. Bahkan sampai sekarang, cara Meso-Amerika kuno masih
dipertahankan, tetapi di dalam mesin industri. Biji kokoa masih sedikit difermentasikan,
dikeringkan, dipanggang, dan digiling. Namun, serangkaian teknik lebih rumit pun
dimainkan. Bubuk cokelat diemulsikan dengan karbonasi kalium atau natrium agar
lebih mudah bercampur dengan air (dutched, metode emulsifikasi yang ditemukan
(defatted), digiling sebagai cairan dalam gentong khusus (conched), atau dicampur
Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah (data tahun panen 2005):
Sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman cokelat, namun jenis yang paling
yaitu:
1. Jenis Criollo
Terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criolla Amerika Selatan. Jenis ini
menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai : cokelat
mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa, edel cocoa. Buah berwarna merah hijau,
kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat
telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah, Jenis
cokelat ini terutama untuk blending atau banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik
2. Jenis Forastero
biji cokelat yang mutunya sedang atau bulk cocoa, atau dikenal juga sebagai
ornidary cocoa Jenis cokelat ini berasal dari Bahai (Brazil), Amelando (Afrika
Barat), dan cokelat dari Ecuador. Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal. Biji
buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah.
3. Jenis Trinitarion
secara alami, sehingga cokelat jenis ini sangat heterogen. Cokelate Trinitario
menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan ada yang termasuk bulk
cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji
yaitu :
a. Angeleta : Bentuknya lebih dekat dengan Criollo, kulitnya sangat kasar, tanpa
bottle neck, buah besar, biji bulat, kualitas sangat baik, warna edosperm ungu.
b. Cundemor : Bentuk buah seperti Angoleta, kulit kasar, adaa bottle neck, biji
c. Amelonado : Bentuk buah bulat telur, kulit halus, ada yang palesi bottle neck
dan ada yang tidak, bijinya pipih (gepeng), warna endosperm ungu.
d. Calabacillo: Buah berukuran pendek agak bulat, kulit buah halus, tanpa bottle
Jenis Trinitario ini antara lain adalah Hybride Djati Runggo (DR) dan
tahun, sebagian besar buahnya berwarna hijau, bentuk buah panjang, tahan terhadap
1. Akar
Tanaman cokelat yang berasal dari buji (generatif) memiliki akar tunggang
yang tumbuh lurus ke bawah. Akar lateral pada awal pertumbuhan tumbuh pada
leher akar tidak jauh dari permukaan tanah. Sedangkan pada tanaman dewasa akar-
dengan air dan udara dalam tanah. Jika drainasenya (pembuangan air), jelek,akar
tunggang akan tumbuh pendek (kurang dari 45 cm). Pada lahanlahan yang air
tanahnya dalam, akar tunggak akan tumbuh panjang dan akarakar lateral masuk
kedalam tanah. Tanaman yang berasal dari stek dan cangkok tidak mempunyai akar
Teknologi Pengolahan Kakao 9
tunggang, namun akar berkembang 2-3 buah akar yang berfungsi seperti akar
tunggang sehingga tanaman dapat tegak dan kuat (tidak mudah roboh).
Tanaman cokelat yang berasal dari biji (generatif), akan tumbuh tanam cokelat
muda yang memiliki batang lurus. Tetapi pada umur sekitar 10 bulan, pada batang
akan terbentuk 3-6 cabang kipas (fan branches). Titk pertemuan cabangcabang
jorguette sangat bervariasi, tetapi pada umumnya sekitar 1-2 meter dari permukaan
tanah. Yang merangsang terbentuknya jorguette itu belum diketahui secara pasti,
namun agaknya sinar matahari mempunyai pengaruh besar. Pada areal yang terbuka
jorquette lebih pendek daripada di areal tanam yang banyak terdapat naungan.
yang selamanya tumbuh vertical disebut orthotroph, dan cabang yang selalu tumbuh
3. Daun
daunnya juga bersifat dimorphus. Daun pertama mempunyai tangkai daun (petiol)
yang panjang dan simetris, dan petiol tersebut pada ujungnya membengkok.
dan (flush). Warna daun muda pada saat flush bermacam-macam, tergantung dari
tipe atau varietas cokelat, yaitu berwarna hijau pucat, hijau kemerah-merahan dan
merah. Setelah dewasa daun-daun muda tersebut warnanya berubah menjadi hijau.
Daun-daun muda pada saat flush dilindungi oleh sepasang stipula pada dasar
dari tangkainya akan segera gugur jika daun telah tua. Pada permukaan daun terdapat
stomata (mulut daun atau pori-piri daun). Tanaman cokelat yang berada di bawah
naungan akan memiliki daun lebih lebar dan lebih hijau dari pada tanam cokelat yang
4. Bunga
berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada batang tua, cabangcabang
dan ranting-ranting. Bunga yang keluar pada ketiak daun, lama-kelaman akan
mengemuk dan membesar, yang disebut bantalan bunga atau buah. Satu bantalan
yang baik dapat mengeluarkan bunga yang jumlahnya cukup banyak. Panjang
cokelat mempunyai tipe seks yang bersifat Hermaprodit (0), yaitu setiap bunga
mengandung benang sari dan putik. Bunga cokelat memiliki 5 kelopak bunga
(sepal), 5 mahkota bunga (petal), 10 kepala sari (stamen) dalam 2 lingkaran, tetapi
hanya 1 lingkar yang subur (fertile),dan memiliki sebuah bakal buah (ovary). Petal
berwarna putih atau putih kemerah merahan, dasarnya sangat sempit dan pada
bagian atas melebar sehingga membentuk kantongan seperti cangkir dan pada ujung
sebelah luar menulur. Tangkai benang sari atau filament dari stamen yang subur
mempunyai 4 kantong serbuk sari (pollen). Bakal buah (ovary) mempunyai 5 bagian
yang terdiri dari banyak ovules (sel-sel telur) yang letaknya mengelilingi poros
jumlah buang matang yang dihasilkan hanya sekitar 1%. Penyerbukan bunga
5. Buah
Buang cokelat yang masih muda disebut cherelle, dan sampai 3 bulan
pertama sejak perkembangannya akan terjadi cherelle wilt, yaitu buah muda
menjadi kering dan mengeras. Kehilangan buah dapat mencapai 80% dari seluruh
peneyrapan air dan hara antara buah muda, buah dewasa dan pertumbuhan vegetatif.
Buah cokelat yang telah berumur 3 bulan (panjang buah 5-10 cm), pada umumnya
sudah tidak akan mengalami cherelle wilt, namun dapat berkembang menjadi buah
yang masak jika tidak terserang oleh hama atua penyakit. Buah yang sudah masak
disebut pod atau tongkol, warnanya bermacammacam dan ukurannya antara 10-30 cm.
Buah yang sudah masak pada umumnya memiliki 2 macam warna, yaitu :
Buah cokelat menjadi masak setelah 5-6 bulan dari proses penyerbukannya.
Setiap tongkol berisi 30-50 biji cokelat. Bear biji kering sekitar 0,8-1,3 gram/biji (untuk
jenis Forasterol).
besar :
masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan “DR”
Sejak dari fase pembuahan sample menjadi buah dan matang cokelat memerlukan
waktu + 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang
melepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi.
Buah yang tidak dipanen akan mengakibatkan biji berkecambah didala. Teknik
memanen perlu juga diperhatikan karena pemotongan tangkai buah yang keliru
mengakibatkan bunga tidak tumbuh lagi pada tempat tersebut. Pemanen dapat berlangsung
10-21 hari sekali, berganttung pada kepadatan buah yang matang dan luas areal
pertanaman.
kandungan biji serta berat keringnya sehingga diap digunakan untuk berbagai kebutuhan .
A. Panen
Ada 3 perubahan warna kulit buah pada cokelat yang telah mengalami kematangan.
Ketiga perubahan warna kulit itu juga menjadi criteria kelas kematangan buah di kebun-
kebun yang mengusahakan cokelat. Secara umum perubahan warna dan kelas
Untuk menanam cokelat digunakan pisau tajam. Bila buah tinggi maka pisau
melengkung. Selama memanen buah cokelat harus diusahakan untuk tidak melukai
batang/cabang yang ditumbuhi buah. Pelukaan akan mengakibatkan bunga tidak akan
Pemanen buah cokelat hendaknya dilakukan hanya dengan memotong buah tepat
dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Dengan demikian tangkai buah pun tidak akan
berikutnya.
G. Organisasi Pemanen
Pada areal yang cukup luasnya biasanya disiapkan suatu organisasi pemanenan
dengan melibatkan tenaga kerja khusus. Dibawah seorang mandor, Panen dilaksanakan
pada areal kepadatan buahnya sudah ideal untuk dipanen. Seorang pemanen dapat
memanen 1.500 buah cokelat setiap hari. Hal ini mengisyaratkan perlunya perhitungan
tenaga kerja yang tepat, disesuaikan dengan areal dan jumlah buah matang.
Buah matang yang kepadatannya cukup tinggi dapat di panen dengan system 6/7.
Artinya, areal panen disebuh kaveld – dipetik buahnya enam hari di dalam 7 hari.
Sedangkan kepadatan buah matang yang rendah dapat dilaksanakan dengan system
7/14. artinya areal panen dipetik buahnya tujuh hari dalam empat belas hari atau satu
Proses pengolahan buah kakao menentukan mutu produk akhir kakao, karena dalam
proses ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan citarasa
yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Mengingat pentingnya arti
pengolahan terhadap mutu biji kakao kering, maka para produsen hendaknya
mengusahakan agar biji kakaonya diolah dengan baik untuk memperoleh harga yang
lebih tinggi dan memperkuat daya saingnya di pasaran. Proses pengolahan biji kakao
1. Metode Konvensional
Pada prinsipnya kedua metode tersebut tidak terlalu berbeda, tetapi khusus pada
kakao lindak dengan metode konvensional dihasilkan biji kakao yang mempunyai
tingkat keasaman lebih tinggi sedangkan citarasa khas kakao relatif lebih rendah. Untuk
mengatasinya disarankan mengolah biji kakao dengan metode Sime Cadbury dan ini
PANEN PANEN
SORTASI SORTASI
FERMENTASI
PEMECAHAN
PENCUCIAN
FERMENTASI
PENUTASAN PENGHEMBUSAN
PENJEMURAN PENGHEMBUSAN
PENGERINGANALAT/BUATAN PENJEMURAN
SORTASI
PENYIMPANAN SORTASI
A. Pemeraman
Caranya : buah dimasukkan ke dalam keranjang rotan atau sejenisnya dengan alas
H. Pemecahan Buah
Pemecahan atau pembelahan buh kakao harus dilakukan secara hati-hati, jangan
Caranya :
1. Buah dipecah dengan menggunakan parang pemukul kayu atau memukulkan buah
2. Biji kakao dikeluarkan, sedangkan empulur yang melekat pada biji dibuang
3. Biji kakao yang sudah dikeluarkan dimasukkan ke dalam ember plastik atau tempat
Gambar 3. Cara memecahkan buah kakao dengan memukulkan sesama buah kakao
1. Mematikan lembaga
2. Menghancurkan pulp
perubahan didalam biji akan mudah terjadi, seperti miasalnya warna keeping biji,
peningkatan aroma dan rasa, serta perbaikan konsistensi keeping biji. Tujuan lainnya
adalah untuk melepaskan pulp. Selama fermentasi biji beserta pulpnya mengalami
meliputi peragian gula menjadi alcohol, fermentasi asam cuka, dan menaiknya suhu.
Disamping itu aroma pun meningkat selama proses fermentasi dan pH biji mengalami
perubahan.
mikroorganisme tersebut dalam bentuk ragi sebanyak 0,5 gram per kg biji segar pada
proses fermentasi, dapat mempersingkat fermentasi biji dari 108 menjadi 84 jam.
yang dilakukan di Afrika Barat, yaitu dengan membungkus biji menggunakan daun
pisang, selain membutuhkan waktu lama juga kurang dapat merangsang terbentuknya
aroma. Kotak fermentasi yang terlalu dalam akan menyebabkan proses fermentasi
hanya terjadi pada bagian tengah saja. Kotak fermentasi sebaiknya dibuat dengan
Teknologi Pengolahan Kakao 19
ukuran 1,83 m x 0,91 m dengan kedalaman 0,15 m. Biji dibalikan setiap 48 jam, selama
fermentasi berlangsung.
Proses fermentasi biasanya berlansung 4-6 hari. Pada tiap bak fermentasi sejak hari
pertama biji-biji cokelat masing-masing disimpan selama 12 jam, 24 jam, 24 jam dan
rupa sehingga setiap hari biji dapat dimasukkan kedalam kotak pertama (hari pertama
fermentasi) dan yang telah selesai mengalami fermentasi dapat diolah pada tahap
berikutnya.
Di Malasyia, biji yang difermentasi dengan baik pHnya 8,4 dengan persentase kulit
ari mencapai 0,16 persen. Penambahan ragi pada proses fermentasi ternyata tidak
berhasil menaikkan pH biji. Aroma aksan terbentuk 36 jam setelah masa pertama
fermentasi. Biji-biji yang difermentasi secara penuh (fully fermented) ditandai dengan
adanya warna cokelat gelap pada 80 persen kulit luar biji dan adanyan pori-pori di
dalam biji. Sedangkan pada fermentasi sebagian (half fermented) biji cokelat tua tetapi
tidak ada pori-pori dan pada fermentasi yang gagal (bad fermented) warna biji ungu dan
Proses ini tidak mutlak dilakukan tergantung kebiasaan dan permintaan konsumen.
memperbaiki kenampakan biji. Biji yang tidak dicuci memberikan kenampakan yang
kurang menarik, sedang pencucian bersih meningkatkan jumlah biji pecah dan
mengurangi rendaman. Dalam hal ini disarankan agar melakukan pencucian setengah
bersih, cara ini dapat memperbaiki kenampakan fisik, mempercepat pengeringan tanpa
bulat dengan kenampakan menarik dan warna cokelat cerah. Pencucian dapat dilakukan
Tujuan pengeringan adalah menurunkan kandungan air biji basah dari sekitar ± 60%
menjadi ± 7,5%. Pengeringan biji kakao ada 3 cara yaitu dengan penjemuran pada sinar
a. Biji kakao dijemur di atas balai bambu dengan ketinggian ± 1 m dari tanah
c. Biji kakao dibalik setiap 1-2 jam sekali supaya pengeringan merata.
L. Sortasi
1. Sortasi biji kakao kering dimasukkan untuk memisahkan antara biji baik dan cacat
yang berupa : biji pecah, kotoran atau benda asing lainnya (batu, kulit dan daun-
daunan)
2. Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air seimbang, sehingga
3. Sortasi dilakukan dengan ayakan yang dapat memisahkan biji kakao dari kotoran-
kotoran
3. Biji kakao dikemas dengan baik di dalam wadah bersih dan kuat, biasanya
4. Biji kakao jangan disimpan dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras,
5. Biji kakao jangan disimpan di atas para-para dapur, karena dapat mengakibatkan
6. Biji kakao disimpan dalam ruangan, dengan kelembaban tidak melebihi 75%,
7. Antara lantai dan alas wadah diberi jarak ± 8 cm dan dari dinding ± 60 cm
N. Standarisasi
Standar mutu biji kakao disusun sebagai pedoman pengolahan biji kakao pada
tingkat petani, sebagai dasar penetapan harga pada tingkat petani/produsen dan dapat
pengguna.
Keterangan :
- Sub standar jumlah biji per 100 gram maksimum > 120
Pembersihan
Penyangraian
Nib (biji)
Alkalisasi
Penggilingan
Pendinginan Pengepresan
Cocoa cake
Lemak Kakao
Cokelat Batangan Penghancuran
Pengeringan
Pengayakan
Bubuk Kakao
Biji kakao dibersihkan dari kotoran yang tidak diinginkan. Toleransi sanitasi
lingkungan pada tahap ini relatif tidak terlalu ketat dibandingkan tahapan proses
(ukuran) dan sifat magnet (logam dan nonlogam) antara biji kakao dan kontaminan-
dan kerusakan mesin (keausan). Beberapa peralatan dasar untuk pembersihan biji
secara mekanis adalah pengayakan bertingkat, pengisap debu (siklon), dan perangkap
Penyangraian bertujuan untuk membentuk aroma dan cita rasa khas cokelat
dari biji kakao serta untuk memudahkan mengeluarkan lemak dari dalam biji. Melalui
proses fermentasi dan pengeringan yang tepat, biji kakao akan mengandung cukup
banyak senyawa calon pembentuk cita rasa dan aroma khas cokelat, antara lain asam
amino dan gula reduksi. Selama penyangraian, kedua senyawa tersebut akan bereaksi
membentuk senyawa maillard. Senyawa gula non reduksi (sukrosa) akan terhidrolisis
oleh air membentuk senyawa gula reduksi dan kemudian akan melanjutkan reaksi
maillard. Selain ditentukan oleh keberadaan senyawa calon pembentuk aroma dan cita
rasa, kesempurnaan reaksi sangria juga dipengaruhi oleh panas, waktu, dan kadar air.
permukaan inti biji menjadi cokelat dan beberapa senyawa menguap, antara lain asam,
Metode penyanggraian terdiri atas tiga jenis yaitu, (1) penyanggraian konduksi,
(2) penyangraian konfeksi dan (3) penyangraian radiasi. Ada juga kombinasi antara
dengan cara konduksi. Biji cokelat disanggrai dalam sbeuah drum yang dipanasi dari
luar. Biji cokelat memperoleh tranmisi panas melalui kontak dengan drum.
Alat penyanggraian tipe konduksi yang kontinu sudah banyak digunakan. Salah
satu bentuk yang banyak digunakan di Amerika Serikat adalah bentuk horizontal
udara panas yang dialirkan langsung secara konfeksi ke biji cokelat. Pada “drum
roaster” (yang saat ini masih banyak digunakan), biji-biji cokelat dipanaskan dengan
suatu kombinasi cara konduksi dan konfeksi, sebab disini drum dipanaskan langsung
dan kemudian udara panas hasil pembakaran dialirkan melalui biji-biji cokelat. Alat
jatuh vertical kecuali bentuk “Fluid bed roaster” berdasarkan alirah bahan secara
terbulen. Pada tipe konfeksi vertical, biji cokelat bergerak dari atas ke bawah melalui
secara prinsip cukup memungkinkan menyanggrai biji cokelat dengan radiasi infra
red .
Biji kakao yang telah disangrai kemudian dipecah untuk memisahkan kulit
dengan inti biji. Karena inti biji bersifat elastis, pecahan biji mempunyai ukuran yang
relatif besar dan seragam. Sebaliknya, kulit biji karena sifatnya yang rapuh mempunyai
ukuran yang lebih halus. Dengan pebedaan ukuran fisik yang mecolok, keduanya
mudah dipisahkan menggunakan hembusan kipas. Pecahan inti biji yang lebih berat
akan terapung dibawah, sedang pecahan kulit yang halus dan ringan akan terisap
Q. Alkalisasi
ditching dengan alkali pada umumnya diterapkan pada biji sebelum diproses menjadi
cokelat cair.
perlakuan engan penambahan alkali seperti natrium karbonat, natrium bikarbonat dan
lain-lain. Tujuannya untuk memperbaiki rasa dan warna kakao tersebut. Biasanya hasil
Tujuan alkalisasi adalah untuk memperbaiki warna dan rasa bubuk kakao.
Proses kimia yang terjadi pada alakalisasi sebenarnya belum jelas tetapi yang pasti
terjadi netralisasi asam sehingga pH akan naik. Warna kemerah-merahan dan rasanya
lebih enak, sedangkan tanpa alkalisasi maka warnanya kurang merah, jumlah
kalium hidroksida dan magnesium oksigen harus dibatasi 5% dan lamanya alkalisasi
R. Penggilingan
Biji-biji yang sudah bersih dari kulitnya dilewatkan kedalam mesin penggiling
dimana biji tersebut dicabk-cabik sehingga terpisah dari sel. Panas dari proses
penggilingan mencairkan lemak sehingga dalam bentuk cair. Cokelat cair mengandung
hampir 55% lemak, 17% karbohifrat, 11% protein, 6% tannin, 2,5% asam organic, 2%
Dihasilkan dengan menggiling nib dari kakao (inti biji kakao) menjadi cairan
yang halus, di Amerika cokelat pasta kadang-kadang juga disebut cokelat, atau cokelat
pahit, cokelat masak, atau cokelat tanpa gula. Sementara di Kanada dan Eropa dinamai
“Cocoa mass”, disebut juga adonan cokelat merupakan biji cokelat yang telah
disangrai lalu digiling yang hasilnya agak berbentuk pasta. “Cocoa mass” ini bila dipres
akan menghasilkan lemak cokelat (cocoa ilbutter) dan “cocoa cake “. Cocoa cake bila
digiling lagi, dikeringkan dan diayak akan menghasilkan cokelat bubuk. Sedangkan
Cocoa mass setelah dicampur dengan gula halus, lemak cokelat dan susu kemudian
dihaluskan lagi didinginkan dan dicetak, akan menghasilkan cokelat batangan, permen
T. Pengepresan
yag diinginkan.
memberikan tekanan. Cara ini diperlukan kondisi press panas agar lemak kakao yang
diperleh maksimal. Lama waktu pengepresan dan tekanan yang diberikan sangat
Lemak kakao dikeluarkan dari inti biji dengan cara dikempa. Inti biji kakao
yang masih panas dimasukkan ke dalam alat kempa hidrolis dengan dinding silinder
diberi lubang-lubang sebagai penyaring. Cairan lemak akan keluar melewati lubang-
lubang tersebut, sedangkan bungkil inti biji akan tertahan di dalam silinder. Rendemen
lemak yang diperoleh dari pengempaan antara lain dipengaruhi oleh suhu inti biji,
kadar air, ukuran partikel inti biji, kadar protein inti biji, tekanan kempa, dan waktu
pengempaan.
Lemak kakao merupakan lemak nabati alami yang mempunyai sifat unik, yaitu
tetap cair pada suhu dibawah titik bekunya. Oleh karena itu, pabraik makanan coklet
sedemikian rupa sehingga lemak kakao tetap padat meskipun meskipun sudah
Lemak kakao mempunyai warna putih kekuningan dan mempunyai bau khas cokelat.
Lemak ini mempunyai sifat rapuh (brittler) pada suhu 25oC dan tidak larut dalam air,
sedikit larut dalam alcohol dingin. Lemak kakao larut sempurna dalam alcohol murni
panas dan sangat mudah larut dalam kloroform, benzene, dan petroleum eter.
bergantung asal dan tempat tumbuh tanamannya. Lemak dari Indonesia, khusuusnya
dari Sulawesi, mempunyai tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan lemak
kakao asal Afrika Barat. Sifat ini sangat disukai oleh pabrik makanan cokelat karena
ukuran partikel. Mutu bubuk kakao dipengaruhi oleh perlakuan-perlakuan mulai buah
seragam.
Bungkil inti biji hasil pengempaan dihaluskan dengan alat penghalus (breaker).
Untuk memperoleh hasil ukuran fraksi yang seragam, setelah penghalusan dilakukan
pengayakan. Biji kakao relative lebih sulit dihaluskan dibandingkan biji-biji dari
produk-produk pertanian lainnya karena pengaruh kadar lemak. Lemak yang tersisa di
dalam bubuk akan meleleh saat dihaluskan karena gesekan dan menyebabkan
komponen peralatan penghalus tidak dapat bekerja secara optimal. Jika suhu
penghalusan dibawah 34oC, fraksi gliserida di dalam lemak kakao menjadi tidak stabil
itu, selama proses penghalusan, suhu operasi harus diperhatikan atau dikontrol agar
Setelah sebagian besar lemak dari kakao dipisahkan dari pasta, sisa
pengerpresan (cake) merupakan dasar pembuatan bubuk kakao. Jumlah lemak yang
lemaknya yaitu kadar lemak tinggi (>20%), sedang (10-20%), dan rendah (<10%).
Menurut SNI 7553:2009, bungkil kakao (cocoa cake) adalah produk kakao
yang diperoleh dari pemisahan sebagian atau seluruh lemak dari kakao nib atau kakao
massa.
sebagai berikut:
Biasanya bubuk kakao yang berasal dari hasil pengolahan masih beragam.
Untuk itu dilakukan sortasi yang didasarkan pada standar mutu. Departemen
tabel berikut :
Dua sifat utama cokelat yang perlu diperhatikan adalah flavor dan tekstur. Cokelat
mempunyai cita rasa yang khas, teksturnya berbentuk padat pada suhu kamar, cepat
kakao, gula halus, susu, lemak kakao. Bahan tetrsebut dicampur dengan perbandingan
tertentu, kemudian dilembutkan dengan mesin tipe roll sampai diperoleh ukuran partikel <
20 mu .
Ada berbagai cara untuk mengolah cokelat. Salah satu diantaranya meliputi tahap-
tahap :
A. Penghalusan
Z. Pencampuran (Mixing)
coklat. Bahan penambah lain juga ditambahkan seperti gula, susu, atau krem, emulsi,
AA. Refining
menggunakan refiner yang terdiri dari beberapa roll besi yang berputar dan hasil mixer
Proses selanjutnya adalah conching, proses lanjutan untuk memperoleh tekstur dan
penghalusan coklat. Kecepatan, lamanya waktu dan suhu dari proses "kneading"
tersebut sangat berpengaruh pada tekstur dan aroma coklat yang akan dihasilkan.
Alternatif lain dari proses conching adalah proses pembuatan emulsi dengan
Conching dilakukan pada suhu 60-70C selama 24-96 jam. Pada conching ini
ditambahkan lesitin dan vanili. Selama conching air dan senyawa cita rasa yang tidak
diinginkan menguap ; partikel cokelat ; gula dan susu akan terselimuti dengan baik oleh
CC. Tempering
pada proses pendinginan dan pemanasan kembali. Proses ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya perubahan warna dan timbulnya semacam jamur atau fat bloom pada coklat
yang dihasilkan dengan mencegah terbentuknya kristal tertentu pada minyak coklat
bentuk kristal lemak kakao. Pada awal tempering adonan cokelat dipanaskan secara
bertahap dari suhu 33C menjadi 48C selam 10-12 menit, kemudian didinginkan
DD. Pencetakan.
EE. Pengemasan
Adapun diagram alir proses pembuatan cokelat batang anatara lain sebagai
berikut :
Mulato, Sri. 2007. Desain Teknologi Pengolahan Pasta, Lemak, dan Bubuk Cokelat Utuk
Kelompok Tani. Pusan Penlitian Kopi dan Kakao. Bogor.
Sinaga, Roida. 2006. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Kalium Karbonat
Terhadap Mutu Bubuk kakao. Universitas Sumatra Utara.
Standar Nasional Indonesia. 2009. Bungkil kakao. Badan Standarisasi Nasonal. Jakarta.