Anda di halaman 1dari 3

Mi Berprotein Tinggi dari Biji Ketapang

Mi Berprotein Tinggi dari Biji Ketapang


Rabu, 31/10/2007

Biji ketapang (Bipang) atau juga sering disebut sebagai kacang almond tropis (Terminalia catappa) ini
ternyata bisa diolah menjadi mi yang enak dan bergizi. Penemuan itu merupakan hasil penelitian dari
siswa SMU Negeri VI Yogyakarta, Astri Bestari Ciptaningrum dan Indra Surya Atmaja.

JAKARTA(SINDO) –Astri terdorong melakukan penelitian itu setelah mengetahui bahwa biji ketapang
banyak mengandung protein yang bermanfaat bagi kesehatan. Melihat potensi pasar industri mi dalam
negeri yang besar, tentu bahan baku alternatif bisa menjadi salah satu pilihan yang menjanjikan.

Apalagi kandungan nutrisi dalam Bipang mi antara lain, protein 25,3%, serat 11,7%, dan karbohidrat
5,8%. Sementara itu, protein tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ukuran konsumsi ideal protein
bagi orang dewasa adalah 1 gram per 1 kilogram berat badan per hari. Selain itu, pembuatan Bipang mi
tidak terlalu sulit.

’’Buah ketapang yang biasanya hanya menjadi limbah, ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan mi berprotein tinggi,’’ ujar Astri.

Dia menambahkan, ternyata kulit ketapang pun bisa dimanfaatkan sebagai briket. Astri menjelaskan
bahwa waktu penelitian yang dilakukan selama empat bulan,mulai Maret– Juli 2007,dari
perencanaan,persiapan, studi pustaka, dan percobaan penyusunan laporan. Teknik pengolahannya
dipilih terlebih dahulu buah ketapang yang sudah masak, kemudian dipecah menggunakan palu untuk
mengambil bijinya.

Agar memudahkan saat pemecahan, buah ketapang diposisikan secara horizontal. Dilanjutkan dengan
pembakaran atau penjemuran, yakni biji yang telah diambil buahnya dijemur di bawah terik matahari.
Jika cuaca tidak memungkinkan bisa digantikan dengan menggunakan oven.

Tahap selanjutnya penghalusan biji ketapang yang telah kering dengan blender sampai menjadi tepung.
Penimbangan pun diperlukan guna mengetahui biji ketapang sesuai kadar yang diinginkan. Dalam hal
ini, Astri menimbang sebanyak 45 gram tepung biji ketapang untuk tiap-tiap perbandingannya.
Jenis perlakuan sampel ialah setelah biji ketapang dihaluskan, kemudian langkah selanjutnya
menentukan sampel yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan dari mi ketapang tersebut. ’’Kami
telah melakukan uji coba sampel mi yang ada di pasaran dengan mi biji ketapang ini dengan
perbandingan 1:4.Artinya,1 untuk tepung terigu dan 4 untuk tepung biji ketapang,’’ paparnya.

Adonan yang telah bercampur kemudian diuleni hingga terasa tidak lengket,lalu adonan tersebut
didiamkan sejenak. Setelah itu, adonan dilumatkan dengan tujuan untuk mempermudah penggilingan
dan mempercantik bentuk mi yang dihasilkan. Selama penggilingan agar mi tidak saling menempel
ditaburi tepung tapioka,kemudian diolah menjadi berbagai variasi makanan.

Salah satu contohnya adalah mi goreng. Dia menjelaskan, dibandingkan dengan beberapa jenis
makanan per 100 gram, misalnya dengan nasi.Ternyata,karbohidrat Bipang mi lebih rendah, yakni
hanya 32,4 gram dibanding kandungan karbohidrat nasi yang mencapai 40 gram.

Namun, kandungan proteinnya lebih tinggi, lebih dari 21,3 gram, sedangkan nasi hanya sebesar 4 gram.
Demikian juga kandungan serat Bipang mi lebih unggul 11,4 gram dan nasi hanya 0,3 gram. Demikian
juga jika dibandingkan dengan tempe yang sering disebut sebagai makanan berprotein tinggi.

Menurut Astri, kandungan karbohidrat dan serat Bipang mi memang lebih rendah dibandingkan tempe.
Namun, untuk kandungan protein jelas lebih tinggi karena tempe hanya 10 gram, sedangkan Bipang mi
lebih sebesar 15,3 gram. Terakhir dengan produk mi yang beredar di pasaran,kandungan karbohidrat
Bipang mi lebih rendah 44,24 gram.

Namun, kandungan protein dan serat Bipang mi lebih unggul 17,7 gram protein dan 11,73 gram serat
per 100 gramnya. ’’Dengan kandungan yang seperti menjadikan Bipang mi sebagai makanan yang
rendah kalori sehingga cocok bagi penderita diabetes. Kami mengharapkan agar Bipang mi juga menjadi
makanan alternatif yang potensial bagi penderita diabetes melitus,’’ papar Astri.

Hasil penelitian Astri terhadap ketapang inilah yang membuatnya dan Indra memenangkan Lomba Karya
Ilmiah Remaja (LKIR) bidang teknik sebagai juara I, yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) kemarin.Astri menyimpulkan bahwa mi yang terbuat dari biji ketapang itu
layak dikonsumsi manusia dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan produk lain.

Dari aspek ekonomi, uajr Astri, dalam 1 kg buah ketapang dapat diambilbijinya seberat300gramdan
dapat menghasilkan 10 porsi Bipang mi. Untuk mengolah ketapang sebanyak 5 kg, biaya produksinya
diperkirakan mencapai Rp102.500. Jika harga satu porsi Bipang mi sekitar Rp4.000,sebanyak 50 porsi
yang dijual bisa mencapai Rp200.000.

Keuntungan yang diperoleh cukup besar sekitar 75% atau Rp97.500. Astri menjelaskan bahwa kendala
yang dihadapi dalam produksi Bipang mi adalah masalah daya tahannya karena dalam pembuatannya
Bipang mi tidak menggunakan bahan pengawet. Bipang mi hanya bisa bertahan selama 1,5 hari tanpa
mesin pendingin (kulkas). ’’Untuk mengatasi kendala tersebut,dalam perhitungan biaya produksi
disertakan jumlah mi yang tidak terjual atau rugi,’’ ujarnya.

Menurut dia,kendala dari pembuatan mi berbahan biji ketapang ini adalah warnanya yang masih
kecokelatan sehingga kurang menarik jika dilihat sebagai mi. Untuk itulah,dewan juri memberikan
rekomendasi perbaikan di antaranya, jika dilakukan penelitian lanjutan, harus ditemukan cara
bagaimana membuat penampilan Bipang mi menjadi lebih menarik.
Kemudian, perhitungan matematis dari alat pembuat Bipang mi. Tentu saja ini potensial karena pohon
ketapang banyak tertanam liar di seluruh Indonesia,terutama paling banyak ditemukan di wilayah
pesisir.

’’Mengenai warna mi, kami ingin melakukan penelitian lebih lanjut bagaimana membuat warnanya
lebih menarik, seperti mi di pasaran.Hingga saat ini,belum ada industri yang memberikan penawaran
kerja sama terhadap pengembangan mi yang terbuat dari biji ketapang ini,’’ ujarnya.

Sementara itu, Indra Surya menyatakan bahwa briket kulit ketapang bisa dihasilkan dari limbah
produksi Bipang mi yang berupa kulit (tempurung).Dengan mempersiapkan alat yang mendukung proses
pembuatan briket untuk kemudian kulit (tempurung) ketapang bersama serbuk gergaji kayu (kawul)
sebagai media pemicu pembakaran.

Limbah kulit tempurung ketapang ini dari 1 kg buah ketapang dihasilkan sebanyak 600 gram. Jika
sebanyak 5 kg ketapang,kulit yang dihasilkan adalah sebanyak 3 kg. Dalam pembuatan briket ada
penyusutan sebanyak 2/3 bahan kulit ketapang.Agar diperoleh keuntungan yang maksimal, proses
produksi briket kulit ketapang dilakukan setiap minggu. (abdul malik)

Anda mungkin juga menyukai